Thursday, May 28, 2020

CHAPTER 21 : RUTINITAS BARUKU


Ini sudah hari keempat dari hari itu, aku masih sendirian terikat tak berdaya menunggu Dimas yang pergi entah kemana sejak pagi.

Semenjak Dimas melepas amarahnya padaku dia benar-benar membawaku ikut bersamanya, saat ini kami berada di sebuah rumah kecil yang benar-benar kecil.

Sepertinya dia sengaja tidak membawaku kerumahnya yang mungkin terlalu berisiko ketahuan Nova untuk itulah dia melarikanku kesini. Sekarang Dimas ingin aku tinggal disini agar memudahkannya mengontrolku, persis apa yang dia ucapkan padaku sebelumnya dan yang sudah kusanggupi sendiri.

Dia membatasi ruang gerakku, aku bahkan tidak boleh memegang Handphone ku sendiri sejak dia membawaku ketempat ini, Dimas juga tak mengizinkanku keluar dari rumah satu langkah pun!

Sebelum dia pergi keluar dia akan mengikat-ikat tubuhku membuatku tak berdaya dan meninggalkanku seharian sendirian.

Selama empat hari ini pula aku selalu dia ikat dalam bermacam-macam posisi sebelum dia tinggal pergi, membiarkanku tergolek dalam ketidakberdayaanku sepertinya menjadi ide hukumannya untukku.













Aku sama sekali tidak dia bolehkan bergerak dari posisiku selama dia tinggal beraktifitas, aku menurutinya dan membiarkan saja diriku berjam-jam terikat seperti yang kini juga sedang kulakukan.

Yap, saat ini aku tengah diikat dan dia tinggalkan diatas sebuah meja kecil menjadikanku sama sekali tak bisa bergerak, malah puting susuku dia jepitkan penjepit jemuran sebagai hiasannya.




Jujur saja, tak mudah untukku bertahan seharian dalam keadaan seperti ini, tak ada yang bisa kulakukan dalam semua keterbatasanku selain menunggu Dimas pulang lalu membuka semua ikatanku, memberiku makan, dan mengentotiku yang sudah lemah seperti rutinitas harianku selama dia bawa kesini.

Aku tak menyangka saja Dimas akan langsung mewujudkan kata-katanya, maksudku tidak secepat ini. Selang satu hari sejak kejadian tersebut, dia sudah menjemputku kemudian memaksaku untuk segera ikut dengannya.

Dia membuka lemari pakaianku, mengobrak-abriknya lalu memilih sendiri pakaian mana yang perlu aku bawa. Aku yang sangat takut dengannya tak dapat melakukan apapun, belum hilang rasanya perasaan traumaku akan sikap tempramentalnya yang kurasakan sendiri sebelumnya.

Setelah selesai berkemas-kemas cowok ganteng itu langsung mengajakku pergi, aku hanya dia bawakan pakaian yang dia pilih sendiri di almari bajuku, tak lupa dia menyuruhku membawa semua koleksi alat-alat seks yang aku miliki, dan terakhir dia tak memperbolehkanku membawa HP.

Hingga detik ini ponselku masih tinggal di apartemen.

Di mobil aku pasrah saja, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya di perjalanan kami yang tak kutahu aku akan dia bawa kemana pada saat itu, tapi aku dilanda sebuah perasaan yang membuatku Excited sekali!

Aku dipenuhi rasa penasaran akan apa yang terjadi pada diriku, walau aku sangat takut melihat dirinya yang masih sama dingin dan ketusnya terhadapku.

Perjalanan kaku kami berakhir ketika Dimas memberhentikan mobilnya di sebuah toko pakaian dan mengajakku langsung turun, dia menyuruhku memakai masker yang tadi sempat kami beli untuk menutupi wajahku yang masih biru-biru lebam bekas dihajarnya di malam sebelumnya.

Selain itu juga untuk jaga-jaga agar tidak dilihat kenalan kami karena perlu diingat bahwa status Dimas masihlah kekasih dari sahabatku Nova dan aku tak lebih dari sekedar selingkuhannya saja.

Di dalam toko pakaian itu Dimas menyuruhku membeli baju yang dia pilihkan sendiri, dimana semuanya merupakan pakaian-pakaian yang sangat-sangat seksi sesuai seleranya! Tak puas, kami bahkan berpindah-pindah lokasi dan menghabiskan waktu seharian penuh hanya untuk memborong pakaian seksi untukku.

Barulah setibanya di rumah kecil ini, Dimas mengantarkan aku ke kamar yang akan menjadi kamarku selama tinggal disini.

Jangan harap kalian akan menemukan kulkas, AC, Bathup, dan Wifi ditempat ini karena rumahnya sendiri sangat sederhana malah terkesan pas-pasan sekali untuk ditinggali. Hanya berisikan 2 kamar, ruang tengah yang sekaligus menjadi ruang TV, dapur serta satu kamar mandi.

Bahkan kamarku saja hanya bilik kecil polos yang boro-boro ada Springbed nya, yang ada cuma ada kasur lantai anak kostan atau kalau mau lebih keren sedikit katakanlah ala-ala Jepang jika tak mau menyebutnya 'ngemper'.

Setelahnya cowok ganteng itu menyuruhku untuk merapikan barang-barangku kemudian dia memborgolku dengan Strap ditangan yang dia hubungkan di pahaku juga memberi 'bonus' berupa anal Plug untuk menyumbat bokongku dan menyuruhku beristirahat.

Aku tak berkomentar dan menuruti saja apa yang dia katakan, walau aku sendiri tak menduganya. Kupikir dia akan langsung menghabisiku di ranjang begitu kami tiba tak peduli akan kondisiku, namun Dimas sepertinya kasihan melihat kondisiku yang memang masih babak belur akibat perlakuan bengisnya. Terlebih aku tak benar-benar bisa beristirahat setelah kejadian saat dia tinggal di apartemenku karena badanku remuk semua rasanya dan benar-benar nyeri.

Namun anehnya begitu membaringkan tubuh gemulaiku diatas kasur tipis yang ada di dalam kamar seadanya ini justru membuatku langsung tertidur pulas! Padahal gerakanku sendiri sangatlah terbatas tapi entah kenapa aku merasa nyaman akan keadaanku.




Dimas pun tersenyum begitu melihatku tergolek dalam tidurku lalu dia keluar dari kamar sengaja membiarkanku beristirahat dalam keadaan seperti itu.

Dan barulah di hari kedua Dimas menunjukkan apa peranku.





..............................

Dimas membangunkanku di pagi harinya kemudian menggotongku ke kamarnya, yang ternyata kamarnya sangatlah kontras dari kamarku yang kosong melompong.

Kamar Dimas sangat rapi dan terlihat seperti sudah lama ditempati, walau terkesan tetap sederhana tapi setidaknya ada Springbed, rak buku, meja beserta komputer di dalamnya.

Dimas mengangkatku ke ranjang empuknya dan membuatku mengangkang. Tanganku yang masih terkunci di paha menjadikannya mudah memposisikanku terkangkang dengan memek yang terekspos jelas.

Lelaki tampan itu tersenyum, dia mencium bibirku sebelum mengambil spidol dan mulai menuliskan sesuatu persis di memekku yang Defendless sekali.

Aku tidak langsung tahu apa yang dia tulis ketika itu di memekku, aku baru mengetahuinya di malamnya saat dia menyuruhku mandi dan berdandan melayaninya. Waktu membasuh diriku itulah aku sadar bahwa Dimas menuliskan 'SLAVE' di memek tebal pinkku.




Aku bergetar saat membasuhnya! Jelas sudah bahwa dia membawaku ketempat ini sebagai seorang Sex Slave untuknya.

Itu dia siratkan dalam senyumnya ketika sudah menuliskan 5 huruf tersebut di memekku. Dimas memandangiku dingin, dia tatap memek gemukku yang telah dia beri tanda tangan berupa tulisan tentang statusku sekarang.




Aku hanya menatapnya dengan pandangan senduku, juga aku sudah tak berani lagi bermanja-manja genit kepadanya karena dia yang sekarang berbeda dari dia yang sebelumnya.

Setidaknya sampai dia benar-benar tidak marah lagi berhubung yang kulihat sekarang Dimas masih dalam amarahnya, apalagi kejadiannya memang masih beberapa hari yang lewat, jadi wajar jika dia masih panas-panasnya.




Tak hanya sekedar memandang-mandangi tulisan yang dia buat saja, Dimas juga menjepitkan beberapa penjepit jemuran ke bibir memekku!

Aku menggelinjang dan mendesis merasakan pedihnya ketika pencatut pakaian tersebut menggigit labia merah mudaku yang memang amat menjuntai itu.

Dimas menatapku yang menggeliat lemah dalam keadaanku yang terikat, aku tak bisa merapatkan kaki untuk melindungi memekku yang jadi sasaran mainnya karena kakiku terkunci di tanganku.

Dia terlihat menikmati desis pedih yang kubuat, sesekali dia menekan Butt Plug yang menyumbat anusku dari sejak malam sebelumnya dan menjentik-jentikan penjepit jemurannya untuk makin membuat tubuhku terlontar-lontar seperti cacing kepanasan.




Kuingat aksinya membuatku satu kali orgasme dalam keadaan terkejang-kejang, kemudian barulah dia mengeluarkan kontolnya untuk menikmati tubuh seksiku.




Dia menyuruhku mengulum kontolnya, merasakan servisku dengan oral seperti biasa, dan berakhir dengan menggauliku.

Dalam perasaan aneh aku membiarkan dia mengawiniku, aku merasa dalam semua kecanggungan dan semua rasa takutku justru menjadikan libidoku makin meledak-ledak yang tentu tak bisa kutampilkan karena aku sekarang adalah Submissive nya.




Aku hanya bisa mendesah-desah dan memasrahkan diri akan apa yang dia kehendaki.

Dimas mengentotiku dengan penuh nafsu saat itu dan berejakulasi di wajahku hingga penuh mukaku saking banjir akan spermanya.

Dan sebelum pergi Dimas mengikatku diatas kasur lantaiku, dia menyuruhku meronta-ronta semampuku dimana setiap rontaanku terus dia pandangi dengan penuh nikmatnya.




Setelah puas menyaksikanku menggeliat-geliat barulah dia benar-benar meninggalkanku selama seharian dalam kondisiku yang telanjang tertelungkup dengan tangan dan kaki terikat keatas.

Pada awalnya kupikir dia hanya pergi tak akan lama namun rupanya aku salah, mulai dari pagi hingga menjelang petang aku terus berada dalam posisi tersebut!

Tanganku sudah mati rasa, badanku rasanya sangat kesemutan sementara aku juga harus menahan kebelet belum lagi rasa lapar berjam-jam dalam keadaan ini!

Itu adalah penuh hari pertama dimana aku harus menjalani semuanya selama seharian dan aku sangat kaget karena aku sama sekali tak siap dengan ini, tapi Dimas hanya tersenyum dengan santainya begitu dia datang.

Dia membuka semua ikatan di tanganku lalu menyuruhku memakan nasi besek yang dia bawakan, dilanjut dengan mandi dan mempersiapkan diri untuk melayaninya.

Melayani permainan tanpa ampunnya!

Jika kalian berpikir setelah aku mengikuti apapun kemauan dan melakukan semua yang dia inginkan bisa membuatnya lunak maka kalian salah.

Sejauh ini tidak! Bagi Dimas rumusnya bukan seperti itu, Dimas tetap dingin dan masih memperlakukanku dengan penuh amarah persis seperti kejadian di apartemenku.

Dia akan membentak-bentakku, menjambak rambut, menampar wajah dan mencambukku dengan ikat pinggangnya tak peduli kondisiku yang sudah pegal-pegal kehabisan tenaga ketika dia tinggal terikat seharian.

Setelah puas membantaiku barulah dia membiarkanku beristirahat dan memulai Cycle yang sama setiap hari.

Di hari kedua pun seperti itu, saat dia bangun dia langsung membawaku kembali ke kamarnya, menganiayaku melepaskan segala kekesalannya lalu dia tinggal pergi.




Sebelum pergi dia akan menontoniku sejenak, wajah seriusnya terus menatap geliat badan indahku yang kulakukan dalam keadaan penuh tali menali. Dari wajahnya Dimas benar-benar terpukau dan dia tampak menikmati rontaanku yang seperti jadi pemandangan sarat nafsu untuknya.

Beberapa kali terlihat olehku dia tertegun juga meneguk ludah menyaksikan 'tarian' yang kulakukan, bahkan tak jarang dia merekamiku dengan ponselnya, menyuruhku memandang kearah kamera dengan pandangan sepasrah mungkin sambil terus meronta.




Walau diperlakukan seperti pelacur yang sedang disekap tapi entah kenapa aku malah menyukainya! Meski sejujurnya ini tak seperti yang kupikirkan tapi aku mantap untuk terus membiarkan diri ikut dan patuh terhadap setiap permainan Dimas.

Kupikir menjadi budak seks itu gampang seperti apa yang kufantasikan dari sejak aku remaja dulu, tapi rupanya tafsir ataupun versi tiap orang akan hal tersebut berbeda-beda, termasuk Dimas.

Dia akan membuatku kelelahan terlebih dahulu kemudian barulah dia akan menyiksaku dan menggarap diriku yang sudah berada dibatasnya, terasa sekali jika dia sangat menikmati tubuhku dalam kondisi seperti itu.

Mungkin selama ini pemahamanku akan Sentence 'budak seks' itu terlalu lunak, kukira menjadi seorang budak seks itu berarti aku hanya tinggal ngangkang dan memasrahkan diri untuk dinikmati oleh majikanku sepuas-puasnya, namun arti harfiahnya bukanlah begitu.

Pernah aku punya pengalaman melakukan ini sebelumnya tapi konteksnya hanyalah sebuah permainan, bukan Long Term seperti yang Dimas katakan padaku. Dan menyadari jika aku benar-benar diperbudak seseorang secara sesungguhnya begitu menghadirkan sejuta gejolak di dalam diriku!

Juga sejujurnya aku tak tahu sampai kapan Dimas akan memperlakukanku seperti ini, apakah dia hanya sekedar melakukannya sebagai bentuk hukuman untuk menjadikanku jera agar tak lagi berbuat macam-macam kepadanya aku sendiri tidak tahu.

Yang jelas sekarang aku hanya bisa menjalaninya saja sekaligus betul-betul memasrahkan diri ditangannya sebagai bentuk baktiku padanya.




Satu hal yang mengganggu pikiranku sekarang hanya soal pekerjaanku saja, apa Dimas masih membebaskan aku untuk beraktifitas seperti biasa atau tidak, karena tak mungkin aku bisa bekerja jika seharian aku terus dia sekap seperti ini dan aku sama sekali tak bernyali untuk menanyakannya.

Mungkin nanti disaat waktunya sudah tepat barulah aku akan berbicara dari hati ke hati dengannya.

Setelah aku berhasil meyakinkan dan mementahkan semua anggapannya yang berpikiran tidak-tidak tentangku itu pastilah hubungan kami akan berjalan normal lagi.

Aku ingin meluruskan hal tersebut dulu, kuakui aku memang cewek nakal dan pantas dihukum akan sifat centilku ini tapi cetek sekali jika dia beranggapan kalau aku hanya mengincar kemapanannya saja.

Aku yakin Dimas sekarang ini hanya dibutakan emosinya akan sifat Bitchy ku yang berbenturan dengan sifat posesifnya, namun itu pulalah yang menjadi angin baik untukku karena hal tersebut adalah penanda jika Dimas pun sebenarnya sudah begitu terobsesinya denganku dan secara tak langsung dia juga sedang mengukuhkanku sebagai miliknya seorang.

Kalau tidak kenapa pula dia sampai melakukan sejauh ini meski memang aku tak menduga dengan sifat tempramentalnya itu, tapi tetap tak akan mengubah fakta bahwa aku sangat menginginkan dirinya.

Lebih jauh malah aku memimpikan berhubungan serius dengannya dan aku akan berjuang untuk itu tak peduli sahabat karibku sekalipun yang menjadi aralnya!





..............................


Kudengar pintu terbuka, rupanya Dimas pulang dan aku tak tahu sekarang jam berapa karena mataku terus tertutup sejak dia tinggal pagi tadi.

Aku agak kaget dengan kepulangannya berhubung tadi sedang memikirkan hari-hari berat yang sudah kulewati dalam keadaan yang sama.

Dimas terdengar sedang membuka sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. Kemudian tak lama kurasakan elusan lembut di pipiku juga hembusan nafas persis di depan wajahku.

Lelaki macho ini tengah mengamatiku, tangannya mulai berjalan menyusuri wajah, leher, badan, paha dan kakiku yang masih terkunci.

" Uhh cewek bule gue udah pegel banget kayaknya ya?.. "

" Sabar, gue baru pulang soalnya... Muaah... " ujar Dimas mencium keningku lalu beranjak tegak lagi.

Aku diam saja, sekarang aku benar-benar lapar sekaligus gemetar dalam pegal yang kurasakan.

Dimas tak langsung membuka ikatanku, terdengar suara kesibukan seperti lazimnya orang yang baru pulang seperti berberes-beres, mengganti pakaian, menaruh tas dan lain sebagainya yang hanya bisa kurasakan tanpa melihatnya.

