Tuesday, May 19, 2020

CHAPTER 20 : KESALAHAN BESAR!


Sedari tadi sambil menyetir Rere terus curhat soal asmara, kebetulan beberapa hari ini aku terus bersama dia.

Tempo hari Rere menawariku Job karena ada temannya yang perlu model untuk video klip band, setelah mencari waktu yang pas kami pun melakukan penggarapan videonya. Selama beberapa hari kami kebut prosesnya akhirnya hari ini selesailah dan tadi adalah pengambilan Take terakhirnya.

Sepanjang proses syutingnya pula Rere selalu menemaniku dari godaan kru teman-temannya yang genit padaku.

" Iya deh mbak gue coba, pasti sulit kayaknya, lagian gue kan gak secantik mbak Ijul yang bisa dapetin cowok semau mbak.. " katanya menanggapi saranku untuk melupakan pacarnya yang sekarang putus-nyambung saja dengannya.

Jadi ceritanya Rere ini galau karena orang tuanya sudah menyuruhnya memutus hubungannya dengan cowoknya, karena si pacarnya yang tak ada kejelasan alias menganggur.

Saban hari kerjanya hanya duduk-duduk dan nongkrong di bengkel temannya, yang menurutku wajar jika orang tua Rere tak setuju dengan hubungan mereka termasuk kami sahabat satu gengnya yang juga sudah sering memberi nasehat kepadanya berhubung dia ini yang paling muda diantara kami.

" Oh iya btw kok mbak betah gonta-ganti cowok mulu sih? Kapan nikahnya mbak kalo gonta-ganti terus.. " sambung Rere dengan lugunya.

" Haaa nikah?.. Hahaha.. " jawabku tertawa dengan lepas.

Lucunya si Rere ini, meskipun kami teman dekat tapi memang aku selalu menutup rapat-rapat soal hal-hal yang sifatnya personal apalagi menyangkut asmara atau urusan seks yang juga sering dikepoi mereka.

Aku hanya ketawa-tawa saja menanggapi rasa penasaran mereka yang begitu ingin tahunya mengenai hal tersebut, mungkin karena saking seringnya melihatku bergonta-ganti cowok juga melihat Story ku yang sering ku-Update bermesraan bersama teman kencanku seperti saling berpelukan tanpa busana dengan wajah mereka yang selalu sengaja aku samarkan.




Dan sekarang Rere malah menanyakan soal nikah. Aku orang yang tidak percaya dengan pernikahan, mengikat janji suci di depan saksi dengan cincin sebagai simbolnya terdengar lucu untukku, aku hanya tidak ingin dibodoh-bodohi dengan sebuah status yang hanya akan membatasi ruang gerakku saja.

Entahlah, bagiku kata 'pernikahan' itu sudah kehilangan esensinya dari sejak bertahun-tahun yang lalu.

Rere pun hanya memanyunkan bibirnya setelah mendapatkan tawa dariku dan memacu mobilnya dengan kecepatan sedang untuk segera pulang.





..............................


Hari memasuki petang dan sendekala pun tiba, akhirnya kami sampai di apartemenku.


Rere tak turun dan hanya mengantarku sampai basement saja karena dia juga gerah dan ingin segera pulang.

Aku membuka pintu kamar dan membanting diriku sejenak diranjang, lelah juga karena sejak beberapa hari ini aku terus syuting sejak pagi hingga malam, I’ve Working Hella Hard dan sekarang Me Time juga.

Aku merogoh sakuku dan mengeluarkan Handphone yang seharian tadi berganti nama menjadi Pocketphone karena tak sempat kupegang, aku cek sebentar namun tak menemukan apa yang kutunggu sejak berhari-hari kemarin.

Sejak semingguan ini entah kenapa hubungan aku dan Dimas jadi aneh. Dia sekarang sangat kaku, lebih diam dan yang paling jelas terlihat pandangannya jadi dingin padaku.

Aku juga tidak tahu ada apa, disamping itu dia juga mulai sulit dihubungi, beberapa kali kucoba menghubunginya dalam keterbatasan kami tapi tetap tak ada balasan.

Terakhir aku berkomunikasi dengannya sekitar 4 hari yang lalu, waktu itu dia datang ke apartemenku sekitar jam 11 malam. Aku menyambutnya seperti biasa dan langsung mengajaknya keranjang, tapi dia tak responsif juga sangat irit bicara, setelah kami menghabiskan satu ronde dia ngeloyor pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

Aku sungguh tak mengerti dan jadi bingung sendiri kalo memikirkannya, apa mungkin dia ilfil padaku setelah mengetahui betapa murahannya aku pasca Threesome kami semingguan yang lewat di kontrakan Gilang, karena persis setelah dari sana dia jadi berubah begini atau apa aku ada salah omong dengannya sehingga dia jadi tersinggung dan ngambek? Lagi-lagi aku gagal paham.

Berhubung dia yang diam seperti itu aku jadi tak tahu harus melakukan apa, dan jujur aku malas dengan situasi ini. Tak peduli seberapa Die-Hard aku kepadanya aku paling tak suka berdrama-dramaan lebay seperti ngambek-ngambekan, baper-baperan atau nangis-nangisan, haduh kelaut deh.

Kalau Dimas yang sekarang hanya membikin pusingku dan aku sudah tak menemukan kesenangan lagi dengannya maka mau tak mau aku mesti mencari cowok lain juga lagi walau aku sendiri akan sangat menyayangkan hal itu, tapi tetap aku adalah aku! Aku bukanlah tipe cewek yang suka ribet-ribetan, sudah berapa kali kukatakan bahwa aku hanya ingin Have Fun saja dan menikmati hidup tanpa banyak drama.

Malamnya setelah mandi, aku pergi ke balkon dan menikmati pemandangan malam yang cerah di ibukota dari kamar apartemenku ini.

Merasakan angin malam membuatku jadi ingin liburan rasanya karena selama beberapa minggu ini sangat sibuk, aku rindu menghirup udara segar pegunungan, minimal disela waktu jedaku selama 4-5 harian ini aku ingin ke Bogor atau Lembang, sebelum kembali nge-Job lagi.

Aku ingin relaks sejenak dengan liburan singkat, meskipun aku baru saja dari Anyer kemarin karena saat proses syuting ada Scene di pantainya tapi tetap konteksnya bekerja bukan Fully liburan. Lagipula aku juga kurang suka pantai, aku lebih suka suasana gunung yang menawarkan ketenangan yang bisa benar-benar membuatku Comfort.

Aku masuk kembali ke kamar dan berniat merealisasikannya, aku duduk di kasur dan mengambil ponselku kemudian berpikir dengan siapa aku akan pergi, yang paling pertama terpikirkan tentu saja nama Dimas.

Setelah menimbang-nimbangnya sejenak maka langsung kutelpon dia! Aku kesampingkan dulu perubahan sikapnya padaku, toh kalau memang benar dia marah atau tersinggung denganku inilah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan kami, karena jujur aku sangat ingin mempertahankan hubungan ini dengannya meskipun hanya sebuah hubungan gelap.

Berkali-kali telponku tak diangkatnya, aku kemudian mengiriminya pesan singkat dan berharap dia membalasnya, namun tetap tak ada yang terjadi meski sudah kutunggu selama beberapa saat. Tak mau kerja setengah-setengah kembali kutelpon lagi kekasih sahabatku ini yang akhirnya dia angkat!

" Halo sayang.... " kataku dengan suara lembut.

Tak ada jawaban darinya, aku cek apakah masih tersambung atau tidak, takutnya mungkin sinyal yang sedang gangguan sehingga dia tak bisa mendengar suaraku atau sebaliknya, tapi waktu panggilanku dilayarnya terus bergulir yang menandakan tak ada masalah teknis seperti yang tadi kupikirkan.

" Mas, gue tau lo dengerin... "

" Gue gak ngerti kenapa lo tiba-tiba berubah gini... Yang jelas plis sekarang ke apartemen Dim, gue lagi butuh... " lanjutku yang tahu kalau dia sengaja diam.

Dimas masih dalam diamnya seolah membiarkanku berbicara sendiri dengan gawaiku.

" Yaudah deh, sampe ketemu di kamar ya sayang.. Muaah.. " tutupku padanya.

Aku berharap Dimas segera datang, sudah lumayan lama juga aku tidak dibelai dan sungguh aku ingin segera kembali ngeseks dengannya, apalagi aku punya waktu senggang selama beberapa hari yang ingin kuhabiskan bersamanya diatas ranjang.

Khayalan-khayalan nakal langsung memenuhi kepalaku, membayangkan aku disebadani lagi dengannya membuatku langsung bergairah, aku mendesis sendiri dan mulai meremas-remas toketku sembari memfantasikan hal-hal nakal yang akan kami lakukan.

" Ahhh... Gue pengen lo entotin lagi Dim... Uhh.. " racauku.

Tak ingin hanya sekedar berkhayal kemudian aku membuka lemari pakaianku untuk memilih baju tidurku yang paling seksi dan semi transparan, segera aku langsung pakai dan merias diri dengan Make-up seperti biasa, memastikan agar kelak jika Dimas datang dia akan bernafsu melihat penampilan binalku.

Berjam-jam berlalu dari telponku tadi padanya, tak ada juga balasan SMS dan WA darinya atau minimal sekedar memberi kepastian akan penantianku ini.

Kepalaku sudah mulai sakit dan aku menjadi gelisah karena otakku sudah terlanjur memproduksi hormon Estrogen akibat rangsangan diriku sendiri sambil menunggu cowok gagahku itu.

Aku membanting tubuhku ke ranjang, dengan Handphone yang sedari tadi terus kugenggam seolah tak ingin ada satu notifikasi pun terlewat dariku, aku menatap ke langit-langit kamar kemudian aku bertanya pada diriku sendiri.

" Kenapa aku selalu ada di posisi ini?.. "

" Kenapa aku selalu kesulitan menghubungi teman kencanku disaat aku benar-benar membutuhkannya?.. "

Kupejamkan mata dan menghela nafas, kepalaku semakin sakit, bukan hanya karena rongrongan libidoku tapi juga memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Dimas, aku tak tahu harus berbuat apa, yang jelas aku terlanjur Horny dan butuh seks segera!

Dalam keadaan masygul aku mulai panik dan membuka kontak di HP ku mencari siapa yang kira-kira bisa menggauliku As Soon As Possible!

Ditengah gejolak dan badai birahi seperti ini tak mudah bagiku untuk berpikir rasional, aku mengingat-ngingat tapi belum juga menemukan orangnya karena stok cowokku memang tak banyak.

" ARRGHH!!!.. " seketika aku kesal sendiri dan melempar HP ini ke kasur.

" Apa mesti besok gue beli sex doll yang versi cowok, biar gak ada lagi yang baper-baperan!.. " kataku sambil menjambak rambutku sendiri.

Aku benar-benar frustasi, aku menyesal jadinya membangkitkan gairahku sendiri dan rencanaku tadi untuk Short-Holiday pun kacau balau, Mood ku seketika hancur dan justru aku berencana menggila saja ke tempat umum jika sudah begini!

Aku langsung bangkit dan membuka lemari kemudian memakai Cardigan untuk menutupi baju tidurku yang sangat seksi dan transparan ini.

" Dasar ngentot semua!.. "

" Sekarang gue repot sendiri kan, jam segini mesti godain orang cuma buat ngentot doang.. "

" Terserah mau bapak-bapak satpam, tukang sate atau siapa sajalah yang ada di jalanan yang penting bisa ngontolin gue sekarang!.. "

" Atau setelah ini gue cari PRT aja yang pasti bakal nurut sama apapun kemauan gue... " kesalku mengingat masa dimana dulu aku benar-benar bisa ML sepuas-puasku bersama dua PRT cowokku.

" Emang mestinya dari dulu gue lakuin ini... "

Buru-buru kuambil kunci mobilku dan lekas bergegas akan keluar.

Tapi disaat aku sedang mengunci pintu kamarku tiba-tiba aku teringat sesuatu.


Gilang!


" Benar juga.. " kataku dalam hati.

Aku masuk lagi ke kamar dan mengambil ponselku yang masih ada di atas ranjang, aku men-Scroll kontaknya untuk mencari nama Gilang baik di WA ataupun kontak SIM, aku agak ragu apa aku pernah bertukar kontak dengannya karena seingatku tidak, dan benar saja aku tak menemukan kontaknya di ponselku, pikiranku jadi tambah kacau!

Aku seakan dikejar dengan kepribadian gilaku yang terus merangsek mencoba mengambil alih akal sehatku, mengingat Gilang aku jadi teringat juga Danu, karena justru dia yang kuingat meminta kontakku waktu di kontrakan.

Aku mencari WA nya dan kebetulan sekali dia sedang Online! Tak ingin lama maka langsung kutelpon langsung anak itu.

" Halo... " ujarnya yang langsung membuatku girang!

" Hmmm... Danu yah?.. " balasku lembut.

" Iyaa... Wah ini beneran kak Vera?.. " dia pun tak kalah senang mendengarku menelponnya.

" Iya Dan, kamu lagi dimana sayang?.. "

" Di kontrakan kak... "

" Ohh... Di kontrakan rame gak?.. " sambungku mencoba mengetahui situasi disana.

" Sendirian nih kak.. "

Mengetahui dia sendirian sebenarnya agak membuatku kecewa, tapi ya okelah daripada aku menunggu sesuatu yang tak pasti begini maka kuputuskan untuk segera ke kontrakannya.

" Danu gak kemana-mana kan?.. "

" Engga, gak kemana-mana... "

" Emang kenapa kak?..."

" Kakak kesana ya? Atau kalo engga Danu ikut kakak mau ga?.. "

" Wah yang bener kak? Aku sekarang masih gak percaya loh kak Vera yang cantik ini nelfon aku.. " ujarnya.

" Yaudah tunggu ya, kakak kesana sekarang.. " tutupku tak mau lama berbasa-basi.

Aku jadi kembali bersemangat, sampai begitu paniknya tadi hingga aku tak ingat Gilang maupun Danu, ini semua gara-gara Dimas yang merusak Mood ku.

Kini aku dengan cueknya menggunakan Tanktop beserta rok mini saja tanpa dalaman dan segera berangkat ke kontrakan mereka.





..............................


Perjalananku di jalanan ibukota yang lengang hanya ditemani musik, saat ini sudah jam setengah 11 malam.

Aku bernyanyi-nyanyi mengikuti beberapa Playlist di mobilku, berhubung aku sudah benar-benar gelisah sejak tadi maka aku coba mengalihkannya dengan bernyanyi-nyanyi seperti ini berharap akal sehatku terus terjaga.

Memekku sudah basah dan tubuhku mengeluarkan keringat padahal aku di dalam mobil yang ber-AC, lucu bukan?

Pikiranku juga terus disatroni khayalan-khayalan seksual tingkat tinggi yang terus berdatangan, aku benar-benar tak sabar untuk segera melepas libidoku.

Dari yang Danu katakan tadi Gilang sedang tak ada, walau aku tak terlalu suka dengannya tapi agak rugi juga sih karena aku jadi kekurangan pasokan kontol, tapi ya By One dengan Danu juga oke-oke saja.

Danu ini masih sangat muda, kalau tidak salah dia baru saja lulus sekolah dan ikut tinggal di kontrakan Gilang sambil mencari tempat kuliah, Gilang dan Danu memang sepupuan.

Aku suka Danu karena dia cukup polos tapi nafsuan, tipe yang begini lebih gampang diarahkan dan pasti manut saja mengikuti keinginanku, meskipun dia jauh lebih muda dariku tapi rasanya disetubuhi daun muda itu sungguh bikin greget!

Daripada ML dengan yang seumuran atau yang lebih tua tapi gaya mainnya datar-datar saja pasti akan membosankan sekali, mending aku sendiri yang mengarahkan mau di entotin seperti apa dengan tipe anak polos seperti Danu ini.





..............................


Singkat cerita aku tiba di kontrakan Danu, dalam gangnya sepi sekali, aku jadi takut juga kalau nanti suara desahanku terdengar dalam kondisi sesepi ini.

Aku kemudian turun dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya, agak lama juga sebelum Danu membukakan pintunya, dia sangat kaget melihat pakaian yang kukenakan karena aku mengenakan Tanktop tipis hitam dan hanya dilapisi Cardigan saja.

" Waduh kak... " ujarnya memelototi aku yang kini berdiri di depannya.

Aku buru-buru masuk dan langsung menutup pintunya.

" Kamu bener sendirian kan?.. " tanyaku pada Danu yang sepertinya baru bangun tidur.

" Iya kak, sendirian, bang Gilang lagi ke luar kota.. "

Aku diam beberapa saat dan fokus menatapnya, Danu pun ikut terdiam melihat ekspresiku yang tiba-tiba menatapnya begitu dingin, sesekali bola matanya lari dari tatapan nakalku.




Danu meneguk ludah, tak ayal dia pastilah tertegun melihat penampilanku yang sekarang benar-benar tak ubahnya seperti seorang pelacur dengan dandanan dan balutan pakaian seksi yang membungkus tubuh langsing padatku.

Melihat Danu yang menunduk-nunduk gugup membuatku tersenyum saja, dalam hatiku ingin aku langsung menerkamnya karena aku sedang Horny berat sekarang, tapi kemudian terbesit pikiran untuk menggodanya dulu dan bermain-main sebentar.

" Kok ngeliatnya gi..gitu kak... " ujarnya salah tingkah.

