Wednesday, May 6, 2020

CHAPTER 19 : SENSASI THREESOME (PART II)


Kamar mandinya tak begitu besar tapi lumayan bersih untuk ukuran kamar mandi laki-laki, dan yang paling penting ada Shower karena aku tak bisa mandi kalau tak ada ini.

Aku mulai membasuh tubuhku dengan sabun cair, apa boleh buat berhubung disini tak ada lulur, jadi ya dengan sabun cair pun okelah, toh aku hanya berencana mandi kecil sambil membasuh tubuh dari leher kebawah saja tanpa harus membasahi rambutku karena nanti repot mengeringkannya lagi, tahu sendiri kedua laki-laki lapar itu pastilah sedang menungguku diluar sana.

Sambil sedikit bersenandung aku mulai membayangkan apa saja yang akan kulakukan dengan mereka berdua.

Terlintas dipikiranku bagaimana tubuh seksi ini mereka gendong berdiri dan kedua lobangku mereka genjot naik-turun bersama-sama.

" Shhhhhshh.. " aku mendesis sambil merabai payudaraku sendiri membayangkan itu.

" Shit!! Gue pengen di DP!.. " ujarku greget.

Sejak dulu aku sangat suka ketika diriku di Sandwich sambil digendong, merasakan sensasi kedua lobangku diisi oleh dua laki-laki yang berbeda membuatku berdebar membayangkannya.

Mereka pasti akan mengentotiku dari depan dan belakang dengan irama genjotan yang seirama, tubuh sintalku seolah hanya menjadi bantalan ditengah tubuh kekar mereka, terlebih memikirkan tubuhku pasti akan kembali mereka oper kesana-kemari bak tak berarti seperti tadi.

" Ahh.. Gila!!.. " aku jadi makin tak sabar saja!

Itu merupakan gaya kesukaanku ketika melakukan Threesome, tentu saja selain gaya anjing.





..............................


Tak lama saat aku sedang membasuh tubuhku sembari mengusap klitorisku dan berkhayal, tiba-tiba pintu terbuka.

Dimas masuk kedalam kamar mandi, dia masuk dengan Handphone nya dan begitu tak berdosanya merekam kegiatanku.

" Baru ditinggal sendiri bentar aja lo dah coli aja Ver.. " katanya sambil mendekat ke pembatas kaca Shower.

" Ihhh Diiimmm.. Kebiasaan gak ngetok dulu.. " ujarku tersipu agak malu ketahuan sedang bermasturbasi.

" Penasaran liat lo mandi... "

" Yaudah lanjutin gih, anggep gue gak ada.. " lanjutnya masih tetap merekam di belakang sekat kaca pembatas.

Jika sudah ada dia begini mana bisa kuabaikan dan mandi seperti biasa, apalagi sekarang dia terus mengarahkan kamera HP nya ketubuh telanjangku, dimana Dimas merekamku pelan-pelan dari bawah keatas dari ujung kaki hingga ke ujung kepala dengan begitu fokusnya.



Serasa kameramen profesional, si ganteng mengambil gambar tubuhku dengan teknik Tilt Up-Tilt Down secara vertikal mulai dari kaki jenjangku hingga berhenti di wajahku.

Wajah Dimas langsung jadi serius ketika dia menatap indahnya kaki mulus panjangku yang sangat cocok dipakaikan High Heels ini, dia memang sangat menyukainya dan Dimas sering menyuruhku memakai High Heels bahkan ketika diatas ranjang bercinta dengan dia sekalipun.

Dia bilang aku cocok sekali dan kelihatan super seksi jika sedang mengenakan High Heels atau sepatu berhak tinggi, tak lupa Dimas menyuruhku memadukannya dengan Stocking lengkap juga bersama Belt nya supaya pantatku jadi makin terlihat berisi guna melengkapi penampilan menggodaku.









Dimas memang seperti itu, dia tak begitu suka mengentotiku yang tau-tau sudah telanjang bulat diatas kasur, dia lebih suka jika aku seksi-seksian dulu sebelum kami bercinta.

Malah dia menyuruhku secara langsung untuk berdandan seperti memakai Eye Shadow, bulu mata palsu, maskara juga lipstik merah super tebal untuk membuat dia makin terangsang.

Memang tidak selalu, tapi aku merasa makin aku berdandan seperti cewek nakal dihadapannya maka makin pula nafsunya akan terasa jadi lebih menggebu-gebu dan dia benar-benar akan meniduriku dengan ganas.

Dan beruntungnya aku juga sangat suka permainan Foreplay yang Hot!

Biasanya jika komponennya sudah lengkap dia akan merekamnya sendiri dan menikmati aksi-aksiku yang menggodainya dengan sensual seperti melenggok, menari, merangkak dan bermasturbasi tepat dihadapannya.



Dimas akan diam sepanjang aksi dan fokus merekam seluruh lekuk tubuhku yang sudah berbalut pakaian seksi dan juga menatap wajahku yang sudah kurias se-Naughty mungkin.

Tak banyak kata-kata yang akan keluar darinya di awal-awal selain dari ekspresi terkejut juga pandangan tajamnya menyaksikan penampilanku yang sering dia katakan mirip Barbie hidup yang sangat seksi.




Dimas tak terlalu banyak berbicara tapi jika dia sudah memuji maka aku pasti akan langsung berbunga-bunga dan tersipu sendiri.

Ringkasnya dia suka dengan penampilan dan dandananku, yang jika dia tak tahu bahwa aku sebenarnya paling malas jika harus memakai Make-up, bagiku ribet sekaligus bikin repot saja, kecuali jika sedang melakukan pemotretan atau pergi ke acara-acara resmi barulah aku akan merias diri.

Tapi begitu mengetahui jika Dimas terangsang melihat penampilanku yang sudah di dandani jadi membuatku tak ragu untuk menghabiskan waktuku di depan meja rias hanya demi permainan seks untuknya.

Satu jam sebelum dia datang biasanya aku sudah mulai berdandan, jadi begitu dia membuka pintu kamarku dia sudah akan menemukanku terduduk dengan seksi diatas ranjang menatapnya sendu dan telah siap untuk melayaninya.




Dimas akan langsung meneguk ludah, lalu dia membuka baju dan segera me-Record semuanya tak ingin momen tersebut sia-sia.

Kami akan bertatap-tatapan terlebih dahulu, dan jika matanya sudah mulai tajam menatapku barulah kumulai dengan mulai meremas-remas toket bulatku, memilin-milin putingku atau malah kucoba jilat sendiri puting pinkku ini.




Tak ada kata-kata yang keluar baik dari aku maupun dirinya, percayalah Dimas ini tipe laki-laki yang dingin sekali dan tak grabak-grubuk main sosor, itulah yang sangat membuatku bebas beraksi di depannya tanpa takut harus diinterupsi oleh nafsu setannya seperti kebanyakan cowok lain.

Belum lima menit aku melakukan Foreplay biasanya aku sudah diterkam lalu mulutku langsung dicolok kontol atau belahan toketku juga akan dientoti seketika.

Ini sangat krusial dan sering dianggap sepele oleh kebanyakan pria karena tujuan Foreplay bagiku untuk membangun Mood di sepanjang ML nantinya.




Namun dengan Dimas yang terjadi justru kebalikannya, dia benar-benar sabar dan tahan menyaksikan badan seksiku berlenggak-lenggok dihadapannya bahkan tanpa menyentuhku sama sekali.

Melihat celana dalamnya yang sudah menggembung selalu membuatku tak henti-hentinya tersenyum binal kearahnya.

Tarikan nafas, desisan, pandangan dan pupil matanya adalah indikatorku dalam mengetahui reaksinya, tapi selalu justru aku yang tak kuat apalagi jika momen dimana kami sudah sama-sama bermasturbasi saling berhadapan-hadapan.

Mengetahui kontol tebalnya yang telah ereksi maksimal itu membuat aku yang malah menerkamnya sendiri!




Entah kenapa dia bisa menahan libidonya melihati aku yang sedang memainkan vagina tebalku, padahal dia merekamnya persis sambil jongkok di depan memekku yang sangat ingin dia benihi itu tapi tetap saja ekspresinya dingin dan sanggup menjaga akal sehatnya.

Yah paling banter dia hanya akan meracau, mengumpat atau mendesis kagum menyaksikan vagina indahku yang berwarna merah jambu dengan lipatan tebal labianya yang memang sangat menggiurkan untuk dijilati rakus apalagi dicoblos kontol.




" Ahhh Dimmm... Kamu suka sayang liat memekku?.. "

" Liat yang bentuknya yang gemuk ini pas bener sama kontol gede coklatmu.. "

Kalimat-kalimat seperti itu yang coba kulayangkan dengan ekspresi binalku untuk menggodanya seperti biasa guna menaklukannya tapi tetap saja aku yang kalah.




Dan selama aku bersamanya tak pernah sepertinya Dimas kalah dalam adu-aduan nafsu di permainan Foreplay kami, selalu aku yang menyudahinya dan langsung mengajaknya bercinta karena tak tahan untuk segera dia tunggangi.

Sama halnya seperti sekarang, Dimas seperti biasa begitu dinginnya merekamiku yang sedang membasuh diri.

Melihat dia yang begitu seriusnya membuatku jadi ingin menggodanya, aku pun kembali mengambil sabun dan membilas ulang tubuhku.

Kusabuni toket montokku dengan gerakan lembut, dan hasilnya manjur untuk membuat perhatian Dimas yang tadinya lebih berada di paha dan kaki jenjangku kini berpindah ke payudaraku.

Dia arahkan kamera ponselnya ke bagian dadaku, aku tersenyum saja ketika dia mendekat menyorotnya dibalik sekat kaca ini, apalagi saat kutempelkan putingnya ke kaca dia jadi tambah merekamnya semakin dekat seolah tak mau memanfaatkan tombol Zoom.




Sambil melakukannya aku mulai gelisah karena melihat tubuh kekarnya yang selalu membuatku bernafsu, Dimas masuk memang masih sambil telanjang seperti di ruang tengah tadi dan kontolnya pun dengan cepat mulai hidup.

Dimas menangkap ekspresiku ini dan ketika mata kami saling bertemu kupasang wajah manjaku seperti biasa.




Kupercepat aksiku sebelum aku makin blingsatan sendiri karena tak kuat melihat kemaluannya jika sudah tegang nanti.

Kubasahi lagi tanganku dengan sabun cair tadi lalu kembali kuusap kali ini sama rata di dua nenenku, kupandangi sejenak dan efek sabunnya langsung membuatnya jadi mengkilat, terlebih lampu dikamar mandi Gilang sangatlah terang jadi pastilah basahnya begitu kelihatan sekarang.




Dimas menarik nafasnya dalam-dalam, aku tahu betapa sukanya dia mengocoki kontolnya dibelahan dadaku ini, dan tiap kali dia melakukannya pasti dadaku akan kudempetkan serapat mungkin agar semakin menjepit batang kontol ditengahnya.

Melihat kontolnya yang semakin menegang membuat aku jadi tambah bersemangat, berhubung sekarang akulah yang memegang permainan.

Kali ini aku memutar dan membalikkan tubuhku untuk memperlihatkan aset lainku yang menjadi favoritnya.




Kutempelkan bongkahan pantat ini ke kaca dan segera ku-Shake bokong putih semokku seperti goyang bebek.

Aku melihatnya secara menyamping dari posisiku yang membelakanginya guna mengontrol ekspresi yang keluar di wajahnya, Dimas tercekat dan kegelisahan mulai jelas tergambar di gelagatnya menyaksikan badan langsing ini yang berlenggok tepat di depannya yang hanya dipisahkan sekat pembatas.





Dimas mendesis melihat gerakanku itu, aku tahu dia pastilah mulai terangsang hebat sekarang karena dia sangat terobsesi dengan bokongku.

Aku tetap meliuk-liukan tubuhku seperti seorang penari Pool Dance membelakangi kekasih sahabatku ini, kadang aku mengangkat tanganku keatas dan makin menggoyangkan pinggul langsingku dengan tubuh belakang yang tersandar di kaca, aku berusaha melakukannya seerotis mungkin.

Setelah aku kembali memutarkan tubuhku menghadapnya, tak kusangka posisi Dimas sudah berada tepat di depanku!

Sontak hanya sekat kaca inilah yang menjadi satu-satunya pembatas kami, aku memandang wajahnya yang tampak begitu serius menatap layar ponselnya. Darahku berdesir begitu melihat kontolnya yang sudah benar-benar tegang, rupanya gairahnya naik suka dengan aksiku barusan.

Tak mau kehilangan momen aku masih terus beraksi, sekarang kumasukkan jari lentikku lalu kukulum dengan sensual sambil memejamkan mata mendalami gerakanku.




Tantanganku adalah bagaimana membuat Dimas membayangkan seperti apa nikmatnya ketika kontolnya yang panjang dan tebal itu kuhisap-hisap dengan mulut dan ekspresi yang sama yang sedang kubuat.

Tentu dia tahu betapa ngilunya ketika lubang pipisnya kuemut-emut dan kumainkan dengan ujung lidahku yang membuatnya sering meringis-ringis.

Malah tak hanya memainkannya dengan jari, aku juga jilati kaca penghalang ini guna membuatnya makin baper terhadap aksiku.




Dan hasilnya efektif! Dimas makin gelisah dan ini membuatku harus sedikit menahan senyum pongahku.

Aku tahu sebenarnya sekarang dia sudah sangat gatal untuk menjamah badan putih montok nan langsing beserta mencium bibir di wajah cantikku, hanya saja dia selalu bisa menahannya dengan ekpresi kalem dinginnya itu dan tak terlalu menunjukkannya.

Beberapa lama kumainkan lidahku di jendela ternyata mengundang rasa penasarannya juga, Dimas menempelkan jari telunjuknya ke kaca yang langsung kurespon dengan juluran lidah ke jarinya.




Terus kukejar jarinya dan kumainkan lagi lidahku kesana, Dimas memainkan jarinya dengan melingkar-lingkarnya malah kadang greget ingin mencoloknya masuk ke tenggorokanku.

Aku terus kunci mataku sembari melakukan godaan bersama jarinya dari balik kaca ini, matanya seakan terkunci dimulutku yang sengaja kutempelkan juga ke kaca supaya terlihat main tebal dan tampak seperti Bimbo Lips.




Menit berjalan cepat sekali dan tak terasa kontol Dimas telah tegang seutuhnya!

Aku sampai tak sadar karena terus menatap wajah gantengnya sambil menempelkan bibirku dan bermain-main dengan jarinya sebentar tadi.

" Sttttsshh... Gila Dim kontol lo kok gede banget sih!!.. " umpatku dalam hati sambil mendesis greget melihat kontol tebalnya yang telah siap tempur.

Reflek jariku langsung mengusap memek tebalku sendiri dan aku memejamkan mata, Dimas terus merekamnya.

Begitu jariku menyentuh klitorisku sekejap gejolaknya terasa naik keubun-ubun dan membuatku jadi mengelusi tubuhku sendiri menikmati sensasinya.

Tiba-tiba tanpa pikir panjang aku langsung jongkok dari posisiku dilantai kamar mandi ini dan menatap Dimas yang berada diluar dengan wajah memelas.

Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku, Dimas tersenyum tipis karena aku tahu dia suka ketika melihatku merangkak atau duduk bersimpuh dihadapannya lalu menatapnya penuh kepasrahan.

Dimas juga tahu jika aku sudah mulai melakukannya maka itu adalah tanda bahwa aku ingin dia dominasi, tapi untuk sekarang aku ingin bermain-main bersama kontolnya seperti dengan jarinya tadi.

Terus kubuka mulut dan menjulurkan lidahku tepat di depan kontol Dimas yang sangat tegang itu, si ganteng paham dan segera menyodorkannya maka mulailah aku mulai bermain-main dengan kemaluan yang belakangan menjadi 'penghuni tetap' lubang anusku.




Aku jilati kaca itu seolah aku benar-benar sedang menjilati kontol Dimas, dan dari ekspresi wajahnya cowok ini seperti sedang merasakan jilatanku di ujung penisnya seakan lidahku benar-benar bersentuhan dengan kejantanannya itu.

Seperti biasa mataku terus menatap kearahnya sembari lidahku terus bergerak-gerak untuk membawanya makin dalam ke khayalannya yang sekarang pasti membayangkan kontolnya saat ini benarlah sedang kuemut-emut.

Dimas semakin meleguh dan meleguh, sesekali dia menepok-nepok kepala penisnya sendiri ke kaca tampak sudah tak sabar untuk merasakan jilatanku secara langsung.





Aku pun juga sudah tak bisa menahan diri lagi, klitoris yang kuusap-usap terasa semakin membengkak dan aku membutuhkan sentuhan dari pria sekarang!

Kembali aku berdiri menatap cowok gantengku yang balik menatapku, kami saling berpandang-pandangan sebentar sebelum kudekatkan bibirku ke kaca dan Dimas juga segera mendekatkan bibirnya lalu kami pun berciuman secara tidak langsung yang lagi-lagi dibalik bilik kaca ini.

Sesekali kubuka mataku untuk mengintip ekspresi Dimas yang juga sedang terpejam seolah-olah dia benar-benar sedang berciuman denganku.