Meski aku jadi agak tenang sedikit jika dia sudah pulang ketimbang sendirian seperti tadi bergelut dengan libidoku sendiri tanpa kejelasan.

Selang setengah jam kemudian barulah badanku terhenyak ketika kurasakan stimulasi di puting susuku.



Suara getaran langsung terdengar begitu sesuatu yang ditempelkan Dimas itu mengenai penjepit yang terus tercantol di puting susuku selama berjam-jam ini.

Tak perlu waktu lama untuk aku menyadari jika ini adalah vibrator yang sedang dia mainkan di penjepitnya.




" Ssshhh.... " desahku pelan.

Kutarik nafasku dalam-dalam merasakan putingku kembali 'hidup' setelah seharian mati rasa karena terus dijepit penjepit jemuran itu.




Dimas tak berkomentar, dia tetap memainkannya sama rata baik di puting kiri juga puting kananku.

Aku yakin dia sekarang sedang membangun nafsunya sebelum menyetubuhi ganas seperti biasa.

Dia memang tak pernah terburu-buru menikmati diriku, persis apa yang selalu kukatakan tentang dirinya bahwa aku mesti menggodanya terlebih dahulu dengan menari menggunakan pakaian seksi, merangkak atau memohon-mohon untuk membuatnya mau meniduriku.

Dan kusadari itu agak sedikit bergeser tapi pada dasarnya tetaplah sama, sekarang dia terlihat jauh lebih terangsang saat melihatku tergeletak dalam ikatan-ikatan yang membelenggu tubuh seksiku.

Dimas akan menatapku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala aku yang menggelepar tak berdaya dengan tatapan laparnya, lalu barulah dia akan mencicipi badan molek ini.

Mungkin aku turut andil dalam hal ini karena akulah yang mengarahkan dia kearah sini dan meminta dia melakukan permainan-permainan serupa sebelumnya.

Aku memang sengaja bersikap pasrah dalam seks normal sehari-hari kami untuk membangkitkan sisi dominannya walau aku tak memprediksikan akhirnya akan menjadi seserius ini, apalagi kesalahanku sendiri jugalah yang menjadikan Turning Point atas keadaan yang ada sekarang.

Puas bermain-main sebentar dengan putingku Dimas kemudian menjejalkan kontol besarnya ke mulutku, dia pegangi kepalaku untuk menahannya lalu dia hujamkan pelan kemaluannya di mulutku seakan-akan sedang menyetubuhinya.




Kontolnya sudah benar-benar tegang! Tampaknya tadi dia menikmati keadaanku selama beberapa saat sebelum dia mainkan vibrator itu di kedua putingku.

Atau mungkin yang tak kusadari dia malah mengocok kontolnya sendiri sambil menontoni diriku yang terbaring terikat tak berdaya diatas meja kecil ini.

Aku tak tahu karena mataku hampir selalu dia tutup ketika dia mengikat diriku.




" Auww..... " ringisku saat Dimas cabut penjepit di masing-masing puting susuku.

Rasanya malah semakin sakit ketika kurasakan darah kembali mengalir di kedua puting panjangku ini.

Aku terus menggeliat sebagai adaptasi normalku akan pedihnya yang belum mau pergi berhubung tadi ada setidaknya 6-7 jam putingku terus dijepit benda itu.

Dimas tak melakukan apapun selama sebentar, dia terlihat kembali fokus menikmati geliat tubuhku sebelum akhirnya dia lepaskan juga semua ikatan yang membelenggu diriku termasuk penutup mataku, dan kini hanya menyisakan Butt Plug yang sejak awal sama sekali tak boleh lepas dari anusku.

Sekarang aku bisa leluasa bergerak! Sungguh rasanya begitu lega walau menyisakan pegal dan kram yang teramat disekujur tubuh.

Mataku masih terpejam, pelan kubuka kelopaknya untuk menyesuaikan pencahayaan yang ditangkap retina mataku. Namun Dimas, alih-alih menatapku tajam dan dingin yang kulihat kini justru wajah tampannya sedang tersenyum persis diatas wajahku.

" Capek ya sayang?.. " tanyanya mengusap pipiku menggunakan punggung tangannya lembut yang kujawab dengan sebuah anggukkan lemah.

" Lo cakep bener deh Ver kalo lagi kecapean gini... " senyum Dimas kemudian memagut bibirku.

" ahhh.... " desahku pelan sambil melayani kecupan yang dia layangkan di bibir keringku.




Kupejamkan mataku dan kulingkarkan tanganku ke tubuhnya untuk menikmati ciuman bibirnya, terasa nikmat sekali ciuman yang Dimas berikan, dia seakan sedang melepas rindunya akan diriku saja rasanya sekarang.

Aku mencoba untuk tidak terlalu terlena lama-lama akan buai permainan mesranya, karena aku tahu dia memang akan selalu bersikap seperti ini dalam memuai permainan.

" Iya sayang gue suka denger desahan kecil lo ini.. Muahh.. "

" Lo bener-bener seksi kalo lagi ngedesah Ver.. " ucap Dimas disela ciuman mesranya.

Cukup lama kami berciuman, sambil berciuman aku menggerak-gerakkan tubuhku membuang rasa kesemutan yang hinggap dibadan, dan aku sudah terbawa perasaan akan setiap cumbuan lembutnya.

Dimas lalu memapahku membiarkan aku duduk diatas meja ini.




Dia menatapku dengan pandangan ramahnya seperti Dimas sehari-hari yang biasa, aku sedikit menunduk tak begitu berani menatapnya lama.

" Kenapa sayang, kok nunduk?.. " tanyanya mengangkat daguku lembut menyadari kecanggunganku.

Aku hanya menggeleng kembali menunduk.

" Liat bekas tali di badan lo Ver... "

" Stttsh... Bener-bener bikin badan lo jadi tambah gairahin sayang... " desis Dimas penuh nafsu.

Dengan pandangan penuh nafsunya dia memandangi sekujur tubuhku yang tercetak bekas tali akibat ikatan yang mengunci masing-masing bagian sendi-sendiku, karena berjam-jam aku dia ikat hingga wajar bekas talinya membekas terlebih kulitku sendiri memang amat putih bersih hingga setitik noda pun pastilah akan jelas terlihat.

Sambil menunduk dan merasakan elusan yang Dimas lakukan disekujur tubuh langsingku aku juga bergetar melihat kontolnya yang terlihat sudah begitu tegangnya! Libidoku yang sebenarnya mati-hidup mati-hidup sepanjang terikat dalam menikmati keadaanku tadi kini kembali menyala.

Aku bergidik membayangkan dengan cara apa lelaki ganteng berbadan kekar ini akan menikmati tubuhku lagi. Membayangkan dia akan membantaiku diatas ranjang kamarnya seperti malam yang sudah-sudah membuatku benar-benar bergelora dari dalam!

Walau kusadari sekarang aku sangatlah lemas tapi tetap aku akan menyanggupi apapun permainan yang ingin dia lakukan terhadapku nanti.

" Oke deh, sekarang panasin air buat gue ya sayang... Gue gerah pengen mandi.. "

" Abis itu lo boleh mandi juga, makan dan ngerileksin diri lo.. " ucapnya dalam senyum ramahnya sambil menyisihkan rambut yang menutupi wajahku.

Kuberanikan menatap wajah gantengnya lalu aku mengangguk pelan.

" Gihh... " kata Dimas yang segera membuatku beranjak dari dudukku dan menuju kamar mandi untuk mengambil air kemudian memanaskannya di dandang.

Tak sampai 20 menit aku lekas kembali lagi keruang tengah setelah menyelesaikan pekerjaanku.

Aku langsung duduk bersimpuh disamping Dimas yang sedang menonton TV dan memberitahu bahwa airnya sudah panas.

" mas, itu airnya udah panas... " kataku dengan nada lembut nan sopan yang membuatnya menoleh kearahku.

Dimas menatapku yang kini duduk diantara dua lututku seperti seorang pelayan, dengan telapak tangan kutaruh diatas paha dan menunduk saja menunjukkan kepatuhanku.

Beberapa detik dia memandangiku kemudian dia tersenyum, dia datangi aku lalu duduk diatas meja tadi hingga posisinya sekarang persis berada di depanku.

" Cewek pinter... "

" Lo gak modal cakep sama seksinya doang, tapi nurut dan pinter banget Ver.. " pujinya yang membuatku makin menunduk gugup.

" Kenapa nunduk terus sayang? Muka secantik ini kok ditunduk-tundukin... Gpp kok.. "

Aku jadi gagap dan mulai termakan pujiannya.

" Gue sayang banget sama lo kalo lo kayak gini.. " katanya mengangkat daguku.

Pandangan kami bertemu dalam kuncian mata, aku kalut akan tatapannya yang terus tersenyum menatapku.

" Lo cakep abis Ver sumpah!!... "

" Juga lo pasrah bener sayang, gue suka liat lo sepasrah ini... " Dimas menggeleng-gelengkan wajahnya takjub sambil membelai pipiku yang tetap kujawab dalam diamku.

Dan tatapan penuh nafsunya akhirnya berakhir lagi dengan sebuah ciuman mesra di bibirku.




" aumph... ahhh... " desahku pelan sekali sengaja mengalah dan membiarkan dia melahap bibir tipisku sesukanya.

Dimas memagutku begitu lembutnya, aku benar-benar baper dalam perasaanku meladeni ciuman super mesranya ini sambil memejamkan mata.

Ciuman memang salah satu aktifitas favoritku, bagiku ini adalah obat penghilang stres yang paling gampang dilakukan apalagi jika di dalami dengan perasaan dan melakukannya dengan pria yang kudambakan.

Dalam berciuman juga aku bisa mengukur perasaan laki-laki terhadapku, sejauh mana dia menginginkan diriku apakah hanya sebatas nafsu atau dia menaruh perasaan kepadaku yang bisa kubedakan dengan jelas dari setiap pagutan yang kuterima.

Seperti yang dilakukan Dimas sekarang, dia memegang wajahku dengan dua tangannya dan betul-betul terasa jika dia sedang berusaha menyatukan kami secara perasaan sekarang.

Terkadang lembut dia mainkan ciumannya di bibirku namun di detik berikutnya dia seperti kupu-kupu yang menyedot saripati diriku dengan penuh nafsu seolah benar-benar ingin menikmati kecantikanku yang memang akan sangat terasa dalam berciuman.

Aku pun terbawa buai permainan romantisnya, berciuman dengan lelaki setampan dirinya membuatku jadi ingin langsung dia ekse dan merasakan benih hangatnya di indung telurku.




Tanpa melepaskan kecup dibibir kami Dimas menggulingkan badan telanjangku rebah bersama dirinya.

Dalam posisi menyamping terus kami berciuman dalam peluk ditubuh kami masing-masing.




Dia memelukku begitu eratnya sembari mengelus tubuh putih mulusku yang sudah menjadi miliknya ini.

" uhh... " lirihku dalam pejaman mataku tak ayal benar-benar sudah larut dalam kemesraan kami begitu pun dirinya.

" Sttssshh Verr!!... "

" Lo milik gue kan sayang?.. "  racaunya dalam ciumannya dan membuka matanya membelai pipiku.

Kubuka mataku, wajah kami sangat dekat dengan hidung yang saling bersentuhan, kutatap dirinya yang terus menatap wajah cantik lesuku ini lalu aku mengangguk pelan.

Dimas tersenyum, kali ini elusannya dia pindah ke pinggiran mataku, dengan lembut dia usap bulu mata lentikku puas dengan jawaban yang kuberikan. Meski sebenarnya dia sudah tahu jawabannya tapi tak pernah bosan dia tanyakan kepadaku.

" Lo bener-bener bakal ngelakuin apa aja yang gue mau?.. " tanyanya lagi yang kujawab cepat dengan anggukan pelan sambil menggigit bibirku sendiri.

Dia lagi-lagi tersenyum mendengarnya.

" Bagus, makanya gue bilang lo emang cewek yang pinter.. "

" Nah kalo gitu sana makan dulu, lo pasti laper kan?..Terus mandi dan istirahat bentar.. "

" Abis itu gue pengen make badan lo lagi.. Jangan lupa dandan yang seksi ya.. " tukas Dimas penuh kelembutan sambil menggerayangi punggung dan pantat semokku.

" iya sayang.. " jawabku patuh.

Dan Dimas pun tegak langsung menuju kamar mandi untuk mandi dengan air panasnya yang mungkin sudah jadi dingin sekarang karena tak terasa kami bercumbu lumayan lama.

Sementara aku mengambil segelas air dari galon untuk membasahi tenggorokanku dulu sebelum memakan nasi besekku yang dia belikan kemudian bergantian mandi dan mempersiapkan diri untuk melayaninya seperti rutinitas baruku.





..............................


" Ver ambilin remot… "

Aku langsung mengambilkan remot TV yang ada di dekatku dan menyerahkannya ke Dimas, lalu kembali duduk bersimpuh di lantai tak jauh dari sofanya.

Sekarang sudah jam setengah sebelas malam, Dimas sedang menonton TV di ruang tengah ini sementara aku memutuskan untuk Stand By disebelahnya terus mengarahkan pandanganku kearah dia.

Dinginnya lantai tak membuatku mengeluh, sebenarnya Dimas sendiri tadi menyuruhku untuk tidur saja dan mengatakan akan membangunkanku jika sudah ingin membawaku ke kamarnya, tapi secara inisiatif aku memutuskan untuk tetap berada di sisinya. Kulakukan agar aku selalu siap sedia ketika dia membutuhkan sesuatu juga sebagai bentuk kesungguhanku kepada dirinya.

Dan ya, sekarang aku sudah mendandani diriku sehabis makan dan mandi tadi.

Kini aku tengah memakai BH satu Size lebih kecil dari ukuran buah dada asliku agar semakin membuatnya membulat mencuat kemudian kupadukan dengan celana dalam dengan warna yang senada.

Kuberikan sedikit riasan tipis di wajahku menggunakan Make-up lalu memberi olesan Lipgloss agar membuat bibirku mengkilat merekah.

Tak lupa sebuah Collar lengkap dengan rantainya yang melingkar di leherku dan juga High Heels seperti kesukaan Dimas untuk menyempurnakan penampilanku.




Dimas terdiam tadi diawal ketika dia melihatku sudah terduduk pasrah diatas lantai menunggunya dengan penampilanku yang sekarang, tersungging senyum di wajah gantengnya dan dia membelai rambut lurus panjangku yang sengaja kugerai lalu memberikan pujian.

Dia bilang aku terlihat amat cantik dan begitu seksinya, aku hanya menunduk tersipu memingkem mendengar pujiannya, malah sambil menonton TV ini saja Dimas terus bolak-balik memandangiku yang tak lepas mengunci pandanganku kearahnya siap akan perintah darinya.

Meski lelah tapi aku menikmati peranku, sesekali pandanganku tak hanya tertuju ke wajahnya tapi juga menatap kontolnya yang kuyakin sudah tak sabar untuk menikmati diriku yang penuh kepasrahan ini.

Setengah jam kemudian kudengar derit pintu kamarnya terbuka, aku tersentak dan rupanya aku ketiduran dalam posisi duduk saking lelahnya aku.

Seketika aku langsung mengambil sikap Stand By dalam dudukku seperti tadi, Dimas yang baru keluar dari kamarnya menyadari aku sudah terbangun dan dia tak merespon apa-apa, dia hanya tersenyum terlihat tak marah sama sekali padahal aku sudah takut dia akan menghukumku atas kelalaianku ini.

Mungkin dia memakluminya dan berpikiran manusiawi sekali jika melihatku kelelahan berhubung sepanjang siang tadi aku harus menahan posisiku dalam ikatan tali melawan rasa pegal, kram, kesemutan, haus dan lapar.

Kulihat Dimas membawa keluar laptopnya dan beberapa kabel-kabelan, lalu pacar sahabatku ini mulai menghubungkan kabel tersebut ke TV nya.

Aku terus memandanginya saja tak tahu apa yang ingin dia lakukan, layar TV seketika menjadi biru masuk dalam mode HDMI dan telah terhubung di laptopnya, Dimas mematikan lampu yang tidak perlu hingga membuat suasana ruang tengah kami ini jadi remang.

Kemudian setelah membuka rangkaian folder di laptopnya, aku tiba-tiba kaget begitu melihat ke TV dan mengetahui ternyata Dimas memutar film porno!

Dia sempat memandangiku sebelum menselonjorkan kakinya ke meja menikmati tontonannya.

Desah-desahan di filmnya mulai terdengar dan mempengaruhiku, tahu sendiri kalau aku cewek yang gampang sekali terangsang apalagi diumpani dengan sebuah video porno.

Sesekali aku menoleh ke film yang sedang dia tonton karena penasaran.

Lebih kaget lagi aku saat melihat kelayar dan menyaksikan seorang cewek hamil yang tengah dientoti beramai-ramai di dalam kamar hotel!

Mataku melotot melihat gadis Jepang berambut hitam yang sedang hamil besar itu digilir sana-sini oleh banyak laki-laki! Bahkan putingnya yang sudah bisa menghasilkan susu itu dikerubungi dan berebutan disapih juga mereka pencet-pencet hingga terus menerus mengucurkan susunya bak selang bocor.

Terdengar kesemua pria-pria itu tertawa-tawa namun ceweknya hanya mendesah pasrah sementara dia terus dinikmati bergiliran sambil diambili susunya.