Aku masih dalam diamku, aku menikmati sesaat momen-momen ini dulu. Tak berapa lama kugenggam tangan Danu dan kutaruh di pinggangku, Danu tercekat, dia balik menatapku yang terus mengunci mata senduku di wajahnya.

Danu memeluk pinggangku dengan erat setelah kutuntun, dia masih agak canggung maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya supaya anak ini tidak begitu kaku lagi.

Kami sama-sama diam setelah saling berdekap satu sama lain, semakin lama Danu makin berani, tubuhku bak tersengat aliran listrik ketika bocah ini mengendus dan mengecup leher jenjangku, sementara tangannya meraba-raba tubuh bagian belakangku. Aku sengaja merapatkan dadaku rapat-rapat agar toketku tertekan ke tubuh bagian depannya, aku pasrah saja di grepe-grepe dalam peluknya.

" Kak Ve ga pake celana dalam ya?... " tanyanya tak sopan setelah meraba-raba pantatku dan menyadari bahwa aku memang sedang tak mengenakan dalaman apapun sekarang.

Aku tetap diam memejamkan mataku merasakan tiap hembusan nafasnya di leherku yang membuatku merinding, aku turut membalas dekapannya dengan memegang kepala belakangnya agar tak berpindah dari leher dan tengkukku.

Danu harus berjinjit karena aku jauh lebih tinggi darinya, tangannya kokoh meremas pantat montokku sebelum dengan tak sabarannya dia beralih ke toket besarku, Danu meremas dan mengeluarkan toketku kemudian mulai mengemut puting susuku yang sudah ereksi maksimal sejak tadi.

" Ahhh... " leguhku keras sambil menengadahkan kepala ke atas merasakan sensasi cucupan Danu di puting susu besarku ini.

Kegelisahan yang terus menyekap akal sehatku terasa hilang seketika, sebelumnya aku nyaris nekat, dan mulai berpikiran akan melakukan hal yang aneh-aneh dalam kepanikanku.

Aku seperti punya Phobia akan hal ini, entah kenapa aku akan menjadi sangat paranoid dan dihantui ketakutan yang berlebih saat menyadari bahwa aku tidak punya seseorang untuk diajak bersenggama, terlebih dalam keadaan libidoku yang sedang tinggi.

Tapi kini aku berada dalam fase rileks, hormon Estrogen yang tadinya hanya tertumpuk di kepalaku akhirnya menyebar juga, proses pelepasan hormon seks ke seluruh tubuh inilah yang membuat aku tenang setenang-tenangnya. Aku mendesah menikmati prosesnya yang membuat tubuhku bak mengambang mengudara, sama halnya seperti klimaks, bagiku fase inilah fase yang sangat kusukai sekaligus menjadi candu untuk terus merasakannya.

" Ahh kak, besar banget toketmu.. " puji Danu sambil meremas dan menghisap putingku.

Aku masih dalam buai nikmatku sendiri, aku tahu pupil mataku membesar meski aku sedang memejamkan mata, tapi tiba-tiba aku jadi ingat akan niatanku untuk menggoda Danu, sontak dengan sisa-sisa kesadaranku aku langsung dorong pelan Danu menjauh dari dadaku.

" Dan, nanti aja.... " kataku membenarkan posisi Tanktop ini agar menutupi toketku yang masih basah dengan ludahnya.

" Ma...maaf kalo aku lancang kak, aku nafsu banget liat dadanya kakak.. " ujar anak ini kemudian agak menunduk yang membuatku lucu sendiri.

Aku tersenyum sambil memeluknya erat, kulingkarkan lenganku di lehernya dan kuberikan dia tatapan manisku.

" Dan... " lanjutku sambil menatap matanya dari jarak dekat.

" Ii.. iya kak?.. " Danu tergagap mungkin karena melihat tatapan mata senduku yang memang sangat membunuh ini.

" Danu mau ngentotin kakak kayak waktu itu lagi ya?.. " tanyaku serius.

Danu terbelalak dalam kekagetannya mendengar betapa blak-blakannya aku bertanya kepadanya, aku bisa merasakan degup jantungnya untuk itulah aku mendekapnya erat, dia masih tak bergeming membalas tatapan mata indahku, anak ini benar-benar mematung.

" Mau kak, mau banget!... " jawabnya setelah terdiam beberapa lama mengumpulkan keberaniannya sejenak.

Aku mulai telusuri dadanya dengan kedua telapak tanganku dengan binal.

" Tapi ada syaratnya... "

" Ngg?... " heran Danu dengan sebelah alis yang naik.

" Yang pertama.. Danu ikut kakak ya? Temenin jalan-jalan cari angin malam sekaligus jagain kakak.. " tawarku padanya.

Dia mengangguk dengan kencang seakan tak berpikir dua kali lagi, anak ini sudah termakan buai godaanku rupanya.

" Terus yang kedua.. "

" Danu gak boleh pake daleman.. " lanjutku setengah membisiki kupingnya dari jarak dekat.

Untuk yang satu ini Danu terhenyak kebelakang dalam pelukku, namun masih dalam diamnya.

" Mak..maksudnya kak?.. " tanyanya ingin aku lebih mendetilnya.

" Iya.. pokoknya selama nemenin kakak Danu gak boleh pake celana dalem.. "

Wajahnya justru tambah heran, jelas ini terdengar aneh untuknya mendengar syarat keduaku ini.

" Udah pakeannya gini aja tapi kolornya gak usah dipake.. " kupermudah penjelasanku sambil merujuk pada keadaannya sekarang yang hanya pakai oblong dan celana pendek bola.

" Gimana gampang kan?.. " aku kembali mengunci mata abu-abuku ke matanya.

" Ii.. iya kak.. " dia mengangguk agak ragu namun itu cukup untuk membuatku tersenyum nakal.

" Terus yang terakhir... "

" Jangan panggil kakak lagi... " lanjut penawaran terakhirku.

" Panggil apa kalo gitu?.. " celetuk ABG ini.

Aku pegangi wajahnya dan mendekatkan bibirku padanya, Danu benar-benar tak bergerak sedikit pun meski bibir kami hanya terpisah beberapa inci saja.

" Panggil sayang aja, anggap kakak sayangnya kamu yah?.. " pungkasku tersenyum.

Dan ciumanku ke bibirnya menutup Petitum persyaratanku padanya, kami berciuman dengan mesra, ciuman bibirku seolah menjadi simbol bahwa Danu telah menyetujui semua syaratku tanpa perlu mendengar jawaban lanjutan darinya.

Kini Danu akan menemaniku untuk berjalan-jalan sebentar sambil menggodanya karena aku butuh angin segar malam ini, dan juga sudah lama aku tidak pergi keluar untuk ber-Flashing ria di tengah keramaian.





..............................


Kami berjalan dengan mobilku menyusuri kota, sambil menyetir kulihat Danu terlihat kikuk sekali dan terus menaruh kedua tangannya menutupi perut bagian bawahnya.

Aku tertawa dalam hati mungkin dia risih tak mengenakan celana dalam dan malu karena penisnya menyembul.

Sedikit terkikik aku mulai memutar otak untuk mengerjai anak ini, aku juga masih belum tahu arahnya akan kemana, yang jelas aku ingin membuatnya mupeng denganku.

Bermenit-menit kami masih mengitari jalan tanpa tujuan pasti, hingga akhirnya aku melihat ada banyak anak-anak muda sedang nongkrong di depan Indomaret, aku langsung dapat ide.

" Nah kita ke Indomaret aja yuk Dan... " kataku pada Danu.

" Yaudah.. " jawabnya simpel.

Segera aku arahkan mobil memasuki sebuah gang di sekitaran Indomaret ini, aku mulai menyusuri gang-gang kecil yang kuperkirakan gang kost-kostan.

" Loh kok masuk sini?.. " tanya Danu heran karena aku malah masuk ke gang komplek bukan ke Indomaretnya.

Tak kujawab lalu kuparkirkan mobilku di lapangan kosong dan langsung mengajak Danu turun.

" Kita turun disini kak?.. " dia masih penasaran rupanya dengan maksudku.

" Eits.. Inget janji kamu dirumah tadi gak?.. " aku langsung mengingatkan dia akan janjinya untuk merubah panggilannya.

" Eh i..iya.. Sayang... " ucap Danu tergugup.

Aku kembali menahan tawaku melihat betapa kikuknya dia mengucapkannya.

" Yaudah yuk turun.. Kita jalan dikit.. "

Kami berjalan di area gang yang aku sama sekali tidak tahu, sebetulnya Indomaretnya lumayan jauh di perempatan jalan di depan sana, ini hanya respon spontanku saja karena aku memang sengaja mengajak Danu berjalan kaki siapa tahu sambil jalan ada hal yang bisa kulakukan.

Baru sekitar 20 meter dari tempatku memarkir mobil kami akan melewati pos ronda yang di dalamnya banyak sekali pemuda-pemudi dan bapak-bapak yang asik ngobrol sembari bermain kartu.

Melihat itu membuatku langsung bereaksi, seketika kutarik Danu yang berjalan agak melipir jauh dariku dan kulilitkan tanganku di lengannya, Danu agak terkejut tapi tak berkomentar lalu kami pun melangkah mesra bak sepasang kekasih.

Baru juga akan melewati pos ronda tersebut namun beberapa mata sudah tertuju kearah kami, suasana terdiam sesaat sebelum terdengar seseorang berkomentar.

" Anjir siapa tuh cog? Bening banget.. " teriak seseorang memanggil temannya untuk fokus melihat kami.

" Wadau bule tuh... " ujar abang-abangan yang ikut menyahut.

" Wah sejak kapan di komplek kita ada meneer Belanda?.. " satu persatu mereka mulai menimpali.

Semakin dekat kami semakin jelas kudengar siul-siulan mereka kearahku, aku diam saja dan menahan senyumku berhubung aku sudah terbiasa sekali dengan kondisi ini tapi tidak untuk si Danu, dia tampak terus menunduk sementara sambil berjalan tangannya terus menutupi arah kelaminnya.

" Neng... Eneng pirang yang cantik sini dong mampir... " celetuk mereka yang kini menongolkan kepalanya di pos ronda permanen yang berbentuk gazebo ini.

Hatiku bergejolak mendengar panggilan mereka yang membuatku panas, aku berpikir cepat terkait respon apa yang akan kuberikan, kalau posisinya aku sedang sendiri mungkin aku akan mampir karena mereka ini pastilah mangsa yang empuk untuk menjadi korban eksibisiku, tapi mengingat Danu yang masih belum dalam titik nyamannya maka aku memutuskan untuk kembali ke rencana awal saja yaitu menuju Indomaret.

Aku berikan senyum paling manisku pada mereka sambil berjalan mengandeng Danu.

" Misi numpang lewat ya bang.. " ucapku ramah seraya tersenyum.

" Woah dia bisa bahasa indo dong... " tutur seseorang dengan agak kaget.

" Aduh neng cakep mau kemana, disana jalan buntu.. Sini aja udah.. "

Seketika aku berhenti melangkah mendengar itu, dengan cueknya aku langsung bertanya balik ke mereka.

" Oh disana jalan buntu ya bang?.. " aku sengaja berpura-pura tidak tahu padahal aku tahu di depan ada jalan karena tadi sudah kukelilingi sebentar komplek ini, tapi kumanfaatkan kesempatan ini untuk ngobrol sebentar dengan mereka.

" Iya neng di depan buntu, si neng cantik mau kemana emang?.. Sini biar dianterin masa cantik-cantik jalan kaki gitu.. "

" Kaga neng.. Disana ada jalan kok.. " mereka saling sahut-menyahut menimpali.

" Yeee abang yang itu boong dong.. Kirain buntu beneran... " kataku sambil tertawa kepada abang yang tadi bilang jalannya buntu.

Aku sengaja tertawa lepas dan menebarkan aura positif serta Friendly seolah menepis kesan mereka yang mungkin tadi akan mengira kalau aku ini jutek atau sombong.

" Hmmm.... Bang aku titip mobil ya... Aku taroh di lapangan yang disana... " lanjutku sambil menunjuk kearah belakang.

" Oh iya-iya neng tenang aja, mobilnya aman kok, ada kita jaga dimari... Neng cantik mau kemana emang?.. " kali ini seseorang pemuda turun dari pos ronda menyamperi aku dan Danu.

" Mau ke Indomaret depan bang... Oh iya nama abang siapa?.. " kulepaskan rangkulan di lengan Danu dan langsung menyodorkan tanganku ke abang ini.

" Wanjaaay si Deki diajakin kenalan!!.. " riuh mereka kini di dalam pos ronda seakan tak percaya menyaksikan aku mengajak kenalan salah satu temannya.

" Deki.... Kalo neng cantik siapa?.. " lanjut pemuda ini mengabaikan teman-temannya yang heboh di belakang.

" Vera bang... " senyumku padanya.

Sungguh, pos ronda yang seharusnya tenang dan jauh dari kebisingan ini jadi riuh heboh seketika, aku jadi tidak enakan nanti malah warga terganggu karena gang ini sangat sepi sekaligus amat tenang.

" Yang itu siapa? Pacarnya ya?.. " tanya Deki.

Danu yang dari tadi seperti ayam sayur sontak respon langsung menyodorkan tangannya dan berkenalan dengan abang ini.

" Kok mau sih neng? Kok mau ama bocil gituan?... Mending juga ama gua... Huahahaha.. "

" Bego lo!.. Bisa aja adeknya oon... " lagi-lagi kudengar teman-teman Deki saling menimpali.

Aku tak menjawab dan hanya kembali tersenyum saja.

" Yaudah bang, Vera jalan lagi ya.. "

" Neng masih jauh loh Indomaretnya, sini tak anterin.. " Deki kemudian memutar badan tampak mencari kunci motornya.

Aku langsung menolaknya dengan sopan, kukatakan bahwa aku memang sengaja berjalan hitung-hitung olahraga, pemuda ini pun mengerti dan aku kembali pamit berjalan lagi dengan Danu sebelum semakin gaduh. Bahkan ketika aku perlahan menjauh mereka masih saja menggoda mensiuli aku.

" Awas neng jalannya jangan cepet-cepet ntar ada yang tumpah... " teriak seseorang lagi dari belakang.

Aku diam saja dan tersenyum karena celetukan-celetukan nakal yang seperti ini selalu membuatku senang mendengarnya, lumayanlah Opening yang bagus meskipun aku tak bisa mengeksplor karena terlalu beresiko, lagipula Danu juga terus diam sedari tadi.

Sepanjang jalan menuju Indomaret Danu akhirnya bersuara juga.

" Kak lagian kenapa mesti parkir mobilnya disana sih? Kenapa gak di depan Indomaretnya aja langsung... "

" Gimana tadi kalo mereka apa-apain kakak?... " celetuknya yang masih saja memanggilku kakak.

Kutatap anak ini, dia menatapku serius dan terlihat dia aneh dengan sikapku barusan.

" Heh?.. Kenapa emang? Mereka baek-baek gitu kok.. " jawabku.

" Iyalah baek, ama cewek cakep kayak kakak ya semua orang pasti pura-pura baek, padahal mereka itu ada maunya.. "

" Mana pakean kak Ve kayak gini lagi.. " sambungnya yang tampak kesal dengan responku yang justru meladeni mereka.

" Husss... Gak boleh berprasangka gitu... " senyumku karena Danu rupanya cerewet juga dan ini agak mengingatkanku pada seseorang yang dulu sering memarahiku kalau aku genit apalagi seksi-seksian di depan orang.

Kami melanjutkan jalan hingga sampai di depan perempatan jalan, aku langsung mengajak Danu masuk ke Indomaretnya. Suasana masih sama seperti tadi ketika aku lewat, anak-anak muda yang sedang nongkrong di depannya sama sekali belum berkurang.

Danu mengikutiku yang berjalan masuk kedalam, kuindahkan dulu tatapan anak-anak muda di depan yang memelototiku saat melenggok berjalan masuk, aku mampir ke tempat minuman dingin karena kebetulan haus juga mesti berjalan sejauh ini. Di dalam tak ada orang yang berbelanja, hanya kami.

Kuperhatikan beberapa dari cowok-cowok yang nongkrong di depan masih penasaran denganku, selagi Danu memilih minuman kuintip sejenak kearah kaca, lalu aku geleng-geleng kepala saja melihat mereka yang kini dengan noraknya saling celangak-celinguk dari luar kaca seperti aneh melihatiku.

Ya sudahlah, barangkali mereka memang tak pernah melihat bule secara langsung, lagipula mereka juga masih bocah tanggung yang nongkrong dengan nebeng Wi-Fi Indomaret untuk bermain Game Online.

Melihat mereka yang kini saling berbisik-bisik sambil menunjuk kearahku membuatku mencuekinya saja, meskipun aku tak mendengar apa yang mereka katakan namun aku tahu bahwa yang menjadi perbincangan mereka tak lain adalah mengenai paras menawanku.

Tak puas dengan minuman dingin aku mengajak Danu memilih ciki-cikian untuk cemilan, karena aku berencana nongkrong disini sebentar itung-itung istirahat juga.

Sedang asik memilih makanan ringan kulihat seorang cowok juga masuk untuk berbelanja, tampaknya ini bukan geng bocah-bocah diluar karena dia lebih terlihat seumuran mahasiswa.

" Kena nih!!... " girangku dalam hati usai mendapat mangsa.

Kutinggalkan Danu sebentar untuk mendekat ke baris yang sama dengan cowok yang baru masuk ini, dia tampak sedang memilih minuman dingin, begitu aku mendekat dia melihatku dan jelas dalam pandangan pertama saja dia langsung tak berkedip menatapiku.