Dimas kemudian kembali mundur, kulirik dia dengan wajah binalku yang menunjukkan bahwa aku sudah tak tahan lagi dan ingin segera dia jamah.




Dimas tersenyum mengetahui pernyataan kekalahanku ini lagi darinya, dia kemudian menunjuk kearah pintu kamar Shower mengisyaratkan aku untuk segera keluar.

Aku senang sekali, walau kini situasi justru berbalik karena justru aku yang tak kuasa menahan diri tapi tak apalah, mau bagaimana lagi Dimas terlalu menggoda akal sehatku untuk hanya sekedar ditatap wajah tampan dan badan atletisnya yang seksi itu, apalagi melihat kontol tegangnya yang sekarang benar-benar telah terhunus seakan siap dia jejalkan di tiga lubang tubuh seksiku.

Sebelum keluar aku bilas lagi tubuhku dari sabun dan barulah mengambil handuk, aku juga sengaja tidak terlalu mengelap tubuhku ini terutama di bagian toket, ya supaya Dimas terangsang saja melihat dadaku yang masih agak sedikit mengkilat-kilat basah.

Dimas mengikutiku ketika kumulai langkah ke pintu keluar ruang Shower, dia terus merekaminya dan beronani.

Setibanya persis di depan pintu kuhentikan langkahku lalu aku tegak memandanginya dengan pandangan paling nakalku, tak lupa kuremas-remas halus toket putih bulatku yang sekarang sedang membuat Dimas melotot kearahnya!



" Anjing Ver badan lo bener-bener ngacengin kontol bener!!.. " 

" Gila-gila... HUHHH!!.. " Dimas menghela nafasnya dengan nafas berat dan terus menatap toketku sambil menodongkan HP nya kearah sana.


Aku tersipu dan sedikit tersenyum, kocokan tangan Dimas di kontolnya sendiri membuatku agak sulit fokus, tapi aku tetap tegak dan memainkan dadaku yang sekarang sedang membiusnya.

Kuremas-remas lalu kudempet-dempetkan payudara indahku yang membuat Dimas beberapa kali harus meleguh, dan semakin lama dia mengocoki kontolnya semakin cepat!

Ini adalah respon alaminya, dan melihat itu aku tak mau buang waktu lagi karena aku pun juga sudah sange berat sekarang.

Aku segera mengambil posisi merangkak kemudian menatapnya memberitahu agar kontolnya itu segera masuk kemulutku.



Dimas melirikku, dengan punggung jarinya dia elus-elus wajahku yang sekarang menyiratkan jika aku telah siap jadi anjing yang patuh lagi untuknya seperti permainan kesukaannya ketika kami bercinta di apartemenku.

Elusannya terasa penuh perasaan di wajahku, ini adalah sentuhan pertamanya sejak kami terpisah sekat kaca pembatas ini sedari tadi.

" Lo binal banget Ver.. Akal gue ilang tiap ngeliat muka cantik sama badan seksi lo ini sayang.. " pujinya sambil mengelus-elus pipiku.

Aku diam saja dan tetap mendongak menatapnya sambil membuka mulutku lebar-lebar dan menjulurkan lidah.

Walau aku senang mendengar pujiannya tapi sekarang aku sedang membiarkan dia menyaksikan gelagat Slut ku yang juga sedang meremas-remas toketku sendiri seakan benar-benar tak sabar untuk segera menyervis kemaluan besarnya.




Melihat bola mata biruku bersama kelopaknya yang sudah layu ini terus menyiratkan hal itu ke matanya, dan akhirnya Dimas pun menyodorkan kelaminnya ke mulutku yang sudah mangap.

Tapi aku menggeleng, Dimas heran ketika melihat gelenganku ini.

" Gak usah dianterin sayang, biar aku ambil sama mulutku sendiri.. " ujarku dengan wajah memelas.

Dimas terdiam dan terasa dia bergejolak mendengarnya.

" Lo cewek pinter Ver.. "

" Gue suka banget punya pelacur senurut lo.. " komentarnya dengan wajah senang.

Tanpa melepaskan pandanganku dari matanya lalu aku pun segera melakukan pekerjaanku untuk mengulum kelamin pejantan luar biasaku ini tanpa bantuan tangan sama sekali.




Namun tepat ketika aku tinggal meraupnya, tiba-tiba saja Dimas tarik kontolnya hingga membuatku greget!




Dia kemudian tertawa dan benar saja dia sengaja mengerjaiku sekarang.

" Lo mau nyepong kontol gue?.. Gak semudah itu.. " ujarnya yang membuatku gemas.

Kutatap dia untuk mendengar penjelasan lanjutan darinya yang sepertinya sedang ingin bermain-main denganku.

Padahal tadi aku yang memegang kendali dan berhasil membuatnya panas-dingin dengan aksiku tapi sekarang mejanya sudah dia putar begitu saja.

" Kalo lo mau ngisep kontol gue, lo hisep dulu ya kontol Gilang.. "

" Lo mau kan Ver?.. " tanyanya kearahku yang merangkak dan masih menjauhkan kontolnya dari mulutku.

" Uhh?.. Kok kontol Gilang? Aku pengennya kontol kamu yaang.. " manjaku kearahnya.

" Iya abis itu baru kontol gue, janji deh.. "

" Kan lo suka kalo lubang lo digilir-gilir.. Sekarang gue pengen liat mulut lo dipake dia lagi.. " terang Dimas yang rupanya mau aku menyepong kontol Gilang duluan sebelum dia.

" Kamu nyuruh aku ngisep kontol orang yang? Tega kamu!.. " kumanyunkan bibirku dan aku bertaruh pastilah ini untuk keperluan rekamannya.

Dimas tak berkomentar lagi, dia kali ini hanya mengusap-usap lurus rambut pirangku dan masih merekam aku yang 'ngambek'.

" Tapi kamu bakal entotin aku lagi nanti kan?.. " tanyaku kemudian tetap dengan wajah senduku.

" Iyalah!.. Bego banget pertanyaan lo perek.. " tegas dia seketika.

" Uhhh!!.... "

" Sama Gilang juga?.. "

Dimas mengangguk dan itu langsung membuatku berdesis dengan mata satu garis. Kuarahkan jariku ke memekku sendiri dalam posisi duduk diatas lututku ini, membayangkan bahwa aku akan kembali mereka entoti bersama seperti tadi.

" Sttsshh.. Tapi aku pengen di DP yang.. "

" Pengen dua lobangku kalian tusuk bareng... Kalian gendong terus kalian genjot bareengg.. "

" Dan aku mau kontol kamu yang di anusnya.. Ahh!!... " aku memejamkan mata dan tersentak!

Memekku berkontraksi dan rasanya cairan beningku sudah mau berhamburan keluar hanya dengan mengucapkannya saja. Kini aku sungguh berharap Dimas akan melakukannya nanti.

Tapi jawaban yang sedianya akan membuatku girang itu ternyata tak kudengar, tiada jawaban dari Dimas, dia terus membelai-belai rambutku dan menatap wajah cantikku yang sudah merah padam ini.

Aku hanya bisa terus menatapnya dengan pandangan memelasku, kemudian Dimas pun menunduk lalu mengecup keningku.

" Tunggu sini ya.. " tutupnya dan pergi keluar.

Aku menggigit bibirku sendiri sambil meremas payudaraku dengan kuat, aku penasaran sekali sekarang! Apalagi aku begitu inginnya menyepong kontolnya tapi malah dia tak berikan, tapi tak apa aku turuti saja permainannya.

Dan sekarang aku patuh dengan perintahnya, tentu tetap di posisi merangkak sambil menunggunya masuk lagi.





..............................

Cukup lama sekitar 5 menit hingga akhirnya pintu kamar mandi terbuka lagi, Dimas kembali namun kali ini dia bersama Gilang.

Rupanya Dimas memang keluar memanggil Gilang, dan mereka pun mendekat.

Melihat posisiku yang masih seperti tadi Dimas tersenyum lalu mengarahkan kameranya kearahku.

" Wah-wah masih nungguin ternyata.. "

" Ini Gil, ni perek dari tadi ngerengek-rengek minta dua kontol, dan sekarang die pengen nyepong kontol lo.. " ujar Dimas yang membuat birahiku semakin naik.

Mereka berdiri tepat dihadapanku yang merangkak menatapi mereka dengan pandangan senduku, kuremas toketku yang membulat tumpah kebawah ini dan sambil mendesis merasakan gesekan jari yang kumainkan di klitorisku.

Mereka berdua pun terdiam sesaat melihat posisiku yang benar-benar seperti hewan peliharaan mereka sekarang, pandanganku seakan jadi gelap menyaksikan kontol dua pria yang tadi sebelumnya membabat habis anusku.

Gilang kemudian berjalan kearahku, kontolnya yang sudah tegang ketika masuk ke kamar mandi ini membuktikan jika tadi diluar selagi menungguku tampaknya dia beronani mungkin membayangkan kata-kata yang kubisiki ke dia sebelumnya.

" Wah si pirang mau kontol lagi?.. " kata Gilang lalu menjenggut rambutku dan langsung menyodorkan kontol mengacungnya tepat di depan wajah cantikku!




" Ahh... Iya sayang, aku mau ngisep kontol kamu lagi... " seruku yang telah menjulurkan lidah dan melempar pandangan ke ponsel Dimas.

Dimas diam saja, setelah puas mengadu domba aku dan Gilang kini dia fokus merekam aksi oralku dengan kemaluan temannya, yang dalam momen tadi padahal aku benar-benar ingin menghisapi kemaluan besarnya.

Aku mulai sulit mengendalikan diriku, tahu bahwa aku tengah merangkak dan diperbudak oleh dua orang laki-laki dewasa seketika membakar libidoku ke titik didihnya! Apalagi rambut lurus panjangku sedang Gilang jambak untuk dia dekatkan ke kontol super ereksinya.

Dengan makin mendekatnya mukaku ke selangkangan juga makin dekatnya kamera Dimas yang sekarang persis di depan wajahku, membuat aku segera memulai aksiku.




Perlahan sekali mulai kujilati batang kontol ini dengan lidahku yang sejak tadi terus terjulur yang bahkan ketika Dimas keluar memanggil Gilang tetap kujulurkan meski dia tak melihatnya.

Bukan ke Gilang mata indahku sekarang kukunci kearah kamera Dimas karena aku tahu Dimas ingin melihat skill oralku yang sebelumnya membuat dia terpukau ketika menyaksikan aku bisa menelan utuh kontol Gilang seperti permainan kami di ruang tamu sebelumnya, dimana hal tersebut tak bisa kulakukan dengan kontol besarnya yang berukuran dua kali dari milik si Gilang!

Gilang mendesis dan mulai meracau merasakan jilatan lidahku yang sedang tak kupakaikan Piercing di sekujur batang penisnya.

" Ver masukin kontolnya sekarang utuh ke mulut lo pelan-pelan sayang... "

" Gue pen liat... " pinta Dimas yang sesuai dugaanku dia penasaran dengan itu.

Jelas dengan order darinya segera kubuka mulutku selebar yang kubisa lalu secara perlahan segera kutangkupkan kontol Gilang bulat-bulat masuk langsung ke tenggorokanku!




" HUUUFTT!!! VERRR... "

" Gila Dim, gak kena gigi sama sekali!!.. " erang Gilang merapal begitu sekarang kontolnya benar-benar utuh masuk kedalam mulutku seperti maunya Dimas.

Kutahan dan tak kulepaskan kontol ini, terasa sekali ujung kepala penisnya menyundul-nyundul dinding atas tenggorokanku, sambil terus menahanku juga kuarahkan bola mataku agar tetap ke kamera HP Dimas.

Gilang memegangi rambutku dan dia peluk kepalaku agar wajah ini tersekap di selangkangannya yang penuh bulu jembut.

Aku diam saja dan membiarkannya walau hidung mancungku sampai harus tertekuk bengkok saking mentoknya dia benamkan wajahku ke kelaminnya!

" HUAHHH!!... " kutarik nafasku begitu dia tarik mundur keluar kontolnya setelah tadi sekitar 1 menit kutahan mentok di mulutku.

" Gila Ver... Gak cuma anus lo yang udah dol, mulut sama tenggorokan lo juga dah ngeplong gitu banget... " komentar Gilang.

Aku diam menstabilkan nafas dan kupandangi Dimas untuk melihat apa katanya akan aksi yang mungkin membuat dia iri itu. Wajahnya terlihat bengong dalam keseriusannya menatapiku, aku hanya memberikan dia sedikit senyumku dan mengusap air mata yang ada di mataku karena tadi menahan begitu lamanya kontol Gilang di mulutku.

Dan asal dia tahu saja, sebenarnya aku pun ingin melakukan itu dengan kontolnya namun apa daya kontolnya terlalu jumbo untuk mulutku meski sudah kupaksakan sekalipun.

Setelah nafasku stabil kulahap lagi kontol Gilang dan kali ini aku serius akan mengoralnya tak hanya sampai mentok tapi juga dengan teknik hisap.

" Ahhh iya Verr.. Isep terus pler gue sayang... " erangnya lagi-lagi meleguh nikmat ketika kumulai maju-mundurkan wajahku di kontolnya.




Aku tak menahannya seperti tadi dan benar-benar menyervisnya demi kenikmatannya sekarang, karena Dimas sudah mengabadikan aksi ketika kutelan utuh kontol kawannya ini sesuai yang dia suruh.

Habis kontol Gilang kuemut-emut, menjadikan dia sekarang meringis-ringis dan bolak-balik mendongak merasakan nikmat hisapanku!

Tentu dengan ukuran kontolnya yang tidak seberapa ini membuatku bisa bebas melakukan teknik hisapan yang paling dalam sekalipun untuk membuat dia bergetar-getar dalam sensasi ngilu yang berpusat di kepala penisnya.




Sambil memuaskan Gilang mataku masih tetap kearah Dimas, Dimas tak berkedip melihati skill kulumku yang luar biasa walau berkali-kali kulihat matanya tertangkap terus melirik kearah belahan toketku yang dalam posisi merangkak ini tampak begitu menggiurkannya.

" Enak bener kayaknya ngentotin belahan toket putih lo itu Ver... " celetuknya seperti yang kuduga dia juga sedang memerhatikan dadaku selagi aku bermain hisap-menghisap di kontol Gilang.

Dimas ngiler melihat belahan bulatnya yang terlihat begitu rapatnya dan dari kata cowok-cowok yang pernah meniduriku, toketku ini memang mantap sekali untuk dibelah apalagi ketika kupakaikan Breast Belt atau penyanggah.

Jadi baik aku dan pejantanku tidak perlu memeganginya untuk mendempetkan toketku karena sudah tersanggah oleh salah satu koleksi Sex Toys ku itu, juga Dimas sendiri sangat sering mengentoti toketku dalam keadaan tersebut dan hasilnya dia pun muncrat-muncrat dengan leguhan keras!







 " Gil ayok majuin-mundurin kontol kamu, entotin mulut aku.. " pintaku tak sabar untuk segera dia cekoki dengan kontolnya atas gerakannya sendiri.

Tanpa perlu menjawab Gilang segera melakukannya, kulayangkan pandanganku kearah Dimas sebelum mulai kumasukkan lagi kontol temannya dalam mulutnya.




" Ohhh sialan enaknya!!... Gue pake mulut lo cantik!!.. " racau Gilang mengentoti mulutku.

Aku terus membuka mulutku selebar yang kubisa dan membiarkan aku disenggamai via mulut oleh Gilang.

Suara erangan Gilang dan suara mulutku yang dicekoki kontolnya bersatu padu bersama suara rintik air Shower menciptakan suasana yang membuat libidoku benar-benar memuncak, Dimas tetap dalam diamnya memperhatikan aku tengah dinikmati temannya.

Perasaan ini muncul lagi, sensasi aneh ketika aku ditontoni oleh cowokku saat disetubuhi lelaki lain begitu terasa dalam gejolakku sekarang.

Aku lupa kapan persisnya aku mulai suka yang jelas ketika pertama kali teman cowokku membawaku ke kostan temannya dan dia menyetubuhiku tepat di depan temannya itu seketika membuatku merasakan sensasi yang menggetarkan!

Awalnya sih aku gugup karena ditontoni ketika sedang bercinta tapi lama-lama aku merasa mendapatkan kenikmatan yang aneh, apalagi ketika mereka balik posisinya, cowokku yang menonton sementara aku diteruskan ke temannya.

Sulit menjelaskannya, tapi sejak itu pula aku jadi suka dan selalu merasa tertantang ketika ditontoni.




" Eggkk... ekkhk... eeeghkk.... " ujarku ketika sodokan Gilang mulai stabil di tenggorokanku.

Aku tak bisa melirik ke Dimas karena sekarang wajahku sedang dibuat sibuk oleh kontol Gilang, tapi aku yakin dia semakin iri melihat Gilang menikmati mulutku.

Memekku berkedut-kedut lagi, dalam posisiku yang merangkak seperti ini harusnya aku disodok dari belakang juga supaya lengkap aku disetubuhi dari depan dan juga belakang.




" Huaahh.... "

Seketika Gilang mencabut kontolnya ketika dia bekap kepalaku dan dia sodok-sodok tanpa ampun mulutku.