Aku merasakan gejolak dalam diriku yang langsung membara melihat film tersebut! Memekku berkontraksi melihat betapa beruntungnya cewek itu.

Wajah Dimas tampak begitu fokusnya menonton film pilihannya ini, dalam penerangan yang hanya bersumber dari layar TV kulihat dia sudah mulai memegang-megang kontolnya sendiri dari luar celana pendeknya yang pastinya telah tegang.

Menit terasa berjalan sangat cepat dan aku semakin larut dalam nafsuku sendiri akan tontonan yang mau tak mau ikut kutonton, sontak aku yang tadinya tenang kini jadi gelisah sendiri berhubung sejak dulu aku memang paling tidak bisa menahan diri kalau sudah menonton film porno dan pastilah aku akan langsung baper.

Dimas menatapku dan menyadari kegelisahanku, tapi dia tetap tenang kembali menatap kelayar.

Dan mendekati akhir si cewek itu pun mereka Creampie bersama-sama seolah ingin membuatnya hamil lagi meski kondisinya sendiri sudahlah hamil.

Badanku merinding, juga secara reflek aku mendesis dengan mata redup menyaksikan adegan itu, desisanku membuat Dimas tertoleh kearahku dan dia melirikku tajam!

Aku bergetar akan pandangannya karena sejak tadi dia terus melirik-lirik kearahku dengan tatapan ramahnya, namun kali ini tatapannya kembali berubah menjadi wajah seriusnya.

Dia terus pandangi diriku yang tengah duduk bersimpuh ini dalam balutan BH dan celana dalam, penuh nafsu dia mengamati badan putih seksiku yang sudah jadi miliknya hingga membuat aku jadi tertunduk takut tak tahu apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.

Dari pandangan yang begitu laparnya menatapku itu bisa saja dia sedang membayangkan akulah yang ada di film tersebut karena pasti pikirannya sedang konek kearah sana.

" Ver.. " panggilnya kemudian yang membuatku tercekat.

" Ya tuan?.. eh sa..sayang... " jawabku tergagap.

Respon aku memanggilnya tuan namun langsung teringat kalau dia tak mau dipanggil tuan.

" Sini sayang, naik sini... " Dimas menepok jok sofa yang kosong disebelahnya dan ekspresinya kembali kalem.

Aku merayap dan duduk persis disebelahnya, Dimas membuka semua pakaiannya lalu menyambutku telanjang dengan kontolnya yang sudah begitu mengacung keatas!

Aku salah tingkah dan tergugup, namun Dimas tersenyum menarikku untuk segera rapat duduk disebelahnya.

Setelah aku duduk dia rangkul bahuku, kemudian menggunakan jarinya dia sisiri rambut panjangku yang tergerai lurus hingga menyentuh pantat ini dan mengelus punggung halusku lembut.

" Suka sama filmnya?.. " tanya dia ramah ingin tahu apa komentarku mengenai filmnya yang masih berlangsung di depan kami.

Aku mengangguk manja tanpa bersuara dan menghindari tatapan matanya.

Sementara gejolakku terus berkecamuk dalam diriku, aku benar-benar sudah birahi total sekarang! Selain bokepnya tentu saja juga karena badan atletis Dimas yang kini sedang merangkulku menyamping kearahnya.

" Buka semua kaen dibadan kamu sayang... "

" Telanjang buat aku, aku pengen liat badan kamu yang bagus ini... " bisiknya dikupingku dengan mesranya.

Kulakukan, kubuka BH dan celana dalamku masih dalam posisi duduk disebelahnya, Dimas terduduk bersandar melihatku menelanjangi diri.

Aku menyisakan kalung anjing dan sepatu hak tinggi ini saja tahu jika dia suka sekali melihatku berjalan merangkak dengan High Heels sambil menjulurkan lidah menatapnya.

" Buka aja sayang, telanjangin diri kamu, gausah malu.. " dia mengarahkanku untuk membuka juga Collar dan Heels ku rupanya.

Setelah aku benar-benar telanjang bulat seperti bayi Dimas pun berdecak dalam nafsunya kemudian merangkulku lagi.

" Sttshhh... Ini baru ceweknya gue.. " desis dia melingkarkan tangannya ke belakang mengusap-usap punggung halusku.

Dimas mencium tengkuk, bahu dan bulatan dadaku bersama pujian yang terus keluar dari mulutnya, aku diam saja membiarkan dia mencumbuiku, coba kutahan ringisan sambil menggigit bibirku sendiri namun mataku terus bolak-balik menatap ke kontolnya yang betul-betul tegang hingga membuatku gelisah ingin langsung mengulumnya!

Jujur, setelah kejadian tersebut aku benar-benar jadi canggung dengannya, aku tak bisa lagi beraksi sebagaimana aku yang kalian kenal berhubung memang suasananya masih panas belum mencair.

Apalagi sejak Dimas menegaskan posisiku, aku jadi tak berani bersikap seperti dulu yang bisa bermanja-manja dengannya dengan merengek ini-itu. Wah bisa-bisa wajahku dia tempeleng jika aku berakting seperti itu karena sekarang jelas aku hanya budak pemuasnya.

Dan selama hari keempat ini aku menjalaninya ternyata menjadi seorang Sex Slave itu sama sekali tak mudah! Terlebih di hari pertama dan kedua dimana Dimas masih seperti setan.

Bagian tersulitnya bukan merasakan pecut cambuk, tamparan dan bahkan pukulan, tapi bergelut dengan ketakutannya itulah yang tersulit.

" Kenapa yang?.. " tanyanya menarik daguku yang sedari tadi terus saja menunduk.

Aku menggeleng saja, namun Dimas menyadari mataku selalu lari-lari ke kontolnya.

" Oh kamu mau ini?.. "

" Nih pegang aja ini kan kontolnya kamu juga.. " ucap Dimas penuh senyum yang membuatku bergetar!

Ragu-ragu sambil tertunduk mulai kuberanikan mengarahkan tanganku yang akhirnya bergerak juga kearah kontolnya.

Sentuhan pertamaku langsung menjadikan Dimas mendongak tersandar di sofa.

" Stssshh lembut banget!!.. " leguh dia dengan mata terpejam.

Melihat ekspresinya yang keenakan membuatku mulai sedikit luwes untuk makin menggenggam kontol kerasnya yang seperti kayu ini.

Tak lama setelah adaptasi tanganku di kontolnya Dimas kembali membelaiku, dia dekatkan wajah kami untuk menyatukan kami dalam nafas sementara mulailah juga bergerilya tangannya menggerayangi badan putih halusku.

Kadang tangannya mengelus paha, perut, toket dan sekarang dia sedang membuka selangkanganku untuk merangsekkan jari-jarinya ke memek tebalku.

Aku meletakkan sebelah paha padatku diatas kakinya agar memudahkan tuanku ini menyelipkan tangannya ke gundukan yang ada ditengah selangkanganku.

" ahh... " lirihku ketika jari Dimas mengenai 'jengger' vaginaku.

" Basah bener Ver memek kamu, udah kerangsang banget ya kamu sayang?.. " dengusnya mulai memainkan memekku dengan jarinya.

Aku betul-betul melayang rasanya! Kini aku dan Dimas tengah berpelukan dengan tangan saling menyilang saling merogoh kelamin masing-masing diatas sofa ini.




Nafas Dimas terasa berhembus sekali di depan wajahku, bibir kami sudah saling bersentuhan namun belum saling terkecup.

Aku merasa satu sekali dengan Dimas yang sekarang akan buai permainan mesranya ini, bahkan aku mulai lupa posisiku sekarang kalau aku hanyalah budak seksnya.

Kukocok lembut kontolnya dengan jari-jari lentik nan halusku, begitu juga si ganteng. Dia mengucek-ngucek memekku menggunakan jari tengahnya, itu pun hanya dia celupkan satu ruasnya saja.

Aku tahu jika dia sengaja memainkan pola dari yang paling bawah sekali seperti dirinya dan tak terburu-buru.

Sedikit terdengar suara becek di memekku ketika dia mainkan mekiku dengan ujung jarinya itu, menandakan jika aku sudah betul-betul basahnya sekarang!

Dimas terus tersenyum memandangi wajah cantikku dari jarak dekat, sesekali dia usap bibir berkilauku yang terlihat basah karena efek Lipgloss yang kuoleskan.

Dan dalam pandang-pandangan kami pun kemudian berciuman!




Aku betul-betul melupakan posisiku sejenak dan menikmati dirinya dalam lahap ciuman kami!

Sekarang aku tak pasif, kubalas ciumannya dengan rakus menikmati sejenak momen ini.

Kukulum bibir dan lidah Dimas penuh perasaan, sementara stabil kukocoki kontinya dengan jariku yang kulingkarkan membentuk O.




" Sttshh... Cantik bener kamu sayang... Muka kamu innocent banget kalo lagi pasrah gini.. "

" Badan kamu juga bagus, langsing padet, memek tebel merah dan mulus, apalagi toket sama pantet kamu yang gak nahan banget... "

" Semuanya natural kan Ver?.. " racaunya disela ciuman bibir kami yang ternyata Dimas sesekali membuka matanya untuk menikmati paras menawanku.

Aku mengangguk juga kubuka mataku yang sejak tadi terpejam menikmati ciuman penuh kenikmatan kami ini.




Mendapat anggukanku Dimas mendesis dan menyusuri tubuh seksiku ini.

Badanku memang semuanya natural, sudah sejak SMA dulu banyak yang menanyakan soal ini dan meragukannya, dari sekian banyak gosip yang beredar mengenaiku gosip inilah yang sering membuatku tersinggung tapi aku sudah tak mempermasalahkannya.

Bagiku wajar jika banyak cowok yang kepo akan diriku, seperti Dimas ini saja yang kini tengah meremas buah dada bulat montokku yang bahkan juga membuat dia penasaran akan keasliannya.

" Jempolan emang kamu Ver.. "

" Kamu udah mateng banget... "

" Terasa bener cantiknya kamu, apalagi pas aku benihin kamu sayang.. Uhh!!... " terus dia meracau sendiri disela kecupan penuh nafsunya di bibirku melepaskan kegemasannya terhadapku.

Puas menggerayangi badan putihku tangannya kembali ke memekku.

" mpphhh... ahhh... ahh... " desahku seketika keenakan karena tak terasa memekku semakin parah bertambah basahnya.


Dimas menyadarinya, jika tadi hanya memainkannya menggunakan ujung jari saja maka sekarang dia masukkan dua jarinya langsung ke memek ini yang membuatku melotot!

" Auuhhh.... " lirihku keras dan terpaksa harus melepaskan kuncian di bibir kami.

Mulai si lelaki berkulit coklat eksotis mengocok jari tengah dan jari manisnya di memekku, meski kocokannya masihlah pelan tapi suara becek yang terdengar jelas sekali!

Aku semakin mendesah saat dia menyingkap rambut yang menutupi leher jenjangku dan membenamkan wajahnya di leherku itu.

" Ahhh wanginya rambutmu sayang... "  racau Dimas mulai 'menyeduh' bagian tengkuk sampingku.

" Aku suka banget rambut lurus panjang kamu Verr... Bikin kamu makin seksi apalagi kalau kamu gerai gini.. "

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, endusan Dimas dititik kelemahanku bersama kocokannya di memekku seketika melambungkan libidoku ke titik tertingginya!




Masih kutahan desahanku, kunikmati semua sentuhan yang sedang dia berikan terhadapku sambil tetap kukocok lembut kontolnya.

Kami terus saling beronani memberikan Feedback seksual, aku tak tahu apakah aku bisa orgasme atau tidak karena tak ada perintah darinya akan hal itu sementara klimaksku semakin mendesak dan terasa akan meledak.




Dimas yang sedang mengendus-endus wanginya rambut yang baru kukremasi ini mulai menyadarinya. Tentu dia merasakan kontraksi hebat yang terjadi di memekku sekarang.

Dia menatapku dari jarak dekat lagi makin merapatkan badan seksiku ke tubuh atletisnya.

" uhh dim... " lengkung tubuhku saat tetap dia kocok memekku yang tengah tanpa kepastian ini.




Dimas terus saja menatapku, dia seakan menikmati mata layu dan wajah memerahku yang sekarang pastilah jelas terlihat. Dia memang akan selalu bangga jika berhasil mendesakku dalam situasi ini, itu tak berubah dari sejak pertama kali kami ML.

" Kamu udah mau orgasme ya Ver?.. "

" Mau aku bikin muncrat-muncrat memek kamu yang tebel ini?.. " tanyanya padaku yang sudah sangat sayu dan kacau sekali sekarang karena sedari tadi menahan klimaksku.

Aku menggigit bibirku sendiri dan menangguk.

" heeh.. bo..boleh?.. " ucapku pelan menatapnya penuh pengharapan.

Dimas mendesis, tak pelak dia sendiri pun luar biasa bernafsunya melihat wajahku yang sekarang sedang terangsang berat ini.

" pliss... " mohonku lagi dengan kepala yang sudah mau meledak rasanya!

Lalu akhirnya jawaban yang kutunggu pun keluar juga dari mulutnya.

" Yaudah boleh.. "

" Tapi kamu sekarang bener-bener milik aku kan Ver? Kamu beserta badan kamu yang super seksi ini?.. " tanya Dimas memastikan ulang kepatuhanku.

" Iya sayang, aku milik ka..kamu.."

" Milik kamu seutuhnya!!... " anggukku dan seketika secara respon kulahap bibirnya penuh nafsu melepaskan perasaan sekaligus gejolak yang rasanya mau membuatku menangis jika terus kutahan.




Kami tetap berciuman ketika akhirnya jari Dimas mengakhiri derita seksualku.

Aku 'ngompol' begitu derasnya yang terasa amat nikmatnya! Dalam engah-engah nafas bersama badan yang kelojotan aku menikmatinya hingga ke kucuran terakhirnya.

Rasanya kepalaku yang tadi sangat berat langsung ringan seketika, dan Dimas mengusap-usap rambutku sambil merangkul kepalaku ke dada kekarnya.

" Ma..makasih ya sayang udah bu..buat aku orgasme.. " kataku dengan mata segaris tak lupa mengucapkan terima kasih ke tuanku ini.

Dimas hanya tersenyum dan makin erat memelukku.

" Sayang... " celetukku memberanikan diri setelah agak baikkan.

" Maafin aku ya.. "

" Maafin aku yang udah bikin kamu kesel waktu itu.. "

" Aku ngelakuinnya gitu aja cuma mau ngetes kamu cemburu atau engga, dan aku sama sekali gada maksud buat bikin kamu sakit hati.. "

" Aku sayang kamu... " tutupku kemudian mengecup pipinya.

Kuucapkan semua tadi dengan penuh ketulusan, aku tak tahu apakah ini waktu yang tepat untuk itu mengingat pengalamanku bersamanya yang bisa memutar-balikkan permainan dengan begitu cepat.

Tapi setidaknya aku merasa lega dengan mengatakan yang sebenarnya meski aku tak peduli jika dia masih akan menghukumku karena kusadari aku memang pantas untuk dihukum.

Dimas tak menjawabnya dan hanya diam saja, tak mau membuang waktu maka segera kumulai aksiku dengan memanjakannya seperti peranku sebagai pelayan seksnya.

Kumulai dengan menyusuri kecupanku dari pipi ke dagu, tengkuk, dada bidang juga putingnya.




" Ahhh... " lirih Dimas merasakan jilatan dan hisapanku di putingnya.

Kukecup sesekali kugigit penuh perasaan dalam kulumanku yang makin membuat lelaki tampan ini mendengus.

Dia membelai mesra rambut panjangku sementara tanganku tetap mengocok kontolnya yang masih jauh dari ejakulasinya.




" Enak sayang?.. " tanyaku tetap lahap menyapih putingnya yang telah basah karena ludahku dan mulai tegang.

Si ganteng terus membelai rambut panjangku dan meringis keenakan, dia memejamkan mata membiarkan saja aku memanjai tubuh kekarnya.

Dimas memang suka sekali ketika aku memanjakannya begini, tak hanya selama aku memulai peran baruku, ini sudah kulakukan dari sejak kami berhubungan intim di apartemenku.

Biasanya sebelum ngeseks dengannya aku memang akan memijitinya sambil telanjang di depan cermin supaya dia bisa melihat pantulan badan seksiku ini disana. Tak hanya memijat sesekali juga kucumbui dirinya, mengurut badan kekarnya pokoknya apa saja yang bisa membuat dia rileks sebelum setelahnya dia akan membantaiku diatas ranjang.

Kulakukan terus Foreplay seperti ini karena aku penasaran dengan rahasia ketangguhan sekaligus daya tahan permainannya hingga membuat dia bisa mengontoliku tanpa putus semalaman dan aku sangat kagum atas hal itu.




Dimas meleguh dan mendesah penuh nikmat saat terus kumainkan jilatanku di masing-masing puting dan paduan kocokan di kontolnya.

Elusan tangannya dirambut panjangku yang sangat dia sukai ini menjadi penyemangatku untuk makin membuatnya nyaman sambil 'memanasi mesinnya'.

Dari puting aku turun dan mengecup perut kotak-kotaknya, dan berakhir di kemaluannya yang berukuran seukuran lengan bayi ini.