Kuawasi dia dengan mengandalkan ekor mataku berhubung aku persis berada di sebelah lemari pendinginnya, aku berpura-pura cuek sambil memilih minuman dinginku meskipun aku sudah memegang sebotol bir Calsberg Zero. Tak mau membuang momen aku kemudian jongkok sengaja memilih minuman yang berada di kolom terbawahnya.

Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya tapi yang jelas, dari atas cowok ini bisa melihat bulatan toketku yang sama sekali tidak kulapis Bra, atas alasan inilah aku suka kemana-mana menggunakan Tanktop selain karena santai dan nyaman keindahan payudara montokku benar-benar akan tercetak jelas.

Yakin kalau sekarang cowok ini sedang puas-puasnya menatapi toket putihku dan dia juga pastilah sedang menelan ludah ngiler untuk menjamahnya, itu terlihat dari kuda-kuda kakinya yang tidak bergerak sama sekali.

Kemudian aku berdiri dan mencoba melemparkan pandangan kearahnya, dia gelagapan saat mata kami saling bertemu, aku tersenyum semanis mungkin namun dia malah memalingkan mukanya dengan wajah yang jadi kaku sekali, dari ekspresinya yang seperti ini aku langsung tahu bahwa dia sudah terbius akan pesonaku seperti yang umumnya terjadi juga pada cowok-cowok lain.

Entahlah, bagiku itu seperti sebuah pakem yang sudah Textbook sekali untuk melihat orang tergila-gila denganku.

Aku kembali ke Danu yang masih dibaris makanan ringan dan menuju kearah kasir untuk membayar belanjaan kami, aku tersenyum dalam kepuasan karena belum apa-apa saja aku sudah membuat 'geger' seisi gerai Pujasera ini.

Kulihat kearah luar sebentar untuk melihat apakah ada kursi yang kosong. Selain anak-anak yang sedang main Game kulihat di sebelah kiri ada satu orang cowok yang sedang duduk sendirian, senyum iblis kembali menyeringai wajah cantikku begitu melihat korban selanjutnya.

Cowok yang tadi ikut antri dibelakangku, karena pada saat ini hanya kami saja yang belanja. Dari cermin yang ada dibelakang kasir dia masih menatapiku, matanya jelas tertangkap olehku sedang menatap kearah paha mulus juga bongkahan pantat semokku, dengan cepat aku berpikir apakah ada peluang aku bisa menggoda cowok ini lagi atau tidak dalam posisi kami sekarang.

" Ini aja mbak? Atau ada tambahan lain?.... " suara penjaga kasir sedikit membuyarkan lamunanku.

" Kondomnya mas... Tiga kotak.. " spontanku.

Suasana berubah, mas kasir, Danu dan bahkan cowok yang sedang antri dibelakang kami kaget bukan kepalang mendengar aku mengucapkan itu.

Kutatap mas kasir yang tampak terdiam sesaat, lalu dengan wajah kagetnya dia mengambilkannya juga.

" Ya.. Yang mana mbak?.. " tanyanya saat ingin mengambilkan merk kondom yang kumaksud.

" Hmmm.. Yang enak apa ya mas? Aku bosen Durex melulu.. " ujarku lugu.

" Atuh mbak, saya mah mana tau yang ginian.. " jawabnya dengan logat sunda yang khas.

" Yaudah sutra yang model spike aja deh mas.. " lanjutku sambil menunjuk kearah kondom Sutra dengan tekstur berduri.

Kemudian aku membayar belanjaanku, ketika berjalan berlalu aku sengaja bertatapan mata lagi dengan cowok yang tadi, dia terlihat menatapku dengan wajah yang sungguh penasaran, kali ini kuberikan dia kerlingan mata dan kembali menggandeng Danu yang sejak tadi terlihat sekali bingung.

Kami langsung menuju kearah kursi yang ada satu orang cowoknya, tampaknya dia juga sedang bermain Game Online dari ponselnya, terlihat dari cara dia memegang HP nya secara horizontal dengan dua tangan.

" Kak permisi numpang duduk ya.. " kataku sambil menarik kursi duduk disebelahnya.

" Ehhh.. Iya.. iiya boleh.. " dia agak kaget.

Aku dan Danu pun duduk di meja bundar ini yang kebetulan ada 4 kursi yang satunya sudah diisi dengan cowok ini. Aku buka minuman kalengku lalu menyeduhnya sambil mengajak Danu ngobrol agar dia merasa nyaman.

Kami mengobrol seperti biasa meskipun aku tahu cowok berkacamata yang ada di depanku ini bisa mendengarkan setiap obrolan kami karena kami memang satu meja, aku sebenarnya ingin memulai obrolan dengannya tapi dia terlihat begitu serius menatap layar ponselnya sehingga aku jadi kesulitan membaca situasi.

Tak kurang 2 menit dari sejak kami duduk disini, rupanya cowok pertama yang tadi kugoda di dalam adalah temannya cowok ini! Aku sangat kaget karena dia tiba-tiba ikut duduk di meja ini dan mengajak bicara temannya itu.

" Aduh dia temennya cowok ini ternyata.. " kataku dalam hati saat dia menarik kursi dan duduk di sebelahku.

Dia sudah terlanjur tahu bahwa aku cewek nakal, sontak ini langsung meruntuhkan strategi yang sudah kususun untuk menggoda temannya.

" Eh duduk disini juga?... " tanyanya sambil tersenyum padaku.

" Iya kak... Numpang duduk ya, soalnya penuh semua nih.. " ujarku sambil menunjuk kearah sekitar yang diisi bocah-bocah Gamer yang bermain Mobel Lejen dan Papji.

" Iya kalem aja... Lagian kita berdua doang juga kok... " sambungnya membuka kreseknya dan menyodorkan minuman soda ke temannya.

" Oh ya namanya siapa?.. " dia mengulurkan tangan.

" Vera...." kataku membalas ajakan berkenalannya.

" Hmmm... Berani juga ni cowok... " gumamku dalam hati karena biasanya laki-laki bermuka pas-pasan seperti dia takkan berani mengajakku berkenalan.

Dan kami semua pun saling berkenalan, nama cowok ini Rehan yang sepertinya bukan dari boru sinaga dan temannya yang bermain HP namanya Geni, si Rehan inilah yang paling aktif mengobrol denganku.

Aku jadi memutar otak lagi karena sebenarnya sih tadi aku ingin menggoda Geni yang terlihat pendiam dan agak Geeky, aku lebih merasa tertantang saja menggoda cowok yang agak cuek seperti Geni ini ketimbang Rehan yang sudah ketahuan sekali sedang 'nyepik' aku sekarang.

Ini juga menjadi pertimbangan bagiku dalam memilih target, entah kenapa aku lebih suka bereksibisi dengan cowok dibawah umur ketimbang menggoda lelaki dewasa.

Kami mulai ngobrol dengan akrab dan bertukar nomor ponsel, terasa sekali si Rehan ini jago dalam berkenalan dengan cewek, Danu terus memperhatikan aku meski dia tak banyak bicara dan sesekali hanya tersenyum menimpali obrolan kami.

Sekitar 10 menitan tak ada Progress, aku sudah mulai gelisah lagi karena sejak awal aku belum benar-benar menuntaskan hasratku, mataku melayu yang menandakan bahwa aku sudah bernafsu, sementara obrolan kami Stuck dan tak ada Action sama sekali.

Lalu aku sadar bahwa saat ini yang aku perlukan adalah pancingan untuk mengubah keadaan membosankan ini.

Tanganku yang sejak tadi berada di bawah meja mulai kugerakkan menuju paha Rehan, Rehan langsung terkaget begitu tanganku mengelus pahanya yang tertutup celana pendek, namun dengan sigap cowok yang menurutku pandai besilat lidah ini tetap Chill dan tak menunjukkan reaksi berlebihan.

Aku terus mengusap-usap pahanya seraya berusaha menahan rasa gatal di memekku, Rehan tersenyum saja sambil memainkan HP, aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya sekarang.

Sontak tadi meja kami yang diisi dengan obrolan kini berubah menjadi senyap karena aku dan Rehan yang memang menjadi motor penggerak obrolan kini justru saling diam, Danu hanya terlihat sedang men-Scroll layar HP nya berulang-ulang.

Aku jadi makin berani, tangan Rehan kali ini kutarik lalu kuarahkan sendiri ke pahaku! Rehan menoleh dan menatap wajahku dari samping, namun aku tak balas tatapannya dan aku tetap menatap Danu untuk membuat dia sadar bahwa sekarang aku sedang digerayangi.

Sesuai janjinya aku ingin tahu apakah dia akan melindungiku atau malah abai dan mendiamkanku saja melihat aku tengah dipegang-pegang orang.

Tangannya yang tadi kutaruh dipahaku perlahan mulai menyusuri kulit halusku itu, aku tahu memang banyak cowok-cowok yang begitu ngilernya melihat kaki jenjang dengan paduan paha putih mulus nan montok yang menjadi pondasi awal dalam menopang dua senjata utamaku yaitu pantat dan payudaraku.

Aku mulai memejamkan mata merasakan elusan telapak tangan Rehan dipahaku yang tidak tertutup apapun karena aku menggunakan Tanktop tidur terusan yang bahkan hanya beberapa senti saja menutupi bongkahan pantatku.

Rehan terus melakukan aksinya sementara aku makin kalang kabut menahan gejolak nafsuku sendiri, aku mengumpat dalam hati, kenapa selalu aku yang malah nafsu duluan dan tak sabaran! Justru itulah yang selalu menghancurkan rencana yang sudah kususun diawal setiap kali bereksibisi begini.

" Ahhh Basah kan memek gue!!... "

" Apaan sih cetek banget deh lo Ver diginiin doang udah sangek… " umpatku dalam hati.

Aku terus celangak-celinguk dan tak bisa diam, melihat suasana sekitar yang mana semua manusianya sedang sibuk dengan dunia ponsel mereka masing-masing.

Semakin lama aku memberanikan diri untuk memegang kemaluan Rehan! Kini tangan kami sudah saling menyilang dibawah meja balas-membalas elusan.

Kuperhatikan si Rehan ketika pertama kali jemari lentikku menyentuh penisnya dari luar celana pendeknya, wajahnya sedikit meringis namun kembali bersikap biasa saja dan seolah tak terjadi apa-apa, juga tangan kanannya asik bergerilya di pahaku sementara tangan kirinya tetap memainkan ponselnya.

Danu yang posisinya ada di depanku mulai melirik aku yang sudah menunjukkan gelagat aneh, aku berikan senyumku padanya ketika kami berbalas tatap, dahinya mengernyit menandakan dia curiga karena aku benar-benar sudah lasak sekali, dan benar saja sejurus kemudian Danu langsung melirik kearah bawah meja lalu betapa kagetnya dia melihat tangan cowok di sebelahku sedang mengrepe-grepe pahaku juga disaat bersamaan dia melihat tanganku sedang mengusap-usap selangkangan Rehan!

Aku tak bisa apa-apa lagi karena kalian tahu sendiri kan meja tongkrongan Indomaret itu hanya berbentuk bulat kecil, jelas jika dia bisa melihatnya bahkan tanpa perlu merundukan kepalanya.

Danu langsung ingin bereaksi namun dengan cepat kuberikan kode dengan raut wajah kepadanya, kami bercakap menggunakan ekspresi wajah.

Dari yang terlihat Danu sepertinya ingin marah karena melihatku dipegang-pegang orang, mungkin dia kira dikarenakan pakaianku yang sangat seksi dan sangat terbuka inilah yang membuat Rehan jadi kurang ajar padaku, yang tanpa dia ketahui padahal sebenarnya akulah yang memulainya.

Rehan tahu bahwa Danu sudah melihat kami, dan gilanya dia tak berhenti! Malah Rehan mulai mengarahkan jemarinya kearah vaginaku.

" Shhhh!!.. " desisku sekejap ketika jarinya menyentuh labia tebal merah muda yang sama sekali tak kubalut celana dalam.

Aku seperti tersentrum listrik, seluruh bulu halus ditubuhku bergidik rasanya. Ya, kini Rehan sadar bahwa aku sejak awal memang tak memakai celana dalam dan memekku sudah basah dari tadi, aku kembali melirik Danu sebelum menutup mata, dia melihatku dengan wajah marah, heran, kesal dan aneh, terserah dia saja yang jelas aku kini sudah larut dalam colmekan Rehan.

Aku menyimpan semua desahan di dalam hatiku, jari tengah Rehan mulai masuk satu ruasnya kedalam lobang kenikmatanku, aku merasa hidup lagi mendapati perasaan ini, sesekali kubuka mata untuk melihat Danu yang ada di depanku dimana dia kini hanya bisa mengintip-ngintip menontoninya.

Sesuai dugaanku aku bisa melihat dengan jelas bahwa Danu rupanya sudah ngaceng! Karena tonjolan kelaminnya tercetak jelas di celana pendeknya sekarang. Aku tersenyum puas, rupanya dia malah sange juga melihat aku diperlakukan begini.

Bermenit-menit berjalan aku semakin tak kuasa menahan diri, aku segera menarik tanganku yang dari tadi mengusap kontol Rehan yang juga sudah bangun dan dengan perlahan kusisihkan tangan Rehan menjauh dari memekku, dia agak menoleh sebelum aku kembali membuka obrolan.

" Yuk Dan, udah malem kita pulang.. " kataku kearah Danu.

Aku kasihan juga melihatnya terus menutupi bagian selangkangannya menutupi penisnya yang sudah menegang itu, atau mungkin sebenarnya malah aku yang sudah tak tahan berlama-lama dan ingin segera melakukannya, untuk itulah kuputuskan saja pulang ke kontrakan lalu bermain sepuasnya dengan Danu.

" Kita duluan deh, makasih ya udah ngasih tempat buat duduk.. " ucapku berpamitan dengan buru-buru pada mereka.

Rehan terlihat kecewa karena aku sudahi sepihak, dia pasti sudah nanggung sekali tapi mau bagaimana lagi setidaknya dia sudah dapat nomorku dan telah merasakan paha halusku bahkan mencolmek memekku walaupun relatif singkat.

Aku ingin berlama-lama tapi kasihan juga Danu, makanya aku ingin cepat pulang dan ML dengannya.

" Ehhh.. Buru-buru banget.. " kata Rehan.

" Iya nih soalnya mau ngambil mobil dulu di gang sana… Thanks ya Bye.. " ujarku kemudian berlalu.

Baru saja aku berbalik badan namun Rehan menawarkan tumpangan.

" Ehh.. Yaudah sini aku anterin aja Ver… " katanya sambil berdiri dan menggenggam kunci motornya.

Aku dan Danu kemudian saling toleh, Danu sepertinya menunggu keputusanku yang langsung saja mengiyakan tawaran Rehan, karena lumayan juga kalo mesti jalan lagi pikirku dalam hati, mending aku simpan tenagaku untuk nanti.

Rehan dan temannya hanya menggunakan satu motor maka mau tidak mau Rehan mesti bolak-balik untuk menge-Drop aku dan Danu bergantian.

Rehan sudah duduk dan menyalakan motornya, setelah menyuruh Danu menunggu sebentar aku segera naik keatas motornya. Anak-anak yang asik main Game tadi langsung menyiuliku ketika aku naik ke motor Rehan, karena motornya sendiri motor gede yang Shock belakangnya sudah dimodifikasi sedikit lebih tinggi hingga memaksa posisi dudukku agak menungging dan mepet sekali dengan punggungnya.

Kami melaju, sambil menunjukkan arah jalannya kepada Rehan aku senang ketika tadi sedikit mendengar siulan anak-anak yang nongkrong itu, tak lupa aku memegang pinggang cowok yang memboncengku ini, pikiranku mulai hanyut kemana-mana karena kini aku sedang dibonceng oleh orang yang baru saja kukenal!

" Gimana kalo nih orang bawa gue ke tempat gelap terus dia perkosa gue di dalem semak-semak?... "

" Apa yang mesti gue lakuin ya? Pura-pura ngelawan atau malah pasrah aja ngebiarin diri diperkosa sama dia?.. "

Aku merinding sendiri dan tubuhku bergetar membayangkan itu, lagi-lagi pikiran-pikiran nakal memenuhi kepalaku.





..............................


Tak berapa lama kami memasuki gangnya, kami melewati pos ronda yang diisi pemuda-pemudi tadi yang terlihat begitu asiknya bermain kartu sambil mendengar radio.

Motor Rehan tepat berhenti di belakang mobilku, aku langsung turun dan mengucapkan terimakasih, tapi Rehan justru mematikan motornya bukannya balik lagi untuk segera menjemput Danu yang sedang menunggu di Indomaret.

Aku menatapnya dengan wajah Curious dan dia tetap masih duduk diatas motornya hanya diam menatapku dengan posisi tangan bersedekap.

Aku tak mengerti arti pandangannya maka aku berbalik badan segera berjalan menuju mobilku untuk membuka pintunya, ketika aku baru akan naik ke mobilku untuk menghidupkannya tiba-tiba saja aku terdorong ke depan dan langsung dipeluk dari belakang!

" Ehhh apaa ini?... " kataku menoleh kearah belakang dan rupanya Rehan yang memelukku dengan gerakan secepat kilatnya.

