" Muaah.... "
Kecupku di leher Dimas saat kami sama-sama sedang mengambil waktu dan terengah-engah dalam kenikmatan.
Aku tiduran memeluknya dari samping, mantap tanganku melingkar di pinggangnya sementara kadang kuelus perut kotak-kotak dan dada tegapnya ini.
Dimas memejamkan matanya membiarkanku mencumbuinya yang tengah tergolek telanjang. Sambil merangkul bahuku sesekali dia belai rambut pirang dan memberikan kecup di kepalaku.
Selama dua bulanan ini waktu terasa seperti bulan madu bagi aku dan Dimas, kami sama-sama ingin selalu berduaan untuk terus melampiaskan syahwat nafsu kami yang tak pernah padam, meskipun waktu dia amat terbatas karena harus membaginya juga dengan Nova tapi aku selalu menunggunya dan merindukan belaiannya.
Setiap lewat tengah malam Dimas selalu menyempatkan datang untuk menemuiku dan melampiaskan hasrat besarnya padaku. Sama seperti mereka yang telah mencicipiku, dia pun juga tergila-gila dengan tubuh seksi dan kecantikanku yang selalu dia puja-puji di setiap erangannya.
Begitu juga aku, tentu saja selain paras menawan sekaligus badannya yang atletis aku suka Dimas karena dia sangat Open Minded, dia tak mempermasalahkan orientasi seksualku yang selalu dianggap menyimpang dan tak lazim ini.
Dimas menganggapnya biasa-biasa saja, dia bilang hal tersebut tak lebih hanya soal selera dan dia sama sekali tak menganggapku aneh, karenanya aku berani terbuka padanya.
Hanya dalam kurun waktu dua bulanan dari sejak pertama kali kami mulai hubungan gelap ini Dimas benar-benar sudah berani dan beradaptasi dengan gaya mainku.
Aku beruntung sekali! Kini aku punya seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan membuatku 'merenggang nyawa' diatas ranjang dengan menyisakan mata memutih serta tubuh yang bergetar-getar hebat.
Dimas sangat sempurna untukku dan aku sungguh ingin terus seperti ini dengannya, mungkin jika mesti kusimpulkan dialah laki-laki terhebat yang pernah menjadi tandem ranjangku.
Permainannya sangatlah fleksibel, dia akan mencumbuku dengan mesra semesra-mesranya diawal namun di ujungnya dia akan berbalik menjadi sangat buas, belum lagi dia juga selalu menyanggupi permintaan-permintaan nakalku.
Tadi malam saja kuminta dia untuk mengikat tubuhku di ranjang dengan beragam posisi dan kupersilahkan dia menikmati tubuh seksiku yang sudah dalam keadaan tak berdaya itu seperti biasa.
Ya, dari sejak pertama kali kuberanikan diri dengan meminta dia bermain Bondage hasilnya amat positif! Dimas suka dan dia mengentotiku penuh nafsu kemudian selalu muncrat-muncrat hebat diakhir.
Aku mengerang-ngerang, tubuhku terlontar-lontar dalam ikatan mendapatkan klimaks luar biasa yang datang beruntun dalam keadaan tak berdayaku, apalagi yang bisa kuminta karena memang itulah Style seks yang sangat kusukai bahkan acapkali membuat kepribadianku terpolarisasi.
Walau permainan kami masihlah Bondage yang Soft tapi Dimas semakin lama semakin ganas, dia sudah tak ragu menjambak rambutku, menampar, meludahi wajah dan memainkan kata-kata kasar!
Tak ayal dia pun berimprovisasi, karena kepasrahanku ketika dia senggamai memang kutujukan agar dia mengembangkannya sendiri dan sejauh ini itu berhasil, sekarang saja aku masih memakai kalung anjing lengkap dengan rantainya bekas permainan panas kami malam tadi dimana Dimas tiba-tiba saja memakaikanku kalung ini.
Sepanjang permainan kulihat Dimas begitu menikmati ketika dia menggeretku merangkak menjadikan Puppy untuknya yang kemudian terus-terusan dia perkosai.