Kutatap dari jarak dekat kontol besarnya yang membuatku rela melakukan apapun demi terus disodok olehnya.

" Stttshh!!... " desisku seperti ular derik dengan mata redup mengendusi aroma kontol yang khas.

Aku selalu terangsang setiap kali melihat kontol laki-laki, ini sebenarnya sangat privasi untukku yang mungkin akan kalian anggap seperti kelainan tapi diam-diam aku sering Searching dan menyimpan banyak foto-foto kontol di ponselku.

Mulai dari yang bule, negro, Asia juga malah kontol anak-anak kecil yang belum disunat semua kukoleksi!

Bahkan dulu aku sering berdebat dengan cowokku akan kebiasaanku yang sering bermasturbasi menggunakan foto-foto kemaluan pria ini, dia menegurku namun aku malah keras sendiri karena tak ada yang salah dengan hal tersebut, aku perempuan wajar kalau aku terangsang dengan kelamin lawan jenisku.

Dia yang pada dasarnya memang sangat sabar dan tak bisa marah hanya menarik nafasnya dalam-dalam selalu diam saat aku balik nyolot ketika dia nasehati.

Setiap melihat Followers ku mengirimi foto kontolnya di kotak pesan IG ku aku juga sering bergetar yang entah kenapa melihat rudal tersebut mengacung tegak selalu membuatku bergetar dan menggelinjang hebat dalam rasa gatal untuk segera mengulum yang sungguhan!

Selama beberapa saat hanya memandangi kontolnya dan mengendusinya saja lalu segera aku membuka mulutku lebar-lebar mengarahkan mulut mangap ini ke penisnya.

Namun sejurus Dimas menghentikan aksiku.

" Pake piercing lidah lo dulu Ver.. "

" Gue mau lo sepong pake itu, pilih yang paling panjang ya.. "

" Cepet gue tunggu... " perintahnya yang kembali menjadi kasual lagi.

Aku segera merangkak dan menuju kamarku, kubuka laci meja kecil yang menjadi penyimpanan alat-alat rias sekaligus Sex Toys yang Dimas bawa kesini. Kupilih Piercing berbentuk jarum pentul paling panjang yang kumiliki.

Dalam hati aku penasaran kenapa dia berani menantangku menggunakan ini padahal dia sendiri pun juga sangat meringis-ringis kegelian jika kuoral menggunakan tindikan di lidah.

Tak terlalu lama memasangnya aku berjalan merangkak lagi menuju ruang tengah ke sofa tadi dimana sekarang si ganteng sudah berdiri tegak bersandar di tembok sambil menenteng Collar yang sebelumnya dia suruh lepaskan selama dia mencumbuku mesra.

Aku berhenti persis di depannya yang telah menungguku, dalam duduk bersimpuh kudongakkan wajahku menatapnya yang terlihat sudah bernafsunya dengan kontol tegangnya.

" Udah? Coba julurin lidah lo?.. " tanya Dimas meminta bukti.

Kujulurkan lidahku dan kutatap kosong dirinya, kumain-mainkan lidahku agar membuatnya semakin sensual.




" Bagus... Cewek pinter.. " Dimas tersenyum kemudian menunduk dan memasangkan ikat leher anjing ini lagi keleherku.

Aku pasrah saja tak tahu apa rencananya dengan tindikan di lidahku ini, juga rupanya dia masih ingin memperbudakku padahal tadi dia betul-betul memperlakukanku seperti istrinya tapi memang beginilah dirinya.

" Gue lagi kepengen keluar dimulut lo Ver, jadi kasih gue hisepan terbaik lo.. " ucap Dimas yang kupandang dengan tatapan sayuku dalam posisi duduk bersimpuhku.

Setelah mengucapkan itu dia mendekatkan kontolnya yang telah sejajar lurus di depan wajahku. Jelas dengan instruksinya maka segera kumulai servisku.




Kujilati ujung kontolnya dengan lidahku sebagai salam pembuka sekaligus perkenalan.

Tanpa tangan kuarahkan mulutku karena kontol Dimas sendiri sudah begitu amat tegangnya hingga sekali 'slep' saja langsung masuk.




" Stttshhhh.... " ringis pria tampan ini saat mulai kulahap dan kuemut kejantanannya dengan sangat lembut.

Aku masih berpusat di kepala penisnya saja karena aku tahu disinilah sumber kenikmatan dari para lelaki.

Semenit terlewat dan 'palkon' Dimas telah basah kuyub dengan ludahku. Dimas menunduk terus menatapku yang sedang menservisnya, wajahnya terlihat sudah begitu dilanda nafsu beratnya menyaksikanku memberikan kenikmatan luar biasa di kontolnya.

Aku juga tak sedetik pun memejamkan mata tak peduli mataku sampai berair, aku terus menjaga kontak mata ini dengannya dan menikmati keadaanku sendiri yang kini tengah menyepong kontol besar dari lelaki ganteng idamanku yang juga pemilik sah tubuh seksiku.

Memekku berkontraksi hebat dalam cipta situasi yang hadir, hanya terdengar suara kipas angin diruang tengah dari rumah kecil ini yang Dimas pilih sebagai tempat dia melarikanku.

Kepalaku mulai penuh lagi dengan hormon-homon seksual yang bagaikan sebuah ekstasi memberikan efek luar biasa ke tubuhku. Tapi aku sama sekali tak bisa memainkan sumbernya dengan jariku karena harus terus membuat sikap patuh dalam duduk bersimpuhku.




" Gilaa Verr... Huhh!!... " erang Dimas di menit berikutnya ketika mulai kutenggelamkan kontol coklatnya kedalam mulutku.

Terasa urat-urat kontol Dimas berdenyut-denyut ketika kucoba telan bulat-bulat kejantanannya! Diameternya yang begitu lebar benar-benar membuatku ektra keras membuka mulut selebar yang kubisa, itu pun tidak kentara perbedaannya karena tetap tak bisa kutelan seutuhnya dan sampai kapan pun hanya akan mentok sampai setengahnya saja.

Kontol Dimas memang berukuran sangat besar, sebutlah salah satu yang paling besar jika tak mau menyebutnya sebagai paling besar yang pernah kuhadapi berhubung aku sendiri lupa dan tak terlalu mengingatnya karena begitu banyaknya laki-laki yang keluar-masuk dalam kehidupanku.

Sama denganku Dimas sendiri juga keturunan, jadi wajar jika kontolnya besar dan sangat memuaskan.

" Ver coba lo masukin piercingnya ke lubang pipis gue... Pasti enak banget kayaknya.. " pintanya sembari mengusap rambut pirangku.

Aku menengadah menatapnya agak kaget namun wajahnya terlihat serius akan kata-katanya.

Jadi ini maksudnya menyuruhku memakai Piercing paling panjangku, rupanya dia ingin menjajal sesuatu yang baru.

Tak membantah kemudian aku melakukannya, jujur aku sendiri pun penasaran terlebih aku tahu benar areal sekitaran lubang pipis pria itu sangatlah ngilu karena aku pernah melakukan hal yang mirip-mirip seperti ini dulu.




Kujilati lagi Peehole nya memastikannya basah sebelum kumulai lesakkan Piercing lidahku ini kedalamnya.

Kugigit besinya guna menguatkan pondasinya agar ketika kudorong nanti tindikannya malah tidak terdorong mundur.

Dimas mengangguk membalas tatapanku terakhir pertanda dia telah siap, dan mulailah aku memasukkan Piercing lidahku ke lubang kencingnya!




" ANJINNG!!...."

" AHHH VERR!!... "

Dimas terdongak meleguh lantang menatap keatas begitu kudorong pentul tindikanku masuk ke kontolnya!




Kulesakkan semakin jauh kedalam seiring kutelan juga lagi kelaminnya dalam mulutku bersamaan dengan tolakan dari lidahku membuat Dimas tambah menjadi-jadi!

Erangan kerasnya bergema di seisi rumah, suasana lengang tadi berganti dengan lirihan darinya yang entah sedang merasakan apa akan permainan yang dia inginkan sendiri ini.

Setelah memasukkannya sampai setengahnya kutarik pelan-pelan tindikan lidahku lalu kukeluarkan, kutatap eskpresi wajah Dimas yang sedang geleng-geleng menjambak rambutnya sendiri saat pentul tindikannya keluar dari lubang pipisnya.





" HUUUFTT VEERR... NGILU BANGET SUMPAH!!.. "

Sambil menjiati sekitaran lubang pipisnya aku ingin tersenyum, namun aku tak bisa melakukannya takut nanti dia anggap sebagai ejakan atau apalah, karenanya tetap kutampilkan wajah pasrahku yang polos menatapnya.




Kukecup mesra lubang kencingnya sembari menatapinya menunggu kelanjutan ini, apakah dia masih ingin melakukannya lagi atau dia sudah kapok dan ingin di oral biasa saja.

" Lanjut Verr... Mainin aja kontol gue sesuka lo sama tindikan itu... "

" Bikin gue keluar pokoknya.. "

Aku kaget mendengarnya! Dimas benar-benar ingin lagi dan malah memberi akses penuh diriku untuk bereksplorasi dengan kontolnya.

Inilah yang kusuka darinya, Dimas memang terus ingin Ascend menjajaki diri dengan hal-hal baru yang menantang demi 'naik kelas' dan itu sama denganku!

Penuh semangat kucolok lagi lubang kencingnya dengan pentul Piercing ku, kali ini kulakukan dengan bantuan tangan agar semakin presisi juga biar aku bisa memainkan teknik hisap dan teknik kocokku bersamaan dalam memuaskannya.





Dimas mengerang-erang, sambil membiarkanku menservisnya dengan seluruh keleluasaan yang dia berikan.

Kudorong-dorong lidahku ketika tindikan besi panjangnya telah masuk di Urethra nya, kutatap Dimas yang wajahnya sudah awut-awutan menahan ngilu yang dia rasakan.

Bahkan lelaki sedingin dan sekuat dirinya saja kelabakan menahan sensasi yang sedang mendera sekujur badannya.




Puas sebentar berfokus di lubang kencingnya mulutku bergerak menyepong lagi kontol ini hingga ke bagian batangnya.

Denyut-denyut di kontol Dimas terasa jelas baik ditangan maupun mulutku sendiri yang sedang berinteraksi langsung dengan organ genitalnya ini.

Mulai kuseriusi permainannya karena dia tadi menyuruhku untuk membuatnya keluar di mulutku, kupejamkan mata dan kucekoki sampai mentok ke tenggorokanku penisnya yang menjadikan badan Dimas tambah menggelinjang hebat!




" BANGSAATT!! HUH GILA!!.. "

Kucueki erangan demi erangan yang keluar dari mulutnya, dan fokus membuatnya ejakulasi.

Nyaris dua menit dia menahannya hingga Dimas kemudian mengejang dan menyuruhku menahan gerakan yang sedang kubuat.

" Tahan kayak gini Ver... Ughh!!... " erangnya sedikit menahan leguh kerasnya.




" Egkkkhh... Egkhhh.... "

Terus kutahan sebatas maksimal yang bisa kulakukan dalam menelan kontol jumbonya! Wajahku sudah memerah dan mulutku penuh sekali rasanya karena sejak satu menit tadi aku membiarkan Dimas mengentoti tenggorokanku.

Dalam keadaan ini juga tindikan lidahku sudah masuk sepenuhnya disaluran kencing Dimas! Sekarang penis besar Dimas yang ada di mulutku tengah berisikan tindikan besi Stainless yang sepanjang kumainkan mulutku terus mengulur Piercing itu hingga kini benar-benar sudah habis berada di dalam batang kontolnya!

Kukilik-kilik lidahku di lubang kencingnya memberikan sensasi ngilu yang teramat untuknya dan terus kutelan mentok kontolnya di mulutku hingga akhirnya bersamaan dengan leguhan keras dari Dimas, tiba-tiba kurasakan semburan hangat yang langsung membasahi kerongkonganku.

Aku tak langsung mencabutnya, tetap kupertahankan posisi mentok ini sambil memaju-mundurkan mulutku mempenetrasi kontol Dimas ditenggorokanku sampai semburan ejakulasinya selesai.

Barulah setelah tak kurasakan lagi guyuran sperma kentalnya dan juga kulihat 'badai' yang Dimas alami mulai mereda kutarik keluar mulutku dari kontolnya beserta mencabut keluar tindikan yang saat kutarik keluar membuat Dimas meringis ngilu!




Spermanya yang tadi kutahan penuh memenuhi mulutku sontak berhamburan keluar bercampur ludahku.

Kutatap Dimas dengan mata berair ini, badan kekarnya yang menjulang diatasku masih bergetar-getar hebat! Entah kenikmatan macam apa yang sedang dia rasakan sekarang dalam pejaman mata dan dongakkan kepalanya itu.

" EDANN!! ENAKNYA!!... HAHH..HAHH... " komentar dia menggeleng-gelengkan wajahnya takjub dengan sensasi yang baru dia dapat.

Aku menahan senyumku dalam hati, sambil memegang kantung zakarnya yang sudah mengencang kulahap lagi kontol kesayanganku ini dengan mesra sebagai pendinginnya.




Dimas kembali membuka matanya dan menatapku, sementara aku tetap menjilati lubang pipisnya yang terlihat sudah bolong tak lagi 'perawan' karena tadi sudah ku Sounding.

Ada perasaan banggaku akan hal ini, terlebih melihat ekspresinya yang betul-betul menikmatinya sepanjang aku melancarkan aksiku.

" Ver sekarang masuk ke kamar, cepet!!.. "

" Gue pengen make lo dikamar… " celetuknya agak buru-buru dengan nafasnya yang masih kurang stabil.

" ughh?.. " tatapku lugu kearahnya melepaskan kecup mesraku di kepala penisnya.

Kulayangkan pandangan pasrahku melihati Dimas yang kini sudah begitu bernafsunya untuk segera menikmati badan langsingku yang sangat sering ditawar untuk berfoto telanjang ini.

" Udah sana cepet... Nanti gue susul.. " jawabnya kemudian memasangkan Strap hitam dipergelangan tanganku memborgol tanganku kebelakang.

Melihat dia yang mengunci tanganku membuat aku langsung ketakutan menyadari jika dia masih akan memperlakukanku sama seperti malam-malam sebelumnya!

Dengan lututku saja aku merangkak masuk ke kamarnya, Dimas melihatiku yang kesusahan berjalan seperti ini karena aku tak bisa merangkak normal berhubung tanganku sudah dia matikan menyilang kebelakang.

Sebelum aku memasuki kamarnya kulihat sekilas dia menyeringai sambil mengocok kontolnya sendiri.

Di dalam kamarnya yang remang temaram bercahayakan kuning kemerahan ini aku langsung mengambil posisiku seperti biasa, dengan duduk melipat paha menyamping pasrah kutunggu dia menyusulku.

Pikiranku semakin kacau! Aku berdebar-debar sekali, aku terduduk dengan penuh perasaan cemas sekaligus takut akan apa lagi yang dia lakukan terhadapku mengingat hari-hari kemarin yang baru terlewat.





MALAM DI HARI SEBELUMNYA


Kalian tahu alasan kenapa aku terus mencoba tak terbawa akan permainan mesranya tadi?

Alasan mengapa aku terus melarikan pandanganku darinya dan sebisaku tak mau terbuai dengan setiap romansa yang dia ciptakan?

Karena itu adalah bagian dari permainannya.


Dimas akan selalu menunjukkan sifat mesranya seperti tadi ketika dia memulai dan mengakhiri permainan sebagai cara dia Bonding atau membangun ikatan denganku.

Jinak-jinak merpati dia perlakukanku lembut dengan mesra semesra-mesranya bagaikan ratu yang dia angkat terbang ke langit ketujuh, kemudian ditengah permainan pujian-pujian yang dia ucapkan itu akan berbalik menjadi sebuah hardikan, hinaan, pukulan, tamparan dan ludahan di wajahku!

Aku tahu dengan sifatnya ini karena sebelumnya aku sudah merasakan tendensi yang sama saat aku mendiktenya menjadi dominan seperti yang pernah aku mention sendiri ke kalian.

Tapi konteksnya berbeda, di malam-malam indah ketika hubungan kami belum sedingin sekarang dia memang akan membuatku kelojotan diatas ranjang akan permainan No Mercy nya, dan sekali lagi konteksnya permainan bukanlah serius seperti yang sekarang.

Sekarang si jinak-jinak merpati tadi telah berubah menjadi jilat-jilat harimau, dijilatinya lembut seluruh tubuhku seperti seekor kucing manja hingga membuatku terlena sampai aku lupa bahwa si kucing tadi tetaplah harimau.

Begitulah cara dia mem-Build Up permainannya.

Ya, Dimas tanpa ampun terus memperlakukanku dengan segenap amarahnya yang masih belum padam hingga ke hari keempat ini! Walau kemarin dia sedikit 'berbelas kasih' padaku tapi tetap tak ada jaminan dia akan melalukannya lagi sekarang.

Untuk itulah aku memberanikan diri saja tadi meminta maaf dan berjudi dengan keadaan karena aku sulit membaca suasana hatinya yang sesungguhkan akan sikapnya yang sama sekali tak bisa kuterka dengan kondisi yang sekarang.


Aku ingin bercerita sedikit.