Langsung kutatap Dimas untuk melihat ekspresinya, matanya tampak tajam menatapku yang terus bermesraan dengan kontol Gilang.

" Cantik bener ini cewek Dim.. Ahh gila sepongannya juga mantep banget... " racau Gilang tak karuan.

Aku terus menatap kearah Dimas selagi aku menjilati kepala penis temannya, gerakanku pun mulai kubuat tambah menggoda seperti meraba-rabai dadaku sendiri atau mengerlingkan mata kearahnya dan itu membuat Dimas jadi semakin lasak dengan dua tangannya yang sedang sibuk merekam sembari mengocoki penis jumbonya sendiri.




Sekarang aku ingin juga melayaninya, aku tak bisa berlama-lama kalau hanya sekedar menatap kontol gedenya itu.

Tanpa meminta izin darinya kuarahkan tanganku menggapai kelaminnya yang terus dia kocok-kocok sendiri. Dimas meleguh ketika jari-jariku lentikku mulai menggenggam kelamin coklat tebalnya, kurasakan ada lonjakan energi ketika kembali disadarkan betapa besarnya kejantanannya ini karena sejak tadi aku hanya melihatnya saja.

" Ssshhhhsss... Verr.. " lirih Dimas ketika mulai kukocok lembut kontol gedenya yang sayangnya masih harus kubagi dua dengan Nova.




" Seksi bener tengkuk lo sayang... " celetuk Gilang menyingkap rambut lurus panjangku agar mengekspos tengkukku yang mulus.

Namun aku tak menanggapinya, masih tetap kulirik cowok gantengku di sela-sela kegiatanku menghisapi kelamin kecilnya.

" Ayo Ver hisep lagi kayak tadi... " pinta Gilang sadar bahwa aku sudah tak serius menyepongnya dan tampak lebih berfokus menatap Dimas.

Mau tak mau segera kulakukan lagi, mulai kuambil kontolnya dan kembali kumasukkan dalam mulutku lalu kusedot-sedot yang seketika membuat Gilang menengadah meringis.




" AUUUHHHH!!! GILAA!!.. " erang Gilang bergema di dalam kamar mandi ini merasakan nikmat sedotanku lagi.

Kulirik keatas dan melihat kepalanya yang sedang dia tadahkan ke langit-langit ruangan, sementara tangan kiriku juga intens mengocok-ngocoki kontol Dimas yang sedang dalam antrian mulutku.

Belum semenit kuseriusi hisapanku mulai kurasakan denyut-denyut di sekujur batang Gilang, karena tak mau spermanya terbuang sekarang maka kuhentikan hisapanku dan segera kuberalih ke Dimas.

" Kamu mau aku isep juga Dim?.. " tanyaku ke Dimas yang tak dia jawab.




Tak butuh jawaban langsung kukulum saja kontol yang berbeda sekali ukurannya dari milik Gilang ini.

" Sttsthh ... Anjiinggg!!... " umpat Dimas sambil menggeleng-geleng ketika sedotanku mulai kumainkan di kepala penisnya.

Kuemut sekuat yang kubisa sampai suara sedot emutanku ini terdengar begitu nyaringnya ketika kulepas mulutku dari kontolnya.

Dimas menggelinjang, perut kotak-kotaknya terlihat kembang-kempis sebagai upaya dia menstabilkan nafasnya.

Kuakui Dimas ini kuat, sangat kuat! Malah kadang aku heran dengan nafasnya yang bisa tak habis-habis seperti kuda ketika mengentotiku, seperti yang sudah kusinggung dia bisa mempertahankan RPM tingginya dalam waktu yang lama.

Hal inilah yang sulit membuatku mengimbanginya karena nafasku pendek dan staminaku juga tak seberapa apalagi tiap orgasme selalu menghabiskan begitu banyak tenaga maka jadilah aku pasti klenger-klenger jika Dimas sudah memainkan permainan tempo tingginya.

Tapi untuk urusan oral dia sama halnya dengan semua laki-laki yang pernah kusepong, dia juga akan meracau-racau tak karuan dan bergetar ngilu walau memang dia tetap bisa menahannya lebih lama dari rata-rata mereka.




Tak hanya kontol Dimas, kontol Gilang juga kuhisap bergantian sekarang.

Kini dua kelamin sedang ada dalam kuasaku dimana masing-masing pemiliknya sedang meleguh-leguh dalam ringisan mereka merasakan dahsyatnya kenikmatan mulutku.

Dimas terus merekamnya, walau wajahnya sudah tertekuk-tekuk tapi dia tetap ingin mengabadikan momen ini yang pasti akan jadi bahan colinya nanti.

Tak ragu kucoba telan utuh-utuh lagi kontol mereka memastikannya masuk ke laklakan tenggorokanku, tapi tetap aku menemukan kesulitan melakukannya dengan kontol Dimas dan itu tidak bisa di remedi sampai kapan pun.

Fokusku sudah sepenuhnya pada mereka berdua, meskipun memekku sekarang sudah begitu gatalnya ingin segera 'digaruk’ tapi aku senang dengan keadaanku sekarang dimana tanganku dipenuhi dua batang tegang ini.

Semakin kurapatkan kontol mereka dan bahkan kucoba masukkan sekaligus kedalam mulutku tapi tak bisa karena kontol Dimas saja sendiri saja sudah penuh di mulutku. Jika kondisinya dua kontol normal pasti bisa masuk sekaligus.




" Ummpphhh.... Umpphhh.... " gumamku ketika kurapatkan kepala penis mereka dan kujilati sambil menggeleng-gelengkan wajah.

Erangan mereka makin nyalak terdengar terlebih Gilang yang sepertinya sudah akan ejakulasi.

" Ahhh Verrr.... Gue gak tahan sayang.... Sttttstt!!.. " tariknya langsung menjauh saat lubang pipisnya kukecup-kecup.

Untungnya Gilang memilih mundur, aku sempat kuatir jika dia tadi sampai ejakulasi, mungkin dia gengsi dengan Dimas dan berusaha mengimbanginya.

Aku yakin kalau tadi kami sedang satu lawan satu pasti dia akan ejakulasi di wajahku.




" Ohh kontolmu yang... " desahku karena sekarang dapat juga kesempatan memanjai kelamin cowok yang sedang kugila-gilai ini.

Kulayangkan tatapan mataku yang sangat disukai oleh pria manapun ini guna memperdalam aksiku. Dimas juga menatapku dan seakan dia sendiri pun tak pernah bosan-bosan menikmati indah parasku.

" Oghkkk... Oghkk... Oghh.. "

Kucoba lagi meneguk kontolnya yang hanya mampu sampai setengah bagian saja, wajah tampannya terlihat begitu acak-acakannya juga mendengus dengan keras menahan semampunya nikmat oralku.




Dua menit kontol cowok ganteng ini masih terus kulahap, aku sudah tak tahan, keringat mulai mengucur keluar dari pori-poriku sementara memekku amat sangat basah, aku sudah ingin segera mendapatkan orgasmeku tentu saja dengan kontol mereka bukan dengan jariku yang dari tadi juga kugunakan untuk menggesekkan klitorisku sebagai selingan selagi menservis mereka.

" Entotin aku sekarang yang.. Aku pengen kalian entotin sekaligus.. " tatapku dengan suara lembut ke Dimas.

" Plisss.. "

Dimas yang menengadah kembali menatapku, dia diam kemudian mengelusi rambutku.

" Lo pengen dientot sekaligus?.. " tanya Dimas mendekatkan kameranya ke wajahku.

" Iya sayang.. Aku pengen kontol kalian sekaligus di dalem lobang pantet sama memek aku... " lanjutku menatapnya sayu.

Mereka berdua terdiam, tapi kulihat jakun mereka naik turun meneguk ludah mendengar aku mengucapkan itu, berhubung di ronde awal aku tak mendapatkannya karena mereka yang begitu bernafsunya hingga membuat mereka bergerak sendiri-sendiri dan sekarang aku ingin memastikan mereka akan melakukannya.

" Ayok Dim, kita bawa keluar nih bule.. Gue udah gak tahan pengen ngentotin dia.. " ujar Gilang yang tampaknya sudah sangat tak sabar.

Dimas yang sepertinya sama bernafsunya kemudian segera menjenggut rambutku dan dia pun menggiringku keluar dari kamar mandi sambil merangkak.





..............................


Dinginnya marmer kurasakan di ujung lututku, meski mereka berdua sudah tak sabar untuk menikmati badanku tapi Dimas menggiring dengan perlahan tak terburu-buru sama sekali.

Dia menikmatinya, Dimas memang suka membuatku merangkak dan dia betah melihatku berjalan seperti peliharaannya seperti sekarang.

Sifat dominannya memang telah muncul sejak dia berimprovisasi terhadap permainannya sendiri, dan aku benar-benar suka itu.

" Anjing Dimm!! Nih cewe bener-bener nafsuin... " leguh Gilang kembali vokal menikmati pemandangan wanita secantik dan seseksiku diperbudak temannya.

Dia berada dibelakangku untuk menikmati keindahan pantatku yang betul-betul terlihat seksi dalam posisi merangkak seperti ini, sesekali dia tepuk-tepuk seolah melepaskan kegemasannya.

Dimas yang menyeretku terus menatapku dengan pandangan redup penuh nafsunya, hingga tiba-tiba dia menyuruhku berhenti.

" Berenti disitu Ver terus busungin dada lo... " ujarnya memberdirikanku untuk tegak diantara lutut lalu dengan buru-burunya langsung dia taroh kontolnya tepat di belahan dadaku!




" Ahh yangg... " desahku kaget karena dia sekejap saja merapatkan toket bulatku dengan kasar dan sudah mulai mengentoti toket kencangku.




" UHHH VERR!!.. " leguhnya keras ketika batang kelaminnya bergesekan di payudaraku yang kurapatkan dengan tanganku.

Dimas menggenggam rambutku agar tidak menghalangi pandangannya ke wajah cantikku yang juga dia gunakan sebagai tumpuannya.

Aku membantu penetrasinya dengan meludahi jalur gesekannya guna mempermudah dia menggenjoti belahan toketku yang memang sejak di kamar mandi tadi sudah dia incar-incar.

" Enak gak sayang dadaku?.. " tengokku kearahnya yang sedang dengan wajah seriusnya.

Dimas lagi-lagi irit bicara tapi dari ekspresi wajahnya sudah menjelaskan semuanya.




" Shhhtt... Ahhh... " erangan kembali terdengar dari mulutnya.

Gilang hanya berdiri tegak di samping kami, mengocoki penisnya sendiri dan sepertinya ngiler melihat kontol Dimas yang begitu pasnya membelah payudara bulatku sekarang.

Sekarang justru Gilang yang berbalik iri melihat kontol Dimas bisa sampai mengenai daguku ketika ia naik-turunkan di dadaku dan malah kujulurkan lidahku supaya menambah sensasi nikmat untuk Dimas.

Mungkin Gilang akan berpikir aku pilih kasih karena saat dia melakukannya aku tak menjulurkan lidahku, tapi ya mau bagaimana lagi kontol Dimas sendiri memang besar dan panjang karena itulah gesekannya bisa sampai menyentuh daguku.

Dan itu tak bisa kulakukan dengan kontol berukuran normal seperti miliknya, boro-boro sampai ke dagu, baru sampai dada atasku saja kelaminnya sudah tenggelam ketika dia melakukan hal yang serupa diruang tamu tadi.




Lagi asik-asiknya merapatkan dadaku dengan kontol si gantengku, Gilang mendekat dan dia menyingkap rambut yang menutupi leher kembali mengekspos tengkukku.

" Tengkuk lo Ver.. Sttsthh.. " desisnya begitu tengkukku terpampang tanpa tertutup rambut lurusku lagi.

Gilang sepertinya begitu menyukai tengkukku, tampaknya dia terangsang melihat kemulusannya yang tanpa noda setitik pun dan aku bertaruh pastilah dia greget untuk mencupangnya.

" Ya boleh-boleh saja sih, asal tidak dimarahi Dimas.. "

" Hihihi... " gumamku dalam hati.

Gilang jongkok lalu mengecup-ngecup tengkukku yang membuatku mendesis karena area ini sangatlah sensitif dan jelas konsentrasiku dengan Dimas jadi buyar setelah interaksi darinya.

" Gilll.... Huuhhh!!.. " lirihku merasakan ciuman dan hembusan nafasnya di leher sampingku.

" Mppmmh... Wangi bener lo tengkuk lo cantik... " balasnya dalam senyum setelah berhasil membuatku menggelinjang.

Tak berapa lama dia kemudian tegak dan menyodokan kontolnya ke mulutku, kubuka saja mulutku lebar-lebar dan kujulurkan lidah untuk membiarkan dia memainkan kontolnya di mulutku.

Dimas diam saja dan tetap membelah dadaku walau sekarang dia mesti berbagi ruang juga dengan Gilang.




Aku pasrah, kini aku benar-benar dikuasai oleh dua orang pria penuh nafsu yang sedang menjadikan tubuhku sarana pelampiasan nafsu mereka.

Terutama Dimas yang seperti sedang mewakilkan khayalan kotor dari para laki-laki yang begitu inginnya menjejalkan kontol mereka di belahan dada besar dan bulatku ini yang hanya bisa mereka saksikan dari setiap foto seksi yang kuunggah.




Tak terasa 3 menit setelah erangan mereka silih berganti, mereka berdua kembali tersadar. Dimas lagi-lagi membuatku terkaget karena tiba-tiba dia menjenggut rambutku dan langsung memposisikanku untuk kembali merangkak.

" Ughhh Dimm.. " kagetku seketika dia banting dan dia geret lagi menuju ke ruang tengah.




" Lo tuh gak pantes jalan, cewek pirang toket gede kayak lo pantesnya ngerangkak dan jadi pemuas Ver!!... "

Aku langsung tersentak dengan kata-kata Dimas!

Badanku yang sedang dia geret merangkak ini tiba-tiba merinding dan aku benar-benar bergejolak dalam bara nafsuku sekarang.

Kuat jenggutan tangannya menggenggam rambut pirang panjangku yang sudah kubilang sengaja kupanjangkan untuk dibuat seperti ini.




" Ahh gila!!.. Gue bakal bener-bener ngentotin nih lacur abis-abisan Dimm.. " ancam Gilang yang berada dibelakangku tak ingin ketinggalan memberi gambaran betapa bernafsunya dia sekarang.

Aku pun sangat menikmati momen ini, momen dimana aku digeret dua orang pria dewasa yang sebentar lagi akan menjadikanku boneka seks pemuas untuk mereka dan akan mereka babat habis dengan ganas!

Aku suka sekali, sungguh sangat suka! Apalagi ketika Dimas dan Gilang menggunakan kata-kata yang melecehkan seperti memanggilku pirang, kulit putih, atau hal-hal yang menjurus ke rasku.

Mendengarnya membuatku jadi makin bergairah jika mereka hina seperti itu, padahal dulunya aku sangat trauma dengan kata-kata tersebut dalam kehidupan sosialku, tapi ketika digunakan dalam konteks seks aku justru merasa sebaliknya dan tak tahu kenapa malah aku suka!

Aku sudah paham bahwa memang sejak dulu ras wanita berambut pirang dan berkulit putih selalu dilabeli predikat Whore malah juga dianggap sebagai ikon seks. Mungkin ini merujuk ke penampilan kami yang umumnya terlihat lebih menggoda dari kebanyakan wanita dari ras lain.

Jujur aku sendiri juga tak begitu mengerti tapi hal tersebut sungguh kurasakan secara langsung. Stigma negatif yang disematkan ke wanita-wanita berambut pirang yang dianggap identik dengan seks sering membuatku dilecehkan.

Waktu remajaku dihiasi dengan hinaan, tanda tanya akan asal-usulku dan berbagai perlakuan rasis lainnya, orang-orang juga selalu melihatiku seperti ingin menelanjangi atau memperkosaku saja dan itu sungguh membuatku takut sekaligus trauma berinteraksi dengan teman-teman sebayaku.

Tapi seiring berjalannya usia aku sudah tak memperdulikannya, aku tak peduli lagi dengan tatapan dan pandangan-pandangan mesum mereka kearah tubuhku, malah sekarang aku justru suka setiap pandangan nakal atau celotehan mereka yang sering memanggilku pelacur ketika aku lewat.

Inilah alasan kenapa sekarang aku berani mempertahankan warna rambut asliku ini ketimbang mengecatnya jadi gelap seperti dulu untuk bersembunyi.

Kendati aku tak suka dengan warnanya tapi mau bagaimana lagi, aku tak bisa menolak Bloodline ku sendiri dan positifnya aku bisa memanfaatkannya untuk menggoda pria.




Dimas membimbingku yang merangkak menuju sofa yang sama seperti ronde pertama kami diruang tengah ini, begitu tiba dia langsung melemparku ke sofa dan menyuruh Gilang untuk segera mengentotiku.

" Gil lo entotin memeknya dia... " ujarnya setelah mendorongku kasar agar naik ke sofa.

Aku diam saja, aku pasrah ketika Gilang langsung duduk di sofa dan tak mau berbasa-basi dia segera menyuruhku naik ke pangkuannya untuk dia entoti.