Aku sudah mengatakan ke dia agar tak ragu untuk melakukan fantasi paling liar yang dia miliki karena aku akan melakukan apapun yang dia inginkan dan aku sudah tak sabar atas hal itu.
Apapun! Aku benar-benar akan melakukan apapun yang Dimas inginkan, bahkan jika tiba-tiba dia ingin melihatku bersetubuh dengan binatang sekalipun akan kulakukan jika itu memanglah Deepest fantasinya!
Sudah benar-benar aku kecanduan dengannya dan ingin setiap waktu rasanya kuhabiskan dengan dirinya diatas ranjang ini, memikirkan betapa nikmatnya aku ketika dia gasak dengan kontol besar dan permainan dinginnya sungguh membuatku gila! Inilah yang memantapkanku untuk selalu siap sedia bila dia membutuhkan sarana pelampiasan libidonya.
Apapun! Aku benar-benar akan melakukan apapun yang Dimas inginkan, bahkan jika tiba-tiba dia ingin melihatku bersetubuh dengan binatang sekalipun akan kulakukan jika itu memanglah Deepest fantasinya!
Sudah benar-benar aku kecanduan dengannya dan ingin setiap waktu rasanya kuhabiskan dengan dirinya diatas ranjang ini, memikirkan betapa nikmatnya aku ketika dia gasak dengan kontol besar dan permainan dinginnya sungguh membuatku gila! Inilah yang memantapkanku untuk selalu siap sedia bila dia membutuhkan sarana pelampiasan libidonya.
Aku bahagia sekali dengan kemajuan Dimas, menyadari progresnya yang makin dominan membuatku jadi senyam-senyum sendiri, aku jadi tambah optimis bisa untuk membawa dia ke tahap selanjutnya yaitu tahap Abuse dimana nantinya aku mau Dimas tak hanya sekedar mempermalukanku, tapi juga akan menganiayaku tanpa belas kasih.
" Brrrr.... "
Itu saja sudah membuatku merinding apalagi jika nanti dia akan menghiasi permainan dengan aksi cambuk-mencambuk, memandikan tubuh telanjangku dengan tetesan lilin panas, memukulku sampai aku menangis-nangis lalu dengan gaya dinginnya itu dia menyeretku kemudian mengencingiku!
" HUH!!.. " kugigit bibirku dan aku larut dalam bayangan itu.
Dimas mungkin belum menyadari bahwa aku seorang Masochist, dia tak tahu jika semakin dikasari, disakiti dan dipermalukan aku justru semakin menikmatinya, tak bisa kupungkiri hanya permainan yang begitu yang akan selalu membuatku terpuaskan dan mencapai multi orgasme dalam setiap kenikmatan sensasi rasa sakitnya.
Semua pikiran-pikiran itu langsung membuatku jadi greget untuk melakukannya dengan segera, aku tak sabar sekali untuk segera menggiringnya kearah sana, tapi ya untuk sekarang pelan-pelan dan tipis-tipis sajalah lagipula kami sudah di jalur yang tepat.
" Sayang kok kontol kamu ngaceng terus sih? Gak bosen-bosen ya kamu ngentotin aku?.. " tanyaku padanya dengan mesra melihat kontolnya yang masih mengacung.
" Hmmm?... " kupandangi dia yang mulai menarik daguku merapat ke bibirnya.
Pandangan dalam kami layangkan beberapa saat hingga kemudian kami pun berciuman mesra. Lama kelamaan basah suara ciuman terdengar menggantikan kecup mesra kami seiring nafsu yang makin memenuhi kepala.
" Dim kamu entotin aku aja terus, gausah sama Nova lagi.. " ucapku disela ciuman kami.
Dimas masih diam, wajahku dia pegang dengan kedua tangannya dan terus dia cumbui aku.
" Stttsshh... Gue pengen pejuin memek lo Ver.. " Dimas meracau sambil menggesek-gesekkan kontolnya di paha mulusku.
Aku menggeliat lemah karena sekarang aku sedang dalam kendali nafsunya.
Cowok ganteng ini membuka matanya, dia tempelkan hidung kami lalu dia tatap dalam-dalam wajahku dari jarak yang amat dekat.