Setelah membiarkan aku beristirahat penuh di malam pertama, malam keduanya Dimas yang masih sangat dipenuhi emosinya kembali meluapkan amarahnya itu.

Seperti tadi yang sudah kusinggung, begitu dia menetapkan statusku sebagai Slave yang dia bubuhkan dengan spidol di memekku, Dimas benar-benar memberiku pelajaran tak peduli keadaanku yang pegal sekaligus kram atas akumulasi lelah yang kudapat saat aku dia tinggal sendirian terikat tak berdaya.




Aku ingat ketika dia pulang dia langsung membuka ikatanku kemudian membentakku dan menyuruhku merangkak sambil menjulurkan lidah menghadap tembok.

Selama beberapa jam aku dia suruh menahan posisi itu tanpa boleh bergerak sedikit pun! Sementara dia makan, mandi dan bersantai-santai.

Jika dia melihat aku menundukkan kepala atau tak menjulurkan lidah maka dia akan mencambukku dengan ikat pinggangnya sembari memaki-makiku pedas!




Aku menangis-nangis dan terampun-ampun namun itu sama sekali tidak menolong yang ada justru memperburuk keadaan.

Dimas makin menghukumku lebih berat!

Dari ikat pinggang dia ganti media untuk menyakitiku dengan menggunakan Paddle bola pingpong yang dia hantamkan ke pantatku.




Aku dia suruh tetap menungging dan tak boleh rebah keranjang tak peduli seberapa keras dia Smash bokong montok putihku!

Pantatku jadi sasaran kemarahannya dan terus dia pukuli dengan kata-kata kasar yang tak kalah menyakitkan.




Menjerit-jerit histeris aku merasakan sakitnya! Sambil tertunduk dan uncang-uncangkan kaki juga coba kulakukan guna mereduksi pedihnya, namun tetap tak menolong apapun.

Malah Dimas menyuruhku menggoyangkan pantat selagi dia menghajarnya dan dia meracau menikmatinya sementara aku menangis parau memohon belas kasihannya.




Jujur Dimas benar-benar menjadi sangat mengerikannya dengan emosinya itu, aku sangat takut dan entah berapa kali aku terkencing-kencing dalam ketakutanku hingga akhirnya aku pun pingsan.

Walau berganti pagi juga tak ada yang berubah, begitu aku bangun Dimas langsung menanduku kembali ke kamarnya dan membantaiku lagi!

Malah di hari berikutnya itu justru terasa lebih berat lagi.

Dimas membanting aku tertelungkup diatas ranjangnya kemudian melecut pantatku dengan ancaman aku tak boleh ngompol atau orgasme lagi yang hanya akan mengotori kasurnya atau dia akan melakukan hal yang lebih buruk padaku.




Aku berusaha menahan ketakutanku, bergidik akan ancaman darinya yang aku tahu tak main-main!

Kutenggelamkan wajahku kedalam kasur selagi dia sudah menjalankan eksekusinya. Pantatku benar-benar terus-terusan jadi sasaran kemarahannya.

Terus dia cambuk bokong montokku sambil dia kata-katai dengan menghinanya yang sudah dipakai banyak lelaki, anus lodoh atau pantat yang sudah tak berarti dan masih banyak lagi umpatan yang keluar dari mulutnya.




Saat itu aku mendengar semua ocehannya yang memang aku tahu jika dia sudah lama kecewa dengan anusku yang sudah longgar ini karena telatnya pertemuan kami, tapi momentum ini seakan menjadi waktu yang tepat baginya untuk meluapkan kekecewaannya itu dengan terus mencambuk pantatku diiringi hinaan-hinaan kekesalannya.

Jeritanku melengking juga tangis tetap mengucur dari mataku dan Dimas tetap sekuat tenaga melecutkan ikat pinggangnya hingga tanpa kusadari aku pun terkencing-kencing begitu saja tanpa bisa kukontrol.

Sekejap Dimas menghentikan pecut cambuknya menyadari aku melanggar Rule yang dia buat dan dia kembali kalap dengan wajah mengerikannya lagi!

Aku memekik saat dia jambak aku bangun lalu menyeretku duduk di sebuah kursi yang dia rapatkan ke tembok.

Mataku dia tutup dan sama seperti kejadiannya di apartemenku waktu itu, kepalaku dia toyor hingga terantuk ke tembok sebelum kemudian habis wajahku dia gampar bolak-balik.




Dia memaki-makiku sambil melayangkan terus tamparannya ke wajahku.

Kepalaku berkunang-kunang dan kupingku berdenging tak bisa mendengar apapun akibat benturan keras yang terjadi.

Mataku memutih dan aku berada di titik Verge kesadaranku, namun anehnya di fase inilah aku selalu mulai menikmati semua akumulasi rasa sakit yang masuk.




Aku merasakan semua pedih dan sakit yang kurasakan mulai di Convert tubuhku menjadi sebuah rasa nikmat.

Kata-kata Gross yang Dimas lontarkan bersamaan layangan tangannya yang mulai dia sama ratakan tak hanya di wajah namun juga kesekujur badanku entah kenapa menjadi sebuah lagu yang indah.

Aku bahkan berhenti menangis dan permohonan ampun yang terus terucap sebelumnya seakan tak ingin lagi kukatakan.

Dengan semua indera yang masih aktif kurasakan jelas sisi yang selama ini lama tertidur di dalam diriku perlahan bangun karena dia tak benar-benar pernah diberi kesempatan untuk muncul berhubung dulunya aku terus disayang-sayang dan sangat dimanja-manja oleh cowokku yang lama kuhabiskan hidup bersamanya.




Malah saat Dimas meremas buah dadaku sekuat-kuat yang dia bisa, aku Squirt dengan deras!

Aku melolong sejadi-jadinya dan menendang-nendangkan kakiku ke lantai melepas semua kenikmatan yang keluar dari dalam diriku saking kuatnya cengkraman tangan Dimas di payudaraku.

Jika memang dadaku disuntik atau kuimplan seperti banyak yang orang sangkakan sudah pasti silikonnya akan bocor dan justru pecah akibat kuatnya remasan yang Dimas lakukan waktu itu.




" LIAT BETAPA FILTHY DIRI LO... "

" DI HUKUM KAYAK GINI LO MALAH KEENAKAN.. "

" DASAR CEWEK ANEH!!... " ucap Dimas kemudian kembali memukuli wajah dan tengkukku yang sangat kuingat dalam samar pendengaranku yang penuh denging-denging tak jelas bak radio rusak.

Tapi aku tetap menikmati semuanya, meski aneh seperti yang Dimas katakan tapi inilah bagian lain yang ada dalam diriku.




Dan saat Dimas membetot memekku dengan sangat kasar sambil menjambak agar wajahku kembali terdongak kearahnya, instan kudapatkan Squirt ku lagi.

Dia langsung mengikatku yang terkejang-kejang itu penuh rasa sakit disekujur badan dan meninggalkanku seharian.

Aku menggigil hebat selama beberapa menit pasca dia meninggalkan rumah badanku masih saja Loss Control. Mataku memutih, gigi gemerutuk dan kaki gemetar terus kurasakan dalam ikat yang dia buat untuk mengunci tubuhku.

Namun aku tersenyum dalam keadaanku, denyut-denyut sakit disetiap badanku membuatku melirih kecil dalam pejaman mata menikmatinya, memekku kembali mengalirkan lelehan hangat beningnya kala aku mencoba mendalami keadaanku.

Diperlakukan seperti ini adalah satu dari banyaknya fantasi liar yang sering kubayangkan, dan kini aku sungguh mendapatkannya bersama Dimas.

" Aku benar-benar sudah menjadi miliknya seutuhnya, apapun yang dia katakan adalah perintah bagiku dan aku wajib melakukannya tak peduli seberapa kotornya itu!.. "

" Kini hanya bersama dirinya pulalah aku bisa membuat hari-hariku tak lagi membosankan, mengisinya bersama tantangan-tantangan membuatku jadi bersemangat menyambut hari esok dengan rasa penasaran.. "

Kata-kata tersebut melintas dalam pikiranku saat itu dan tak ayal aku merinding sekaligus menjadi antusias lagi setelah sekian lama tak kurasakan.

Walau yang kuhadapi adalah rasa sakit dan rasa takut tapi itu tak membuatku merengek minta pulang, justru inilah kesempatanku untuk membuktikan diri juga tetap aku adalah aku.

Aku tak bermain dengan angka, aku juga tak suka dengan ilmu pasti, sejak dulu aku benci dengan matematika.

Aku tak suka dengan segala sesuatu yang sudah ada jawabnya, selama ini hanya melewati hari tanpa ada sesuatu yang berarti membuatku muak!

Pergi tidur kemudian membayangkan bangun kau akan menjalani hari yang sama tak membuat hidupmu mengasyikkan sama sekali.

Kalau hidup hanya sekedar hidup monyet di hutan pun juga hidup bukan?

Karenanya aku butuh tantangan, apapun itu! Aku perlu sesuatu yang bisa membuatku terus bersemangat setiap harinya agar kepala ini terbebas dari stress atau pikiran-pikiran lain yang hanya meracuni pikiran.

Aku butuh sesuatu yang menge-Push diriku karena itulah satu-satunya cara bagiku untuk mengukur sampai dimana aku ini sebenarnya.

Dan setelah memikirkan pikiran-pikiran tersebut aku tertidur dalam kemantapan hatiku untuk terus menjalani semua ini tanpa mau mundur selangkah pun demi Dimas!





..............................


Masih hari yang sama yaitu kemarin di hari ketiga, malamnya ketika Dimas pulang dia membuka ikatanku lalu menyuruhku makan, mandi dan bersiap-siap.

Aku tak mengeluh dan menurutinya walau bayangan akan betapa seramnya dia menganiayaku seperti di apartemen dan juga paginya yang baru kurasakan ketika itu jelas membayang di kepalaku.

Badanku masih remuk rasanya terutama bokongku yang aku tak sadari sudah biru-biru akibat dihajarnya dengan raket pingpong dan ikat pinggangnya.

Menjelang tengah malam Dimas menyuruhku masuk ke kamarnya persis seperti yang sekarang terjadi.

Dalam duduk bersimpuhku dilantai kutunggu dia hingga akhirnya dia masuk sudah bertelanjang dan langsung memelototiku.

Aku menunduk saat dia mengambil posisi di depanku kemudian dia elus tubuhku yang hanya memakai Body Stocking jaring, lalu secara tiba-tiba tak ada angin tak ada apa dia tampar wajahku yang membuatku terkaget!




" Ngeliat apa lo?.. "

" Gak ada apa-apa dilantai ini... "


PLAKK!!


Dihajarnya lagi di wajahku setelah mengangkat daguku agar menatapnya.

Aku meringis dan langsung menjaga Eye Contact ku kearahnya, sontak ketakutan merundung tubuhku menghadirkan sensasi yang coba kunikmati.

Dimas menundukkan badanku, begitu badanku telah tertunduk pantatku langsung habis dia jeplak berulang-ulang dengan kedua tangannya bergantian!




Ringan tangan kiri juga tangan kanannya bergantian menampari masing-masing bongkah pantat semokku yang sudah biru-biru akibat perlakuan dia sebelumnya.

Badanku terlontar-lontar setiap kali panas pedihnya hinggap menjalar keseluruh tubuhku, terus Dimas lakukan hingga membuat aku makin keras menjerit dan menangis.

Mendengarku yang menangis seperti biasa langsung menjadikan dia naik pitam!

Dia jambak rambutku hingga membuat badanku yang rebah ini terangkat kemudian dia tampar berulang-ulang wajahku dengan tamparan paling kerasnya sampai menjadikanku berteriak lebih histeris.

" Kyaaa ampuuunn Dimm!!... " jeritku ketakutan saat dia membentakku kasar dan belum habis jeritku itu seketika pula Dimas menghentak kepalaku terbanting ke lantai!




Dimas mencekikku kuat setelah aku tergolek dilantai membuat jeritanku mendadak hilang!

" Ekhhh!!... Ekhhh!!!... " erangku mencoba menggerakkan badan memberi perlawanan namun aku bukan tandingan tubuh perkasanya.

Mataku melotot, lidahku terjulur dan aku sama sekali tak bisa menarik nafas saking sadisnya dia mencekikku waktu itu yang seperti ingin membunuhku saja.




" Diem pirang jangan nangis!!.. "

" Berapa kali gue bilang gue gak suka denger lo nangis!... " bentaknya terus mencekikku hingga wajahku memerah beberapa lama lalu barulah dia lepas.

Aku terbatuk-batuk kemudian menghentikan isak tangisku dan membasuh air mata serta ingusku berusaha tegar.

Badanku kembali gemetar sementara Dimas memelototiku aku yang mulai membawa diri, sensasi rasa takut itu terasa sangat nyata! Tak pernah kurasakan sebelumnya selain dari dirinya.

Melihat nafasku yang mulai teratur Dimas segera mengangkatku, dia sandarkan badan lemahku ke ranjang, kemudian dia tegak dan dengan cueknya dia dudukkan tubuhnya tepat dikepalaku!




Wajahku langsung tertutup oleh pantatnya dimana anusnya berada persis dibagian mulutku.

Dalam posisi tersebut juga aku coba menahan semampuku berat badannya karena Dimas benar-benar mendudukkan dirinya dengan wajahku sebagai alas duduknya.

Aku sedikit gelagapan mencari celah untuk bernafas dicelah-celah pantatnya.

" Kenapa lo gak suka gua giniin hah?.. "

" Mau gua berakin muka lo juga terserah gue, toh lo pelacur gue.. " cakapnya setelah aku cukup beradaptasi dengan kondisiku.

" su..suka dim... aku suka kok... "  jawabku cepat sebelum dia semakin marah disela kegiatanku menjilati lubang anusnya.

Dimas diam, dia meringis dan menaik-turunkan pantatnya membiarkan lidahku menusuk-nusuk anusnya.

" Ahhh enak bener Verr... "

" Beruntung banget gue, dudukkan pantet gue aja muka secantik lo ini... Ohhh... " lirih Dimas merasakan nikmat tusukan lidahku sembari meracau.

" i..iya sayang muka aku cuma dudukkan pantet kamu... "

" aku cu..cuma pelacur kotor kamu... " ucapku dengan badan bergetar mulai menikmati sensasi tersendiri akan keadaan yang tersaji.

Memekku berkontraksi dan mengucurkan beberapa percik kecil saat aku rendahkan diriku sendiri, melihat itu Dimas yang memang sangat menunggu-nunggu momen kesalahanku langsung bereaksi!

Keras dampratan keluar dari mulutnya! Lalu dia peluk kakiku agar terkunci dan kembali pantatku dia aniaya sambil menduduki wajahku.




Aku menggelepar lagi, selain karena nafasku yang terhalang pantatnya juga akibat tamparan beruntun yang dia layangkan ke pantatku.

Dalam keadaanku yang sekarang sekecil apapun kesalahan akan Dimas buat menjadi sebuah hukuman untukku, ada-ada saja yang menjadi pemicunya.

Kadang hanya soal aku tak menatapnya, atau karena aku yang menangis, menjerit dan lain sebagainya dia akan menghukumku.

Juga hanya karena Butt Plug yang menempel dipantatku ini terjatuh saja bisa menjadikan dia sangat marah, dan semenjak awal hingga sekarang aku sama sekali tak berani melepas Butt Plug ku ini bahkan ketika mandi sekalipun.

Paling berani kulepaskan ketika dia sendiri yang menyuruhnya, seperti saat dia minta aku menggantinya ke ukuran yang lebih besar dan model yang lain seperti model pendulum, ekor kucing, juga model Cone.


PLAKKK!! PLAKK!! PLAKKK!!


Dimas terus menabok pantatku yang secara respon membuatku kembali mengerang-erang dalam jerit, walau sudah tahu konsekuensinya tapi tetap aku tak bisa menahannya. Malah dengan tanganku kucoba menahan tangannya atau menutup pantatku yang betul-betul dia tabuh bagaikan gendang.




" Hammpunn dimm!!.... "

" Maafin aku, a..ku gak sadar dan gak bisa.. ngontrol klim..klimaksku... Hiks..hiks.. " tangisku pecah memohon ampun darinya dengan suara yang seunggukan sekali.

" Gak bisa ngontrol klimaks lo?.. "

" Jadi waktu lo pergi ke kontrakan terus ngebiarin diri lo dientotin anak-anak bau kencur itu lo mau bilang kalo lo gak bisa ngontrol diri lo juga?.. "

" Alesan lo murahan, sama kayak memek kotor lo ini!!... " balas Dimas mengungkit soal penyebab segalanya ini kemudian langsung memasukkan tiga jarinya ke memekku yang dia kangkangkan sendiri.

Dan dengan penuh kemurkaan dia kocok memekku brutal!




Pada titik itu aku berteriak sekuat yang kubisa, mataku tertelan kedalam dan sisi masokisku sungguh menjadikan segalanya terasa nikmat walau perasaan takut, panik, ngeri benar-benar meliputi diriku tapi itu justru membuat aku Squirt dengan deras akan perlakuan yang kuterima.

Kupejamkan mataku dan kunikmati kucuran tak peduli dengan statusku atau kemarahannya setelah itu, aku hanya ingin menikmati momenku.