Segera kuarahkan memekku ke kontol tegangnya yang sudah terhunus keatas, aku tahu mereka berdua sudah tak bisa ditawar-tawar atau digodai lagi sekarang karena mereka sudah berada di titik tertinggi gejolak nafsu mereka masing-masing.

" Ohhhhh!!.... " desisku merasakan nikmat ketika penisnya perlahan ambles di dalam memekku.

" Anjir udah basah banget memek lo perek.. " celetuk Gilang dan mulai menggenjotku.




Hujaman Gilang yang langsung dia sodok cepat ini jelas membuatku mendesah, memekku yang telah berkontraksi sejak di kamar mandi tadi kini akhirnya mendapatkan apa yang dia mau setelah tadi harus menyervis dua orang ini terlebih dahulu.


PLOKK!! PLOOK!! PLOKKK!!


Suara hentakan Gilang yang menggasakku tanpa ampun terdengar dengan jelas sekarang.

"Ahhh.. Giilll.. Enak banget terus genjot yang kuat sayaaang!!... " desahku terbawa suasana.

Tapi seketika aku teringat dan kutolehkan kepala kebelakang mencari Dimas, dan kulihat Dimas malah hanya menonton dan mengocoki penisnya sendiri melihat aku di eksekusi Gilang.

" Diimm... " panggilku kearahnya dengan nada manja dan langsung kubuka pantatku berharap dia mengerti.

Melihat gelagatku yang minta di DP ini membuat dia mengerti, lelaki tampan bertubuh kekar segera mendekat kearah kami, dia rebahkan tubuh depanku di dada Gilang guna memberi Space kepadanya agar bisa ikut menggarapku dari belakang.



Gilang menyetop hujaman penuh nafsunya karena tahu Dimas ingin masuk juga ke permainan.

Dimas meludahi meludahi penisnya sendiri sebelum kemudian mengarahkan kontolnya ke lobang pantatku, dadaku berdebar aku menutup mata untuk bernostalgia sejenak akan kenikmatan dipakai dua lelaki sekaligus.



" Sssshhhhh...... " desisku ketika kepala penis Dimas terasa menyeruak masuk membuka pantatku.

Dan dalam sekali dorongan akhirnya tembuslah sudah anusku oleh kontol besarnya!

Perasaan ini, perasaan yang sama. Aku bingung harus menggambarkannya seperti apa, aku merasa seperti aku baru saja melepaskan dahaga yang sudah lama terpendam, entah sudah berbulan-bulan lamanya aku tak merasakan sensasi ini, sensasi kenikmatan ditusuk dua laki-laki bersamaan.

" Gilaa banget Ver.... " celetuk Dimas membuyarkan konsentrasiku yang sedang meresapi proses awal-awal penyatuan tubuh kami ini.

Kepala penis Dimas sudah masuk kedalam anusku, dia mendorong batang kontolnya perlahan masuk lebih dalam, kini aku merasakan dua kelamin ini mulai beradaptasi satu sama lain dan tubuhku sudah saling terhubung dengan dua laki-laki!

" OOOOH FUCK!!!.. " aku melepaskan desahanku sekuat tenaga ketika Dimas menohok kejut kontol gedenya.

" Ini yang lo suka kan Ver?... " ucap Dimas lalu mulai menghujam-hujamkan utuh kontolnya di anusku.

Aku hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahku sendiri.

" Mulai genjot aku sayang, pake aku kayak pelacur dan boneka seks kalian!!.. " kataku yang sepenuhnya benar-benar sudah tak sadar lagi.

Gilang yang dari tadi hanya mendiamkan kontolnya memberikan waktu ke Dimas untuk adaptasi sekarang juga kembali menggenjot memekku, dan mulailah dua kontol berbeda ukuran ini mengamuk di dua lubang selangkanganku!



" Enakkk banget bangsaatt!!!... Terus entotin aku sekuat yang kalian bisa!!.. " jeritku menggila memanasi mereka agar mereka semakin penuh nafsu.

Aku sudah tak karuan merasakan nikmatnya ketika kontol Gilang menusuk masuk sementara kontol Dimas mengendur mundur, sensasi inilah yang sulit untuk kugambarkan seperti apa rasanya, yang jelas kini badan molekku ini hanya menjadi perantara dari dua Piston yang saling berlomba-lomba mencari kenikmatannya masing-masing.





" Dim kontol kamu gede banget sayaaang, pantatku bisa jebol.. Ahhhh!!.. " tolehku menyamping seakan ingin melihat bagaimana ringseknya anusku karena justru kontol yang paling besarlah yang sekarang malah menggenjot pantatku.

" Diemm lacur! Pantat lo emang udah lodoh kek gini gausah nyalahin kontol gue.. " ujar Dimas seketika menabok pantat putihku yang sedang dia bantai.




" Uhh panas Dimmm!!!.... Iya sayang hajar aku, kasih pelajaran ke jablay pirang kayak aku!!!... " aku semakin menjadi-jadi karena Dimas mulai memainkan sisi Rough nya.

Hujaman mereka semakin kuat, Dimas menyodomiku menggunakan tempo stabilnya sementara Gilang mengentotiku dengan cepat dan cenderung tak beraturan, tapi justru memberi sensasi yang luar biasa!

Rasanya aku ingin meraih klitorisku dan menggeseknya dengan jariku seperti biasa, namun dalam keadaanku yang terhimpit seperti ini menyulitkanku melakukannya.

Tubuhku sudah Autopilot juga otakku dipenuhi oleh hormon kenikmatan yang menjalar memenuhi kepala! Rasionalitasku seakan hilang dalam keadaanku yang disenggamai dua orang pria seperti ini dan kalau saja ada dildo sudah kusuruh Dimas segera colok ke mulutku sebagai ganti kontol supaya tiga lubangku terisi semua sekarang!

Aku mendesah sekuat yang aku bisa, aku tak peduli jika sampai kami digrebek tetangga seperti yang Gilang selalu wanti-wanti, tapi aku benar-benar tak perduli.

Kalau memang terjadi, aku tinggal biarkan mereka memperkosaku saja sekalian sebagai kompensasinya!

Bermenit-menit berjalan dengan panas, ditengah-tengah permainan Dimas kemudian memelukku dari belakang dan mengecup pipiku mesra guna memancing orgasmeku.




" Ohh Verr.. Lo hot abis!!... "

" Enak banget ngentotin cewek secakep lo ini sayang.. Dan lo suka kan dipake di dua lobang lo kek gini?.. " tanyanya mendekapku kuat dan mengecup-ngecup wajah cantikku.


" Su...sukaa banget sayang.. "


" Tapi a..aku mau lebih yang.. "

" Sodok aku brutal kayak ka..kamu yang biasa... "

" Buat aku klenger-klenger lagi ka..kalau perlu rantai-rantain aku Dimm!! Uhhh!!... " rapalku tak terkendali di tengah terpaan badai orgasme yang akan menghampiri.




Dimas diam, hembusan nafasnya terasa di sekujur wajahku yang tengah dia cium-cium, sementara sodokan mereka juga tetap berjalan walau tak beraturan.

" Ayo Dimm.. Bikin aku orgasme... "

" Kalian ud..udah berdua tapi cuma segini aja yang kalian bisa?!... " celotehku memprovokasi mereka karena terasa genjotan mereka yang semakin melambat terutama Gilang.




Pandangan Dimas yang sedang menatapku seketika berubah menjadi tajam, sepertinya dia panas mendengarnya.

Kemudian perlakuan mesra dan erat pelukannya tadi dia ganti dengan jambakan di rambutku dari belakang hingga membuat kepalaku jadi terdongak keatas.

" Awww Dimm.. " erangku merasakan betapa kuatnya dia tarik paksa rambut panjangku ini.

Dan sontak rasa sakitnya langsung menjalar membuat orgasmeku naik dengan cepat.



" Iya sayang percepat genjotan kamu... Bantai aku!!... " racauku menikmati perlakuan kasarnya.

" Lo berisik banget kalo lagi dikentot gini!! Udah diem! Pokoknya lo habis malem ini!.. " bentak pacar Nova menambah kuat genggaman tangannya di rambutku.

Mereka mulai menaikkan tempo genjotan masing-masing, digenjot dalam keadaan terkunci begini menjadikanku kalang-kabut, dengan kuncian tangan Dimas di rambutku dan hujaman mereka yang Absurd membuat aku meleguh dan merasakan energi besar yang akan segera meledak keluar.

Tahu bahwa aku sudah ingin orgasme Dimas pun segera menggeber anusku dengan kecepatan tingginya yang luar biasa itu!

" AHHH DIIIMMM!!!... " teriakku keras dengan mata terpejam merasakan betapa gilanya dia menghajar anusku sekarang.



Dimas sepenuhnya mendominasi permainan, bahkan Gilang tak bisa mengikuti ritmenya dari bawah meski terasa dia juga menaikkan tempo genjotannya sekuat yang dia bisa namun tetap tak sebanding dengan geberan Dimas.


Tak sampai satu menit dari sejak dia jambak rambut dan menggeberku sekuat yang dia bisa aku pun tak sanggup lagi.

" AKUU.. KE..KELUARR DIIM!!... " akhirnya orgasme hebatku keluar juga dan langsung menjadikanku terkejang-kejang ditengah dua lelaki ini.

Mereka kompak menghentikan genjotannya terutama genjotan sadis Dimas tadi, Gilang yang paling merasakan derasnya semburan itu mengalir keluar dari dalam vaginaku langsung melepaskan kontolnya dari memekku. Dimas juga berdiri dan membiarkan aku menikmati puncak klimaksku ini.

" Gilaaa, ampe muncrat-muncrat gini... " celetuk Gilang yang masih memangku tubuhku dan mengindikasi jika tadi aku Squirt.

Aku rebahkan tubuhku di dada Gilang, sendiku serasa lepas semua, nafasku mulai berat dan terengah-engah, aku puas sekali, sangat puas!

Ini dahaga pertamaku setelah sekian lama tak orgasme dengan dua pria dan rasanya sungguh nikmat!

Sekitar dua menit aku terkapar dalam pelukan Gilang, cowok ini lumayan sabar menungguku Recover sambil mengelus rambut panjangku yang tergerai dengan mesra.

" Udah enakan Ver? Gue pengen pake pantet lo juga.. " ujarnya membisikiku.

Aku tak menjawab tapi perlahan aku mulai bangkit berdiri dan membalikkan tubuhku, Gilang masih duduk di sofa seperti tadi, hanya saja posisiku yang sekarang berganti jadi membelakanginya.

Dengan gontai aku langsung mengarahkan kontol Gilang yang tetap tegang itu ke pantatku, staminaku memang sudah terkuras habis karena di ronde pertama tadi pun aku sudah All-Out dan tak menahan diri sama sekali.

" Shhhhsssss Ver, pantat lo!.. " desis Gilang saat kududuki kontolnya.

Aku kembali mendesah saat merasakan kontol Gilang mulai tertanam di dalam pantatku, aku melirik kearah Dimas yang hanya tegak di depanku.

Matanya tak berkedip menatapku yang kini terduduk mengangkang sambil di sodomi Gilang, sama seperti temannya, kontol Dimas tak bergeming 1 cm pun dan tetap ereksi penuh selama aku tumbang tadi.

Aku menatapnya binal, mulai kurabai memekku yang masih sensitif ini dengan jari lentikku, sebisaku menggodanya dan memberikan isyarat agar tak membuang waktu untuk segera mengisi memekku yang kosong ini, karena aku ingin intensitas tinggi sejak awal.



" Dimm... Cepet coblosin kontol gede kamu ke memek tebel pink aku ini... "

" Ayo sayang, bikin aku orgasme kayak tadi lagi... Sttshh.. Liat itil aku dah bengkak bangeet!! Oaahh!!... " lirihku seperti biasa meracau merasakan nikmat gesekan jari di klitorisku sendiri.



Dimas diam saja dan tak berkomentar, entah dia seperti sedang mengamati gelagatku yang mungkin diluar perkiraan dia bahwa aku benar-benar seliar ini.

Tapi aku tak perduli, bersamanya aku memang sudah putuskan bahwa aku takkan menutupi apapun lagi!

Tak berapa lama dia kemudian maju dan mulai naik memposisikan diri kearah aku yang sudah mengangkang menunggunya.



Dengan jari lentikku kubuka labia memekku agar kontolnya gampang masuk kedalam lubang peranakan yang selalu ingin dicabuli oleh banyak pria ini.

Dimas menjejalkan kontolnya dengan perlahan hingga akhirnya ambles dan langsung dia genjot penuh nafsu!

Seketika kontolnya sudah maju-mundur di dalam memekku segera kugesek tanpa ampun hingga menjadikanku kembali panas keenakan akibat penetrasi di dua lubangku.



" Uuuhh.. Gede banget sih pler lo bangsat!!.. "

" Gak di pantet gak di memek tetep aja bikin penuh lobang gue... Aughhh!!!... " desisku tak karuan memburu orgasmeku lagi secara beruntun.

Sesaat setelah adaptasi baik Gilang dan Dimas akhirnya mulai mengentotiku menggunakan ritme mereka masing-masing, aku kembali mendesah hebat terhadap sensasinya terlebih dalam posisi mengangkang begini aku bisa dengan bebas me-Rubbing klitorisku sendiri.



" Ayo Gi..gil.. Tambah lagi entotan kamu... Masa segini doang aja sih kamu!!.. " ledekku Toxic karena hujamannya lagi-lagi kalah dari Dimas.

Gilang mendengus, perkataanku jelas mengganggu harga dirinya apalagi dia sebenarnya sadar jika Dimas memang jauh lebih tangguh darinya hanya saja dia tak perlu penegasan dariku.

Maka dia pun tiba-tiba membekap mulutku dari bawah dan dia tampar-tampari wajahku seolah melepaskan kekesalannya.



" Pecun, mulut lo kotor banget!! Gak pantes banget sama muka lo yang lugu ini... "

" Gak bisa apa lo gak diem kalo lagi dientotin kayak gini? Hah?.. " hardiknya sembari terus menampar wajahku.

Panas telapak tangannya yang kurasakan di pipiku sekejap membuat libidoku Up dengan cepat lagi! Kugesek vaginaku yang tengah dikerjai Dimas makin cepat guna mengejar sensasi nikmat yang sedang kutanjak naik dengan amat menggebu-gebu.

" Cee..cekekk aku Gil, aku pengen keluaar... " pintaku padanya yang segera dia lakukan.



Kupertahankan posisi ini dan kuburu klimaksku walau sekarang nafasku sedang dikunci oleh cengkram genggaman tangan Gilang, yang entah kenapa sejak dulu makin kuat aku dicekik dan dibuat tak bisa bernafas semakin cepat dan semakin nikmat pula orgasme yang kudapat.

" Eggkk... Ahhhh!!!!.. " dengan erangan tertahanku pun tibalah aku mendapatkan apa yang kucari.

Dimas mendiamkan kontolnya begitu siraman basah itu meleleh keluar dari memekku, Gilang juga melepaskan cekikkannya di leherku yang membuatku kembali bisa bernafas.

Aku terbatuk-batuk dan urat-urat di wajahku langsung keluar semua rasanya. Dimas yang berada di depanku sedang menatap wajahku yang aku jamin sedang memerah sekarang, sesekali dia membelai pipiku sambil merasakan kontraksi di vaginaku yang pasti terasa oleh kontolnya.

" Lo cakep gila kalo lagi kek gini Ver... Suer.. " katanya seraya mengelus pipiku dan mendekatkan wajahnya kearahku.

Dimas mencium bibirku yang hanya bisa kuladeni ala kadarnya berhubung nafasku sedang berantakan sekali.

Selang satu menit setelah hanya mengerami masing-masing lubang yang mereka huni, Dimas mencabut keluar kontolnya dari memekku lalu segera dia jongkok tepat di atas wajahku.

" Buka mulut lo lebar-lebar... " perintahnya yang kuikuti.

Kemudian kekasih sahabatku ini langsung menghujamkan kontolnya berkali-kali ke mulutku yang menganga hingga membuatku melotot dan kaget, karena Dimas seperti tak sadar ukuran kontolnya dan berusaha mencoloknya sedalam mungkin!



Suara tersedak-sedakku berkali-kali terdengar ketika si lelaki tampan terus saja menjejalkan penisnya ke mulutku yang tak seberapa ini.

Rasa gurih asin dari cairan beningku terasa kental sekali di kontol Dimas yang berlumuran dengan cairan tersebut berhubung Dimas tadi tak menarik keluar kelaminnya ketika ledakan orgasmeku terjadi.

Saat Dimas sedang sibuk menyiksa mulutku Gilang sudah kembali mengentoti anusku dan membuatku mendesah-desah lagi.

" HAHHH VERR!!.. " erang lelaki berbadan kekar ini kemudian tegak diatasku dan tampak gregretan.

Kutatap dia yang tengah berdiri mengolongiku dari atas yang juga sedang menatap tajam kearahku.

Aku hanya bisa berikan dia tatapan memelas penuh kepasrahan, dayaku sendiri sudah terkuras habis sekarang dan untungnya mereka tak memintaku menggoyang mereka dari atas karena sudah pasti aku takkan sanggup melakukannya.

" Dimmm.... " panggilku lemah padanya berharap dia tak hanya mengocoki kontolnya itu dengan tangannya sendiri.