Rehan tak mengatakan apapun, dia terus memeluk dengan erat, kedua lengannya memegang pinggangku seperti yang tadi kulakukan ketika di motor padanya, namun mulai naik menjarah toketku, aku bisu dan tak tahu harus berbuat apa, gertakan kaget yang tadi di awal kulakukan perlahan menjadi sebuah kepasrahan.

Kini dalam hati aku kembali menggerutu kepada diriku sendiri, lagi lagi dan lagi aku tak bisa mengontrol diriku meski sudah kucoba untuk berpikir jernih, namun aku memang terlalu murahan.

" Ahhh… Gede bener toket kamu.. "

" Dari tadi aku nafsu bener liat dada kamu Ver.. " bisik Rehan tepat dikupingku dari belakang.

Aku memejamkan mata sementara kugoyang pantatku yang kini menempel erat di kelaminnya, aku bisa merasakan kontolnya sudah mengeras meski tertutup celana.

Rehan sepertinya tak mau membuang waktu, dia langsung membalik tubuhku hingga kami saling bertatapan, aku yang sudah mabuk kepayang pasrah ketika dia menempelkan bibirnya ke bibirku, kami berciuman sebentar sebelum dia mendorongku masuk dan terduduk di jok mobilku.

Sejurus Rehan memelorotkan celana pendek santai yang dia kenakan dan kontolnya yang berukuran biasa saja itu langsung terhunus! Aku bergetar melihat kemaluan tegangnya yang tidak seberapa ini namun dalam kondisiku yang sejak awal memang sudah penuh libido maka membuatku makin terjelembab dalam gejolak nafsu setanku sendiri.

Sempat kunyalakan mobilku berharap bisa sedikit mereduksi suara-suara yang akan kami keluarkan sebagai bentuk antisipasiku.

Rehan kemudian mengangkat Tanktop santaiku hingga ke persis dibawah leher, lalu dia melotot dan terpukau dengan toket putihku yang sekarang tak tertutup apapun lagi meski keadaan sangat gelap.

Dia mendudukkanku di jok mobil dan mengangkangkan kakiku, dia tarik keatas rok miniku hingga kini memek tebal basahku telah terhidang dihadapannya!

Aku dan Rehan saling bertatapan mata dalam keadaan penerangan yang sangat minim seperti sekarang sebelum akhirnya dia mengarahkan kontolnya masuk kedalam memekku.

" SSHHHH… " desisku menutup mata dan menyandarkan kepalaku di jok mobil merasakan tusukan kontol tak dikenal di kewanitaanku.

Kugigiti bibirku sendiri menikmati sensasinya, dari dulu entah kenapa aku suka ketika berhubungan seks dengan orang yang tak kukenal, apalagi cowok ini langsung saja tanpa basa-basi mengentotiku tanpa kompromi sama sekali. Tapi tak apa, lagipula sudah lama aku tidak ML dalam keadaan terdesak seperti sekarang dan dikejar-kejar waktu yang mana menghadirkan sensasi tersendiri yang sulit dijelaskan.

Akumulasi birahiku yang tadi kupendam-pendam terasa langsung lepas seketika, kenikmatan candu surga dunia nikmat yang tak bisa dibohongi ini kembali kurasakan meskipun pada prosesnya terjadi begitu cepat, seakan-akan kami benar-benar tak peduli sekitar, yang ada saat ini hanyalah nafsu kami yang saling terlampiaskan satu sama lain.

Rehan mengkodeku agar tak mendesah ataupun mendesis karena saat ini kami benar-benar ngentot di dalam mobil ditengah lapangan kosong yang dipenuhi rumah penduduk di sekelilingnya, bahkan posisi Rehan masih tegak di atas tanah dengan celana melorot kebawah, dia hanya sedikit menjinjit mengentoti aku yang terduduk di jok sopir mobilku dengan pintunya yang terbuka.

Aku mulai tak karuan, Rehan terus mengenjotku sambil celangak-celinguk, aku mencoba mengerti posisi kami yang berada di tengah pemukiman padat penduduk, jika ketahuan entah apa yang akan terjadi pada kami, namun aku malah menyukainya, bersetubuh dalam keadaan kuatir seperti ini sudah lama sekali tak kurasakan sensasinya.

" Singset banget body kamu Ver….. " celotehnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

" Ahhh.. Nikmatin aja sayang… " bisikku padanya.

Kemudian aku mencium bibirnya ganas, aku menggigit bagian bawah bibirnya lembut, aku sudah benar-benar tak peduli dan tak kuasa menahan desahanku. Rehan bahkan harus membekap mulutku dengan telapak tangannya melihat diriku yang semakin lama makin tak bisa menahan diri.

Dalam beberapa menit aku sudah merasakan luapan energi besar yang akan meledak dari tubuhku, rasionalitasku menghilang! Walau sudah dia bekap tapi tetap saja suara eranganku masih terdengar.

Rehan seperti panik dan menambahkan intensitas hujamannya seolah ingin cepat mengakhirinya, hingga tak lama aku pun merasakan semburan sperma hangatnya di dalam memekku, tak pelak aku menggelepar dalam sandaranku dan ikut orgasme.

Rehan masih membungkam mulutku yang terengah-engah setelah orgasme, kucengkram punggungnya dengan kuat agar dia tak langsung memisahkan tubuhnya dari tubuhku karena aku masih ingin menikmati momen-momen hingga di detik terakhirnya.

Dia meringis sakit merasakan kuat remasan tanganku di kulit punggungnya lalu dia pun mencabut kontolnya dan lelehan benih hangatnya yang bercampur dengan cairan beningku langsung lumer turun dari memek tebalku.

Lagi-lagi dia tak bilang apa-apa dan buru-buru menaikkan celana pendeknya kemudian kembali menaiki motornya segera meninggalkanku yang masih terduduk terkangkang di jok mobilku dengan pintu terbuka.

Aku bahkan tak sadar jika dia sudah pergi, kewarasanku perlahan-lahan kupaksakan kembali, aku mengambil secarik tisu dan mengelap sperma Rehan yang masih sangat hangat perlahan turun dari memekku, aku selalu tersenyum puas setiap mendapati diriku seperti ini.

Seperti yang tadi kubilang, aku seolah punya keanehan yang selalu membuatku merasa begitu puasnya setiap kali aku berhubungan seks dengan orang asing dan tak dikenal, terlebih kalau mereka sampai keluar di dalam lalu pergi begitu saja.

Mungkin ini kudapatkan ketika aku remaja dulu, merujuk ke kebiasaanku ketika Clubbing dimana seringkali aku melakukan Quicksex setelah mabuk dengan cowok yang meladeniku berjoget.





..............................

Kukenakan lagi pakaianku yang sudah tersingkap kemana-mana dan sedikit menyisir rambutku sambil menunggu Danu yang sedang dijemput Rehan.

Aku tak tahu apakah Rehan sudah benar-benar pergi atau akan balik lagi dan mengantarkan Danu seperti kesepakatan di awal tadi, jika tidak maka aku yang akan menjemputnya sendiri sekarang, tapi kuputuskan menunggu sebentar sambil Recovery sejenak.

Benar, tak berapa lama kulihat ada cahaya dari kejauhan, syukurlah Rehan tiba juga ujarku dalam hati, aku pun menutup pintu mobilku dan menyalakan AC bersiap segera cabut dari sini.

Namun begitu kuperhatikan lebih lanjut rupanya cahaya itu tidak seperti lampu motor melainkan senter, disini aku baru sadar bahwa yang datang bukan Danu ataupun Rehan, melainkan dua orang bapak-bapak berseragam hansip dan dia menuju kearahku!

" Tok…Tokk.. " ketuk mereka dikaca mobilku menyuruhku turun setelah mendatangiku.

" Astaga kenapa ini.. " gerutuku dalam hati mematikan mobil dan segera turun.

" Eh non ngapain tadi kamu sini?!.. " kata seseorang bapak-bapak dengan nada setengah membentak.

" Ngapain apa maksudnya pak? Saya cuma lagi nunggu temen saya aja kok disini.. " jawabku yang mulai menyadari bahwa situasinya terlihat tak baik.

" Non ini tinggal dimana? Saya gak pernah liat non disini sebelumnya… " yang seorang lagi tak kalah membentak.

" Saya tadi ke Indomaret di perapatan sana, tadi saya nitip mobil disini pak sama orang yang di pos ronda.. "

" Kami emang bukan orang sini pak.. " kataku menjelaskan situasinya.

" Ya terus tadi kamu ngapain aja disini?!! Kamu tahu gak ini dimana?!.. " bentaknya kali ini yang membuatku panik.

" Ga.. Gak ngapa-ngapain kok pak, saya nunggu temen saya dateng abis itu udah kok pergi.. "

" Gausah bohong kamu! Kamu bikin maksiat kan disini?.. "

" Disini itu tempat pensiunan TNI tahu gak?!.. " lanjutnya sambil menyenteri wajahku.

" Maksiat ap.. apa pak?.. " aku semakin kalut.

Seolah tak mau berdebat kemudian bapak yang satunya lagi mengeluarkan ponselnya dan setelah beberapa saat langsung menunjukkan sesuatu padaku.

Bak disambar petir di siang bolong, tubuhku seketika lemas begitu melihat bapak ini memperlihatkan video rekaman dimana tadi Rehan mengentotiku di mobil! Aku tak sadar dari tadi kegiatan persetubuhan kami direkam oleh mereka berdua, kini aku jadi tak bisa mengelak lagi dan langsung menundukkan wajahku.

" Tak kirain mobilnya mogok, makanya kita susul... Ehh gak taunya malah indehoy dia didalam mobil.. " ujarnya.

Rupanya bapak-bapak ini orang di pos ronda yang tadi kulewati, mungkin karena kami tak kunjung keluar makanya bapak-bapak ini menyusuli kami berhubung aku sengaja menyalakan mobilku saat ML tadi, mereka pikir bahwa mobilku mogok lalu berniat memberikan bantuan, namun naasnya aku malah terpergok dan tak bisa berkelit lagi.

" Mana pacarmu yang tadi? Suruh dia kesini!!… Biar kami bawa ngadap ke babinsa klean berdua.. "

Aku jadi semakin cemas mendengarnya, apa lagi aku juga baru tahu ini komplek tentara dan bukan gang kost-kostan, aku tak menyangka kalau semuanya sekarang jadi runyam.

" Pak tolong dong jangan kasih tau orang pak, saya nyesel… " pintaku mulai panik pada mereka.

" Mana dulu pacarmu, suruh dia kesini… Tak tungguin!!.. " jawabnya dengan nada keras.

Tampaknya bapak-bapak ini tak bisa di ajak kompromi kini aku tak tahu harus berbuat apa, jika tadi yang merekam yang agak muda-muda mungkin aku berani menawari mereka tubuhku sebagai kompensasi dan jalan akhir, namun ini beda soal.

Tak berapa lama kulihat lampu motor datang, dan itu adalah Rehan yang datang mengantarkan Danu.

Aku agak tenang karena kini aku tinggal meminta Rehan yang bertanggung jawab lalu bernegosiasi sebagai seorang laki-laki dan laki-laki dengan bapak ini, tapi Rehan justru berhenti di tepi lapangan kemudian dia langsung ngeloyor pergi setelah menurunkan Danu.

" Brengsek!!.. " kataku dalam hati begitu melihat Rehan malah langsung tancap gas.

Sepertinya dia sudah melihatku bersama dua bapak-bapak ini dan memutuskan untuk tak mendekat, dan sialnya keputusannya itu adalah keputusan yang tepat untuknya.

" Mana? Itu pacar kamu?... " ujar bapak berkumis itu menunjuk kearah Danu yang tak tahu apa-apa sedang berjalan kearah kami.

" Bu..bukan pak itu adek saya.. " jawabku putus asa.

" Loh terus pacar kamu yang tadi make kamu mana? Kita nungguin dia ini!!.. "

Aku benar-benar tak tahu harus berkata apa, aku hanya bisa menunduk.

" Yang tadi di motor itu pak yang nurunin adek saya, dia bukan pacar saya, tapi iya dia orang yang tadi di dalam mobil ML sama saya.. " ujarku jujur.

" Loh? jadi kalo itu bukan pacar kamu dia siapa?.. "

" Kalo dia bukan pacar kamu kenapa pula kamu mau dipake dia? " lanjutnya yang tak kujawab.

" Atau jangan-jangan kamu ini pelacur bayaran ya?.. " bentak bapak berkumis yang sepertinya galak sekali.

Aku lagi-lagi diam, Danu lalu datang dan bertanya ada apa.

" Ini kakak kamu?... " tanya bapak yang tidak berkumis pada Danu.

Untunglah Danu mengiyakan dan kembali menanyakan ada apa, namun kedua bapak ini tak memberitahukannya, mereka berdua diam saja, kemudian bapak yang tidak berkumis yang ada disebelahku mulai menatapku dari atas sampai bawah, lalu dia seperti memberi kode ke bapak yang satunya yang menurutku paling galak, mereka saling bertatapan.

" Kakak kamu mau ikut bapak-bapak sebentar ya, kamu tunggu sini dulu, pokoknya kamu diem di dalem mobil aja.. Gak lama kok... "

" Nanti kalo ada orang ronda tanya bilang aja lagi nungguin pak Lubis.. " ujarnya kepada Danu.

Kemudian bapak yang berkumis itu langsung mengajakku mengikuti mereka, aku sama sekali tak mengerti, tapi aku menghampiri Danu sebentar.

" Danu, tunggu bentar ya… Kakak ada urusan sama bapak-bapak ini… " kataku sambil menyerahkan kunci mobil dan menyuruhnya menunggu di dalam sana.

Danu yang benar-benar tak tahu apa-apa itu tak bisa protes, aku jadi sangat merasa bersalah dengannya karena sejak awal dia ikut denganku dia selalu jadi korban makan hati.

Dan sebelum aku kembali menghampiri mereka yang sudah menungguku, tak lupa aku menyempatkan mengambil sekotak kondom yang tadi kusimpan di Dashboard mobilku, Just in Case karena sepertinya aku tahu apa mau mereka sekarang.

Lenganku langsung ditarik oleh bapak yang berkumis dan segera beranjak pergi ikut mereka meninggalkan Danu yang melihatku menjauh dibopong dua orang hansip di komplek tentara ini.





..............................


Aku berjalan mengikuti mereka berdua yang sangat rapat di kiri dan kananku.


Larut angin malam yang dingin menyeruak menembus pakaianku yang tidak di desain untuk berada diluar ruangan, mereka berdua terus mengarahkan senter kearah depan menuntun kami entah kemana ditengah suasana gang sepi yang gelap ini.

Sepanjang jalan bapak yang tidak berkumis mulai bersikap kurang ajar dengan memeluk pinggangku dari samping, untukku kini semuanya semakin jelas apa yang mereka inginkan meski aku sendiri tidak tahu akan dibawa kemana oleh mereka, karena aku merasa kami berjalan semakin ke sisi paling ujung gang yang tambah gelap dan sudah jarang ada rumah penduduknya.

" Pak kita mau kemana?.. " aku memberanikan diri bersuara meski dengan pelan.

" Udah kamu diem aja!!.. " kata bapak yang kini semakin berani merangkul bahuku dan mengelus-elus kulit lenganku yang halus ini.

Aku pun terdiam, sekarang aku benar-benar seperti seorang pelacur yang sedang digandeng untuk dinikmati.

Singkat cerita kami pun tiba di sebuah lahan penuh pepohonan yang sangat sepi juga gelap, dan langkah kami tertuju ke sebuah rumah kosong yang sepertinya tak terpakai lagi.

Aku bergidik ngeri karena suasananya sangat Creepy sekali.

" Pak.. Mau ngapain kita disini?.. "

Mereka tidak menjawab dan membuka pintu rumahnya, kemudian bapak yang berkumis yang kalau aku tidak salah bernama pak Lubis mulai menyenter seisi rumah dan mencari sesuatu, lalu bapak yang sedari tadi menggrepe-grepe tubuhku di sepanjang jalan langsung memelukku dari depan bahkan mencium tengkukku.

" Ahh… Pak jangan pak… " kataku mencoba menolak.

" Udah diem!!... Kamu mau nurut dan ngelayanin kita atau kamu mau kita cuci kampung hah pelacur!!... " ujarnya tak main-main.

Aku jadi terdiam lagi di skak begini, meski dalam hati sebenarnya aku malah bersyukur karena ini pilihan yang menurutku alternatif terbaik tapi tetap aku tak ingin terlalu memperlihatkannya kepada mereka, justru aku sekarang sedang mensugestikan diriku seolah-olah benar-benar mereka perkosa, karena selama ini aku sering berfantasi nakal dengan membayangkan diriku diperkosa dan penasaran saja seperti apa rasanya diperkosa itu.

Aku pasrah tak melawan, bapak yang memelukku mulai memepetkan tubuhku ke tembok rumah yang gelap, dia mengurungku dengan kedua lengannya lalu mengendus leherku dan mencium pipiku dengan beringas, dia mendekapku sambil menyenteri kami yang menjadi satu-satunya sumber cahaya yang ada saat ini, sekilas kulihat nama Soebandi yang tertera dipakaian hansipnya.

" Wah, pak Bandi udah mulai aja nih gak nunggu-nunggu saya lagi.. " kekeh pak Lubis yang datang sambil membawa matras kecil lusuh.

Aku tak berkomentar, sementara bibirku mulai dipagut oleh pak Bandi, secara reflek aku mengangkat kedua lenganku tinggi keatas kepalaku hingga tersandar di tembok seolah mengisyaratkan aku sudah menyerah.