Namun tak bisa lama-lama kunikmati momentumku seperti yang sudah kuduga, Dimas menghentikan kocokan brutalnya lalu menempeleng wajahku hingga membuat kupingku mengiang-ngiang.


CTARR!!!


" ANJING LO!!... "

" LO GAK NGERTI-NGERTI YA VER?!.. "




" DAH GUE BILANG DIEM DIEM DIEM TAPI LO TERUS AJA NANGIS... "

" SAKIT KUPING GUE DENGER LO NANGIS!!.. "

Pelototnya ke wajahku yang sudah sembab baik akan rasa lelah yang kurasakan, tangisku dan tamparannya tangannya itu sendiri.

" ma..maaf... " erangku pelan menatapnya dengan lemah sudah tak berdaya lagi.

" BULE BODOH!!... " hajarnya lagi yang kuingat dengan jelas.




Dimas menarik nafasnya mencoba meredakan emosinya dan aku hanya bisa terisak memandangnya sendu dengan sisa-sisa tenagaku.

Selama beberapa lama dia terus menatapku yang menggeliat memasrahkan diri lalu wajah seram dia pun perlahan hilang berganti senyum dan membelai pipiku mesra.

Mungkin karena kasihan membuatku terus jadi sasaran amarahnya atau mungkin juga dia mulai tersentuh melihatku yang begitu pasrahnya diperlakukan amat kasar olehnya.

Dititik itulah Dimas mulai melembutkan caranya bersikap, walau masih tetap keras tapi dia sudah tidak lagi main hajar saja seperti saat di apartemen dan awal-awal hariku disini.




Dimas mengecup bibirku, aku mendesah pelan dan memejamkan mataku akan perlakuan mesra yang dia mainkan sebagai pencair suasana.

Itu benar-benar berhasil, dia membuatku menjadi rileks dan dalam sekejap rasa takutku mulai sirna berganti menjadi sensasi nikmat lain yang sulit kujelaskan namun selalu kurasakan ketika membangun Mood bercinta.

Sekitar 5 menit dia mencium bibirku dalam keadaan tadi lalu dia memapahku amat hati-hatinya dari posisiku yang telentang menjadi duduk diantara dua lututku.

" Kuat kan?.. " ucapnya melihat lututku yang masih gemetaran sambil dia elus pipiku yang kubalas anggukkan.

Dimas tersenyum, pantat yang sempat dia dudukkan di wajahku dia ganti dudukkan ditepian ranjang, mataku langsung terarah ke kontol besarnya yang telah amat tegangnya dan posisinya betul-betul sejajar dengan wajahku.

Kami saling bertatap-tatapan, kupandangi dia entah dengan mata yang sudah seberapa sayupnya ketika itu. Sementara Dimas mulai mengurai rambutku yang amat panjang dan sangat dia sukai sekaligus sering dia ikat-ikat untuk menahan kepalaku agar terdongak saat dia meninggalkanku seharian.




" Stttshh... Kamu cantik bener Vera.. "

" Dan kamu sayang aku kan?.. " tanyanya mendesis dan menatapku penuh ketakjuban.

" i..iya dim.. aku sayang kamu... " jawabku tak ragu menunjukkan keseriusanku yang memang benar-benar berasal dari hati terdalamku.

Dia tersenyum, tangannya tetap mengelus-elus rambut lurusku dengan sangat lembutnya.


TARR!!


Taboknya ke pipiku kemudian yang kembali mengagetkanku.




" Sakit?.. " tanyanya cepat.

Aku menggeleng dan mengembalikan posisi wajahku sejajar dengannya setelah tadi sempat terlempar tak menduga jika dia masih akan memukulku di tengah-tengah Bonding nya.

" Kamu bener-bener tambah seksi kalo lagi babak-belur gini yang... Ahhh... " leguhnya nikmat puas melihat keadaanku.

" Kamu mau lapor polisi?.. " sambung Dimas yang lagi-lagi kujawab dengan gelengan kepalaku.

" Aku juga sebenernya sayang banget sama kamu Verr.... "

" Udah-udah gausah takut lagi sekarang.. Kamu bakal baik-baik aja kok.. "

" Mmuaaaahh!! Duh sayangnya aku.. " kecupnya panjang di dahiku mesra sekali usai mengucapkan kalimat yang sangat membuatku berbunga-bunga!

Pertama kalinya setelah kemarahan besarnya Dimas mengucapkan kalimat tersebut dan itu sungguh seperti obat mujarab sekaligus memperjelas kesempatan kedua yang dia berikan!

" Ayo sayang isep dulu kontinya aku, abis itu baru kita ML yah?.. Kamu mau kan ML sama aku?.. " tanyanya masih dalam senyumnya yang manis.

" I..iya, aku mau kok.. "

" MLin aja aku sep..puas-puasnya kamu sayang... Aku kan milik kamu... " anggukku manja menatapnya kemudian langsung kutenggelamkan wajahku ke selangkangannya menservis kelamin tegangnya dengan penuh semangat.




" AHHHH!!!... " leguh Dimas menengadah memejamkan matanya menikmati sepongan terbaik yang kuberikan padanya.

Kulahap kelamin jumbonya dengan penuh penghayatan, kucoba masukkan kemulutku bulat-bulat walau aku tahu itu takkan muat namun tetap kucoba tak peduli mulutku sampai robek sekalipun asalkan pasanganku ini terpuaskan!

Aku benar-benar bersemangat sekali saat itu, bahkan ketika kuteguk mentok kontolnya dalam mulut secara inisiatif aku menggoyang-goyangkan pantat montokku yang telah bonyok-bonyok itu guna membuatnya tambah terangsang.




Dimas tertawa dan dia memujiku dengan panggilan cewek pintar ketika kulakukan aksiku yang seolah sedang mengayunkan ekor sama halnya seperti anjing yang sedang senang.

Lalu akhirnya Dimas pun menyetubuhiku di dalam kamarnya.




Dia mengentotiku dengan gaya anjing persis seperti dia menempatkan statusku yang tak lebih sekedar peliharaan juga pemuas baginya.

Tapi tak apa, justru aku amat menyukai hal tersebut dan aku rela serela-relanya asalkan aku tetap bisa bersama dirinya juga sebagai caraku membuktikan diri agar bisa mendapat maaf darinya.




Aku memejamkan mataku, menikmati semua sensasi yang terbangun sejak awal permainanku dengan dia dimana beragam perasaan kurasakan dalam campur-aduk yang membuatku sangat tak karu-karuan!

Jujur, aku baru betul-betul menikmati seks lagi dengan Dimas di malam itu, malah rasanya terasa berjuta-juta kali lipat lebih nikmat mengingat ketegangan yang terjadi diantara kami berdua.




Dimas diam saja melihatiku yang sedang menahan emosi haru yang begitu membanjiri perasaanku, kemudian saat dia menyuruhku mendesah dengan lepas dan tak lagi menahan-nahannya seketika itu juga kulepaskan semua rangkaian entitas rumit yang sukar dijelaskan dengan kata-kata itu mengiringi lolongan nikmatku.

Memang Dimas belum balik seutuhnya menjadi Dimas yang dulu tapi setidaknya itu menjadi titik baliknya, dan walaupun dia tetap kasar memperlakukanku tapi setidaknya dia tak dibutakan lagi dalam amarahnya yang seperti setan itu bahkan dia bilang dia pun menyayangiku!

Aku tak kuasa menitikkan air mata bahagiaku ketika dia menyemprotkan benihnya ke memekku setelah aku berpikiran jika dia takkan pernah melakukannya lagi setelah apa yang kulakukan terhadapnya.




Aku menangis penuh perasaan lega setelah apa yang paling aku takutkan ternyata tidaklah terjadi! Dimas masih ingin memejui memekku meski dia sudah kubuat sakit hati akan hal tersebut.

Dan inilah yang paling melegakanku bersama dengan kenyataan jika dia masihlah memberi aku kesempatan kedua yang kuberjanji tak akan aku sia-siakan! Selebihnya aku tak perduli akan dia perlakukan seperti apa.





..............................


Cukup lama hingga Dimas masuk ke kamar aku bahkan hampir ketiduran lagi ketika menungguinya.

Dia masuk sudah telanjang seperti tadi saat diruang tengah tapi aku tak tahu apa yang membuatnya lama menyusulku.

Aku sama sekali tak tahu apa yang akan dia lakukan denganku, apakah dia akan menjadi brutal dan tanpa ampun seperti Dimas dihari pertama dan hari kedua? Atau Dimas yang mulai melunak seperti dihari kemarin? Bahkan bisa saja juga dia menjadi Dimas yang begitu mengerikan seperti dia yang kulihat di apartemenku ketika itu, entahlah sulit bagiku untuk menerkanya.

Dimas melirikku dengan wajah tanpa ekspresinya, aku menunduk tak begitu berani menatapnya dan wajar jika aku ragu-ragu takut dalam bersikap karena itu bisa saja mengubah Mood nya sewaktu-waktu. Sudah yang paling benar bagiku untuk bersikap patuh dalam kepasrahan.

Dia mendekat, samar kucium bau asap seperti bau rokok dari badannya padahal dia bukanlah perokok dan sangat hidup sehat. Namun yang lebih menyita perhatianku dia sedang menenteng Hood alias penutup wajah berwarna hitam koleksiku beserta Mouth Ring untuk menyanggah mulut agar selalu menganga.

Dimas duduk di tepian ranjang belum bersuara sama sekali, aku bergetar dalam sensasi penasaran, gugup, cemas khawatir dan lain-lain yang mulai menyelimuti diriku.

Klitorisku terasa berdenyut apalagi saat kulihat bahan kekarnya dan juga kontolnya yang masih 'ngampleh' itu, tapi tetap saja meski belum tegang ukurannya sudah seperti kontol normal lain yang telah ereksi.

Dimas kemudian mengelus rambutku setelah sedari tadi dia hanya menatapku yang tertunduk ini dari jarak dekat.

Lalu lelaki tampan berdarah Portugis ini memasangkan Ring penyanggah mulut tersebut ke mulutku, aku diam saja sesekali memberanikan diri menatapinya yang wajah belum bisa kubaca karena wajahnya masih sangat datar tak menunjukkan raut apapun.

Dimas juga menguncir rambut panjangku yang sejak tadi tergerai dan terakhir dia segera memasangkan Hood hitam ini menutupi wajahku.

Sontak aku tak bisa melihat apapun lagi, Dimas mendorongku membuatku terbaring di ranjang dalam posisi menyamping.

Aku benar-benar terangsang hebat dalam keadaanku sekarang! Yaitu telanjang dengan tangan terikat kebelakang, mulut menganga, wajah yang tertutup hingga membuatku tak bisa melihat apapun dan juga Butt Plug yang selalu menjadi teman setia selama beberapa hari kebelakang.

Sekian menit aku tetap dia biarkan saja, aku menggeliat-geliat dan sesekali mendesah sadar jika Dimas sangat menyukai gemulai geliat badan seksi budak seksnya ini yang telah siap dia nikmati.

Hingga sekian menit tadi telah berganti menjadi 20 menit tapi tetap tak juga ada apapun yang terjadi, aku jadi mulai pegal karena terus 'menari-nari'.

Aku malah curiga jika Dimas sedang tak berada di kamar lagi sekarang karena aku sama sekali tak dia sentuh juga aku tak mendengar suara apapun.

Barulah 10 menit berikutnya aku merasakan sebuah pergerakan.

Ranjangku berguncang pertanda Dimas akhirnya naik gelanggang, dia menyetel posisinya dibelakangku yang menyamping ini.

Aku mendesah ketika merasakan dia meludahi memekku, lalu lebih keras lagi desahanku saat dia belah daging gemuk yang ada di tengah selangkanganku dengan kontol tebalnya.




" Ngghhahh imm.... " racauku tak bisa bersuara dengan jelas karena mulutku tersanggah cincin besi hingga menyulitkanku berbicara.

" Diem Ver!!... " bentak Dimas yang jelas sekarang menunjukkan posisinya untuk bermain dominan denganku.

Aku menggelinjang dalam rontaanku selagi memasrahkan diri disetubuhi Dimas, entah kenapa aku ingin meronta-ronta dengan selirih mungkin, aku seperti mendalami peranku dan menikmati keadaan karena aku suka sekali di dominasi seperti ini!

Sambil mengentotiku tangan Dimas juga bergerak, dia usap-usap sekujur tubuh langsingku yang sangat terbatas sekali gerakannya mulai dari punggung, paha lengan dan tentu saja dadaku.

" Mulus banget lo ini Verr.. Lo emang barang mahal... "

" Cewek muda rambut pirang kayak lo mending jadi bintang porno aja, lo pasti tenar... "

" Apalagi lo punya modal pantet sama tetek gede lo ini.. "

" Sayang kan daripada habis badan lo diperkosa orang aja, mending dipake nyari duit.. " bacotnya mulai memainkan hinaan-hinaan yang betul-betul membakarku sekaligus jadi bumbu penyedap untukku!




" Auuwww immm.... " aku mengerang saat pacar sahabat baikku ini meremas kasar gumpalan daging besar di dadaku.

Dimas meremasnya tak kira-kira, sekuat tenaga dia uwek-uwek toket putihku ini yang membuat rasa sakitnya langsung menjalar ke otakku dan menjadi sebuah kenikmatan!

Semakin liar kugerakkan tubuhku untuk makin menciptakan keadaan seolah-olah aku sedang dia perkosa, justru dengan semakin membayangkannya malah tambah panas aku mendesah.

" Diem jablay!.. "

" Lo selalu ribut dan heboh sendiri tiap gue entotin, ini yang sering bikin gue kesel... "

" Lo mau gue siksa lagi sampe bonyok hah?!.. " bentak Dimas yang seketika menjambak rambutku dari balik Hood yang kukenakan hingga kepalaku terdongak.




Ketakutan langsung menjalar dalam diriku! Aku merinding membayangkan kata-katanya dan aku menggeleng karena jika bisa tentu aku tak mau itu terjadi lagi.

Aku ingin dia perlakukan seperti ini saja, keras dalam bercinta bukan jadi samsak hidup pelampiasan emosinya, dan sampai sekarang saja sebenarnya aku masih belum bisa mendengar terlalu jelas karena sebelah kupingku masih terus berdenging akibat perlakuannya dua hari kemarin.

Dimas menaikkan intensitasnya saat aku coba untuk tak terlalu mengerang-erang namun tetap rasa nikmatnya sulit kubendung, apalagi kepalaku terus dia dongakkan sampai rasanya leherku ini mau patah tertarik kebelakang.




" Hahaha gimana? lo sulit nahan enaknya kan?.. "

" Gue tau lo keenakan diginiin, dari beberapa hari kemaren gua udah perhatiin diri lo.. "

" Dan lo bener-bener perek yang aneh... " ucap Dimas yang rupanya telah sadar bahwa aku seorang Masochist.

Aku tak bisa menutupinya lagi, aku pasrah saja, lagi pula apa gunanya kututupi semua ini toh aku sudah jadi budak seksnya dan kalaupun dia ingin mengeksploitasi sisi tersebut juga aku takkan protes malah dengan senang hati kulakukan.

Bermenit-menit Dimas mengentotiku tetap dalam keadaan menyamping sembari menarik kepalaku, aku sudah tak bisa menahannya lagi.

" immm... au mau owgasmee yangg... "

" bo...boleh akk? Pliss... Ahh...ahhh.. " racauku terdesak dengan gelombang orgasmeku yang datang begitu besarnya.

Dimas diam, dia tampak berpikir dan aku sungguh berharap dia memperbolehkannya karena inilah momen dimana aku menikmati seksku.

" Lo mau orgasme diatas tempat tidur gue?.. " tanyanya dengan setengah menghardik.

Aku langsung diam tak berani meminta lagi, aku tak tahu mau kubawa kemana badai orgasme ini dan aku akan bertahan selama yang kubisa saja. Tapi kemudian Dimas melanjutkan lagi perkataannya.

" Yaudah lo boleh orgasme, tapi besok lo harus jemur kasur gua... "

" Juga mulai besok gua mau lo mulai kerja beres-beres rumah kayak ngepel, nyapu, setrikain baju gua dan masak... Ngerti gak Ver?!.. " perintah Dimas yang membuatku sangat senang.

Sungguh aku sangat senang sekali mendengarnya! Sepertinya Dimas ingin aku melakukan sesuatu yang lebih berarti untuknya ketimbang hanya membiarkanku terikat seharian tak berdaya dan ini menjadikanku amat semringah dibalik topeng penutupku.

" Yaaaa uaann.... " jawabku penuh kegirangan tanpa sadar memanggilnya tuan lagi.

Dan bersama sodokan kontolnya aku pun mendapatkan multi orgasme pertamaku di hari ini, yang menyembur-nyembur deras membasahi kasurnya yang besok mesti kujemur.

Tapi tak apa, seperti yang kuduga emosinya perlahan mulai reda padaku seiring sikapku yang benar-benar patuh dengan dirinya. Semoga saja semuanya akan semakin membaik dan aku bisa mengambil hatinya lagi.




Pasca klimaksku Dimas lalu beranjak dan dia arahkan kontolnya ke mulutku yang sudah menganga akibat Mouth Ring yang terus membuatku tak bisa menutup mulutku.

" Ahhhh Verrr... "

" Mulut lo kebuka banget sayang.... Dan bisa gua sumpal sama kontol semau gue... " celotehnya memasukkan kontol jumbonya begitu saja hingga mentok di tenggorokanku.