Tak kulepaskan sedetik pun pandangan senduku dari wajahnya yang hanya melihat aku tengah dinikmati oleh temannya sekarang.

Tanpa perlu berkata-kata aku yakin Dimas tahu apa yang kuinginkan, dia tahu sekarang aku siap menerima hujaman kontolnya lagi di memek tebalku yang benar-benar sudah kupersilahkan untuk dia nikmati.



Tak perlu kode lebih lama, Dimas yang masih sangat bernafsu itu kemudian perlahan merunduk mengambil posisi setelah sedari tadi hanya menatap wajah cantikku dari atas mengolongi aku dan Gilang.

" Anjing lo emang Verr!!... "

" Lo bikin otak orang buntu tau gak lo.. "

" Dan keknya gue perhatiin lo beneran emang suka ya kalo lobang lo keisi kontol semua?.. " komentarnya sambil jongkok tepat di depan selangkanganku.

" I..iya sayang, aku suka di double!!.. Aku suka digilir, aku suka diewein rame-rame pokoknya aku suka semua!!... "

" Sekarang cepet masukin kontol gede kamu ke memek aku lagi Dimm!!.. Jangan bikin aku gatel nunggu!!.. " balasku begitu saja karena memekku begitu gatalnya lagi sekarang apalagi sengaja tak kugesek.

Dimas tersenyum menanggapi bacotan liarku, sejurus kemudian pacar Nova ini menempatkan kontol gedenya di pintu masuk memek merah merekahku.



" HAANJIINNGG!!!!... "

Kutengadahkan kepalaku keatas begitu terasa memekku kembali disumpal penuh oleh kontol Dimas!



Aku memejamkan mata dan menggeleng-geleng, rasanya sungguh luar biasa nikmat dan aku benar-benar bisa gila dengan sensasinya.

Sungguh, saking lamanya tak diisi dua kontol sekaligus membuatku seperti baru pertama kali lagi melakukannya.

" Liat toket gede lo Ver... Ohh gila lo seksi banget sih!!.. " racau Dimas tak kuasa mengungkapkan betapa dipenuhi nafsunya dia sekarang.

Tak pelak kami semua tengah terbawa dalam suasana panas dan birahi kami masing-masing.



Aku mendesah-desah dan fokus sepenuhnya pada hujaman mereka yang sedang mencari-cari kenikmatan mereka masing-masing di dua lubangku, aku pasrahkan seutuhnya tubuh putih porselin nan seksi ini jadi sarana kenikmatan mereka.

Sofa berderit-derit, desahan kami bertiga seakan saling bersahut-sahutan memenuhi ruangan tengah kontrakan Gilang ini walau pintu dan jendelanya sudah dia tutup sebagai bentuk antisipasinya dari hal-hal yang tak kami inginkan akan pesta kecil yang sedang kami gelar sekarang.

Menit berlalu, stamina mereka memang sepertinya berbeda, Gilang cenderung kencang di awal kemudian melambat di paruh berikutnya, sementara Dimas selalu seperti biasa, sangat stabil menjaga temponya.

Aku sama sekali tak memainkan jariku di klitorisku seperti tadi, entah kenapa sekarang aku ingin orgasme dari gesekan juga tempo yang mereka padukan bersama. Kukira awalnya ini bisa menghemat sedikit tenagaku tapi rupanya aku keliru, gejolak orgasmeku tetap terasa naik sama cepatnya dalam permainan dengan intensitas tinggi seperti sekarang.

" Diiiimm.. Aku pengen orgasme lagi... OOOUHH.. " teriakku sambil mencengkram sekuat-kuatnya otot bisep Dimas yang kekar ini.

Mendengarnya mereka berdua pun langsung menambah 'dobrakan' mereka lagi di memek dan pantatku.

Dimas memegang leher belakangku menggunakan kedua tangannya untuk menjadikan tolakan dari genjotannya, sementara Gilang di bawah dengan tangannya memegang bongkahan pantatku seolah membuka pantatku lebar-lebar.




Dihantam dari atas-bawah dan hanya menjadi bantalan daging dari dua orang laki-laki yang berada di level tertingginya membuatku tak bisa berbuat banyak menghadapi mereka.


" AAAAHHHH.... HIYAA TERUS GINI SAYANGG.. OHHHH... " jeritku ketika ombak besar ini mendekat.

Hujaman mereka terus membabi buta, mereka menusuk kedua lobangku sedalam-dalamnya hingga mentok, aku bisa mendengar dengan jelas bunyi cipokan di masing-masing lobangku yang sedang mereka geber sekuat tenaga.

Namun selang sesaat aku akan orgasme Dimas tiba-tiba mundur dan mencabut kontolnya dari memekku lalu tegak hanya mengamati.

Aku meliriknya dan menggeleng-geleng, seakan aku ingin dia kembali tusuk memekku yang sudah berdenyut-denyut ini tapi Dimas tak mengeluarkan sepatah katapun kecuali hanya memberikan tatapan dalam melihatku dibantai Gilang.

Dengan keluarnya Dimas dari permainan jadi membuat Gilang lebih leluasa, sekejap laki-laki bertubuh cungkring dan pendek ini menggenggam paha padatku lalu menggeber anusku seolah menunjukkan kebolehannya yang selalu tenggelam jika ada Dimas.

Melihat memekku yang menganggur segera 'kuaduk-aduk' lagi dengan jariku sendiri mengimbangi penetrasi dari Gilang di lobang pantat untuk mengejar orgasmeku.

Gilang mendengus bak banteng dan mulutku kembali merapal menyemangatinya untuk terus menghajarku lebih kuat karena sekarang semua bergantung dari alur yang dia buat.



" Ayoo Gill.. Lebih kuat sa..sayang... Huahhhh!!.. " erangku terpejam mencoba menikmati sensasi yang masuk.

Dimas tetap diam melihatku yang makin tak terkendali ini, mungkin dia ingin memberi kesempatan ke Gilang membuatku orgasme, berhubung memang sejak datang di kontrakannya nyaris setiap orgasmeku karena eksekusi dari Dimas.

Gilang tak menyia-nyiakan kesempatan ini, geberannya terasa semakin meningkat seiring berjalannya waktu dan dalam posisi mengangkang begini aku benar-benar merasakan hujaman kontolnya yang leluasa keluar-masuk menjebol lubang pantatku.



" Gill terus gil.. Pertahanin tempo ka..kamu ini... " desahku karena kurasakan sepertinya inilah titik tertinggi yang Gilang mampu untuk menghajarku.

Melihat Dimas yang hanya menontonku sedang digeber oleh Gilang sambil mengocoki kontolnya sendiri membuatku semakin blingsatan, tubuh atletisnya yang berdiri dihadapanku yang seolah membiarkan aku disantap temannya itu justru menambah sensasi tersendiri untukku.

Tak hanya menggeberku dengan RPM maksimalnya Gilang juga menyingkirkan tanganku dan menggantikannya dari memekku lalu mengocokinya kasar sekali!

" AHH NGILU BANGS...STTTHH... " erangku karena pria ini seperti mengacak-ngacak memek tebalku dan menepuk-nepukinya.



Mataku membelalak dan aku terpaksa mempercayakan seutuhnya orgasmeku padanya, walau memekku jadi ngilu karena terus dia tepuk dengan gemas.

Namun Gilang hanya mampu menahan sodokan kontolnya sekitar 1 menit saja, lalu secara tiba-tiba intensitas tingginya jadi turun drastis padahal aku sedang di ujung-ujung sekali dan sumbu ledakan orgasmeku yang sudah terpantik seakan tenggelam karena turunnya intensitas genjotannya di anusku.

" TETEP ATUR ENTOTAN KAMU BEGO!! GAUSAH BERENTI-BERENTI GITU, LEMAH BANGET SIH JADI COWOK!!.. " hardikku padanya karena kesal sedang enak-enaknya tapi dia turunkan begitu saja tempo tinggi tadi.



" AYO CEPET NAIKIN LAGI GIL KAYAK TADI... " seruku padanya.

Gilang segera melakukannya, dia coba berikan lagi permainan terbaiknya seperti tadi dan kembali membuatku terdongak merasakan orgasmeku menanjak dengan cepat lagi!



" Ahhh Gilll.... Iya ka...kayak gini!!!... "

" Terus entotin aku gini sampe aku keluarrr... Ouhh!!.. " lirihku juga kembali merasakan ngilu akibat gesekan jarinya di klitorisku.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan terus mendesah, perasaanku bercampur aduk, aku tak bisa menentukan perasaanku sendiri, kali ini Gilang benar-benar menunjukkan tajinya walau mungkin sekarang dia sedang memaksakannya saja tapi aku tak perduli.

" A..KU SAMPEEE GIL, UUUHHH... TAMBAH LAGII SAYAANGG... " racauku makin menggila dengan klimaks yang makin di depan mata.

" Dieem pirang!!... Mulut lo berisik banget begok!!.. "


PLAKKK!!...


Aku kaget dan tak menduga ini, Gilang tiba-tiba saja melayangkan tamparannya ke wajahku!

" Uhhh!!! Lagi Gil.. Tam..tampar aku lagi, aku sukaa... Ahhh!!!... " bacotku seketika dia layangkan tamparan bertubi-tubi di wajah cantikku.



Kini Gilang panas sendiri dan benar-benar mendominasiku, dia ter-Trigger dengan ejekanku juga seakan meniru permainan kasar Dimas.

Sekarang aku tak ubahnya bagai Rag Doll yang bisa dia mainkan sesuka hatinya, dan dibuat seperti ini jelas membuat mulutku tambah pecah lagi meracau terus meracau.

" Lo gak ngerti-ngerti omongan orang ya lonte? Gue bilang Dieem!!... " Gilang dengan cekatan mengubah tamparannya menjadi sebuah cekikan yang seketika langsung menghilangkan semua suara yang kubuat.


POKK!! POKK!! POOK!! POKK!!


Sontak hanya bersisa suara hantaman kontolnya di duburku yang sekarang terdengar dengan jelas seiring aku yang berhasil dia buat diam tiada berkata-kata lagi.



Cekikan Gilang dileherku terasa begitu kuatnya bersamaan dengan kuatnya tempo genjotan yang dia mainkan!

Dimas tetap dalam diamnya memperhatikan aku dibantai temannya yang seakan tak terima akan maki-makianku tadi sekaligus ingin menunjukkan bahwa dia juga tak kalah darinya.

Mataku semakin gelap, pasok oksigen yang kumiliki sudah hampir habis dan gejolak raksasa ini pun terasa mulai menjalar keluar, aku bahkan tak peduli jika ini akan menghabiskan semua tenagaku, yang jelas aku tak ingin menahan-nahannya lagi, aku akan segera melepaskannya disini sekarang juga!

Dan tanpa sebuah kehisterisan aku pun mendapatkan Ultimate Price dari apa yang kunanti-nantikan.

Aku kembali terkencing-kencing dengan sangat deras, tubuhku langsung tersentak-sentak seperti orang tersengat listrik, cipratan-cipratan cairan bening terus mengucur meski Gilang sudah membenamkan kontolnya hingga mentok di dalam anusku dan mendiamkannya.

Mataku memutih, jantungku bekerja sangat keras memompa darah keseluruh tubuhku, lagi-lagi aku lemas selemas-lemasnya setelah mendapat multi orgasme ini, aku bisa mendengar dengus nafas Gilang yang juga sangat kelelahan setelah mencoba memaksakan dirinya mengimbangiku.

Aku dan Gilang sontak larut dalam kelelahan kami dan saling terdiam mengambil nafas masing-masing.

Selagi aku dan Gilang saling berebut oksigen kompak beristirahat, tapi Dimas tampaknya tidak sepakat dengan itu.

Dia langsung menarik lenganku kasar, Gilang yang saat ini masih sebadan denganku mau tak mau harus rela membiarkanku ditarik oleh Dimas yang seketika memaksaku menungging.

" Cepet nungging Verr!.. Gue pengen pake pantet lo dan gue gak peduli lo mau pingsan atau apa!!.. " ujar Dimas membentakku dan membantingku menungging ke lantai sambil menampar-nampar pantatku keras.



" Auww sa..sayang.. " kataku kaget karena biasanya dia akan peduli padaku dalam keadaanku yang sudah tumbang begini seperti menciumku atau memberikanku segelas air minum, namun sekarang dia agresif sekali.

Pantatku terus merasakan panas tamparannya padahal belum hilang rasanya panas tabokan Gilang di pipiku tadi.

Tampaknya Dimas jadi panas setelah melihat Gilang mengentotiku amat kasar, cowok ganteng ini kini terlihat sudah benar-benar dipenuhi nafsu yang membara melihat posisiku yang sudah menungging dengan pantat yang memerah bekas jeplakan tangannya.

Dimas mengambil posisi mengolongiku, sementara aku diam saja karena aku masih sangat lemas pasca orgasme tadi dan aku sudah harus siap kembali disetubuhi oleh Dimas yang sudah berdiri di atasku seperti ingin menunggangiku.

Ini sudah menjadi resiko tersendiri ketika ML dengan lebih dari satu cowok, seperti yang sudah kuketahui sebelumnya, mereka pastilah akan mengoper tubuhku kesana kemari dan takkan peduli terhadap kondisiku yang sudah lelah, yang ada di otak mereka hanya akan terus memakaiku terus-terusan.

" Sekarang gua tanya, lo mau gue entot di lobang mana Ver?.. " tanyanya padaku.

" Di.. di pantet mas... Aku pengen kontol gede kamu ngentotin pantet lodoh aku.. " kataku menatapnya dan merendahkan diriku sendiri.




Dimas tersenyum kemudian langsung menundukkan tubuhnya mengarahkan kontol gedenya ke lubang anusku.


" Bagus, lo emang tau kesukaan gue.. Makin terus dipake makin dol juga lubang pantet lo.. " ujarnya dalam tawa.

Dia tak langsung menusukkan kemaluan besarnya itu, tapi Dimas menggesekkan ujung kontolnya dulu di sekitaran lobang anusku, sedikit memberikanku sensasi yang geli.

" Ahhh.. sa..sayang.. " desahku pelan.

Dimas meludahi pantatku dan mengusap kontolnya dengan ludahnya sendiri, karena dia tahu lobang ini tidak memproduksi cairan alaminya untuk penetrasi seperti memek, dan setelahnya barulah Dimas menjejalkan kepala kontolnya masuk ke dalam pantatku pelan.

" HUH!! ENAKNYA!!.. " lirihnya mendengus ketika kontolnya mulai menusuk di lobang pantatku.



Aku memejamkan mataku dan menarik nafas dalam-dalam merasakan nikmatnya saat kontol tebal Dimas membelah lobang pantat montokku, harus kuakui untuk urusan anal seks perbedaan ukuran benar-benar menjadi perbedaan yang mendasar dalam meraih sebuah kenikmatan.

Ini berbeda dari seks yang konvensional, aku bisa mengacuhkan ukuran lawan mainku selama rasa 'gatal' di memekku terobati dan aku bisa memancing orgasmeku dengan me-Rubbing klitorisku mengandalkan jariku sendiri, tapi lain soal jika sudah melakukan anal seks.

Karenanyalah aku lebih Prefer laki-laki dengan ukuran penis yang besar seperti si Dimas ini, aku merasa pantatku seperti di Expand ketika menghadapi kontol yang lebih besar dan sensasinya jauh lebih nikmat daripada penetrasi di vagina!

" Ahhhhh.. Mas tusuk yang dalem sayaang.. " erangku lemah ketika Dimas mulai membenamkan kontolnya semakin dalam.

Kutarik nafasku dalam-dalam, kini kontol Dimas sudah beraksi di lubang duburku dengan bunyi benturan sodokannya ke pantat bulatku yang terdengar sangat jelas.

" Biar lobang pantet lo udah sering dipake gini tapi tetep enak banget rasanya Ver.. Uuhhh!!.. " desahnya sambil menunggangiku bagai kuda betina miliknya.

Aku tak bisa meracau lebih dari ini atau menanggapi ocehannya karena staminaku seakan benar-benar habis akibat orgasmeku dengan Gilang tadi, aku hanya bisa pasrah sekarang terhadap permainan mereka.

Tak berapa lama Gilang menghampiri kami dan menyodorkan penisnya yang masih tegang seperti tadi, rupanya aku sampai lupa bahwa Gilang masih belum selesai dan juga sedang menunggu giliran, saking fokusnya aku akan kenikmatan yang Dimas berikan padaku.

" Lo lagi capek gini cakep bener sayang... Ayo sekarang sepong kontol gue... " elus Gilang di rambutku kemudian mendekatkan kepalaku ke penis tegangnya yang segera kulahap.



Aku hisap langsung kontol Gilang yang dia sodorkan di depan mulutku, meski sebenarnya aku ingin fokus dulu dengan merasakan tusukan Dimas yang terasa sangat dalam di anusku, tapi aku tetap berusaha memberikan sepongan terbaikku pada Gilang.

" Auuhh Verrr!!! Gilanyaa sepongan lo... " racau si tuan rumah merasakan nikmat sedotan servis mulutku.



Sekarang aku kembali dibuat sibuk melayani mereka berdua, tapi sensasi disodok dari depan dan belakang seperti ini selalu kunikmati walau hanya dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki.