" Mpphhh… Muaaah… Mantep banget nih cewek muda.. " seloroh pak Bandi sambil menyeruput bibirku ganas.

" Bawa dia kesini pak, saya juga mau cicipin tuh bule sundal!.. " celetuk pak Lubis menyenteri kami dan juga membuka pakaian hansipnya.

Tubuhku bergetar, ini pertama kalinya aku mendapat pengalaman begini, aku merasa selalu tertantang akan hal-hal yang sebelumnya tak pernah kulakukan, kini aku berada di sebuah rumah kosong dengan kedua bapak-bapak yang mungkin berumur 50 tahunan dan telah siap memperkosaku!

Pak Bandi menarik kedua lenganku kasar dan langsung melemparku hingga duduk tersungkur di matras yang tak seberapa ini.

" Aww… " aku kaget karena dilempar begitu saja.

" Saya bakal ikutin mau bapak tapi tolong jangan kasar-kasar pak… " kataku mencoba koperatif.

Sejujurnya aku tak begitu pandai berpura-pura menolak seperti ini, karena aku tak punya bakat untuk melakukannya tapi untuk sekarang aku ingin mencoba memainkan peran yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

Pak Bandi hanya terkekeh menyeringai sambil membuka seluruh pakaiannya, jantungku berdegup keras kini aku harus beraksi seperti seorang pelacur lugu yang menjadi santapan dua orang hansip ini.

" Bagus kalo kamu mau nurut buat ngelayanin kita, harusnya kamu bersyukur dik, kami tidak ajak teman-teman kami yang ronda tadi buat make kamu juga… " sambung pak Lubis sambil menyodorkan kontolnya yang sudah mengacung kearah wajahku.

" DEG!.. "

Jantungku berdetak keras mendengar celotehannya, seketika birahiku memuncak membayangkan kalau saja aku benar-benar akan diperkosa mereka beramai-ramai di dalam rumah kosong ini seperti ancaman pak Lubis barusan.

Aku memulai aksiku, kedua batang kontol yang kini ada di kiri dan kananku sudah kugenggam dan kusepong.

Kuendus terlebih dahulu kontol Pak Lubis untuk merasakan aroma khas kejantanan pria yang selalu menjadi candu untukku.




" Ahhhh…. " leguh pak Bandi saat mulutku mulai menyepong kelaminnya terlebih dahulu.

Aku memainkan teknik oralku, aku mencoba untuk tidak terlalu menampakkan kepada mereka bahwa aku seorang kawakan karena saat ini aku sedang men-Challenge diriku sendiri untuk berperan seperti gadis yang awam dengan seks.

" Auhhh… Gila hisapannya bikin ngilu.. " lirih pak Bandi begitu merasakan Piercing di lidahku yang mungkin mengenai urat di kemaluannya.

Tak mau terlalu lama menservis penis pak Bandi aku segera beralih ke kontol yang ada di sebelahku agar sama rata, kini mulutku mau tak mau harus bergiliran menghisapi kemaluan mereka.




" Umppphh... Ummpphh... " ujarku silih berganti memberikan oral seks yang sengaja kutahan-tahan.

Namun itu tak menyurutkan hasrat mereka, dua lelaki berpakaian Linmas yang sudah mereka lucuti kini saling meleguh merasakan nikmat sedotanku walau hanya kulakukan ala kadarnya, tak pelak dua orang pria paruh baya yang seharusnya seumuran dengan ayahku ini merem-melek menikmati hisapanku.

Saat aku sedang fokus mengulum kontol pak Bandi, pak lubis menyingkirkan tali yang menyanggah Tanktop ku lalu menyingkap dan menyusupkan telapak tangannya yang besar itu kedalamnya.




" Kenceng susunya Ndi!!.. " ucap lelaki berlogat keras ini sambil mempreteli toketku.

Aku diam saja tak berkomentar mencoba fokus mengulum kontol pak Bandi.

" Hehehe.. Udah cantik, mulus, seksi lagi… Wah beruntung banget kita malam ini bis!!.. " sambung pak Bandi.

" Oh iya nama kau siapa sundal !?.. " bentak pak Lubis padaku.

" Vera pak… " jawabku melepaskan sejenak hisapanku di kontol kawannya.

" Wah Vera yah, kirain namanya Seka Minah... Sekali Pakai Minta Tambah.. Hahaha... " ejek pak Lubis dan disambut gelak tawa mereka.

Aku lagi-lagi tak bersuara dilecehkan mereka, gejolak dalam dadaku terasa naik sekali dengan cepat dalam keadaanku yang sekarang.

" Wow teteknya besar banget... Bule emang kualitasnya jempolan.. "

" Biasanya bule banyak tahi lalat sama banyak bintik-bintik merahnya, tapi yang ini bersih mulus... " komentar pak Bandi turut ingin merasakan padatnya buah dadaku yang bahkan terlalu besar untuk telapak tangan orang dewasa sepertinya.

Yang tak mereka sadari bahwa aku memiliki darah Asia dalam diriku, walau secara fisik aku memang terlihat Pure bule namun aku patut bersukur bahwa aku punya kulit putih mulus nan licin seperti gadis Korea. Hingga inilah yang membuatku tak pernah punya masalah Freckle atau bintik-bintik merah layaknya orang-orang bule kebanyakan.

Pak Bandi yang teralih fokusnya dengan toketku membuatku segera beralih mengulum kontol pak Lubis yang ada di sebelah kananku, dengan gemas dia melumat dadaku. Mereka kini semakin liar menggerayangiku, putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir pak Bandi, dia bahkan ikut jongkok memelukku dari belakang demi bisa mengendus tengkukku yang terang saja langsung membuatku Turn On!

" Ahhh pak!!.. " lirihku dengan lepas merasakan betapa gelinya areal itu jika dijilat atau dicium-cium karena aku paling tidak kuat jika tengkukku sudah dikecup mesra begini.

Pak Lubis tak memberiku kesempatan untuk menikmati rangsangan dari temannya, dia menarik rambutku agar aku tak kendor mengulum kontolnya, tak berapa lama terasa sebuah gigitan seperti cubitan di leherku membuatku kembali meleguh merasakan sakitnya yang sesaat, bahkan aku yakin bahwa gigitannya barusan pasti menorehkan bercak merah dileherku, rupanya pak Bandi mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya begitu saja tanpa berkompromi dulu.

Kepalaku terasa melayang menyadari bahwa aku sekarang sudah dicupang! Memekku berkedut-kedut berkontraksi hebat.

Pak Bandi tak berhenti sebatas dileher saja, dia mengulum puting susuku rakus sekaligus mencengkram toket besarku ini dengar kasar sementara pak Lubis ikut meremas yang sebelah tak kalah kasarnya, hingga membuat aku lagi-lagi meringis membiarkan mereka bak memerah payudara bulatku.

" Pa..pakk... Jangan pak, jangan digigit puting Vera... Stttshhh!!!... " ringisku merasakan dia betul-betul geregetannya menggigit-gigit sekujur payudaraku gemas.

Terus dia sedot putingnya kuat-kuat yang harus membuatku merintih-rintih dan tak fokus lagi menyapih kontol rekannya.

Suasana panas dan pengap dari rumah kosong ini menambah panas permainan kami, pak Lubis yang ada di kananku menarik tubuhku hingga menghadap kearahnya, pak Bandi yang dari tadi jongkok menikmati dadaku harus rela membiarkan aku menuruti kemauan rekannya dulu, kemudian pria berkumis ini mengarahkan kontolnya ke bongkahan buah dada bulatku.

" Dari dulu saya pengen cobain ngentotin tetek cewek tapi gak pernah kesampean, sekarang mumpung dapet pelacur muda yang susunya gede, saya mau rasain sendiri… " cakapnya seorang diri.

Aku mengerti lalu memepetkan toket besarku itu dengan kedua tanganku, pak Lubis meludahi bagian tengah dadaku dan langsung menjejalkan kontolnya disela-selah bagian tubuh terseksiku ini.

" Ahh mantep bener.. Susunya kayak bola Ndi… " lirihnya sembari memaju-mundurkan kelaminnya di payudaraku.

Aku membiarkan dia menikmati sensasi gesekan di toket besarku, tak lupa aku menatapnya dengan tatapan polosku, sementara pak Bandi menyenteri kami seolah memberikan pencahayaan terbaik kepada temannya untuk menatap wajah cantikku di tengah kegelapan ini.




" Uhh pak, gimana bapak suka ngentotin toket Vera?... " kataku mulai bercakap kotor tak sadar jika aku seharusnya menahan diri namun malah semakin memperpanas suasana.

Pak lubis tak menjawab dia terus menatap mataku yang sejak tadi terkunci di wajahnya sambil mempenetrasi buah dadaku.

" Manteeeepp bener!…. "

" Kamu cantik banget dik.. " leguhnya kali ini menundukkan wajahnya dan mencium bibirku.




Aku menyambut ciuman bibirnya itu dengan mesra, terasa kumisnya yang tebal itu memberikan efek geli ketika bibir kami saling bersentuhan, dan ternyata dibalik wajah galaknya serta bentakan kasarnya tadi dia bisa juga luluh.

Beberapa lama pak Lubis menikmati dadaku, aku kembali dia putar ke pak Bandi yang juga ingin merasakan belahan toketku dengan kontolnya.




Sama seperti pak Lubis kuberikan dia jepitan paling rapatku dan membuat dia meleguh keenakan, lampu senter yang diarahkan ke dadaku membuatku baru sadar ternyata di sekitaran puting susu sebelah kiriku benar-benar sudah bebercak merah akibat gigitan-gigitan yang dilayangkan pak Bandi sebelumnya.

Setelah puas mengentoti toketku, kedua hansip ini menarik Tanktop ku dan meloloskannya di kedua tanganku, begitu juga rok miniku.

Sontak kini aku benar-benar telanjang bulat bersimpuh di tengah mereka, sekali lagi mereka kini mengagumi toket besarku yang tertampang tanpa penghalang dan mata mereka juga tak lepas dari gundukan daging tebal berwarna merah jambu yang pasti sekarang menjadi target mereka.

Mataku tertuju kearah kontol mereka yang sudah ereksi sempurna, aku sudah tak tahan ingin segera mereka setubuhi, maka aku kembali mengulum kontol mereka bergantian memastikan kesiapan terakhir dua kejantanan ini untuk menembus memekku yang sudah tak kalah basahnya.




" Saya duluan ya Ndi... Dah gak kuat... " celetuk pak Lubis memberdirikanku dan menunggingkan diriku kearah depan membelakanginya.

" Pak pake kondom ya?… " pintaku padanya.

Aku sebenarnya tidak berada dalam posisi yang bisa memberikan penawaran kepada mereka mengingat posisiku saat ini, namun karena melihat aku begitu koperatif dan tanpa perlawanan sama sekali membuat mereka lunak juga.

Segera kuberikan mereka kondom yang tadi sempat kubawa dari saku rok miniku, mereka sempat tertawa dan mengejekku lagi begitu mengetahui aku seolah mempersiapkan diri untuk diperkosa. Aku tak berkomentar lalu menatap lugu mereka yang kini sedang memasang kondom di kontol mereka masing-masing.

Pak Bandi mengajak kami pindah keluar, karena di dalam terasa begitu panas dan pengap sekali, kukira hanya aku saja yang merasakannya tapi rupanya mereka juga.

Kini kami berada di pekarangan belakang rumah kosong ini, aku semakin sange begitu tahu kami akan ngeseks Outdoor disini di bawah langit malam dan angin yang menusuk hingga ke tulang.

Pak Lubis mulai duluan, sambil berdiri dia menunggingkanku kearah depan, kemudian dengan senternya dia menyorot bongkahan pantat bulatku yang menurut pengakuan cowok-cowok yang pernah memakaiku bahwa pantatku ini enak sekali untuk disodomi sambil di-Spank keras-keras.




" Waduh bokongnya bulet montok juga Ndi... Top ini pelacur.. " komentarnya kemudian menjejalkan kontolnya masuk kedalam memekku.

Aku meleguh dan menutup mata, aku mencoba merasakan semua sensasi yang ada saat ini, aku membangun opini terhadap diriku sendiri bahwa aku tengah diperkosa dua hansip di tempat terbuka dengan kekhawatiran bahwa kami bisa saja ketahuan lagi dengan warga lain.

Dan kondom yang kubeli ini mulai menunjukkan khasiatnya, duri-duri tumpul yang ada di permukaannya membuat tubuhku bergetar, gesekannya terasa sekali menggaruk langit-langit memekku, yang sebetulnya aku membeli ini sebagai reaksi spontanku saja ingin menggoda Rehan ketika di minimarket tadi.

Meskipun aku sering menggunakan kondom model Spike begini ketika bermasturbasi dengan melapiskannya ke dildo untuk mendapat sensasi tambahan, tapi aku hampir tidak pernah ML menggunakan kondom dengan cowok karena memang rasanya beda sekali.

Aku merasa tidak punya ikatan dengan sang pejantanku jika melakukan hubungan seks dengan menggunakan kondom, sedangkan aku tipe wanita yang sangat memaknai setiap hujaman penetrasi dari setiap lawan mainku tak peduli seperti apa bentuknya, mau ganteng atau jelek, mau miskin ataupun kaya, bagiku semua laki-laki sama saja, asalkan punya kontol maka semuanya tinggal murni dari permainan mereka.

Pak Bandi maju kedepanku dan menyodorkan kontolnya untuk kembali kuhisap, dua orang hansip ini kini menggauliku dari depan dan belakang masing-masing di memek dan mulutku.




" Uahh.. legitnya… "

" Padahal kalo ada pacarnya tadi mau tak suruh tonton, saya pengen tau gimana reaksinya ngeliat ceweknya kita entotin gini Ndi.. " desah pak Lubis.

Aku mulai tak kuasa menahan rintihanku sendiri, merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya, memekku yang sudah basah beserta bekas air mani Rehan tadi tentu mempermudah penetrasi kontol pak Lubis.

Peluh keringat keluar dari pori-pori tubuhku, angin malam ternyata juga tak menolong apa-apa disaat seperti ini.

Menit berjalan dengan cepat, pak Lubis semakin mengentotiku dengan cepat, terasa sekali jika dia sedikit khawatir sekarang. Meski mereka asli orang sini namun tentu kecemasan dan rasa was-was takut dilihat warga lain tetap melanda kami, terlebih mereka adalah petugas keamanan yang justru disiagakan untuk hal-hal semacam ini.




Pak Lubis yang menggejotku dari belakang sesekali menangkupkan tangannya di toketku yang menggantung bebas, dia pencet-pencet seolah tak habis kegemasannya akan keindahan payudaraku.




Selang beberapa menit berikutnya mereka kemudian berganti posisi, aku diputar menghadap pak Lubis, hingga pak Bandi pun langsung memasukkan kontolnya kedalam lobang yang sama seperti lobang yang tadi Rehan dan pak Lubis rasakan.

Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi berhubung memang kami tak bisa melakukan ini berlama-lama dikarenakan terlalu beresiko.

Sementara pak Lubis sejak posisiku ditunggingkan kearahnya, malah tambah betah meremas payudaraku yang tergantung kebawah, wajahnya mesem-mesem merasakan permainan mulutku di kontolnya yang berbalut kondom itu.

Pak Bandi terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitku yang putih, aku meringis dalam hisapanku namun inilah yang kusuka! Dengan jariku mulai kumainkan itilku sendiri memacu orgasme dalam diriku yang terasa semakin dekat, genjotannya sekaligus tamparannya di pantatku semakin membawaku ke puncak birahi hingga aku pun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Pak Lubis membekap mulutku berusaha mengunci eranganku seperti yang tadi Rehan lakukan, mataku memutih begitu pak Bandi mencabut kontolnya dan aku langsung ambruk ke rumput, cairan bening terus mengalir turun dari memek merah jambuku.

" Ehhh dik jangan berisik!!… Kamu mau kalau nanti kita malah digrebek balik sama orang?.. " ujar pak Lubis membisiki aku yang terengah-engah dan tadi melepaskan eranganku.

Aku tak menjawab terus kutadahkan kepalaku ke langit, terlihat bintang-bintang dan rembulan tak tertutup awan di atas sana, dengan nafas berat aku masih menstabilkan diriku pasca luapan orgasme awalku.

Pak Bandi segera menarik tubuhku untuk menungging, sementara pak Lubis memposisikan diri tiduran di atas rumput, lalu memekku dia tusuk lagi dengan kontolnya yang langsung disambut desisan tertahan dari mulutnya.




" Ahhh pakk... " jeritku merasakan ngilu karena memekku masih sangat sensitif setelah orgasme namun sudah langsung disodok saja.

Paham situasi aku mulai menggoyang kontol pak Bandi dengan gerakan pinggulku, sementara kontol pak Lubis kukocok-kocok dengan tanganku, aku sedikit kesusahan karena disaat yang bersamaan aku harus menahan setiap eranganku yang mana tak biasa kulakukan.

" Ooohh.. oohh.. Enaknya memek kamu.. Bisa-bisa langsung keluar saya.. " lirih pak Bandi semakin terasa menambah intensitas goyangannya.




" Pakk... Te..terus pak Vera mau keluar lagi... " erangku dengan volume suara serendah mungkin menyuruh lelaki paruh baya ini menahan tempo yang sedang dia berikan.

Pak Lubis yang tadinya tentu ingin aku menghisap kontolnya tak bisa berbuat banyak karena aku sekarang lebih fokus ke orgasmeku bersama temannya.