" Eghhkk...Eghhkkkk...ehkkk.... " erangku pasrah membiarkan mulutku disetubuhi oleh tuanku setelah tadi sebelumnya dia ejakulasi di mulutku dengan permainan Piercing ku di lubang kencingnya.

Cengkraman Dimas di rambutku tetap sama kuatnya seperti saat dia mengentotiku tadi hingga banjir orgasme, kupejamkan mata menikmati amukan kepala kontolnya di dinding tenggorokanku sementara memekku masih berdenyut-denyut berkontraksi kecil.

Lalu Dimas merubah posisinya, dia turunkan aku dari ranjang sementara dia duduk di tepi ranjang dan kembali dia pakai mulutku.




Dalam posisi duduk diantara lutut dan tangan terikat kebelakang seperti ini tak banyak yang bisa kulakukan untuk memuaskan kontolnya secara oral.

Aku tak bisa melakukan pijatan-pijatan lembut jari-jari lentikku di batang kontolnya, sepongan pun juga tak bisa kulakukan karena mulutku dibuat hanya bisa terus mangap saja dengan alat bantu seks yang terpatri di mulutku sekarang.

Dimas memang membawa banyak koleksiku Sex Toys ku kesini yang tinggal dia pilih mau pakai yang mana, malahan sekarang saja masih banyak yang ketinggalan di apartemen saking banyaknya dan tak bisa dibawa semua.

Berhubung sejak dulu aku sangat hobi mengoleksi beragam alat seks jadi wajar koleksiku sudah membludak sekali, ya walau dari sekian banyak itu banyak yang tak terpakai tapi aku suka saja mengoleksinya.

Sedang serius membiarkan dia mencekoki kontol besarnya di mulutku, tiba-tiba Dimas cari gara-gara lagi.

Seketika saja dia memarahiku dengan nada tinggi yang tak jelas juntrungannya.

" Kok lo gak buka mulut lo lebar-lebar Ver? Lo udah males-malesan ya ngelayanin gue hah lacur?!.. " bentaknya meremas toketku dengan kuat sebelum melayangkan tangannya ke wajahku.




" AWW!!... " kagetku karena tak bisa melihat jalur tamparannya yang tiba-tiba saja mendarat di pipiku telak!

Aku dia dorong hingga terhempas ke lantai kemudian bangkitkan lagi, keras dia menghardikku yang membuat rasa takut tadi muncul kembali.

" Lo ogah-ogahan nyervis gue? Jadi emang lo kepengen pake cara kasar terus ya Ver?.. "

Aku menggeleng dan meminta maaf yang padahal aku merasa tak melakukan kesalahan apapun tapi aku tahu aku tak bisa menjawab perkataannya apalagi mendebatnya.

" DASAR PECUN HINA!!.... "


PLAAKK!!!


Taboknya dengan keras sambil menjenggut Hood hitam yang menutupi wajahku.




Aku meringis dalam balutan topeng ini ketika telapak tangannya lagi-lagi dengan telaknya menghantam wajahku, kepalaku berkunang-kunang akan rasa sakitnya.

Ingin menangis lagi aku rasanya karena emosiku betul-betul naik turun bak Roller Coaster.

Dia yang memperlakukanku bagai kekasihnya tadi ketika di sofa, dia memanggilku dengan panggilan aku-kamu yang terucap dengan mesra bersama pujian-pujiannya akan kecantikanku tapi sekarang tak lagi terdengar.

Yang ada hanya makian dan layangan tangannya yang dia daratkan ke tubuhku, memang tak ada jaminan sama sekali ketika bercinta dengan dirinya, juga sekarang mau tak mau aku harus kembali membiarkan sisi masokisku saja yang menikmati permainan kasarnya ini walau tetap pada akhirnya tubuhku sendiri jugalah yang akan merasakan dampaknya.

Selama satu menit Dimas menghardikku dan bolak-balik memukuli wajahku, kemudian melihat aku yang sudah tak bersuara juga telah roboh di lantai dia gendong badanku lalu dia rebahkan di kasur dengan kepala tergantung yang berada di ujung ranjangnya.

Aku diantara rasa sadar dan tidak, kupingku sudah tak bisa bekerja dengan sebagaimana harusnya lagi, dengingnya betul-betul mengganggu.

Dimas mendiamkan selama beberapa menit, dia kira aku sudah pingsan karena sama sekali aku tak bergerak.

" Heh bangun! Kerja lo belum beres... " taboknya keras ke wajahku seolah membangunkanku dari pingsan.




Dengan lemah kugerakkan tubuhku memberi pesan bahwa aku tidaklah pingsan.

" Lemah banget sih?! Kebiasaan... Lo tuh persis kayak ras kulit putih lo yang gak berotak dan cuma bisa ngejajah.. "

" Kalo di kandang lo sok-sok ngerasa sebagai ras unggulan dan berlaku rasis ke semua orang.. "

" Orang kulit item lo buat gak layak hidup dan lo bilang bangsa monyet, juga kayak hama lo perlakuin orang asia yang lo bilang bangsa burung pipit atau kaum pemakan padi.. "

" Kenapa apa karena kalian makan keju jadi lo orang bisa bilang gitu?.. "

" Sekarang cepet hisep kontol gue lagi hei!!.. "

" Gue gak mau liat lo males-malesan... "

" Gimana lo mau beres-beres rumah besok kalo lo dah tepar gini.. " Dimas kemudian menjejalkan masuk kontolnya ke mulutku setelah dengan pedasnya mengata-ngataiku.




Aku merasakan sesuatu yang melonjak dari dalam diriku, perlahan mesinku panas lagi rupanya transisi antara diriku sudah sukses terlaksana!

" Umpphh... Mpphh... angg... " erangku jadi aktif lagi dan memekku mulai gatal.

Kugesek-gesekkan pahaku sendiri karena tanganku tak bisa kumainkan untuk memanjakan klitoris yang membengkak ini.

Dimas menyadari perubahanku, mungkin saja dia tersenyum sekarang menyadari ini lalu tak lama dia menjambak toketku dengan keras hingga membuatku terpekik merasakan sakitnya.




Sambil mencekik payudara putihku dia genjotkan kontolnya di mulutku, aku menggelinjang karena sekarang aku langsung jadi sibuk, sibuk menahan kontol jumbonya dan sibuk menikmati rasa sakit di dadaku secara bersamaan.

Eranganku semakin terdengar tak jelas seiring makin terasanya sensasi yang menderaku, kemudian dengan meliuk-liukkan kakiku aku tanpa sadar orgasme kecil!

Dari memekku lelehan cairan itu tumpah membasahi kasur Dimas lagi, sontak panik karena jelas Dimas akan murka jika dia sadar.

Selama beberapa menit Dimas belum juga menyadarinya namun dia yang mungkin tadinya sedang terdongak itu akhirnya menyadarinya setelah curiga melihatku terus merapatkan paha dan bergerak lasak.

Dan seperti yang sudah kuduga dia pun murka!




Dia cabut kontolnya dari mulutku lalu wajahku kembali jadi sasaran kemarahannya!

Ocehan dan bentakan lagi-lagi keluar dari mulutnya yang tak bisa terlalu kudengar karena kupingku tambah berdenging akibat dihajar terus-terusan.


Puas membentak-bentakku sejurus kemudian dia balik badan, Dimas duduki wajahku persis dengan lidahku berada di liang anusnya dan sama seperti kemarin dengan santainya dia gesek-gesekkan mulutku di pantatnya.




Leherku dia cengkram menjadikannya pegangan sementara pendengaranku yang sudah mulai bisa sedikit bekerja lagi mendengar dia meleguh-leguh nikmat dan terus menyuruhku menjulurkan lidah.

" Iya sayang terus jilat pantet gue, muka cantik yang lo milikin ini gak lebih dari tempat lap anus gue... Ohhh!!!... " lirihnya penuh kenikmatan.

Aku pasrah saja dan membiarkan dia mempermalukanku secara verbal, membuat dia puas dengan apapun yang ada dikepalanya.

Tak lama bosan tak mendengar suara dariku yang malah asik sendiri menjilati lubang duburnya, Dimas yang sedang mendudukiku kemudian mengisengiku lagi.

Dia remas-remas kasar toketku, memilin dan mencubit putingnya kasar sekali hingga membuatku yang tadi sudah kalem jadi menjerit-jerit kesakitan lagi dalam sebuah gelepar liar!




" Auwww... immmm... angan dim!!... " racauku menggila karena dia betul-betul menarik putingku kuat-kuat seolah tak peduli jika putus.

Dan dalam gelepar kesakitan itu pun akhirnya aku terkencing-kencing dalam Squirt yang benar-benar menghabiskan semua tenaga yang kumiliki!

Dimas tegak, dia tatap aku yang bergetar-getar seperti orang ayan dan tak berkomentar apapun, mataku memutih dibalik topeng ini sementara ludahku bercucuran kemana-mana karena dipaksa mangap dan dicekok kontol juga duburnya sebentar tadi.

Tapi dengan pengertiannya Dimas tak menyentuhku alih-alih dia hajar diriku lagi dalam kondisiku yang sekarang pasca klimaks besar.

Lima menit berikutnya setelah melihat nafasku yang sudah teratur si ganteng memapahku dan mengganti posisiku.

Dia tunggingkan aku di ujung ranjang, dalam posisi ini dimana pantatku betul-betul terekspos aku berpikir jika dia akan segera menyodomiku dan menikmati diriku, tapi aku keliru.


CTARR!!!


Sebuah sabetan ikat pinggang langsung menyadarkanku dari pikiran tersebut.




Aku melirih dan melengkungkan tubuhku, rasa sakitnya lagi-lagi masuk ke tubuhku dan menjadi kenikmatan yang luar biasa!

Tanganku mengepal, keringat juga bercucuran di sekujur badanku. Pantat montokku yang berisikan Butt Plug ini sedang Dimas sabet berulang kali.

" Ini hukuman buat lo karena lo klimaks tadi... " ucapnya masih tetap melayangkan ikat pinggangnya.

" Uhhh!!!... Angan dimmm... " lirihku pura-pura meminta ampun padahal aku suka!

Aku masih berada dalam fase liarku, sebuah fase aneh yang entah kenapa sering muncul ditengah-tengah permainan dan seakan membuatku malah memburu rasa sakit.

" Amuunn yaangg... " aku terus meracau dengan parau sambil meliuk-liukkan paha dan badan membuatnya seerotis mungkin.

Selama 2 menit aku dia lecut dan aku kembali terkejang-kejang dengan jari kaku dan tentu saja lelehan hangat yang menyusuri paha mulusku yang sekarang mungkin sudah merah-merah karena sabetan ikat pinggangnya sering nyasar juga kesana.




" Wah-wah... Lo ngompol lagi aja.. "

" Bisa abis karpet ama sprei gue lo pejuin semua.. "

" Ckckckck.... Kalo gitu lo bener-bener mesti kerja keras besok buat bersihin rumah.. "

" Denger gak Ver?.. " bentaknya padaku yang masih terengah-engah ini.

" Errtii uann... " jawabku kembali bersyukur dia tak menyiksaku lagi dan menghentikan cambukannya.

Mungkin sudah benar-benar kasihan Dimas akhirnya memposisikan dirinya dibelakangku bersiap menyetubuhiku.




Dia cabut sumbat anus yang terus berada disana selama berhari-hari kemudian dia tuangkan Baby Oil di lubang anusku.

Aku tercekat begitu merasakan dingin cairan itu masuk kedalam duburku yang terasa semakin mekar karena terus di ekspan berhari-hari, terlebih aku bergetar dalam birahi menyadari akhirnya anusku akan Dimas pakai lagi juga.

" AHHH!!!... " leguh Dimas seperti orang berbuka puasa saat kontol tebal nan panjangnya dengan mudahnya ambles dalem anusku.

" Enak gak sayang?.. " tanyanya mesra mengelusi punggung halusku sambil dengan perlahan sekali mendorong kontolnya lebih dalam.

Aku mengangguk dalam eranganku merinding saat dia perlakukan lembut seperti ini, bahkan dia memanggilku sayang lagi!


Perasaan berbunga-bunga itu naik lagi memenuhi perasaanku, Dimas juga berulang kali meleguh seperti dia sedang menikmati momennya yang kuyakin dia sendiri sudah amat rindunya dengan anusku yang selalu dia sodok Barbar ketika kami bercinta di apartemenku.

" Loh loh loh? Kok anus lo kerasa makin longgar aja sih Ver?!.. " kagetnya dengan nada marah.

Aku tersentak dalam baperanku yang sedang kutanjak naik tadi.

" Apaan nih!.. Gak ada enak-enaknya lagi nyodomi lo kalo pantet lo dah lobok kayak gini!!.. "

Dimas menjambak Hood ku kemudian terasa dengan amarahnya dia sodok aku sekuat yang dia bisa!




Kepalaku dia tekuk sekuat tenaga kebelakang, entah sudah berapa kali dia buat leherku hampir patah seperti ini.

Aku jadi tak berani bersuara dan lagi-lagi membiarkan dia menodaiku dengan panas.

Juga aku tak tahu apa maksud perkataannya, mungkinkah dia berpikir jika selama dia tak datang ke apartemenku aku disodomi pria lain atau maksudnya anusku jadi longgar akibat Butt Plug yang dia sendiri terus pasangkan itu?

Jujur aku bingung, entah bagaimana caranya Nova bertahan dengan kegoisannya yang bahkan Dimas ini sendiri jauh lebih egois dariku.




" Jawab Ver! Lo ngentot sama siapa aja pas gak lagi sama gue?.. " tanyanya setelah menghentikan sodokan Barbar nya dan menabok sekali bokongku.

" Hengga imm... Au ak maen ma sapa-sapa, uma waktu itu aja... "

" Iu pun eeka gak nganal au... " selembut mungkin kujawab jujur atas kejadian waktu itu.

Dimas jadi diam, rupanya dia memang hanya ingin tahu saja dan tak lebih kecurigaan semata, kini dia menyetubuhi secara perlahan lagi.




Aku pun diam dan mengerang dengan lemah, tapi bara libidoku yang tadi terbakar karena sodokan Barbar nya masihlah menyala.

Tadi itu gila sekali, jika semenit saja dia tahan temponya seperti barusan aku pasti kembali Squirt hebat.

Beberapa lama menikmati duburku secara penuh perasaan Dimas kembali meracau lagi, dia kembali mengomentari anusku lagi yang selalu dia hina-hina ini.

" Tapi serius Ver, anus lo bener-bener tambah lebar gara-gara dicolok terus sama tuh dildo... "

" Kalo gitu besok lo pake yang lebih gede supaya makin molos anus lo... Ngerti gak?!.. " bentaknya yang membikin aku segera mengangguk.

" iaaa dimm... " jawabku patuh dalam campur-aduk sensasi penasaran yang sangat kusukai!

" Bagus lo cewek pinter!!... "

" Lagipula lo nya aja yang kegatelan mau-mau aja disodomi banyak orang jadi dower kan pantet lo.. "

" Dan gara-gara ini juga sekarang gue cuma dapet sisanya doang.. BRENGSEK LO EMANG!!.. " amuknya sendiri soal ini yang dia lampiaskan lagi kepadaku.

Seperti orang gila Dimas mengontoli anusku brutal seperti tadi!




Dia melampiaskan kekesalannya akan hal lampau yang tidak seharusnya dia salahkan ke diriku, ini semakin jelas menunjukkan keegoisannya.

Tak ada yang bisa kulakukan, jeritanku terbekap dalam topeng juga penyanggah yang terus membuat mulutku menganga tanpa pertahanan.

Dimas mengentotiku tanpa ampun bagai boneka seks dengan intensitas tertinggi yang bisa dia jaga begitu stabilnya, malah wajahku juga dia Slam berkali-kali keranjang sementara pantatku dia hantam seperti orang gila!




Mataku memudar dalam gelap yang memang sejak tadi hanya bisa kusaksikan. Aku Squirt hebat akan perlakuannya yang benar-benar tak bisa kudapat dari pria lain.

Dimas menghentikan aksinya setelah melihat aku teler tiada bergerak lagi, lalu dia pergi untuk mengelap basah klimaksku barusan yang mau tak mau juga terciprat ke tubuh bawahnya terutama selangkangan dan bagian perutnya.




Aku membenamkan wajahku yang tadi dia banting berkali-kali keranjang, dalam tubuh yang tetap terkunci ini aku bergetar-getar me-Review kegilaan yang kudapat.

Rasanya aku habis dilindas truk dan badanku remuk semua sekarang, aku tak menghitung berapa kali aku orgasme, meski begitu namun dalam keadaan inilah aku justru akan menikmati semua akumulasinya.

Orang bilang sepahit-pahitnya kopi takkan ditaruh dibawah meja, karena akan ada yang menyeduhnya, itulah yang kurasakan.

Aku mencapai puncak dari segala kenikmatan seksualku justru di detik-detik seperti sekarang, walau memang berat tapi tak bisa kupungkiri inilah yang membuatku sangat tertantang dan sudah sejak dulu aku sering mengkhayalkan bahwa aku diperbudak seseorang.