Desahan mereka juga mulai bersahut-sahutan dan justru aku yang sekarang berbalik diam tak bersuara karena mulutku disumpal oleh kontol Gilang.

Aku lumayan terkesan dengan stamina Gilang, entah karena dia paksakan atau hanya ingin terlihat tangguh di depan Dimas, padahal waktu pertama kali aku ML dengannya saat di rumah Dimas dulu staminanya biasa saja dan hanya mampu dua ronde denganku.

Dimas menaikkan temponya, suara tumbukan antara pangkal pahanya yang membentur bongkahan pantatku tambah mendominasi seisi ruangan. 


PLOOKK... PLOOOK.. PLOOKK


Aku mendesah dengan kontol Gilang masih berada di dalam mulutku, agak sulit mengoral penisnya karena badanku terus berguncang-guncang akibat penetrasi Dimas dari belakang dan menyadari itu Gilang pun kembali mundur.

" Ahh Dim... E..enak gak Dim?... "

" U..udah longgar ya say pantetku?.. " desahku setelah mulutku bebas selepas kontol Gilang tak lagi membekap mulutku.

Namun Dimas tak menjawabnya, dia tetap menjaga intensitas tempo hujaman sedang di lubang anusku, sesekali dengan tangannya dia tepuk-tepuk perutku yang membuatku sedikit kesakitan lagi.




 " Ahhh Ver, badan lo bener-bener enak sayang.. Lo tuh dibuat cuma buat seks!!.. " celetuk Dimas yang terdengar begitu menikmati penetrasinya.

" I..iya Dimm... Aku dibuat buat kamu en..entotin yang.. " balasku berusaha membuatnya makin larut dalam kenikmatan kami.

Cowok ganteng ini semakin menghujamkan kontolnya sedalam yang dia bisa, dengan kedua telapak tangannya dia juga melebarkan pantatku agar penis besarnya itu masuk lebih telak.

Perlahan-lahan aku semakin menjadi-jadi! Dalam sekejap tubuhku kembali bergetar merasakan gejolak birahi yang mulai bangun lagi.

Dimas mampu menahan tempo genjotan tingginya itu selama 2 menitan, mataku serasa ingin lepas keluar dihujam begitu kerasnya dari belakang dan Dimas belum mengendur, dia terus saja nyerocos sendiri kemudian menepuk-nepuk pantatku hingga terasa panas.

Bahkan ketika dia mencabut kontolnya, dia tak lupa meng-Gaping lubangku dan menghadiahkannya satu tamparan di bola pantatku yang sudah memar-memar ini.



" Dasar bule begok!.. " umpatnya setelah memukul pantatku dan berganti giliran dengan Gilang.

Aku diam saja dan pasrah akan apapun perlakuannya.

Gilang yang tegak dibelakangku tak langsung menaikiku, dia mendesis dan tertawa melihat pantatku yang sekarang mungkin sudah babak-belur akibat tamparan-tamparan yang Dimas layangkan tadi.





" Hahaha, gila pantetnya lo bikin sampe semerah ini Dimm... "

" Tapi malah ni pecun jadi makin seksi deh dikasih jeplakan tangan kek gini... " tawa Gilang mengomentari penampakan bokongku sebelum menunggangiku.


Lagi-lagi aku tak bisa berkomentar dan hanya diam dilecehkan seperti ini.


" Nah sekarang lo mau gue entotin di lobang mana heh perek?.. " sambungnya lagi seketika.

Tak langsung kujawab, aku masih mengumpulkan nafas karena Dimas tadi benar-benar mengenjotku seperti mesin.

" Di pantet aja Gil... "

" Aku mau di sodomi lagi.. " kataku tak lama.

" Hahahaha, lo tau aja kalo pantet lo emang mantep buat dipake Ver.. " kekehnya.

" Tapi kesian pantat montok lo udah merah-merah gini.. " 

Dan setelah berkelakar Gilang langsung menghujam pantatku tanpa basa-basi, terasa sekali bedanya dibanding Dimas tadi, penis Gilang terasa begitu kecil jika dibanding lobang anusku yang sudah dol ini.



" Gue genjot lo Ver!!. " desis Gilang menyodomiku dengan tempo tingginya.

Aku membeliak dan hanya bisa membiarkan saja aku dikawini olehnya, lagi permasalahan stamina menjadi penghalangnya, aku sudah lemas digilir mereka berdua sejak tadi dan aku sudah orgasme berkali-kali sementara mereka belum, jadi aku tidak bisa beraksi lagi serta murni hanya bisa mengikuti apapun yang mereka inginkan.

Sementara aku disodok Gilang dengan buas Dimas terlihat mendekat dan memilih menontoni dari samping, sepertinya dia ingin melihat setiap ekspresi di wajah cantikku.

Bermenit-menit genjotan Gilang mulai tak beraturan, gejolak orgasmeku mulai naik, hanya saja sekarang aku tahan sebisaku agar aku tak makin kehilangan tenagaku lebih dari ini, aku ingin menyimpan orgasme ini agar bisa kukeluarkan berbarengan dengan mereka.

" MPPPPHHH.. Ahhhh Gill.. " Gilang membenamkan wajahku kedalam sofa hingga desahanku jadi menghilang seiring kontolnya terus membombardir anusku.

Dalam posisi menungging begini penis mereka benar-benar bisa menghajar duburku habis-habisan, bahkan saat melakukannya dengan Dimas di apartemenku, Dimas sangat suka menyodomiku dalam Doggystyle.

Aku sendiri juga sangat suka gaya ini karena hujaman kemaluan laki-laki sangat terasa menusuk dalam sekali apalagi jika itu kontol Dimas.

Dimas yang ada di sebelahku terus mengamati, dia seakan sedang menonton sebuah adegan pemerkosaan dimana Gilang sekarang mengentotiku dengan gila.

Wajahnya terlihat serius sekali, entah apa yang ada dipikiran pacar Nova ini, dia juga terus menatapku sambil mengocoki kontolnya, melihat itu aku mencoba menegakkan kepalaku yang sejak tadi dipaksa rebah oleh Gilang di atas bantalan sofa.

Kubuka mulutku lebar-lebar dan Dimas pun mengerti, segera cowok berkulit eksotis ini mendekat dan menyodorkan kontol gedenya kemulutku.

" Telen utuh ya Ver.. " ujarnya kembali lembut dengan mengusap rambut pirangku.

Aku tak berkomentar dan langsung meneguk kontol tebal panjangnya ke mulutku.



" Besarnya kontolmu sayang... " kataku dalam hati sambil melahap penisnya di mulutku.

Dimas meringis saat kucoba men-Deepthroat langsung kejantanannya itu, sementara sodokan Barbar Gilang sedikit menyulitkanku melakukannya dengan benar.

" Terus Ver, terus telen kontol gue, gue tau lo pasti bisa sayang.. " Dimas terdengar menyemangatiku dan terus mengelus rambutku dengan lembut.

Mungkin dia kasihan denganku karena sejak tadi aku terus diperlakukan dengan kasar, karenanya sekarang dia jadi balik lembut lagi. Tapi justru perlakuan lembutnya ini makin mendorongku untuk terus mencoba menelan bulat-bulat kontolnya seakan tak mau membuat dia kecewa.

Aku coba fokus pada Dimas dulu walau gempuran dari Gilang dibelakangku benar-benar sangat merepotkan, tapi inilah getir sensasi dari ngeseks dengan dua pria sekaligus yang sekarang sedang kuabaikan dan tak mau mendalami perasaan nikmat ini, karena aku ingin menyimpan orgasmeku agar aku bisa klimaks bareng mereka berdua!

Dimas terus menatapku yang sedang melakukan Effort luar biasa untuk memasukkan kontolnya ke tenggorokanku, bahkan Gilang juga ikut mendorong kepala belakangku dengan sikunya agar makin memaksa kontol temannya masuk ke mulutku.

Namun tetap tak bisa, aku melirik ke Dimas ketika kontolnya berada mentok di mulutku lalu menggeleng, memberikan dia isyarat bahwa inilah batas maksimal yang bisa kulakukan dalam men-Deepthroat nya.



Mata kami saling bertemu, terus kutatap dia dengan mempertahankan setengah kontolnya yang sudah ada tenggorokanku.



Dimas tersenyum dan kembali mengusap rambutku, dia pun sepertinya sadar bahwa memanglah mustahil untuk menelan utuh kontolnya yang luar biasa tebalnya ini.

Lain soal jika dia merontokkan gigi dan memotong lidahku, atau juga sedikit menyobek pipiku maka aku jamin barulah kontolnya bisa masuk seutuhnya kedalam kerongkonganku.

Dimas mundur dan memberi waktu ke Gilang untuk menikmatiku secara utuh tanpa gangguan darinya.

Gilang segera memanfaatkannya karena tahu Dimas juga sedang mengantriku, ocehan panas darinya mulai mengiringi hujaman tak beraturan yang sedang dia lakukan.

" Kenapa lo jadi kayak ayam sayur gini? Lo kecapean hah?.. " celetuknya menampar-nampar pelan wajahku lagi.



Gilang membalas ejakanku yang mengejek soal staminanya atau penetrasinya yang tiba-tiba mengendur, kini dia seakan membaliknya.

Aku yang tak mau termakan omonganku sendiri pun panas dengan ejekan darinya, aku mulai meladeni ocehan pedasnya hingga sekarang kami berdua saling melemparkan kalimat-kalimat erotis yang membuat Dimas terbelalak.

Dan anehnya sejauh ronde kedua ini berlangsung justru Gilang yang lebih memberikan permainan kasarnya terhadapku.

" Ooohh Gil... Ma..mana mungkin aku tumbang sama cowok lemah ka..kayak kamu gini.... " kataku merapalkan kalimat yang seakan tak ingin mengakui klaim sepihaknya yang menganggap aku sudah habis begitu saja.

Mendengar aku yang tak mau kalah dan terus meracau tak karu-karuan seperti ini membuat Gilang kembali memakai cara kotor yaitu dengan mencekik leherku!

Jelas aku langsung terdiam dan hanya bisa mengerang dengan suara parau karena kuat cekikan yang dia lakukan di leherku.

" Diem jablay! Lo tuh berisik banget anjing! Berapa kali gua bilang gara-gara mulut kotor lo ini kita bisa digrebek tetangga tau gak?!.. " ujarnya sembari makin mendekap leherku lebih kuat yang membuatku kesulitan bernafas.



" Egkkk Gil.... " erangku saat dia cekek leherku sekuat yang dia bisa seakan ingin membunuhku ditempat ini sekarang.

Mataku berkunang-kunang dan darahku serasa menggumpal di kepala, ketika wajahku benar-benar telah memerah barulah Gilang langsung melepaskan cekikannya.

Bersamaan dengan itu dia pun menghujamkan kontolnya sedalam-dalamnya lalu kemudian tegak dan menjauh.



Aku tersedak-sedak dan segera menghirup oksigen sebanyak yang kubisa, nafasku terengah-engah namun aku hanya bisa pasrah begitu melihat Dimas sudah berjalan mendekat untuk mengambil gilirannya.





Dimas kemudian mengolongiku lagi, dia mengesampingkan rambut pirang panjangku yang tergerai menutupi punggung.

Masih dengan nafas super berat aku tak bisa melakukan apapun kecuali pasrah terhadap apa saja perlakuan mereka, Dimas tak langsung mengambil posisi untuk mengawiniku, dia seperti menikmati posisinya sekarang yang sedang tegak diatasku yang sudah pasrah untuk dia kawini seakan menunjukkan dominasinya padaku.



Aku sih tak masalah digilir dengan cepat seperti di bangku saat ronde pertama tadi, malah aku suka sekali, asalkan aku diberikan jeda sedikit untuk istirahat sebenarnya aku akan meladeni apapun permainan mereka.

" Siap ya sayang... Gue bakal main di pantet lo lagi... " celetuk Dimas lalu jongkok dan akhirnya membenamkan kontolnya ke anusku lagi.



" Shhhshh... Diimm... " lirihku begitu pelan merasakan anusku kembali dijebol oleh kontol besarnya.

Dimas menyodomiku dengan tempo sedang, tak seperti Gilang yang ujug-ujug langsung menggeberku secara serampangan. Dimas selalu lebih mengedepankan konsistensi genjotannya.

Bagi wanita genjotan yang seperti inilah yang membuat puncak orgasme itu tertapaki secara perlahan, tak hanya itu Dimas sekarang juga membisikiku kalimat-kalimat mesra.

Dimas benar-benar pandai membaca suasana, dia tahu aku yang sudah lemas ini takkan berdaya lagi jika dia memilih membantaiku habis-habisan dan itu takkan seru, karenanya dia sengaja menurunkan tempo serta menggunakan pendekatan yang halus agar aku bisa bertahan sedikit lebih lama.

" Kamu cantik banget sayang kalo lagi kayak gini.. Sumpah!.. "

" Kuat kan dientotin sampe pagi?.. " tanyanya sambil mengecup pipiku yang membuatku bergetar.

" Ter... Terserah kamu yang.. Aku i..ikut apa mau kamu aja.. " jawabku yang kini berada dalam buai permainan mesranya.

Dimas tersenyum mendengarnya, dibuat seperti ini sebenarnya justru malah membuatku semakin terhanyut dalam gejolak orgasmeku hanya saja caranya yang berbeda, tapi aku mencoba sebisaku menahannya karena Dimas tampaknya juga ingin aku klimaks bareng dengannya.

Kugigit bibirku sendiri, pandanganku sudah mulai kosong menikmati setiap tusukan-tusukan yang terasa makin membuat melar lubang anusku oleh kontolnya, setiap sentakan halus Dimas di lobang anusku juga membuat pandanganku gelap, aku sudah mengambang dan hanya membiarkan Dimas menyetubuhiku dari belakang walau terasa memekku sekarang sudah meneteskan lendir kenikmatannya tak peduli sudah kucoba tahan semampuku.




Sulit mempertahankan kenikmatan ini tanpa membuatku melepaskan orgasme, tapi tetap kucoba tahan sedikit lebih lama lagi.

" Udah mau keluar ya kamu sayang?.. " bisik Dimas di kupingku begitu mesranya sadar bahwa aku sudah akan klimaks.

" Iya Mas... Aku udah gak kuat... " jawabku lirih.

" Tahan dikit lagi ya, aku juga udah gak kuat sayang... " ucap si ganteng yang membuatku makin semangat menahan ledakan klimaksku.

Setelah mendapat anggukan dariku, cowok ganteng ini kemudian langsung tegak dan berganti giliran lagi dengan Gilang.



Aku melirik kearah Gilang yang menyeringai, ujian terbesarku sekarang ada di dia, karena dia bisa saja merusak permainan dan memaksaku orgasme dengan sodokan Barbar tak berperhitungan sama sekali itu.



Setelah dia berada diatasku sama seperti tadi, dia menanyaiku aku ingin disodok di lubang mana, yang kujawab di lubang anusku.

Dia terkekeh mendengarnya kemudian dia cobloskan kontol tak seberapanya itu ke lubang pantatku.



" Asshhtt.... " lirihku begitu kontolnya tertelan di lubang pantat ini yang sejak bersama mereka benar-benar jadi prioritas.

Dan dugaanku benar, Gilang menyodomiku langsung dengan tempo sedang ke tinggi yang membuatku harus ekstra keras menahan orgasme ini.



Aku takut sekali kalau dia sampai memainkan tangannya kemudian meraih klitorisku lalu mengacak-acaknya seperti tadi, aku takkan bisa bertahan dan pastilah aku akan klimaks ditempat!

" Pe..pelan-pelan aja Gil.. Ohh!.. " seruku padanya agar sedikitnya menurunkan tempo dan tidak Barbar.

Tapi Gilang seakan menutup kupingnya, dia mungkin sudah kadung panas terhadap ejekanku padanya di awal permainan hingga membuatnya terasa sangat ingin menaklukanku dengan permainannya.

Gilang kemudian menarik kepalaku dan merebahkannya ke lantai, dia mengarahkan wajahku ke kakinya yang secara reflek membuatku langsung mengulum jempol kakinya.



" Ahh iya gitu lo pinter sayang... "

" Terus Ver, jilet kaki gue.. Lo tuh cuma pelacur kotor!!... " ucap Gilang pedas.

Dan disaat aku sedang mengemut-emut jari-jari kakinya, si tuan rumah ini kembali unjuk kebolehan dengan menyodomiku sekuat yang dia bisa!



Aku panik dan seketika melotot merasakan anusku tengah dia sodok begitu penuh nafsunya.

" AHHH GIILL... JA..JANGAN GIL.. "

" NAN..NANTI AKU KELUAR... OHHH!!!.. " erangku sambil menggeleng-geleng.

Celakanya digenjot brutal seperti ini bisa membuatku langsung orgasme, padahal aku sedang berusaha menahan orgasmeku dan kini terasa gelombang besar itu naik dengan instannya!



Aku menjerit dengan lepas dan terus menahannya semampuku, meski aku tak bisa menggaransi aku bisa bertahan tapi setidaknya aku akan berjuang hingga akhir.