" Kenapa lo gamau gue pejuin di memek sih Ver?.. " tanyanya terlihat serius menatapku tajam penuh penasaran karena ketika dia ingin melakukannya tapi terus saja kularang.
Aku menggeleng manja dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Dimas tetap menatapku, tak berkedip dia pandangi mata indahku sementara nafas kami saling bertukar dengan memburu.
" Boleh gak Ver? Sekali aja gue kepengen banget.. " dia merayuku namun lagi-lagi aku menggelengkan kepala.
" Ja..jangan sayang, nanti aku hamil.. " jawabku memandanginya mengandalkan mata sayuku.
" Kalau gue maksa?.. " sambungnya cepat dengan wajah dinginnya.
Aku terdiam dan mendesis, sesaat kurasakan sengatan di tubuhku. Mataku makin redup menatapinya yang sekarang sudah menindihku dari atas, aku tak tahu harus berkata apa kalaupun dia sampai memaksa dan nekat keluar di dalam aku sebenarnya tidak akan protes lagipula aku takkan hamil berhubung aku selalu rutin melakukan Birth Control dan menggunakan kontrasepsi tapi aku sengaja saja membuat dia greget karena Dimas terlihat sangat ingin membenihiku.
" Kenapa kamu mau banget Dim keluar di dalem?.. " aku pun penasaran dan ingin tahu apa yang dia pikirkan.
" Ya gpp pengen aja.. " tukas dia ringan lalu membenamkan wajahnya ke leherku.
Aku jadi bingung mencari alasan apa selain aku mabuk padanya.
" Sssttthh... Dimm... " aku kembali melirih merasakan rangsangan yang dia lakukan.
" Cium aku yang... " kupinta dia memanjaiku sembari tanganku juga meraba-rabai badan kokoh seksinya.
Dimas menarik daguku dan dia memagutku mesra, aku mendesah dalam ciuman basah kami di pagi ini, kulihat kontolnya masih tetap tegang walau dari tengah malam sampai sudah mau jam 8 sekarang entah sudah berapa ronde dia menggauliku.
Lubang pantatku sampai luber saking banjirnya dengan peju dia dan sekarang saja masih terasa hangat padahal terakhir dia isi sekitar 20 menitan yang lalu.
Kupegangi kontolnya selagi dia menciumku mesra seperti istrinya, kontolnya terasa keras sekali seakan tak mengerti kata lelah dan pegal, libidoku pun naik lagi.
" Ughhh gigitt yang... Ahh iya gitu... " lirihku ketika Dimas langsung gigit bibirku dengan gemas yang membuatku tersentak akan nikmat rasa sakitnya.
Nafasnya mulai memburu dan siap untuk mengawiniku lagi, dia terus menatap mata biruku yang sudah begitu redup ini akibat lelah yang kurasakan melayaninya sepanjang malam tadi, namun nafsu Dimas sama sekali tak berkurang seperti yang terlihat jelas dari mata tajamnya sekarang. Aku suka sekali dengan cowok yang kuat ngeseks seperti dia ini.
Masih sambil menindihku, dia mulai bergerak lebih ofensif. Dimas merentangkan lebar-lebar lalu dia kunci masing-masing pergelangan tanganku hingga menjadikan posisiku tak berdaya dibawahnya, aku tergeletak dengan pasrah ketika lagi-lagi lelaki ganteng berkelamin besar ini menunjukkan hierarki diatas ranjangnya padaku.
" Ahhh... " lirihku persis saat toket kiriku dia lahap dan puting panjangnya dia kulum kuat!
" Aww sayang!!... "
" Gigit aja sampe putus putingku ini Dim, aku pasrah yangg... Ughhh!!.. " lanjutku merasakan kejam giginya sembari memejamkan mata dan mengelinjang dalam kepasrahanku.
Semua pikiran-pikiran itu langsung membuatku jadi greget untuk melakukannya dengan segera, aku tak sabar sekali untuk segera menggiringnya kearah sana, tapi ya untuk sekarang pelan-pelan dan tipis-tipis sajalah lagipula kami sudah di jalur yang tepat.