Dia hanya mengayunkan kontol keriputnya ke wajah cantikku yang kini sedang terombang-ambing disodok dari belakang.




Satu menit pak Bandi sanggup menahan temponya yang tak seberapa itu, namun gelombang kedua orgasmeku mulai merangsek naik dan akan segera lepas.

Suara benturan kontol pak Bandi malah semakin keras terdengar, seperti sebuah anomali bagiku disaat mereka menyuruhku untuk tak berisik namun mereka sendiri malah menghajarku sekuat tenaga seperti ini seolah tak peduli jika suara hantaman selangkangan mereka di pantatku terdengar para peronda lain yang bisa saja sekarang ikut mengecek dikarenakan mereka berdua tak kunjung kembali.




Aku menahan leguhanku sekuat yang kubisa ketika orgasme keduaku akhirnya datang. Pak Bandi menarik keluar kontolnya dari memekku begitu dia berhasil membuatku klimaks.

Nafasku memburu lagi, senter pak Lubis yang dia sorot tepat ke wajahku membuatku harus memejamkan mata tak tahan akan silaunya.




" Huhh... Huhh.. Ayo bis giliranmu.. "

" Saya dah mau keluar ini soalnya... " pak Bandi mempersilahkan temannya untuk mengambil gilirannya.

Pak Lubis bangkit, dia menyuruhku tiduran menyamping di atas rumput, kemudian dia menyusul dibelakangku dan mengarahkan kontolnya ke memek tebalku.

" Si..sini pak Vera arahin kontolnya bapak masuk... " kataku menuntun sendiri kontolnya agar memudahkannya mengawiniku dalam kegelapan seperti ini.




" Ohhh pakk!!... " ringisku begitu merasakan kontol berbeda lagi mengisi vaginaku.

Pak Lubis tak mau membuang waktu, sepertinya stamina mereka tak begitu seberapa, maklum karena kali ini lawanku bukanlah pemuda berusia 20 atau 30 tahunan yang secara fisik jauh lebih bugar dari mereka.




" Ahhhh pak, enaknyaaa…. " desahku lagi-lagi tak sadar bahwa aku sedang ada di ruang terbuka.

" Terus pak entotin Vera kayak gini… " aku membacot sembari mulai menghisap kontol pak Bandi yang terlihat sudah mau meledak ejakulasi.

Pak Bandi membiarkanku menjejali kontolnya yang sudah di ujung-ujung ini, dari balik kondom aku bisa melihat bentuk kontol pak Bandi yang lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas di mulutku yang mungil karena tidak begitu tebal juga panjang, hingga aku bisa dengan puas memainkan kontolnya di dalam mulutku.

Kali ini aku tak lagi menahan-nahan skill oralku, kucekoki kontolnya hingga mentok dan kukeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga menghisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi.

" Ahhhh Asu!! Enak e!…. " lirihnya seketika mencabut kontolnya dari mulutku.

Rupanya dia tak kuasa menahan lebih lama lagi dari hisapanku, kali ini dia malah beralih menyapih toket putihku.

" Uuuhh.. Pak sakiit.. " kataku yang sambil dientoti oleh pak Lubis merasakan bahwa pak Bandi kembali mencupang toketku.

Terasa sekali sejak tadi pak Bandi sepertinya yang paling gemas denganku, padahal kukira pak Lubis yang tadinya akan memperkosaku dengan kasar karena wajah dan suaranya yang galak. Tapi malah pak Bandi yang tak ragu meremas dadaku kuat-kuat bahkan berulang kali membuatku meringis merasakan gigitannya.

Sekarang aku tak tahu baik dileher ataupun ditoket sebelah kiriku sudah seperti apa bentuknya, karena sejak tadi menjadi sasaran cupangannya, aku belum terlalu melihatnya karena keterbatasan visual dalam kegelapan ini.

Aku kembali merasa energi besar mengalir dari memekku, hujaman kontol pak Lubis mulai terasa stabil di kecepatan sedang, intens kugelitiki klitorisku sendiri sebagai responku akan permainannya yang melambat. Pak Bandi yang melihat itu menjauhkan tanganku dan menggantinya dengan jarinya.

Mataku seketika melotot! Setiap kali ini dilakukan oleh laki-laki mereka seperti tak menggunakan perasaan sama sekali, jari-jari mereka cenderung kasar dan seolah hanya mengacak-ngacak memek gemukku saja ketimbang membuatku mendaki puncak orgasmeku, termasuk yang dilakukan pak Bandi sekarang dengan jari-jari besarnya.




" Memeknya tebel bener ini bule... " celotehnya terus mengacaukan memekku dengan jarinya.

Aku memejamkan mata, gesekan jari pak Bandi dan hujaman pak Lubis terasa begitu Absurd nya hingga membuatku harus menghimpun konsentrasi di vagina untuk memfokuskan klimaksku agar cepat datang.

Semilir angin terasa makin kencang mendera tubuh kami yang sedang tak dibalut apa-apa, pak Lubis belum mau melepas kontolnya sementara pak Bandi sudah terlihat siap mengucurkan air maninya.

Gelombang orgasme mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam hentakan pak Lubis. Ingin aku menjerit sekuat yang aku bisa seiring dengan luapan energi besar yang akan keluar sebentar lagi, namun lagi-lagi pak Bandi mengingatkanku, dan seperti tak mau mengambil resiko pak Lubis tiba-tiba mencabut kontolnya keluar dari memekku begitu saja.

" Uuuhh.. Pak kenapa dicabut? Plis masukin lagi pak Vera baru mau keluar… " kataku yang panik karena aku sudah diambang orgasmeku.

Pak Lubis tak menjawab dia terlihat siap tegak dan mengarahkan kontolnya ke wajahku namun kutahan, aku terus memohon ke mereka untuk segera menusukku lagi sambil berinisiatif mengocoki memekku dengan jariku.

" Saya udah mau keluar gak kuat lagi.. " ujarnya yang seperti dugaanku kalau dia ingin berejakulasi sekarang.

" Plis pak bentar aja, Vera udah tanggung banget abis itu baru bapak boleh keluarin peju bapak di muka Vera… " panikku terus mengiba.

Mereka saling terdiam, mendengar betapa aku sudah tanggung maka pak Lubis kembali merebahkan tubuhnya dirumput lalu menusukkan kontolnya kedalam memekku lagi.

" Oooohhh!!!!... " desisku begitu merasakan kenikmatan yang tadi sempat terputus.

Gejolak yang tadi sempat surut sebentar kali ini pasang kembali, hujamannya yang lembut namun mentok itu sontak menghadirkan 'badai' lagi di dalam diriku.

Aku memejamkan mataku merasakan setiap sodokan dari kontol pak Lubis. Spike yang ada di kondom itu jauh lebih terasa ketika kemaluan sang pria ditarik mundur seakan tonjolan durinya menggaruki setiap dinding terdalam di lobang kenikmatanku ini.




Aku menutup mataku merasakan sensasinya, terus kudorong agar klimaksku cepat keluar karena sepertinya lawanku juga takkan sanggup lebih lama dari ini.

Kucoba mengikuti permainan dan tusukan lembut nan dalam dari bapak berkumis tebal ini, bahkan aku tak menggaruki klitorisku seperti biasa dan mempercayakan orgasmeku sepenuhnya dengannya.

" Mppphhh.. Pak Vera keluar… " leguhku semenit kemudian sambil menggelengkan wajah dan merasakan orgasmeku yang akhirnya keluar.

Sebisa mungkin kutahan desahanku, orgasmeku langsung terasa menyembur mengenai kontol pak Lubis yang masih ada di dalam memekku, biarpun permainan mereka payah juga tak seberapa namun tetap aku bisa mencapainya sampai tiga kali bersama mereka walau dengan bantuan sugesti dalam diriku sendiri.

Sadar aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi ketanggunganku tadi membuat pak Lubis segera bangkit, diikuti oleh pak Bandi yang sudah lebih dulu tegak sembari mengocok kontolnya dari tadi.

Aku mengambil posisi untuk duduk bersimpuh dan langsung menengadah menatap pasrah mereka yang sedang memompa kontol mereka persis di depan wajah cantikku.




Kedua bapak-bapak sudah melepaskan kondom yang terbalut di kontol mereka lalu intens saling berlomba mengocok di depanku. Kutatap mereka bergantian dengan tatapan lugu milikku, terlihat muka mereka berdua serius sekali melirik wajah cantikku dari atas sambil mempercepat kocokan di pler mereka masing-masing.

" Uhh pak, pejuin Vera pak… " kataku dengan nada lembut sambil menjulurkan lidah bertindikku.

" Penuhin muka Vera ama air mani bapak… Vera pengen ngerasain hangatnya.. " lanjutku lagi.




Tatapan mata mereka masih tak lari dari mataku, sementara kocokan mereka semakin terdengar kuat pertanda sebentar lagi dua orang bapak-bapak ini akan tiba di puncak kenikmatan.

Aku pun terus memberikan tatapan mataku yang sayu ke mereka, sambil membuka mulutku dan menjulurkan lidahku pertanda aku siap menerima sperma mereka.




" Ahhkk.. Saya keluar!!.. "  pak Bandi lebih dulu kelabakan sambil makin mendekatkan kontolnya ke wajahku.

Aku menutup mataku dan bersiap merasakan kehangatan pejunya. Semprotan hangatnya langsung menyembur di wajahku, aku mendesah dan membiarkan pak Bandi menyelesaikan nafsu setannya padaku.




Kemudian pak Lubis juga ikut meringis, dia meletakkan kontolnya diatas dahiku dan menyemprotkan pejunya di rambutku.

Aku tersenyum merasakan betapa hangatnya spermanya di ubun-ubun kepalaku.

Kini wajahku juga rambutku sudah dipenuhi sperma kental mereka, mereka masih meleguh satu sama lain merasakan gelombang listrik yang menyengat tubuh mereka sekarang, dan aku mengusap-usapkan wajahku di kelamin mereka, meratakan agar peju mereka benar-benar rata secara menyeluruh di wajah ayuku.




Lalu sebagai jurus terakhir, aku berikan hisapan terkuatku di masing-masing ujung kepala penis mereka yang masih amat sensitif itu, membuat mereka berkelojotan dan mendesah tak karuan. Barulah sesudahnya aku menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya dan menelannya.

Mereka menatapku puas dengan wajah penuh sperma mereka, kedua bapak ini menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aku yang entah masih bisa di kategorikan sebagai 'korban' nafsu mereka atau tidak.

Aku pun memberikan senyumku kepada mereka, karena lumayanlah iseng-iseng aku bisa dapat tiga kontol walau masing-masing permainan mereka bagiku biasa-biasa sekali.





..............................

Kami kembali ke mobil, kupikir Danu sudah tertidur karena bosan menungguku tapi dia terlihat menungguku ketika diantar dengan kedua bapak ini yang seketika menjadi ramah.

" Ya iyalah ramah, kemauannya udah diturutin.. " ujarku dalam hati.

Aku langsung masuk dan memundurkan mobil keluar dari lapangan ini, bahkan kedua bapak tadi seolah menjadi juru parkir untuk melepas kepergianku, aku berikan klaksonku dan meluncur keluar dari gang yang menjadikan malamku jadi cukup repot kemudian berlalu begitu saja melewati pos ronda yang sama dimana orang-orang di dalamnya melihat kearah mobil kami.

Sekeluar dari gang, Danu langsung memberondongku dengan sejuta pertanyaan, meski aku sangat letih tapi kutanggapi saja dengan centil sambil mengemudikan mobil kembali pulang ke kontrakannya.

Hari sudah sangat larut memasuki dini hari setibanya kami di kontrakan, Danu menutup pintu dan terlihat penasaran sekali denganku lalu kembali mengulang pertanyaan yang sama seperti yang dia tanyakan disepanjang jalan tadi.

" Kak… Jawab jujur.. " rengeknya padaku.

" Kak Ve kemana aja sih tadi? Kakak diapain aja sama bapak-bapak itu?.. " tanyanya padaku.

Aku kemudian melingkarkan tanganku di pundaknya.

" Danu sayang, kakak gak kemana-mana tadi kok, orang kakak cuma di ajak keliling-keliling gang kok sama mereka… " kataku mencium pinggiran bibirnya.

" Kak Vera bohong!.. " ujarnya tak menanggapi kecupanku.

" Aku tau kakak ngapain aja… "

" Kakak dibawa ke gudang kosong kan? " lanjutnya mengagetkanku.

" Heh? Kok kamu tau? Danu ngikutin kakak ya?.. "

Danu tak menjawab dan mengubah mukanya menjadi ekspresi dongkol.

" Terus Danu liat semuanya?.. " tatapku padanya.

Danu diam lalu menganggukkan kepalanya.

" Kakak kenapa sih mau-mau aja digituin? Kakak kan gak kenal mereka.. "

" Terus bang Rehan juga ngomong pas dijalan katanya dia abis ngentotin kakak, malah keluar dalem… " tiru Danu menirukan ucapan Rehan.

Aku tak bisa berkata-kata lagi, kesal dengan si Rehan yang ternyata tak hanya tak bertanggung jawab tapi rupanya juga celamitan sekali.

" Kesel tauk liat kakak digituin orang, terus juga di indomaret kakak mau aja dipegang-pegang sama bang Rehan.. " Danu menumpahkan segala kekecewaannya sambil memayunkan bibirnya padaku.

Aku jadi gemas sekali sekaligus kasihan dengan Danu ini, aku langsung memeluknya, kuarahkan kepalanya ke buah dadaku dalam sebuah dekapan erat.

" Hmmm.. Maafin kakak ya, kakak emang gak bisa ngontrol diri, makasih Danu udah kuatirin kakak, yuk sekarang kakak puasin Danu… " senyumku padanya merealisasikan kata-kataku padanya seperti diawal supaya aku tak dicap seperti orang yang borok sikutan.

Danu yang sepertinya sudah memendam nafsunya sejak tadi padaku langsung mendorongku dan menggumuliku diatas sofa, aku biarkan saja anak ini melakukan apa yang dia mau sebagai rasa bersalahku juga sebagai rasa terimakasihku karena dia sudah menemaniku malam ini.

Akhirnya disisa malam itu aku membiarkan Danu melampiaskan nafsunya padaku, karena benar-benar dia tak kuberi kesempatan dan malah cenderung kukerjai dengan kecentilanku.

Kami melakukan setidaknya 2 ronde, satu ketika mandi bareng dan sisanya kami lakukan di kamarnya, tempat yang sama dimana dulu aku dibantai oleh Dimas juga Gilang.

Aku juga biarkan Danu ngecret di dalam sebagai hadiah atas kesabaran dan perhatiannya padaku sepanjang malam ini, dari ocehannya ketika mengentotiku aku jadi tahu bahwa tadi saat dia mengintipku bersama kedua hansip itu rupanya anak ini menonton sambil ikut coli, aku jadi tertawa sendiri di dalam hati ketika mendengar kejujuran polosnya.

Danu bilang Gilang sedang di jalan pulang dari luar kota, makanya aku memutuskan pulang saja karena malas meladeni cowok itu, lagipula hari ini aku belum istirahat sejak pulang dari syuting tadi bersama Rere.

Aku segera berpakaian dan menyisir rambutku sejenak di depan cermin, aku baru melihat merah-merah dileherku bekas gigitan pak Bandi tadi, dan yang paling parah dibagian payudara kiriku yang kini benar-benar dipenuhi noda-noda bekas cupangannya.

Aku sedikit menggerutu tak sadar bisa dicupangnya sebanyak ini, untunglah selama beberapa hari kedepan aku tak ada pemotretan.





..............................


Aku menaiki Lift apartemenku dengan langkah gontai, jam sudah menunjukkan 4 dini hari.

Setibanya di depan kamarku aku melihat lampu dapurku menyala, seingatku aku tak pernah lupa mematikan lampu ketika pergi keluar, lalu masuklah aku kedalam kamar dan ketika aku sampai ke tempat tidurku alangkah kagetnya aku begitu melihat Dimas sedang selonjoran disana dengan hanya menggunakan cawat!

" Dim?… " kataku mencoba memastikan bahwa itu benar dia karena dia tak menyalakan lampu dibagian bilik tidurku.

Dia diam saja dan terus menatapku dingin, aku sungguh kaget, aku tak tahu bagaimana caranya dia bisa masuk kedalam kamarku, karena pintu kamarku sudah menggunakan Scan System untuk membuka dan menguncinya yang tentu saja hanya aku seorang yang memiliki kartunya.

" Kok kamu ada disini Dim?.. " tanyaku padanya.

" Dari mana aja lo?!.. " balas dia bukannya menjawab pertanyaanku malah bertanya balik.

Aku bisa melihat tatapan matanya yang masih ketus padaku, aku lupa bahwa dia masih marah padaku yang entah karena apa.

" Da..dari tempat temen Dim… " jawabku gugup melihat dia sedingin ini.

Tapi kucoba mencueki itu dulu, aku berjalan tepat menuju kearahnya dan duduk ditepian ranjang, Dimas menatapku, aku sadar bahwa inilah kesempatanku untuk memperbaiki hubungan dengannya.

" Kamu udah dari tadi disini sayang? Kok gak nelfon?.. " senyumku kearahnya sambil mulai mengelus dada bidangnya.

" Lo dari mana aja Ver? Dari tempat temen kok pakean lo kek gitu.. " tanyanya lagi sambil melihat busanaku.