" HAAH.. ANJINGG!!.. " dengus Gilang semenit kemudian dan langsung menghentikan sodokannya lalu mencabut kontolnya dari anusku.

Aku terdiam dan nyaris sekali aku tumbang jika satu menit lagi dia kekeh mempertahankan tempo tingginya itu, namun untungnya stamina dia sendiri tak sebadak Dimas.

Gilang tegak dan menyodorkan kontolnya ke mulutku yang dengan senang hati segera kuraup, karena aku bisa menarik nafasku lagi juga tak harus melanjutkan permainan dengan mata memutih. 



" Umpphh... Umpphhh.... "

" Enak kamu ngewein pantet aku tadi Gil?.. " rapalku menatapnya sembari melahap dengan rakus kontol tegangnya. 



Gilang tak menjawab, dia mendesis dengan mata terpejam merasakan nikmat hisapanku yang langsung menelan utuh kelaminnya.

Aku masih bersyukur karena Gilang tak menyelesaikanku tadi, dan memekku sekarang terasa berkedut-kedut sekali berhubung begitu nyarisnya aku klimaks.



" Eghhkk!! Eghhkk... "

Kucoba melakukan Deepthroat yang masuk begitu mudahnya ke tenggorokanku dengan kontolnya, Gilang kalang-kabut menikmati servis maut mulutku sekarang yang kulakukan tanpa bantuan tangan sama sekali.

Kepala penisnya terasa mentok di dinding tenggorokanku, Gilang mengurai rambut panjangku kemudian menggenggamnya dan dia jadikan tolakan untuk mengentoti mulutku se-Barbar dia mengentoti anusku sebelumnya.



Dalam kasus ini sebuas apapun dia mengentoti mulutku akan kuladeni karena aku tak diburu dengan gelombang klimaksku, berbeda jika dilakukan di lubang yang ada di selangkangan.

" HAAH!!!.. " dengus Gilang begitu dia tarik keluar kontolnya dari mulutku.



Aku segera mencari Dimasku, dan rupanya dia sudah bersiap di sebelahku untuk mengantri permainan mulutku.

" Sini sayang aku manjain konti kamu... " godaku pada lelaki tampan ini dan buru-buru menggaet kontol coklatnya dengan mulutku saja.

" Stttsshh.. " ringis dia yang kutatap dengan mata beloku tak ingin kehilangan momen menyaksikan ekspresi puasnya.

" Iya Ver liat gua terus kayak gitu, gua suka banget sama mata indah lo sayang... " celetuknya menatapku penuh nafsu.

Sambil menahan kontol besarnya di mulutku aku mencoba meliriknya, Dimas menyodok kejantanannya mentok ke pipiku sampai pipiku ini melar, karena tak mungkin dia menyodoknya di tenggorokanku.

Bagiku yang mana saja tak masalah, tak apa jika pipiku ini sampai melar asal bisa membuat dia puas. Aku remas-remas toket besarku sendiri dan terus mengunci pandanganku di wajah tampannya.



Dimas menatap mataku, wajahnya juga sudah kacau akan nafsunya sendiri menyaksikan tubuh putih bersih seksi yang sekarang sedang bertekuk lutut di kakinya dengan mulut yang sudah tercantol di kontolnya.

Sesekali matanya melirik ke toket bulat yang sedang kuremasi sendiri ini, memekku benar-benar telah gatal meminta tuntutan agar segera digaruk lagi apalagi dari pandanganku sekarang badan kokoh nan kekarnya Dimas terlihat begitu jelasnya!

Tapi lelaki ganteng ini belum mau membuang momennya sekarang yang terlihat sedang menikmati dominasinya terhadapku, kuat rambutku dia jambak agar tak menghalangi pandangannya ke wajah cantikku yang masih dia bekap kejantanannya, dan terkadang dia goyang-goyangkan untuk melihat apakah tatapan mataku bergeming darinya atau tidak.



" Parah Ver.. Lo beneran sempurna sayang... HUH!!.. " Dimas menggeleng-geleng mengucapkannya seolah kecantikanku ini adalah racun tanpa Antidote baginya.

Tiga menit aku berada dalam buai perasaan yang membuatku tak karuan ini, kemudian Dimas berdiri, dia menarik rambutku dan membuatku berdiri di antara lututku.

" Sumpah muka lo cocok banget disandingin sama kontol kek gini... "

" Sekarang isep biji gue sayang... " pintanya mencabut kontolnya dari mulutku dan menggantikannya dengan zakarnya.




Dimas mendesah menggila saat aku hisap kantung zakarnya, aku emut-emut dua biji kemaluan laki-laki ganteng ini langsung kedalam mulutku.

" Ummhh... Ummgggh.. " ujarku kemudian tetap menatap wajahnya untuk melihat apakah Dimas menikmatinya.

Jambakan Dimas dirambutku terasa begitu kuatnya selagi dia merasakan ngilu hisapanku di buah zakarnya yang sedang dia masukkan seutuhnya di mulutku.




" HOLY SHIT !! ENAK BANGET VERAA!!!.. "

" Bangsat!! Lo nasty bener Ver!!.. " leguh Dimas saat terus kusepong buah zakarnya itu sampai mulutku terkempot-kempot.

Ketika melakukan ini tubuhku juga bergetar dan memekku berkontraksi hebat padahal sengaja tak kumainkan, tak pelak aku merasakan sensasi tersendiri dengan melayani apapun keinginannya, jangankan sekedar menjilati testisnya, menjilati lubang anusnya seharian pun akan kulakukan.



Dimas memvariasikan gerakannya, tak hanya menyodok mulutku dengan biji plernya terkadang juga dia sodok mulutku menggunakan kontolnya sampai mentok bergantian.

" Enak gak Ver?..Sttshh.. Lo suka mulut lo gue pake sepuas gue kayak gini?.. "

" Suka Dim.. apa aja bakal aku lakuin buat kamu.. " jawabku cepat yang langsung dia sodok lagi pipiku hingga menggelembung ketika kontolnya menohok mulutku menyamping.



Gilang terdiam menyaksikan aksi Hot yang aku dan Dimas mainkan, dia tak berkomentar apapun tapi aku jamin dia pastilah terangsang sekarang.

Dimas mengerang keras merasakan hisapan terbaikku, sambil terus menahan wajahku di kelaminnya.



" AHHH... NGENTOT!!... " teriak Dimas seketika menarik keluar kontolnya dari mulutku setelah cukup lama memaksaku memandanginya dalam posisi itu.

Tubuhnya yang atletis itu terlihat begitu seksi ketika keringat mulai membasahi sekujur badan kekarnya, rupanya Dimas sudah mau keluar jika tadi dia tidak menarik keluar dari mulutku, karena sekarang dia terlihat blingsatan sekali.

" Bilang ke gue lo mau di finishing gaya apa sayang?... " katanya mendekatkan wajahnya persis diatas wajahku.

" Digendong Mas.. Aku kepengen kalian bagi rata tubuhku sambil kalian gendong... " pintaku dengan nada suara yang memelas padanya.

Dimas menatap mata sayuku, aku perlihatkan padanya melalui tatapanku bahwa aku sungguh ingin di DP dengan gaya itu karena itu memang gaya kesukaanku.

" Yaudah... Gue bakal ikutin apa yang lo mau cantik... " ujar Dimas sembari tersenyum kemudian memagut bibirku.

Mendengar itu aku senang sekali, aku memejamkan mataku dan membalas pagutan bibirnya dengan sepenuh hati, aku benar-benar akan mengikhlaskan tubuh seksiku ini untuk menjadi alat pemuas nafsunya tak peduli apapun keinginannya, aku semakin yakin bahwa Dimas memang Alpha-Male yang cocok untukku.



" Muaahh!!.. "

" Nah sekarang gih ngentot sama temen gue.. " ucap Dimas kemudian menoyor kepalaku mengoperku ke Gilang setelah mengecup bibirku dengan mesra sebentar tadi.

" Gil gendong dia terus lo entotin memeknya, kita pake bareng nih cewek.. " terang si ganteng singkat ke Gilang.

Gilang yang sepertinya sudah berada di ujung-ujung tak mau membuang waktu, dia langsung memberdirikanku dan menggendongku, aku pun berdebar-debar, gejolak libidoku serasa ingin meledak saat ini juga karena sebentar lagi akan diapit mereka dalam gendongan.

Gilang mengunci siku kakiku di dalam lengannya, kemudian mengarahkan kontolnya ke memekku.

Mataku membeliak karena kontolnya sudah langsung masuk di dalam memekku yang sejak tadi tanpa penetrasi sama sekali!

Aku pepetkan tubuh depanku ke tubuhnya, kini Gilang bisa merasakan bantalan toket padatku di dadanya sementara tanganku yang melingkar di lehernya terus mencengkram bahunya dengan kuat berhubung dialah yang nantinya akan menjadi poros tumpuanku.

Dan begitu posisinya sudah mantap Gilang mulai menyetubuhi sambil menggendong-gendongiku, belum beberapa ayunan saja aku sudah mulai menjerit tak karuan, memekku mungkin sudah menetes-neteskan cairan beningnya ketika kontol Gilang mulai mempenetrasi vagina tebalku.

" Massss, masukin kontol kamu ke pantat aku sayaaang, sekarang!!.. " teriakku nyalak sambil mendesah karena orgasmeku sepertinya takkan bertahan lama.

Dimas langsung memepetkan tubuhnya ke belakangku, dan menjejalkan kontol besarnya di liang pantatku.



" FAAAAKKKK!!!!!.. " jeritku menggila saat kurasakan kepala kontolnya sudah menyeruak masuk diikuti batangnya hingga amblas seluruhnya di dalam lubang anusku!

Begitu kurasakan kontol Dimas sudah masuk sepenuhnya aku kembali menjerit sekuat yang aku bisa, kini dua kontol berbeda ukuran ini bergantian keluar-masuk di dalam dua lobangku!

Sensasi hujaman kontol besar Dimas di dalam anus dan sensasi gesekan kontol Gilang di vaginaku benar-benar terasa fantastis, bahkan mereka mungkin bisa merasakan kontol mereka satu sama lain karena kedua lobang itu berdekatan sekali.



" AUHH... BRENGSEK KALIAN!!.. "

" KALIAN NGENTOTIN AKU SEKALIGUS KAYAK GINI!!.. "  racauku tak sadar.

Nafas mereka semakin kencang berhembus, dengusan liar mereka semakin terasa olehku dan entotan mereka semakin kencang silih berganti memompa dua lubangku.

Aku pasrahkan tubuh lunglaiku terus dinaik-turunkan dalam gendongan mereka, jeritanku semakin pecah merasakan ledakan seksualku yang akan segera tiba.



" MEMEKKU SAMA PANTETKU PENUH BANGET!!.. "

" PUAS KALIAN NIKMATIN AKU SEKALIGUS BEGINI??.. "

" KE..KENAPA GAK KALIAN BELAH DUA AJA BADANKU INI BANGSAT!!.. "

Kepalaku kembali dipenuhi rangsangan-rangsangan yang begitu membuntukan otakku, aku meracau tak karu-karuan merasakan sensasi nikmatnya.

Sodokan mereka terasa benar-benar selaras jika dalam posisi seperti ini, sementara badanku tak ubah sebagaimana seonggok daging tak berguna yang hanya jadi bantalan pembatas kenikmatan mereka.




Dimas yang memegang bongkahan pantatku semakin aktif mengangkatku dari belakang, hingga memberikan kesempatan untuk mereka menumbuk memek dan menyodomiku kuat, aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan terus mendesah dengan histeris! Aku sudah tak kuat, aku ingin klimaks!

" A..aku pengen keluar sayang, Plis bilang kalo kalian mau keluar... "

" Aku gak akan tahan lebih dari inii.. AHHH!!!.. " racauku diantara dua tubuh pejantanku ini.



Kupejamkan mataku, tubuhku benar-benar melayang tapi bukan karena sedang digendong mereka melainkan kenikmatan sensasi Threesome yang kurasakan sekarang.

Hujaman mereka terasa sangat berimbang, mereka seperti saling berkordinasi menaik-turunkan tubuhku hingga ritme yang mereka hasilkan sama persis!

Sama persis!

Ketika kontol Gilang masuk mentok di dalam memekku, maka hal yang sama juga akan terasa di pantatku yang disodok mentok oleh Dimas.

Oh, sungguh jika kiamat tiba sekarang pun aku takkan menyesalinya!



Dan akhirnya penantianku berakhir, bersamaan dengan ledakan Squirt ku yang terjadi dalam gendongan mereka, secepat kilat pula Gilang dan Dimas langsung menurunkanku dari pelukan mereka.

Aku mengerti dan segera memposisikan diri duduk di dua lututku.

Mereka berdua yang sejak tadi diam dan fokus terhadap frekuensi ejakulasi mereka akhirnya langsung menyodorkan kontol mereka persis di depan wajahku yang sudah dengan siap menanti ledakan sperma mereka.




Walau aku sendiri benar-benar baru meledakkan puncak kenikmatanku dan sedang Drop tapi egois bila aku mengabaikan mereka yang sudah memuaskanku hingga sejauh ini.

Dengkul terasa begitu gemetarnya dalam tumpuan dudukku sekarang, dan entah sudah yang keberapa kalinya aku Squirt jika dihitung dari ronde pertama tadi, jelas yang barusan ini terasa jauh lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya.

Gilang dan Dimas intens mengocok kontol mereka di depan mulutku yang sudah kubuka selebar mungkin bersiap menelan sperma hangat mereka.




Dadaku kembang-kempis menahan nafas dan mencoba tak tumbang sebentar saja lagi, kutatap bergantian ke kedua pejantanku ini yang wajahnya sudah terlihat sangat memerah!

" AAAAHHH... VER GUE DULUAN KELUAAR SAYAANG.. " teriak Dimas sembari menarik rambutku dan memfokuskanku dulu di depan kontolnya.




Aku tatap Dimas yang kelimpungan ini dari bawah, sambil membuka mulut dan menjulurkan lidahku seperti seekor anjing. Meskipun memekku terasa masih mengeluarkan orgasme kecilnya, tapi aku harus menyelesaikan tugasku dulu sebagai pemuas mereka.

" IN..INI VEER GUE KELUAAR... AHHH!!!.. " leguh keras kekasih sahabatku akhirnya mengucurkan sumber kenikmatannya tepat di wajah cantikku.




Semburan sperma Dimas langsung tumpah ruah menyemprot mukaku, aku berusaha tak berkedip dan terus menatap wajahnya yang terlihat begitu nikmatnya memejui wajahku.

Dimas meleguh dan mengucapkan kata-kata kotor terhadapku, aku biarkan dia mengucapkan apa yang dia mau karena inilah puncak kenikmatannya sekarang.

Selesainya Dimas, aku segera beralih ke pejantan keduaku.

" A..ayo sayang sekarang giliran kamu mandiin muka cantik aku sama sperma kamu... " ucapku meliriknya yang sedang memompa naik benih hangatnya.




Sama seperti Dimas, cowok ini juga mendesah dan bersiap mengeluarkan semua dahaga seksualnya dengan wajah cantikku yang menjadi alasnya.

" AHHH LO MA..MAKAN NIH AIR MANI GUE PECUN!!.. " teriak Gilang diikuti ledakan spermanya yang menyemproti wajahku.



Aku tak bergeming satu inci pun menerima guyuran sperma yang dia kuras tepat di depan mulutku!

Kutatap Gilang hingga ke tetes terakhir semburannya, dan setelah memastikan kedua lelaki ini selesai dengan ejakulasinya, barulah aku raih kedua batang kontol yang benar-benar sudah memuaskanku ini kemudian mengulumnya bersama-sama meski tanganku agak gemetar memegangnya.



" Makasih ya sayang atas pejunya, aku suka banget... " ucapku bergantian menjilati kepala penis mereka.

" Edan Ver!!.. Sumpah mantep bener servis lo cantikk!!.. " ujar Gilang yang masih vokal dalam engah-engahan nafasnya.

Dimas tersenyum saja melihati wajah puasku, karena dia sudah mewujudkan keinginanku untuk ber-Threesome dengannya.

Aku mengerlingkan mataku padanya sambil terus membersihkan kontol mereka dari peju yang tersisa, sesekali kuendus-endus aroma khas kontol penuh sperma ini dan kubentur-benturkan kepala penis mereka satu sama lain.



Mereka diam saja dan membiarkan aksiku yang sedang memanjakan dua kontol mereka sekaligus.

Kujilati dan kupastikan kontol mereka kinclong sebelum membiarkan mereka beristirahat, Dimas yang sudah tahu dengan ritualku ini terlihat tak kaget sementara Gilang masih ngilu-ngilu merasakan lidahku yang masih bermain-main di masing-masing kepala penis mereka.



Setelah kontol mereka sudah bersih, mereka pun mundur dan terduduk tak berdaya lagi, tapi aku belumlah selesai.

Seperti ronde pertama saat di sofa tadi, aku mulai 'mengais' sperma mereka yang memenuhi wajahku dan menjilatinya, kutatap mata mereka yang tak berkedip dan terus melihat gelagat seksi yang kubuat.



Aku jilati lagi jariku yang penuh lendir putih kental kesukaanku itu, aku mendramatisirnya sebinal mungkin.