" Sayang kok kontol kamu ngaceng terus sih? Gak bosen-bosen ya kamu ngentotin aku?.. " tanyaku padanya dengan mesra melihat kontolnya yang masih mengacung.
Dimas tak menjawabnya, dia mendekapku erat dan terus menatapku secara menyamping.
Aku jadi salah tingkah dengan tatapannya ini, terlebih pelukannya terasa erat sekali seolah tak ingin lepas dari tubuh seksiku.
" Lo cakep banget Ver, gue nafsu terus sama lo.. "
Aku jadi salah tingkah dengan tatapannya ini, terlebih pelukannya terasa erat sekali seolah tak ingin lepas dari tubuh seksiku.
" Lo cakep banget Ver, gue nafsu terus sama lo.. "
" Hmmm?... " kupandangi dia yang mulai menarik daguku merapat ke bibirnya.
Pandangan dalam kami layangkan beberapa saat hingga kemudian kami pun berciuman mesra. Lama kelamaan basah suara ciuman terdengar menggantikan kecup mesra kami seiring nafsu yang makin memenuhi kepala.
" Dim kamu entotin aku aja terus, gausah sama Nova lagi.. " ucapku disela ciuman kami.
Dimas masih diam, wajahku dia pegang dengan kedua tangannya dan terus dia cumbui aku.
" Stttsshh... Gue pengen pejuin memek lo Ver.. " Dimas meracau sambil menggesek-gesekkan kontolnya di paha mulusku.
Aku menggeliat lemah karena sekarang aku sedang dalam kendali nafsunya.
Cowok ganteng ini membuka matanya, dia tempelkan hidung kami lalu dia tatap dalam-dalam wajahku dari jarak yang amat dekat.
" Kenapa lo gamau gue pejuin di memek sih Ver?.. " tanyanya terlihat serius menatapku tajam penuh penasaran karena ketika dia ingin melakukannya tapi terus saja kularang.
Aku menggeleng manja dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Dimas tetap menatapku, tak berkedip dia pandangi mata indahku sementara nafas kami saling bertukar dengan memburu.
" Boleh gak Ver? Sekali aja gue kepengen banget.. " dia merayuku namun lagi-lagi aku menggelengkan kepala.
" Ja..jangan sayang, nanti aku hamil.. " jawabku memandanginya mengandalkan mata sayuku.
" Kalau gue maksa?.. " sambungnya cepat dengan wajah dinginnya.
Aku terdiam dan mendesis, sesaat kurasakan sengatan di tubuhku. Mataku makin redup menatapinya yang sekarang sudah menindihku dari atas, aku tak tahu harus berkata apa kalaupun dia sampai memaksa dan nekat keluar di dalam aku sebenarnya tidak akan protes lagipula aku takkan hamil berhubung aku selalu rutin melakukan Birth Control dan menggunakan kontrasepsi tapi aku sengaja saja membuat dia greget karena Dimas terlihat sangat ingin membenihiku.
" Kenapa kamu mau banget Dim keluar di dalem?.. " aku pun penasaran dan ingin tahu apa yang dia pikirkan.
" Ya gpp pengen aja.. " tukas dia ringan lalu membenamkan wajahnya ke leherku.
" Engga sayang.. Gak boleh, na..nanti aku hamil gimana?.. " lagi-lagi aku tercekat merasakan nikmat hembusan nafasnya di leher yang berkalung anjing ini.
Kalau dipikir-pikir sudah dari pertama aku tidak mengizinkan Dimas melakukan vagina Creampie, aku juga tak tahu kenapa melarangnya dan dalam situasi normal tentu aku ingin merasakan hangat spermanya di rahimku seperti yang kulakukan dengan teman ranjangku sebelumnya, malah tak masalah jika akhirnya aku sampai benar-benar hamil olehnya.
Mungkin hanya sebuah fantasi liarku saja, tapi serius aku penasaran membayangkan apa kata teman-temanku kalau tiba-tiba nanti aku berkumpul lagi bareng mereka dengan perut besar tengah mengandung anak hasil hubunganku dengan Dimas.