" Dari tempat temen kok sayang, tadi pas dibawah aku tinggalin di mobil bajunya, sekalian besok mau dianter ke loundri.. " jawabku terpaksa berbohong.

Benar juga, aku lupa pakaianku sangat-sangat seksi saat ini, aku tak berani mengatakan yang sebenarnya padanya, gila jika aku berkata habis keluyuran dan baru saja dientoti empat orang laki-laki dengannya karena saat ini dia masih sinis padaku.

" Hmmm… kamu kemana aja sih sayang? Aku kangen banget sama kamu, udah berhari-hari aku hubungin gak dibales, aku kan kangen pengen ngemut kontol gede kamu sayang.. "

" Aku hampir gila nih gak dikasih jatah sama kamu… " rayuku manja sambil mulai menindihnya dari atas.

Dimas tak bergeming dia membiarkanku mengintiminya dari atas, sekejap aku jadi Horny lagi melihat tubuh kekar dan wajah gantengnya yang sudah berhari-hari tak kulihat, apalagi membayangkan kontol gedenya menyodok lobang pantatku yang ekslusif untuk dia ini.

Kukecup-kecup dada bidangnya, Dimas diam saja membiarkanku mencumbu badan gagahnya, melihat responnya yang mulai bagus membuatku jadi bersemangat untuk memadu syahwat dengannya.

" Uhhh.. Bentar ya sayang… Aku siap-siap dulu.. " kataku mencium pipinya kemudian meloncat dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk berdandan seperti biasa.

Di kamar mandi aku membasuh tubuhku sedikit, takut nanti bau pejunya tercium Dimas, lalu aku memilih BH berenda berwarna biru gelap untuk menutupi bekas cupangan di toketku, sementara aku tidak memakai bawahan sama sekali.

Aku juga mengoleskan pelembab ke seluruh badanku agar tampak seksi mengkilap plus harum menyamarkan bau sperma bekas tadi.

Barulah aku kembali dengan hanya menggunakan BH saja berlenggok menggoda sambil memilin rambutku kearah Dimas yang masih di posisi tadi, aku merangkak naik keatas tubuh kekarnya, kutatap dia dengan pandangan sayuku juga kuberikan ciuman mesraku di bibirnya, jemari-jemari halusku bergerak merangsang tubuh bidangnya, seakan tak mau membuang waktu kujilati sekujur tubuhnya mulai dari wajah, leher, dada hingga ke perut dan pusarnya, rangkaian aksiku ini hanya mampu membuatnya mendesah sedikit.

Seperti yang kubilang, Dimas memang tipe cowok yang susah dirangsang, tapi kalau sudah ON, habis aku dibantai oleh permainannya!

Untuk itu bahkan aku tak ragu menunjukkan warna asliku seperti merendahkan diriku sendiri dengan menari-nari erotis, menjilati ujung kaki sampai kepalanya, bahkan aku membiarkannya merekamiku ketika aku merengek dan memohon padanya untuk segera mengontoliku.

Karenanya tanpa sadar dia telah berhasil membuatku bertekuk lutut dan memujanya, sekujur tubuhku terlanjur dibuatnya tergila-gila pada jilatan, elus, remasan, cengkraman tangan, bahkan pada pukulan dan tamparannya.

Sampai kini Dimas masih menjadi objek melepaskan hasrat seksualku yang belum tergantikan, kontolnya yang besar, wajah yang ganteng juga tubuh yang atletis menjadikanku tak punya pilihan lain selain dirinya, lagi pula dia tahu bagaimana memuaskan dan membuatku merindukan setiap apapun yang dia lakukan kepadaku, meski egoku tadi sempat membuatku tak peduli padanya.

Dimas mengikuti gaya mainku, yang cenderung merelakan diriku sendiri untuk menjadi pemuas nafsunya yang hanya dapat menerima perlakuannya tanpa banyak cingcong dan aku tahu dia pun menyukainya. Itu terlihat dari ketika aku menyuruhnya mendominasiku sambil bermain kasar dalam permainan seks kami.

Aku membuka cawat yang menjadi satu-satunya pakaian yang Dimas kenakan saat ini, kulempar jauh-jauh untuk membuat cowok gantengku kini sudah telanjang bulat dibawahku, kugigit bibir bawahku begitu melihat kontol gedenya yang sudah tegang sekali, meski sedang ngambek tapi tetap saja dia tak bisa mengesampingkan bahwa dirinya juga sangat terangsang denganku.

Aku beraksi lagi demi merangsangnya yang kumulai dari menciumi jari-jari kakinya, kukulum dan kujilat dengan penuh perasaan lalu naik menuju betisnya, kulakukan hal serupa pada sebelah kakinya.

Kurapatkan kedua kakinya dan kurebahkan badanku di atasnya, kugesek-gesekkan buah dadaku hingga bersentuhan dengan kakinya yang selalu rajin dia cukur. Kubuka kembali kedua kakinya kemudian aku masuk diantaranya dan merapatkan wajahku ke selangkangannya.

Segera kuraup kejantanan besarnya yang selalu membuatku tercekat dalam birahi melihat betapa keras, tebal dan panjangnya kelamin coklatnya ini.

Usahaku tidak sia-sia, kenikmatan oral seksku adalah hal yang tidak bisa ditolak olehnya, selang beberapa menit sejak kuhisap kontolnya Dimas segera menjambak rambutku dan melemparku hingga rebah di kasur!

Aku gemetar, berdebar-debar menanti luapan birahinya. Dimas balik menggerayangi tubuh setengah telanjangku ditengah kamar yang temaram ini, dengan lidah dan tangannya sekaligus menyentuh setiap titik rangsangku hingga membuat aku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendesah, melenguh dan menggelinjang hebat tatkala sebelah toketku diremasnya kuat, sedangkan jarinya sibuk bermain di memekku.

Dimas terus menatapku dalam dinginnya pandangannya, badanku mulai bergoyang seirama dengan sodokan jari-jarinya di dalam mekiku, aku menjerit histeris, ini berbeda seperti tadi, dikamarku aku bisa menjerit selepas dan sekuat mungkin.

Tanganku bergerak meraih wajahnya dan mencium bibirnya penuh nafsu, memekku pastilah sangat banjir sebab dapat kudengar bunyi kecipaknya saat beradu dengan jari Dimas.

" Sayang jilmek.. Plisss.. " kataku sambil mengelus wajah gantengnya.

Dimas dengan dinginnya tak menjawab namun kepalanya perlahan turun dan langsung membenamkan wajahnya ke memekku.

Aku lagi-lagi mendesah keras, mataku membeliak merasakan lidahnya menari-nari di lubang senggama hingga anusku, sambil tidak lupa dia menghadiahkan sebuah tamparan dibibir memekku yang membuatku langsung menggelepar!

Nikmat cumbuannya membuatku merintih-rintih dan melambungkan dadaku hingga payudaraku yang padat berisi bergoyang-goyang.

Ini yang kusuka darinya, dia sangat mahir memainkan permainan halus nan romantis namun seketika dia bisa begitu liar dan kasar melahap semua kenikmatan yang ditawarkan tubuh seksiku yang terbaring menyerah tanpa syarat ini kepadanya.

Dia memang tidak dapat ditebak, semakin keras aku menjerit kesakitan makin bernafsu dia menyakiti dan membuatku menjerit lebih keras lagi. Jika sampai di satu titik dimana aku tidak dapat menjerit lagi lalu hanya dapat menangis lirih menahan rasa sakit yang berubah menjadi rasa nikmat, maka dia tampak sangat puas dan mulai melembutkan permainannya.

Dari pertama kuserahkan tubuh molekku bulat-bulat padanya, aku telah tahu bahwa dia bisa kubawa kearah sana dari cara bercintanya yang sangat kusukai ini.

Dimas meludahi dan menjejalkan jarinya di liang anusku, kekasih sahabatku ini rupanya sudah sangat bernafsu, segera dia beranjak sambil membuka kakiku untuk mengarahkan kontolnya ke anusku. Sebagai catatan Dimas sangat suka menyodomiku, bahkan sering seharian dia hanya menganalku saja tanpa menyentuh memekku sama sekali!

Dan dengan sedikit usaha, amblaslah kontol berdiameter besar itu kedalam lobang pantatku, aku kembali membeliak merasakan kenikmatan tiada tara ini! Gesekan jari di klitorisku mengiringi setiap hujaman kontol Dimas yang tengah menyodomiku menggunakan gaya katak.

Tubuh kami menyatu di lobang yang tidak seharusnya digunakan untuk berhubungan badan, tempo stabilnya membuatku tak sanggup menahan erangan yang keluar sebagai ungkapan nikmat yang kurasakan di setiap gesekan kejantanan Dimas dalam dinding anusku.

Dimas mulai melancarkan aksi berikutnya, dibukanya Cup BH ku, lalu dia remas kuat-kuat toketku hingga membuatku memejamkan mata melengkungkan tubuh merintih rasakan kasar cengkraman tangannya meremas payudaraku.

Namun ditengah jalan menuju puncak gunung kenikmatan birahi ini tiba-tiba saja Dimas menghentikan sodokannya dan menjambak rambutku hingga kepalaku tertekuk kearahnya yang membuat leherku rasanya hampir patah.

" Ver, lo abis dientotin orang ya?!.. " hardiknya memelototiku dengan penuh amarah.

Aku tatap wajahnya yang seketika terlihat begitu tajamnya dan tak berani bersuara.

" Jawab brengsek!! Kenapa di toket lo ada bekas cupangan orang hah!?.. " sambungnya membentakku.

Kemudian Dimas bangkit lalu menyalakan lampu untuk lebih memastikannya, dan begitu lampu menyala untuk yang pertama kalinya kulihat ekspresi wajahnya yang begitu mengerikannya!

Aku masih diam, Dimas terus memelototiku menunggu jawaban yang akhirnya kujawab dengan sebuah anggukan pelan.

" DASAR LONTE GOBLOOK!!.. "


TARRR!!


Tamparan keras langsung mendarat di pipiku yang membuat kepalaku berdenging!

Kupegangi pipiku dengan rambut yang menutupi wajah, aku sangat kaget sekaget-kagetnya dengan sikapnya dan langsung ketakutan setengah mati melihat Dimas mendadak kesetanan.

" Gue tau ini baru! Jawab jujur Ver, lo abis dipake sama siapa?... " tanyanya lagi menyusulku keranjang dan menjambak rambutku kasar.

Lagi-lagi aku tak bisa menjawabnya, ketahuilah sekarang aku amat takut namun Dimas menanti jawabanku, kuat jenggutan tangannya dirambutku yang seolah memaksaku untuk mengatakan apa yang baru saja kulakukan.

Dalam ketakutan aku harus segera memutuskan, sebenarnya sudah tak ada gunanya kututupi lagi karena bercak merah-merah akibat permainan mulut dua hansip itu terlihat sangat jelas di kulit putih bersihku, namun aku tak tahu harus menjawab apa karena takut dia bertambah marah.

" Cepet jawab Ver lo kemana tadi HAH PELACUR ?!.. " tegasnya mengulang lagi pertanyaannya.

" Ke kontrakan mas.. " jawabku gemetar.

Dimas diam, dia menatapku dengan pandangan yang sama sekali tak berani kubalas.

" Lo ke kontrakan Gilang lagi?... Siapa yang ngentotin lo? Gue tau pasti lo abis dientotin lebih dari satu cowok kan?!.. "

" Da.. Danu mas.. Danu sama tiga temennya.. " begitu saja kukatakan seperti itu karena aku sangat takut jika harus mengatakan kejadian bersama dua orang hansip dan cowok yang tak kukenal itu.

Dimas menarik nafas dalam-dalam dengan amarahnya.

" Maaf mas me..mereka maksa, aku bener-bener gak bisa ngelawan tadi.. " kataku berkilah.

Namun dia menarikku dirambut lalu memaksaku berdiri, dia mendorong tubuhku hingga mepet ke tembok kemudian dengan sikunya dia kunci leherku dan menatapku tajam.

" Ver… Lo emang dasar jalang gak tau diri!.. Kenapa lo ngasih bodi lo ke bocah-bocah itu hah!!?.. " ujarnya sambil mencekik dan memonyongkan bibirku.

" Maaf mas, aku tadi nungguin kamu, aku udah horny banget tapi kamu gak ada kabar makanya aku panik dan balik lagi ke kontrakan itu… "

" Ka..kalau aku tau kamu bakal kesini aku gak akan kemana-mana kok… " lanjutku mengatakan yang sebenarnya.

Dimas melirikku, pandangannya tak berkurang sama sekali meski aku sudah mengatakan yang sebenarnya, sepertinya dia sungguh ingin melampiaskan amarahnya padaku dan aku benar-benar kena batunya sekarang akan kelakuanku sendiri.

" Lo sadar gak Ver kalo gue gak suka sama tingkah lo ke gue waktu kita di kontrakan Gilang.. "

" Dan lo udah mempermalukan gue Ver di depan Gilang, terus sekarang disaat gue udah coba buat ngelupainnya, gue malah dapetin lo balik lagi ke kontrakan itu!.. "

Aku menundukkan wajahku, kini aku jadi tahu alasan Dimas marah padaku rupanya ini soal Creampie waktu itu.

" I..iya maaf sayang... "

" Tapi mas mereka gak make pantet aku sama sekali, mereka cuma make memek aku doang kok… " jawabku mencoba meredakan amarahnya yang ternyata merupakan sebuah kesalahan besar!

Dimas kembali melotot! Dia menoyor kepalaku hingga terbentok tembok kemudian secepat kilat dia sambung dengan tamparan bertubi-tubi di wajahku!

Pandanganku langsung berkunang-kunang akibat benturan keras kepalaku ke tembok, aku menutup wajahku yang jadi sasaran amarahnya sambil menjerit-jerit histeris karena Dimas terus menghujani tamparan kearahku.

Ini bukan main-main seperti permainan seks yang sering kami lakukan! Dia betul-betul sedang menganiaya hingga membuatku sampai terampun-ampun dan mulai menangis.

Begitu aku sudah meringkuk terpojok dia jambak lagi rambutku kemudian melemparkan tubuhku keranjang, lalu menindihku dan kembali menghajarku membabi buta!

" JADI LO CUMA NYISAIN PANTET LO DOANG BUAT GUE?!.. "

" DASAR CEWEK BRENGSEK LO VER! GUA BUNUH LO DISINI PEREK!!.... "


PLAAAK!… PLAAAKKK!.. PLAAAKK!!..


" Awww, mas ampun.. " kataku yang kini wajahku habis digampar berulang-ulang olehnya diatas ranjang.

Aku terkapar diatas ranjang dengan perut yang dia duduki hingga membuat gerakanku terkunci dan dia dengan sepuas hatinya menganiayaku. Wajahku sudah mati rasa akibat pukulan juga tamparan yang dia layangkan, tapi dia semakin kesetanan menghajarku dan ini sudah bukan Dimas yang kukenal!

Memang jauh sebelum aku mulai mendambakan dirinya Nova sering curhat kepadaku kalau Dimas ini orang yang temperamental dan posesif sekali, tak hanya cerita mesranya saja yang sering dia ceritakan ke aku sampai membuatku iri, tapi juga konflik yang mereka alami.

Sebagai sahabat baik tentu kami sering bercerita mengenai suka-duka yang kami alami dalam hidup, termasuk aku dimana Nova adalah orang yang paling membuatku tegar dan menyemangatiku ketika aku terpuruk saat perpisahanku dulu.

Begitupun dia, Nova sering curhat jika ketika mereka bertengkar si Dimas ini sering main tangan dan membentak-bentaknya dengan nada kasar, bahkan tak jarang wajah Nova sampai biru lebam akibat pertengkaran mereka itu yang membuat kami satu geng sering curiga namun Nova tak mengatakan apa-apa kecuali padaku seorang.

Dan kini aku kembali teringat akan cerita Nova itu sekaligus membuktikannya sendiri, aku menangis menjerit meminta tolong tapi sayangnya kamarku kedap suara hingga tak ada apapun yang bisa kulakukan sekarang, semua yang kukatakan salah dimatanya yang tengah kalap.

Pandanganku yang berkunang-kunang perlahan menggelap seiring makin lemasnya tenagaku, racauannya serta kata-kata kasarnya tak henti dia umpatkan kepadaku, hingga akhirnya kesadaranku pun membias ketika dia men-Slam kepalaku berulang-ulang di kasur ini.





..............................


Kubuka mataku, rupanya aku pingsan sebentar tadi.

Badanku terasa lemas dan ringsek semua rasanya terlebih wajahku yang entah sudah seperti apa bentuknya sekarang ini akibat pukulan sekaligus tamparannya yang dia layangkan berulang kali.

Namun sekarang yang lebih membuatku kaget tubuhku tengah terikat menyilang diatas ranjang kamarku, dan aku semakin takut begitu melihat Dimas telah tegak di depanku seolah sudah menanti aku sadar.




Kutatap dia yang melihatiku dengan dinginnya dalam amarah yang belum juga surut.

" Dimm.. Le..lepasin aku, kamu mau apa dim?!.. "

" Pliss Dim jangan liat aku gitu.. Aku ta..takut... " ucapku begitu lemahnya sekaligus ngeri melihat dia yang terus menatapku bengis.

Dimas tak berkata-kata, kemudian dia melucuti ikat pinggang dicelananya lalu mendekat kearahku.