Apalagi seseorang ini bukanlah orang lain, dia tidak kubayarkan selama satu atau dua ronde untuk memuaskanku, ini juga bukan permainan yang kami lakukan seminggu kemudian kembali hidup normal lagi, tapi ini dilakukan oleh pria yang sangat kudambakan dengan status permanen!

Aku memejamkan mataku selagi Dimas pergi keluar kamar membersihkan dirinya sebentar, aku juga sadar ini masih belum selesai karena cowokku itu belumlah ejakulasi, tapi setidaknya aku bisa memanfaatkan waktuku untuk beristirahat sejenak.





..............................

Pantatku ditepak pelan hingga membuatku tersadar.

Dimas memapahku duduk di sofa, dia buka borgol yang mengunci tanganku kebelakang kemudian dia buka juga lingkar besi bersama topeng hitamku.

Begitu bisa melihat aku langsung bertatapan mata dengan Dimas yang tersenyum, dia sudah membawakanku segelas air hangat lalu dia suruh aku minum.

Sambil aku minum dia menyisir helai rambut yang menutupi wajahku sembari mengusap wajahku mesra dari keringat karena pengap Hood tadi.

" Capek ya sayang?.. " tatapnya ramah memandangiku.

Aku tertunduk dan diam saja, aku tak mau tertipu dengan trik seperti ini lagi.

" Suuut...suut...suutt... Gpp kok kamu baik-baik aja.. " Dimas memelukku sambil merapatkan wajahku ke dadanya, dia tenangkan diriku seperti menenangkan orok.

Aku berdebar dalam peluknya, erat wajahku dia tempelkan di dada kekarnya. Tenagaku yang tadinya sudah cukup terkumpul seketika kembali hilang! Namun bukan karena klimaks melainkan karena aku baper lagi.

Dengkulku lemas dan Dimas benar-benar memelukku erat yang benar-benar erat seolah-olah aku ini istrinya.

" Ayolah Verr... "

" Ntar lo udah ngarep dimanjain terus tiba-tiba dia ngehajar lo lagi.. Fokus Ver, fokus... "

Senandika hatiku mengingatkanku untuk tak terlena, tapi aku merasakan ketenangan sekarang dalam peluknya, entah kenapa tanganku bergerak begitu saja melingkar di pinggangnya dan makin kudekap wajahku ke dadanya.

Dimas mengelus kepalaku, dia sadar aku mulai merasa nyaman sekarang.

" Masih kuat kan? Seronde lagi kok.. Aku juga dah mau keluar.. "

Aku mengangguk patuh mendengar ucapannya, dalam hatiku berkata empat ronde lagi pun akan kulayani dia jika memang mau.

Lalu Dimas melepaskan peluknya dan menatap wajahku dari jarak dekat, kubalas tatapannya dengan pandangan sayuku. Dia terlihat memikirkan sesuatu mungkin terkait rencananya akan mengentotiku seperti apa.

Selepas itu Dimas tersenyum dan mencium keningku, dia tegak menuju ke meja komputernya mengambil sebuah spidol.

Aku diam saja saat dia suruh aku memiringkan wajahku, kemudian Dimas membuka tutup spidolnya dan dia mulai menulis sesuatu di wajahku.




Sama sekali aku tak tahu apa yang dia tuliskan, aku hanya bisa menatapnya dengan mata sayu nan pasrahku ketika dia menyelesaikan hurufnya di wajah cantikku.




Melihatku yang amat patuhnya dengan dirinya membuat dia tersenyum, karena dia selalu bilang jika dia suka aku yang pasrah seperti ini.

" Nurut sama aku kan?.. " tanyanya melempar pandangan manis kearahku.

Aku mengangguk, dia lagi-lagi tersenyum puas lalu memandangi wajahku sebentar sambil mendesis. Tak cukup Dimas malah mengambil ponselnya dan mulai merekam wajahku dari jarak dekat.

" Ahhh Ver!! Wajah kamu jauh lebih cantik dikasih tulisan ini sayang... " racaunya menipiskan matanya sambil merekaminya juga mulai mengocoki kontol tegangnya sendiri.

Aku bergetar liar! Memekku berdenyut-denyut lagi dan rasa penasaran langsung melanda diriku, ingin aku bertanya apa yang dia tulis di pipiku ini tapi aku takut dia marahi.

" Sekarang sepong yang... "

" Ayo sepong kontol gede yang jadi kesukaan kamu ini... "

Dimas lalu mengarahkan kontolnya ke wajahku yang langsung kucaplok masuk ke mulutku tanpa menggunakan tangan sama sekali.




" Auhhh Ver.. Rakusnya kamu ngisepnya sayang... "

" Kamu haus kontol ya?... " racaunya terus merekam wajahku yang begitu lahapnya menyervis kontolnya dengan menggunakan teknik hisapku berhubung tadi aku tak bisa lakukan karena Ring besi itu.

" Stttshh!!.. "

" Isepan kamu emang nomer satu Vera!!... Abis ini aku mau make anus kamu lagi, kamu suka kan dipake di pantet?.. "

Aku mengangguk sambil melemparkan pandangan ke ponselnya yang terus dia todong di depan wajahku.

" Yang lengkap dong jawabnya, masa manggut doang... " senyum Dimas tidak ofensif seperti biasa sama sekali!

" iyaaa... pake aja pantetku sayang, aku suka dikontolin di pantet... " jawabku sebelum dia berubah Mood.

Kemudian lanjut kusepong kemaluan besarnya, senyum tipis terlihat di wajahnya saat dia mendapatkan kata-kata itu dari mulutku yang terabadikan di HP nya. Entah kenapa sekarang dia jadi lebih vokal.

" Balik badan Ver... Nungging, liatin pantat putih bulet kamu.. "

Aku segera berbalik balik dan memposisikan diri menungging seperti tadi di tepi ranjang.

Dimas mundur dan mengambil lagi spidolnya tadi kemudian dia tuliskan sesuatu dibagian atas pantatku, aku memingkemkan mulutku sambil menahan gejolak aneh yang kurasakan saat tubuhku dia corat-coret semaunya dengan kata-kata yang aku sendiri tak tahu apa.




" Nah beres, sekarang aku bakal sodomiin kamu yang... " tutup Dimas saat selesai menuliskan tulisan di pantatku.

" ii..iya... " celetukku pelan masih dalam ketakutan, penasaran, terangsang yang bercampur-campur.

" Apa yang iya cantik?.. " Dimas ingin aku mempertegasnya sekaligus lebih aktif berbicara rupanya.

" iya entotin pantet aku, pake sesuka kamu lobang anusku yang udah lodoh ini sayang... " mulutku bercakap begitu saja tanpa bisa kukontrol dan itu menghadirkan sensasi tadi jadi terasa semakin nyata!




" Kok pantet kamu udah lodoh?.. " tanya Dimas mulai mencucuk-cabut kontolnya di anusku sambil meleguh nikmat.

" Karena sering di entotin yang... " jawabku menggigit bibirku sendiri mulai lepas kendali.

" Sering di entotin orang? Cewek secantik kamu kok mau disodomi orang? Kan kamu punya memek.. "

" Gak..gak tau yang.. Ugh, mereka make pantetku gitu aja dan terus kecanduan.. "

" Mereka? Siapa aja sih mereka-mereka yang beruntung itu?.. " Dimas memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali rasa penasarannya akan masa laluku lebih jauh rupanya.

" Ba..nyak, kadang kenalanku, kadang temennya temen aku, juga kadang aku ngentot sama tukang delivery, bellboy kamarku dan bahkan PRT cowokku yang... " aku merasakan semua pancaran energi itu mendesak lebih kuat ketika kuucapkan kalimat tersebut.

Dimas jadi balik diam mendengar sedikit dari pengakuanku, sepertinya dia terkaget tak menyangka semua itu. Tapi itu belumlah apa-apa, kujamin dia akan lebih kaget lagi jika dia punya waktu untuk mendengar semua cerita mengenai kebinalanku.

Aku tak peduli jika dia tahu betapa kotornya diriku, justru semakin dia tahu betapa liarnya diriku malah membuatku makin terangsang.

Tambah keras kugigit bibirku sendiri dan sudah masuk dalam titik didih libido seksualku! Semakin lama semakin cepat pula dia keluar-masukkan kontolnya sekali cabut seperti yang sangat aku suka ketika dia melakukannya di apartemen.

Tak pelak dipake seperti ini membuat aku tak bisa menahan eranganku yang sekarang terdengar mendominasi ruangan.




Aku menggelinjang menikmatinya, Dimas tetap diam setelah mendengar jawaban yang mungkin membuatnya sedikit kecewa tapi dia tak bereaksi apa-apa sekarang.

Terus kupanjat puncak kenikmatan tertinggiku dengan fokus, apalagi aku juga membayangkan tulisan-tulisan yang dia buat itu adalah kalimat-kalimat jorok seperti 'lobang bispak' atau 'pantat lodoh' karena terasa tadi dia membuat seperti tanda panah yang mengarah ke anusku.

Juga di wajahku bisa saja dia tuliskan kata-kata yang tak kalah kotornya seperti 'muka kontol', 'bule pecun' dan lain-lain.

Ya aku merasa sekarang dia lebih ke mempermalukanku secara tidak langsung, mengingat Dimas yang aktif memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan nakal lebih-lebih aksi ini dia rekam sambil dia pakai duburku!

" Uhh!!!... " leguhku dalam hati menikmati semua rangkaian nafsu yang kurasakan.

Sambil menikmati sodokan kontolnya yang mulai kencang mempenetrasi anusku aku juga membayangkan kalau Dimas tak hanya sekedar merekamnya saja.

Bayanganku Dimas memamerkan rekaman kami ini juga ke teman-temannya! Dan entah apa kata teman-temannya itu jika tahu Dimas berhasil memperbudak cewek secantik sekaligus seseksi diriku, aku sungguh ingin tahu.




Kukepalkan tanganku dan aku terpejam dalam nikmat, aku meracau dan meracau dengan kalimat-kalimat kotor menyemangatinya untuk terus mengentotiku dengan cara seperti ini.

Ini adalah kesukaanku! Sungguh aku suka dizinai sambil dipermalukan begini karena memang seharusnya cewek nakal haus kontol seperti diriku harus dididik untuk tahu diri!

Sekarang aku benar-benar bertemu laki-laki yang sepadan denganku juga bisa mewujudkan berbagai fantasi liarku. Atas hal ini apalagi yang bisa kuminta? Aku tak peduli lagi dengan apapun, bahkan ke dasar neraka sekalipun akan kuikuti Dimas!




" Ughhh Verr!!!... Terus sayang, desah sekuat kamu dan orgasme sepuas-puasnya.... "

" Aku juga mau keluar, gak..gak tahan ngentotin pantet kamu yang bener-bener montok ini!!.. "

Dimas meleguh dan dia sendiri pun merasakan sensasi yang tak kalah hebatnya, terus dia tarik rantai kekang yang melingkar dileherku menjadikanku tak ubahnya sebagai pelacur yang seolah dia pelihara hanya untuk dinikmati.

Bermenit-menit Dimas mampu menahan intensitas tingginya dengan stabil sekaligus amat presisi seperti ciri khasnya, nafasnya yang luar biasa panjang ini selalu membuatku tumbang duluan.

Aku mulai menggeleng-geleng dan melirih akan segera klimaks, aku tak bisa menunggunya lebih dari ini karena kejomplangan stamina kami.

Dengan sebuah teriakan keras aku pun mendapatkan multi orgasmeku lagi! Kutundukkan wajahku ke kasur dan aku rasanya mau menangis dipenuhi kenikmatan.

" Dimmmmm....... " lirihku panjang menggigit sprei ini menikmati semua kenikmatan yang masuk.

Tak hanya secara fisik aku juga mendapatkan kepuasan secara batin, hari yang tak kalah beratnya dari kemarin ini pun terasa dibayar kontan dengan berbagai klimaks yang kurasakan!




Dimas masih menggauli dari belakang, dia sekarang mengejar orgasmenya sendiri dan terus menikmati anusku yang saat ini sedang berusaha dia colok juga dengan jempolnya.

Aku mengerang dalam rasa ngilunya karena kontolnya sendiri saja sudah begitu besar dan terasa amat mengganjal di pantatku tapi tetap ingin dia ekspan masuk lagi dengan sesuatu.

Leguhan kerasnya ditengah usahanya melonggarkan anusku ini menandakan ejakulasinya telah di depan mata, dengan kecepatan tertingginya akhirnya Dimas pun berejakulasi di dalam pantatku.

Mataku melotot merasakan siraman demi siraman hangat yang masuk mengisi anusku, Dimas sodok hingga mentok kontolnya sedalam mungkin ketika dia mencapai puncak kenikmatannya memastikan spermanya langsung turun ke perutku.

Sperma Dimas memang sangat banyak sekaligus sangat kental sekali, itu tak lain dari gaya hidupnya yang sangat menjaga pola makannya, aku pun sering meminum spermanya saat dia sudah akan beranjak pergi dari apartemenku.

Itu hanya kebiasaan lamaku saja, ya dulu waktu masih hidup berdua bersama cowokku tiap pagi aku kebiasaan meminum spermanya. Aku suka meminum sperma sehat seperti ini yang pastinya kaya akan protein, apalagi sperma cowok ganteng.

Leguh panjang Dimas berakhir saat dia turunkan lagi wajahnya setelah menengadah cukup lama, kontolnya masih tertancap di anusku yang juga sedang dia sisipi jempolnya.

Dia kembali meracau penuh kepuasan akan ejakulasi yang dia dapat.




" Enak bener Ver!! Huhh!!... Pantet lo bener-bener juara!.. " cerocosnya yang mulai balik jadi kasual lagi.

" Gila gila! Pokoknya nanti siang abis lo kerja gue pengen jajal sesuatu ke pantet lo Ver... " ungkap Dimas yang membuatku bergetar dalam lemas sekarang.

" ugghh... " erangku menggigit bibirku sendiri penasaran mendengar rencananya.

Lalu Dimas menarik keluar kontolnya dari pantatku, bersama dengan itu memeleh pula spermanya yang keluar dari lubang anusku yang kukira sudah tertelan semua masuk ke perutku tapi tetap saja ada yang mengucur keluar, ini menandakan betapa banyaknya tadi dia ejakulasi.




Setelah mendapatkan gambar kucuran cairan kenikmatannya yang sudah dia titipkan di dalam anusku, Dimas pun menyuruhku mengulum kontolnya.

Kulakukan tanpa perlu dia minta dua kali, kubersihkan kelaminnya yang baru keluar dari pantatku ini dengan lahap penuh perasaan!




" Ahhh, mantep Ver.. "

" Bagus, kerja lo bagus hari ini... " pujinya padaku setelah selesai membiarkanku menyapih kontolnya.

" Sekarang lo boleh istirahat, dan jangan lupa besok lo mesti bangun pagi beres-beres sama bikinin gue sarapan.. "

" Ngerti cantik?.. " taboknya pelan ke wajahku tampak gemas melihat kepasrahanku.




Aku mengangguk manja sambil menggigit bibirku sendiri, kusanggupi permintaannya dan akan kulayani apapun yang dia mau.

Dimas menatapku, wajah gantengnya kembali tersenyum terlihat puas sekali dengan diriku yang sangat menurut dengannya.

Masih sambil merekam Dimas terus menikmati kepolosan sekaligus kecantikan alami di wajah yang dia coret-coret kata-kata kotor ini, terus kutatap dia dengan pandangan sayuku menyiratkan semua kepasrahanku juga pembuktian diri kepadanya.




Senyumnya terus terpancar dalam pandangannya itu, tak henti-hentinya sepertinya dia mengagumi semua keelokan fisikku yang sangat diimpi-impikan banyak wanita diluaran sana yang malah rela menghabiskan uang ratusan juta untuk melakukan permak mempercantik diri.

Mungkin sekarang Dimas tersadar juga baru merasa bersyukur jika semua keindahan yang ditawarkan diriku ini telah menjadi miliknya seutuhnya.




Sesekali kukulum jarinya yang terus ingin berlama-lama menatapku yang penuh kepasrahan ini, sama halnya seperti aku.

Ingin lama-lama pula aku terus seperti sekarang, terus berada disampingnya meski statusku tak lebih hanya selir untuknya dan pemuas nafsunya saja.

Dimas mencium bibirku mesra selama beberapa saat, lalu dengan badan kekarnya dia gendong tubuh lunglai ini menuju peraduan malamku di kamar yang tak seberapa besarnya.

Dalam senyum dia rebahkan diriku di kasur, satu kecupan dia layangkan di pipiku kemudian tegak mematikan lampu dan meninggalkanku untuk beristirahat.

Sebelum balik ke kamarnya tak lupa dia masukkan Butt Plug tadi untuk mengganjal anusku seperti biasa.

Kupejamkan mataku dalam lelah walau tiada guling, tiada bantal kepala apalagi selimut yang akan menemaniku dalam tidur. Tapi entah mengapa aku selalu nyenyak dalam tidurku ketika berada di kamar ini terlebih aku tahu hari yang kulalui berikutnya pasti tak akan kalah berat dari hari ini.

Rasa penasaran pun akhirnya mengantarku beristirahat tak sabar menanti hari demi hari apalagi yang akan kulewati bersama Dimas sebagai pemilik resmi diriku yang sekarang.

..............................

No comments:

Post a Comment