" Ummmmpphh enaknya peju kalian sayaang... "

" Aku suka banget minum sperma cowok apalagi yang masih hangat kayak gini.. " kataku melirik mereka berdua yang menelan ludah melihat tingkah centilku.

Tak hanya di sekitaran wajah aku juga mengais yang menetes di toket, bahu atau lantai sekalipun! Gilang dan Dimas terdiam melihatnya.




Mata mereka melihatku dari ujung rambut hingga ujung kaki seakan tak percaya bahwa wanita cantik, putih langsing nan montok yang ada dihadapan mereka ini barusan benar-benar sudah mereka nikmati, bahkan mereka zinai tubuh seksiku bersama-sama.

Lalu setelah tak ada sperma lagi yang bisa kumainkan barulah aku menyandarkan badan ini ke sofa yang ada dibelakangku dan memejamkan mata dari lelah yang mendera.

Gila, rasanya sungguh gila! Aku hanya menghadapi dua orang tapi aku sudah segini gempor, inilah akibat saking lamanya aku hanya ML dengan jamak kontol.


Sekitar 10 menit kami saling diam dan hanya terdengar suara tarikan nafas serta suara TV yang terdengar, aku mulai merangkak dan memeluk masing-masing paha mereka yang duduk saling bersebelahan.


" Aku kepen..ngen kalian entotin lagi sayang... Aku milik kalian semaleman ini... Ayo lagi.. " lanjutku tak mau terlalu lama mengistirahatkan diri.

Mereka tak menjawab dan terus menatapku yang sekarang ada di kaki-kaki mereka, kali ini kuandalkan wajah Innocent ku menanti apapun keputusan mereka.

" Gil, gue ama Vera nginep disini ya ini malem... "

" Yuk kita have fun ama dia.. " kata Dimas ke Gilang setelah cukup lama terdiam tak berbicara.

" Wah gila! Ngimpi apa gue semalem... " ujar Gilang yang kembali menunduk dan merabai toket besarku.

" Kamu masih belum lakuin apa yang aku minta loh Gil... Kamu udah janji kan?.. " tagihku pada Gilang sambil memeluk pahanya, merujuk pada janjinya untuk memejui memekku.

Gilang terdiam mendengar ucapanku.

Kemudian aku langsung gesekkan toketku tepat di pahanya yang dipenuhi bulu ini, aku tatap wajahnya dengan pandangan sayuku.

Gilang terlihat kegelian merasakan gesekan toket bulatku di kakinya dan secara tak sadar penisnya bukannya semakin layu tapi justru mengencang kembali!

Gilang kemudian mengambil tisu dan menyuruhku mengelap wajahku dengan itu.

" Dim.. Bawa Vera ke kamar, kita bantai dia dikamar aja... " Gilang sejurus tegak dan membuka jalan menuju ke kamar yang dia maksud.

" Stttsshh!!.. " desisku dengan mata redup dan gigitan di bibir mendengar kata-kata 'bantai' itu.

Dimas pun menggendong tubuh sintalku menyamping dan membawaku ke kamar yang ditunjukkan si tuan rumah.

Setibanya di dalam, tubuh telanjangku langsung dilempar ke ranjang.

Gilang menutup pintu kamar, menutup hordengnya dan mematikan lampu, membuat kondisi kamar kini hanya bercahayakan cahaya lampu ruang tamu yang merambat melalui ventilasi.

" Lo ada rantai gak Gil?.. " tanya Dimas ke Gilang.

" Hah rantai? Gak ada dim, buat apa emangnya?.. " jawab Gilang aneh dengan permintaan Dimas.

" Tali ada kan? Udah siapin aja pokoknya mau tali laso atau tali tambang yang penting tali-talian.. " jelas Dimas lagi yang membuatku melotot mendengarnya.

Gilang pun kembali keluar dan menyiapkan alat yang Dimas minta, sementara si lelaki ganteng ini hanya melirikku yang sudah terduduk menyamping dengan pasrah di atas ranjang 'pengantin' kami ini.

Jariku mulai mengocoki memekku sendiri karena aku tahu benar apa yang akan Dimas lakukan dengan tali-menali itu.

Begitu Gilang datang membawakan talinya segeralah Dimas menerkamku dengan kasar dan langsung mengikat tubuhku hingga tak berdaya!

Gilang yang baru mengerti maksud Dimas dengan semangat membantunya mengikati tubuh telanjangku yang nantinya akan mereka perkosai bergiliran dalam posisiku yang terikat tali.

Sepanjang mereka bersama-sama menali tubuhku aku menatap mereka memelas, seutuhnya kuserahkan diri akan apa saja yang mereka lakukan semalaman ini.

Malam ini akan menjadi malam tiada akhir, aku benar-benar akan bersenang-senang dengan mereka berdua.

Dan akhirnya setelah berhasil membuatku terikat terkangkang tanpa daya, Dimas juga Gilang kompak langsung naik keranjang dan mulai mencium-cium menjilati sekujur tubuh mulusku melakukan Foreplay sebelum kemudian mereka kembali menodaiku.





..............................

Di dalam gelapnya kamar kecil ini aku kembali merasakan surga dunia, mereka berdua mengentotiku dengan beragam variasi, terkadang sendiri, terkadang berbarengan dalam kondisiku yang terikat.

Berjam-jam waktu berlalu hingga tak terasa sudah masuk tengah malam saja, dan setelah permainan tali-talian itulah Gilang akhirnya menepati janjinya lalu meng-Creampie ku di memek yang membuat Dimas sempat marah.

Mereka bertengkar kecil akan hal itu namun setelah mendengar bahwa aku yang menyuruhnya membuat Dimas langsung diam.

Mulanya ketika Dimas mengentoti anusku, dalam racauanku kusuruh dia mengeluarkan spermanya di anusku seperti biasa.




" Dim, keluarin dalem ya... " tukasku yang juga sedang dalam titik didihku.

Dimas hanya mendengus dan memfokuskan kenikmatannya tepat di ujung kepala kontolnya. Hingga tak lama dia pun ejakulasi di dalam anusku seperti yang kuminta.




Leleran spermanya langsung mengucur deras keluar dari anusku seketika dia cabut kontol besar nan panjangnya, walau memang stoknya sudah tak banyak lagi karena saat dia menyetubuhi sambil terikat-ikat sebelumnya dia juga muncrat-muncrat dengan deras di toket montokku.



Setelah Dimas, Gilang pun segera naik keranjang dan dia tanpa kusuruh menusukkan kontolnya di memekku.

Aku berdebar melihat seperti apa reaksi Dimas ketika melihat Gilang membenihi memekku.

Dia sebenarnya sudah curiga karena Gilang tak mengambil pantat tapi malah ke memek, dan seperti biasa Gilang dengan sodokan Absurd juga mulut rombengnya mengentotiku amat kasar.



Terus kupancing dia dengan ejekan dariku yang membuat dia menampar-nampar wajahku mengentotiku bak seorang pelacurnya.

Dan tak berapa lama meleguhlah dia, kualihkan pandanganku kearah Dimas yang berada tepat disebelahku sedang meremas-remas dada putihku.

" Uhhh... Iya Gil.. Keluarin di memek aku sayang... " rapalku yang membuat Dimas tercekat.

Awalnya dia kira itu hanya ucapan-ucapan nakalku saja untuk menyemangati Gilang, namun begitu dia melihat Gilang mengerang dan kontolnya berkedut-kedut di dalam memekku seketika itu juga Dimas tahu bahwa kami serius!



" HYAA.. GIL BANYAK BANGET SPERMA KAMU SAYANG... "

" PENUH MEMEKKU SAMA PEJU KAMU SAYANG... " jeritku ketika kurasakan Gilang menguras habis spermanya di dalam memekku!

Dimas melotot dan langsung dia tatap tajam Gilang begitu menyadari Gilang sedang menyetor spermanya di dalam memekku.

" AUHH VER.. GILA ENAK BANGET MEJUIN MEMEK CEWEK SECANTIK LO SAYANG!!.. " erang Gilang begitu dia menyudahi proses pembuahannya.



Di momen itulah Dimas langsung bereaksi, terjadi perdebatan ketika Dimas menegur Gilang akan aksinya barusan, namun Gilang berdalih bahwa aku sendiri yang menginginkannya.

Aku menikmati perdebatan mereka itu sebentar karena kulihat Dimas sangat tak terima melihat aku dibiakki oleh laki-laki lain, lalu barulah kutengahi berhubung reaksi dari Dimaslah yang ingin aku lihat, dan reaksinya memuaskanku.

Dimas kemudian ingin melakukan hal yang sama namun kularang, dan itu membingungkannya, karena sejak awal dia heran kenapa aku tak pernah memperbolehkannya melakukan Creampie padaku sementara Gilang boleh.

Mungkin tak ingin terlihat seperti anak kecil Dimas kemudian jadi diam, sepertinya Dimas memutuskan untuk meminta alasanku nanti saja ketika kami sudah bersama berdua ketimbang dia harus berdebat disini di depan Gilang.

Dan hal itu tak pelak membuat Mood Dimas menjadi berubah, dia mengentotiku kasar di sisa malam itu, terlihat sekali dia amat panas denganku, dia terus memaki-maki dan menyetubuhiku ugal-ugalan.

Sebenarnya aku sengaja menciptakan situasi seperti ini, ada hal yang ingin aku uji dari responnya begitu melihatku dibenihi lelaki lain.




Jika dia menganggapku hanya sebagai pelacurnya maka dia tak akan baper seperti ini, dan lain soal jika dia merasakan sesuatu yang lain terhadapku. Itulah yang ingin aku pastikan.

Melihat responnya yang begitu serius sekarang membuatku jadi tersenyum-senyum sendiri sadar bahwa ternyata Dimas diam-diam tak hanya sekedar menganggapku girang untuknya semata.

Permainan tetap berlanjut meskipun aku tahu terjadi perubahan suasana hati Dimas, kuacuhkan dulu itu dan terus meladeni permainan mereka yang semakin malam semakin panas.





..............................

Tak hanya sampai disitu, entah malam ini aku seperti ketiban durian runtuh atau apa, ketika jam 2 malam, Danu teman kontrakan Gilang pulang dan betapa kagetnya dia begitu mendapati kami sedang indehoy di dalam kamarnya.

Rupanya kamar ini, kamar yang digunakan Gilang adalah kamarnya Danu, Dimas lupa bahwa Gilang memang ngontrak berdua dengan Danu, Dimas juga tak memperhitungkan ini sepertinya.

Melihat mereka yang saling bingung, segera tanpa basa-basi aku langsung ajak saja Danu untuk Join Party.

Dimas dan Gilang sangat terkejut dengan responku yang secara sukarela menawarkan diri untuk dicicipi Danu, tapi terserah sih aku tidak perduli dianggap apa, pokoknya aku ingin menikmati surga dunia ini selagi bisa.

Aku hanya hidup satu kali, tak ada jaminan surga dan neraka itu ada, tak ada jaminan pula kehidupan kedua atau reinkarnasi itu memang benar adanya, aku hanya ingin menikmati hidupku tanpa perduli apa kata orang!

Awalnya, Danu kaget seakan tak percaya mendapati gadis secantik diriku sedang tergolek telanjang diatas ranjang dengan dua orang laki-laki yang bukan muhrimku di dalam kamar ini.

Sifat Bitchy langsung menggerakkan instingku untuk menggodanya, aku yang saat itu sedang di Sandwich oleh Dimas dan Gilang dalam posisi menyamping segera beranjak berdiri menghampiri Danu yang mematung di depan pintu.

Dengan langkah gontai dan rambut yang acak-acakan, kutarik Danu untuk masuk kedalam kamar, kemudian aku mengunci pintu lalu segera mendorong Danu ke tembok.

Dalam gelapnya kamar kulingkarkan tanganku ke leher cowok yang sama sekali tidak kukenal ini, aku tatap matanya dengan tatapan sayu nan binalku, dia masih terdiam sementara Dimas dan Gilang yang masih tergolek telanjang diatas ranjang tampaknya juga memilih membiarkanku menggoda anak muda ini.

Mungkin dalam pikirannya aku ini adalah seorang pelacur yang sedang disewa oleh Gilang dan temannya untuk dinikmati bersama, tapi biarlah jika dia menganggapku seperti itu.

Aku dekatkan wajah cantikku tepat di depan wajah Danu, kemudian secara perlahan mulai kujilati lehernya, kukecup pipi, dan kucium pinggiran bibirnya.

Danu menelan ludah, dia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena dia baru saja pulang, tapi aku tersenyum dan mulai membuka kemeja yang dia kenakan, Danu yang tampaknya jauh lebih muda dari kami ini sontak gelisah dan mencoba menahan kewarasannya dengan menahan tanganku yang terus mempreteli kancing bajunya, tapi tatapan mataku yang sejak tadi tak lepas dari matanya terlalu kuat untuk dia lawan.

Hingga akhirnya dia membiarkanku menelanjanginya dan aku langsung berlutut untuk mengulum kontolnya membuatnya tegang sebelum mengajaknya naik keranjang menyusul dua rekannya yang sudah sedari tadi disana.

Semuanya terjadi begitu cepat hingga Gilang dan Dimas saja tak bisa berkata-kata melihat reaksi spontanku.

Tak perlu dijelaskan lagi, dengan tambahan tenaga baru ketiga laki-laki ini menggilirku juga, dan akhirnya tiga lubangku benar-benar disumbat oleh kontol sungguhan!

Meskipun Danu sempat malu-malu di awal ketika baru ikut bergabung, tapi lama-lama cowok ini terbawa nafsu juga.

Gilang dan Dimas sudah tak sanggup lagi ketika hari menjelang subuh, mereka meninggalkan aku berdua dengan Danu di dalam kamar kemudian pergi tidur, dan di sisa pagi itu aku dihabisi oleh Danu karena memang staminanya masih Fresh.

Aku pasrah saja dia bolak-balik tubuh molekku dan terus membiarkannya mengentotiku semau dia, bahkan aku tak protes ketika dia mengeluarkan benihnya di dalam rahimku karena tenagaku benar-benar sudah habis, untuk meladeninya hingga subuh ini pun aku sudah memaksakan diri.

Setelah itu, barulah aku akhirnya mendapatkan kesempatan untuk beristirahat, Danu sebagai pemain terakhir meninggalkanku tergolek tak berdaya dengan tubuh bergetar-getar dan berpeluh keringat di atas ranjang ini.

Dari memekku terus mengalir turun campuran sperma Gilang dan Danu yang sejak tadi terus ngecret di dalam, aku benar-benar tak bisa bergerak lagi, kelelahan sudah menjadi resiko jika bermain Threesome atau Foursome seperti ini dan aku paham benar dengan itu.

Tak perduli sebesar apa nafsuku dan seliar apa diriku, aku tetap takkan berdaya menghadapi 3 orang laki-laki sekaligus, karena sudah berkah dari alam laki-laki di persenjatai stamina juga tubuh yang lebih kuat dari wanita.

Aku memicingkan mataku dalam lelah, di ujung bibirku tersungging sebuah senyuman puas, entah sudah berapa lama aku tidak merasakan sensasi ini lagi.

Selama ini aku memang terus menahan diri untuk tidak 'jajan sembarangan' atau ML dengan cowok-cowok yang tidak kukenal seperti dulu lagi karena aku sekarang juga mesti menjaga Image ku berhubung karirku sedang menanjak.

Aku lebih memilih melampiaskan kehausanku akan seks ini ke teman kencanku saja yang memang kalian tahu sendiri selalu jauh dari harapanku dan tak pernah bisa memuaskanku secara maksimal.

Untungnya kesibukanku dalam pekerjaan mengalihkan sifat gilaku ini atau minimal bisa menekannya dalam rutinitas harian yang super padat.

Lagi-lagi aku tertawa sendiri seperti orang gila, entah kenapa aku puas sekali rasanya sekarang, tapi jauh dari pada itu aku benar-benar senang karena kini aku tak krisis kontol lagi seperti dulu, secara tak langsung selain Dimas, aku punya Gilang dan Danu yang bisa memuaskanku kapan saja.

Jika aku sedang sange dan Dimas sedang tidak bisa, maka aku tinggal pergi ke kontrakan ini lagi kemudian ngeseks dengan Gilang juga Danu atau malah mereka punya teman-teman lain yang juga bisa memuaskanku, itu akan terdengar bagus untukku.

Sudah sejak dulu aku memang tahu kalo aku hanya bisa puas dengan lebih dari satu orang laki-laki, aku kembali bertanya pada hatiku sendiri apa lagi yang akan kulakukan bersama mereka kedepan, dalam senyumku aku pun tertidur dan akan memikirkannya nanti saja lagi karena saat ini aku benar-benar lelah dan sangat butuh istirahat.

Di jam 9 paginya Dimas membangunkanku dan langsung mengajakku pulang, dia tampak buru-buru untuk segera mengajakku pergi dari sana tanpa permisi dengan yang empunya rumah.

Aku juga agak aneh kenapa Dimas tak pamit dulu, atau mungkin karena mereka masih tidur hingga dia tak enak membangunkan mereka.

Tak begitu mengerti aku pun ikut saja pulang bersama Dimas dalam rasa kantuk yang begitu memberatkan kelopak mata.

..............................

No comments:

Post a Comment