Aku menggeleng-geleng dan kembali menangis sadar ternyata dia masih ingin menganiayaku! Sekuat tenaga dengan sisa tenagaku kucoba meronta namun ikatan tambang yang membelenggu masing-masing pergelangan tangan dan kakiku terlalu kuat untuk aku yang sekarang.




Dimas tersenyum dalam langkahnya melihatku dalam kepanikan, dia menghampiri tepat diatasku yang terikat ini seolah ingin melihat ekspresi takutku dari jarak lebih dekat.




Aku tetap meronta dan sebisaku menghindar dari tatapannya yang menyeramkan itu. Dimas menarik nafas dalam-dalam mencoba meredakan emosinya sendiri, sesekali dia tersenyum menikmati rontaanku yang tiada gunanya ini.

" Lo cantik bener Ver... Stttstthh... Dan lo suka kan sayang?.. " bisiknya dari jarak dekat yang membuatku merinding.

" Cewek nakal kayak lo emang enaknya dibikin babak-belur dulu sebelum dipake Ver.. Mpphh... Gurih banget pasti denger desahan parau yang keluar dari mulut lo ini sayang... " sambungnya lagi.

Aku bergidik dan merasakan sesuatu yang aneh dalam ketakutanku, hembus nafas Dimas yang sekarang menerpa tengkukku menjadikan birahiku naik.

" Stttstthh... Jangan takut sayang, lo sayang gue kan Ver?.. " Dimas menarik daguku agar aku membalas tatapan matanya namun aku terus menoleh dan tak berani menatapnya.

" Jawab Ver.. Kenapa lo obralin tubuh seksi lo ini? Lo pernah bilang kalau lo milik gue kan?.. " tanyanya lagi mengelus pipiku lembut.

" Apa itu semua palsu doang dan lo pura-pura aja sama gue?.. "

Seunggukan aku menggeleng tak tahu harus bersikap seperti apa, aku masih terus meronta namun anehnya ada bagian lain dalam diriku yang seakan menyuruhku memasrahkan diri seolah menanti apa yang akan terjadi.




" Lo gak mau jawab ya?.. "

" Okelah kalo gitu, lo emang mesti gue kasih pelajaran Ver!!.. " senyumnya mencium dahiku lalu tegak.

Aku akhirnya menatapnya dan menangis melihat ikat pinggang yang ada dalam genggaman tangannya.

" Ja..jangan Dimm.. Aku sa..salah tapi plis jangan buat aku gini... " pintaku dengan suara parau dan penuh ketakutan.

" Lo bakal baik-baik aja kok cantik.. "

" Bukannya lo suka sama permainan yang gini?.. "

" Dan kepalang badan lo dah merah-merah gitu mending sekalian gua yang bikin merah!.. "


CTARRR!!! CTARRR!!!


Dua sabetan ikat pinggangnya langsung dia layangkan sekuat tenaga ke tubuhku yang sedang terikat telanjang tiada berdaya ini!




Aku mengejang, seketika tubuhku merasakan pedih sakitnya sabetan ikat pinggang yang dia kebet ke pahaku.

Dimas melihat ekspresiku yang menggelinjang begitu rasa sakitnya menjalar keseluruh tubuhku.

" Ini akibatnya kalo lo main-main sama gue!!... "

" Lo kira mentang-mentang lo cantik dan punya segalanya lo bisa perlakuin semua cowok seenak lo?.. "

" Gua udah nahan-nahan Ver pas waktu ditempat Gilang itu, gua tau lo sengaja lakuinnya supaya buat gua malu di depan temen gua dan lo puas hah?.. "

" JALANG SIALAN LO EMANG!!.. "


CTARR!!... CTARRRR!!... CTARR!!..


Kali ini Dimas secara membabi buta menghajarku dengan ikat pinggangnya, aku memejamkan mataku dan menahan amarahnya yang sekarang benar-benar dia lepaskan!




Badanku menggelepar merasakan pedihnya yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata, penglihatanku menjadi buram dan kesadaranku perlahan sirna seiring rentetan sabetan yang terus dia layangkan ke tubuhku.




" Am..ampun mas.. ampunn... " erangku lemah sekali yang kalah dengan suara ikat pinggang berbahan kulit yang sedang menerpa sekujur tubuhku.

Dimas mengkonsentrasikan ayunannya merata ke seluruh tubuhku, tak hanya di paha, perut, pinggang dan kaki saja, bagian payudara bahkan memekku tanpa ampun juga dia hajar tanpa perasaan!




" Gua abisin badan murahan lo yang gak ada harganya ini!!... "

" Lo ngehasut gua buat ninggalin Nova, dan lo juga berlagak seolah lo memuja-muja gua tapi lo dengan gampangnya enak-enakan pergi sama cowok lain!!.. " ujar Dimas yang rupanya berpikiran jika selama ini aku bersandiwara saja!

Dimas tak tahu jika aku benar-benar memujanya dengan seluruh jiwa dan ragaku, aku akui aku memang salah saat kejadian ditempat Gilang waktu itu namun jika dia menganggap bahwa apa yang kulakukan terhadapnya adalah sebuah kepura-puraan maka aku harus membela diriku.

Tapi sayangnya aku tak punya tenaga untuk melakukannya sekarang, tidak dengan dia yang sedang kesurupan seperti ini.

" Mestinya dari awal gua curiga sama semua sifat bitchy lo juga sama kata-kata lo... Harusnya gua sadar kalo omongan cewek murahan kayak lo gak bisa dipegang.. "

" Gara-gara lo sekarang gua gak punya muka lagi Ver ketemu Gilang!!.. "


TARR!! TARR!!... CTAAR!!


Hajarnya berulang kali yang membuat tubuhku harus terlontar-lontar akibat keras cambukan ikat pinggangnya.




Dimas seorang laki-laki tenang, Cool nan kalem yang dulu kubayangkan kini berbeda sekali dari Dimas yang berdiri di depanku, dia seakan dibutakan setan bernama amarah akan perlakuanku yang telah membuatnya sakit hati.

Dia sudah terlanjur menganggap apa yang kulakukan hanyalah bagian dari sifat nakalku, bahkan lebih jauh mungkin sekarang dia berpikir kalau aku mengincar hartanya saja.

Entah bagaimana caraku menjelaskan kepadanya bahwa aku sungguh menginginkan dirinya tak seperti apa yang dia pikirkan, itu pun jika dia nanti masih memberiku kesempatan kedua, walau kuyakin hubungan kami takkan sama seperti yang sebelumnya lagi.

Derita yang kurasakan akan perlakuan yang dia lakukan sekarang kuterima sebagai konsekuensi kesalahanku terhadapnya, entah kenapa saat ini aku benar-benar memasrahkan diriku untuk dia siksa.




Rasa pedih yang masuk kubiarkan menggerogoti sekujur tubuhku, anehnya aku juga tak menjerit dan berteriak lagi, tak tahu apa karena aku sudah begitu tak berdayanya atau karena ada bagian diriku yang menikmatinya.

Memekku memang berkontraksi hebat sejak saat sabetan awal mendarat dikulit putihku, dan sekarang malah sudah melelehkan cairannya ketika ikat pinggang yang sama mengenai gundukan tebal merah itu.

Dimas terus memaki-makiku dan tak jua henti mencambukku dengan sadis, aku memejamkan mataku dan terus menjaga kesadaranku, aku seakan tak ingin pingsan juga lebih memilih merasakan sakitnya.

Pasrah sepasrah-pasrahnya kuberikan tubuh ini walau dalam tangis untuk dia siksa sepuasnya asal itu memang bisa meredakan amarahnya.




CTARR!!!!


Sebuah cambukkan terakhir mendarat tepat di memekku sebelum akhirnya Dimas menghentikan kegilaannya.

Aku terkejang-kejang dalam ikatanku, dalam sekejap rasa sakitnya lebih terasa menjalar setelah badanku tak lagi dia cambuk.

Dalam sisa-sisa kesadaranku aku merasakan sensasi aneh yang membuat seluruh tubuhku bereaksi, aku seperti kehilangan kontrol atas diriku bahkan sekarang aku terkencing-kencing begitu saja saking penuhnya diriku akan emosi yang bercampur-aduk.




Dimas kembali merayap keatas tubuhku, aku bisa merasakan dengan jelas hembusan nafasnya yang berada persis di depan wajahku.

Kutarik nafasku dalam-dalam masih dalam geliat kesakitan, rasa takut, panik dan berbagai perasaan aneh lain yang sekarang kurasakan.

Dimas mengelus pipiku lembut juga dia sisihkan rambut yang jatuh di wajah yang sudah dia buat babak-belur ini, aku sama sekali tak bisa bersuara, membuka mata pun rasanya aku tak mampu.

" Ahhh Verr... "

" Lo milik gue seutuhnya sekarang dan gue harap lo udah jelas dengan itu... " bisik Dimas sembari mencium tengkukku mesra.

Lalu Dimas mulai melepaskan ikatan yang membelenggu tangan juga kakiku, setelah aku tak lagi terikat dia balik tubuhku kemudian langsung begitu saja aku dia setubuhi!

Dimas mengentotiku memekku dari belakang dalam posisiku yang tertelungkup, dia meleguh dan mendesah sambil menikmati diriku yang sudah tak sanggup melakukan apa-apa ini.




Dia cengkram leherku membuat diriku sedikit mengambang diatas kasur ini, sementara agresif dia sodokkan kontol besarnya dari belakang.

Aku tak berani mendesah atau pun bersuara sama sekali, mendapati diriku tengah dia setubuhi dalam keadaan penuh ketakutan sekaligus rasa sakit yang memenuhi sekujur badan ini malah membuatku terus ingin memasrahkan diriku untuk dia nikmati.

Tak pelak Dimas kini membuatku tak ubahnya bagaikan boneka seks yang bisa dia mainkan sesuka hatinya dan secara tak langsung berhasil menundukkanku dengan caranya sendiri.




" Liat memek lo dah penuh peju orang gini.. "

" Lo pelacur kotor yang mau-mau aja diapain sama orang Ver.. " celetuknya merasakan bekas sperma Rehan juga Danu tadi sambil menelikung tanganku kebelakang dan terus mengentotiku bak binatang.

Dimas menunggangiku dengan liar seperti dia yang biasa, tak peduli aku sekarang benar-benar sudah habis namun itu malah membuatnya semakin bernafsu memperkosaku.

Pantatku mulai ditamparnya keras sambil terus dia tumbuk memekku, pandangannya terkunci ke punggung mulusku yang tak tergores dengan pedihnya sabetan ikat pinggangnya tak seperti tubuh depanku dan juga bagian wajahku.




Hanya terdengar bunyi derit ranjang, suara tamparannya yang masuk ke tubuhku dan juga racauan dari Dimas sendiri yang terdengar begitu menikmati momen ini.

" Anjing Ver!!.. "

" Enak bener ngentotin lo yang lagi kayak gini sayang... Huftt!!.. " leguhnya keras dalam nikmat sembari menohok kontolnya sedalam mungkin dengan satu hujaman sambil menarik tanganku kebelakang sebagai tali kekangnya.




Aku hanya bisa terus tertunduk, dalam kondisi normal mungkin aku sudah pingsan seperti tadi, namun setelah libidoku terpantik secara ajaib aku bisa menahan semuanya dan kusadari sisi masokisku justru membuatnya terasa nikmat.

Dimas kembali melanjutkan aksinya, tak hanya mengunci atau menelikung kedua tanganku kebelakang dia juga melingkarkan lengannya ke leherku dan dengan dinginnya mencekikku sambil menunggangiku.

Suaraku yang parau mulai keluar mengikuti intensitas hujamannya, ocehan pedasnya terus mengiringi setiap perlakuan kasar yang dia lakukan kepadaku, bahkan beberapa kali juga dia menampari wajahku bolak-balik sambil menjambak rambutku dari belakang! Dimas benar-benar mengentotiku layaknya dia membenciku dan ini sungguh membakar diriku dari dalam.

Tubuhku bergetar liar dan berulang kali aku orgasme, aku sama sekali tak mengeluarkan desahan ataupun jeritan kerasku seperti biasa, dalam erangan pelan semua kuekspresikan dalam kepasrahan.




Bermenit-menit Dimas belum juga mengendur dan masih ingin terus mengentotiku, dia terlihat jauh lebih bernafsu dari yang sebelum-sebelumnya dengan menzinaiku dalam kondisi tak berdaya seperti ini. Aku sudah rebah diatas ranjang murni membiarkan dia mengawiniku sepuasnya.

Racauannya tak begitu terdengar lagi karena sekarang kupingku berdenging akibat efek tamparannya yang mulai terasa.




Dimas terus meleguh dan mungkin sedang menikmati wajah cantik babak-belurku yang sedang mengerang-erang dengan rambut berantakan ini.

Sambil mempertahankan tempo dia merebahkan badannya menindihku dari atas, dia kecup punggungku dan tengkukku lalu mulai membisikiku ancaman-ancamannya.




" Ver mulai detik ini lo mesti nurutin apa yang gue mau… "

" Setelah ini lo bakal ikut gue Ver, badan seseksi lo emang mestinya dikontolin terus dan gue gak akan ngelepasin cewek sesempurna lo gitu aja.. "

" Mulai sekarang lo bakal tinggal sama gue buat terus ngelayanin gue.. Kalau perlu lo bener-bener bakal gue jadiin pelacur Ver… Ngerti gak?.. " bisiknya lembut dikupingku sambil menggenggam tanganku masih dalam genjotannya.




Aku tersengat mendengar ucapannya, darahku berdesir dan jantungku berdetak dengan keras!

Dengan sisa-sisa tenaga aku mengangguk, ini adalah kesempatan keduaku untuk membuktikan bahwa aku tak seperti yang dia pikirkan tadi.

Dimas kemudian tersenyum melihat anggukan dariku yang menyanggupi apa yang dia katakan, dia mencium pipiku dari samping dengan mesra lalu tegak dan menaikkan intensitas sodokan kontolnya.

Variasi permainan kasar dan halusnya kembali dia padukan dalam menapaki puncak ejakulasinya, dengan stamina luar biasanya dia terus mengganyang diriku, kadang dia jambak lagi rambutku kadang dia cium bibirku dari belakang dan kadang aku kembali ditamparnya berulang-ulang sampai aku klenger-klenger seperti orang sekarat!

Hingga untuk yang pertama kalinya, Dimas akhirnya mengeluarkan benih spermanya yang sangat banyak itu di dalam memekku.

Semprotan air maninya terasa hangat sekali ketika menembak rahimku, dia meleguh sekuatnya sembari memelukku erat ketika dia mentransfer spermanya dalam tubuhku. Sebuah keinginannya yang sejak awal tak pernah kuberikan dan sengaja kularang.

Leguh lantang menggambarkan kenikmatan luar biasanya itu, aku pasrah saja merasakan diriku kini tengah dibuahi oleh pejantan yang sangat kuimpi-impikan.

Dimas bahkan sangat menikmati momen ini, dia belum mau melepaskan kontolnya di memekku yang dipenuhi benihnya dan terus memelukku merapalkan kalimat-kalimat penuh kepuasan.

" Akhirnya Verr!!.. "

" Gua bisa ngebenihin cewek secakep lo... OHHH!!.. " leguhnya persis dikupingku dengan badan merinding.

Bermenit-menit setelah buai sukacita yang dia rasakan lalu barulah Dimas memisahkan dirinya dariku dan tegak memakai pakaiannya kembali.

" Besok gue hubungin lagi Ver… Jadi persiapin diri lo.. " ujarnya mengusap rambut yang menutupi wajah cantikku.

Aku hanya bisa mengangguk, Dimas tersenyum lagi dan mencium ujung bibirku mesra lalu pergi meninggalkanku yang masih tertelungkup tak bergerak dengan badan lebam-lebam juga leleran sperma kental yang terus meleleh keluar dari vaginaku.

Berbeda dari sebelumnya kini Dimas meninggalkanku sebagai seorang pemilik sah atas tubuhku, seperti tadi yang dia katakan bahwa dia akan membawaku untuk tinggal bersamanya dan jadi pemuas nafsu untuknya.

Walau aku sendiri belum jelas dengan hal tersebut namun aku tak bisa memungkiri bahwa aku senang akhirnya aku bisa menjadi budak seks seseorang lagi, dan seseorang itu adalah lelaki yang sangat kuidam-idamkan!

Aku benar-benar akan menuruti apapun yang Dimas kehendaki sebagai bentuk rasa bersalahku juga sebagai pembuktian bahwa apa yang kulakukan selama ini bukanlah sandiwara seperti yang dia sangkakan, aku benar-benar tergila-gila dengannya murni karena paras juga kontol besarnya. Tak ada yang lain!

Semua berawal dari rentetan kesalahanku yang bermain-main dengan persoalan Creampie dulu yang aku tak tahu akan begini akhirnya, tapi justru aku senang dengan keadaan yang tercipta sekarang.

Apalagi mengingat kalimat yang tadi Dimas serukan padaku, bahwa secara tersirat dia benar-benar akan menjadikanku seorang pelacur! Entah apa maksudnya tapi membayangkannya saja sudah membuatku merinding.

Kini aku hanya bisa memejamkan mataku dalam lelah juga semua rasa sakit yang menderaku.

Sungguh hari yang seharusnya menjadi hari untukku beristirahat dan merelaksasikan pikiran justru menjadi hari yang begitu melelahkan, juga mungkin hari ini akan menjadi titik baru dalam hidupku kedepan yang sekarang sama sekali tak ada ide bagiku akan jadi seperti apa nantinya.

..............................

No comments:

Post a Comment