Saat itu mungkin aku akan tersenyum sinis kearah Nova yang pasti akan mengucapkan selamat yang padahal dia tak tahu ini adalah janin kekasihnya.
Jujur aku sering membayangkannya itu dalam masturbasiku hingga sekarang.
Ya mungkin aku melarangnya untuk membuatnya penasaran saja, semakin ingin dia melakukannya maka akan semakin terbayang-bayang pula olehnya, dan kuyakin ketika nanti datang momen tersebut pastilah akan jadi momen yang luar biasa sekaligus mendebarkan untuk masing-masing kami.
Lagipula aku juga masih terikat kontrak pekerjaan yang tak memperbolehkan aku untuk hamil selama 3 tahun kedepan, kalau tak ada kontrak ini sih ya mungkin malah aku sendiri yang akan memaksa Dimas untuk menghamiliku.
Mungkin hanya sebuah fantasi liarku saja, tapi serius aku penasaran membayangkan apa kata teman-temanku kalau tiba-tiba nanti aku berkumpul lagi bareng mereka dengan perut besar tengah mengandung anak hasil hubunganku dengan Dimas.
Saat itu mungkin aku akan tersenyum sinis kearah Nova yang pasti akan mengucapkan selamat yang padahal dia tak tahu ini adalah janin kekasihnya.
Jujur aku sering membayangkannya itu dalam masturbasiku hingga sekarang.
Ya mungkin aku melarangnya untuk membuatnya penasaran saja, semakin ingin dia melakukannya maka akan semakin terbayang-bayang pula olehnya, dan kuyakin ketika nanti datang momen tersebut pastilah akan jadi momen yang luar biasa sekaligus mendebarkan untuk masing-masing kami.
Lagipula aku juga masih terikat kontrak pekerjaan yang tak memperbolehkan aku untuk hamil selama 3 tahun kedepan, kalau tak ada kontrak ini sih ya mungkin malah aku sendiri yang akan memaksa Dimas untuk menghamiliku.
" Yaudah bunting, lo hamil anak gue berarti.. " jawabnya begitu enteng.
" Gamau yang.. Jangan.. " gelengku manja padahal aku bergetar sekali mendengar dia menganggap santai kalau aku sampe berbadan dua hasil nafsunya.
" Jadi lo lebih mau hamil sama Gilang dari pada sama gue?.. " Dimas lagi-lagi berkata dengan nada serius dan menatapku tajam kembali mengungkit soal persetubuhanku bersama Gilang ketika di rumahnya dulu.
Tampaknya Gilang dan Dimas sudah saling cerita mengenai ini, karena kalau tidak dari mana Dimas sampai tahu jika waktu malam itu Gilang mengeluarkan spermanya di dalam memekku, dan terus mengungkitnya sebagai senjata untuk merayuku agar dia bisa ngecret di dalam juga.
Aku jadi bingung mencari alasan apa selain aku mabuk padanya.
" Ya pokoknya engga boleh aja Dim.. Lagian kalo aku sampe hamil kamu mau tanggung jawabin aku emang?.. " tanya balikku lalu menatapnya yang juga sedang menatapiku.
Ini pertanyaan yang menyudutkannya, karena sebenarnya inti pertanyaanku itu untuk mengetahui apakah dia lebih memilihku atau Nova sekarang, itu saja.
Ini pertanyaan yang menyudutkannya, karena sebenarnya inti pertanyaanku itu untuk mengetahui apakah dia lebih memilihku atau Nova sekarang, itu saja.
Dimas pun terdiam, tak ada komentar lanjutan darinya, sekarang dia lebih memilih mendekapku erat dan mengecup leherku lagi ketimbang menjawabnya.
" Sssttthh... Dimm... " aku kembali melirih merasakan rangsangan yang dia lakukan.
" Cium aku yang... " kupinta dia memanjaiku sembari tanganku juga meraba-rabai badan kokoh seksinya.
Dimas menarik daguku dan dia memagutku mesra, aku mendesah dalam ciuman basah kami di pagi ini, kulihat kontolnya masih tetap tegang walau dari tengah malam sampai sudah mau jam 8 sekarang entah sudah berapa ronde dia menggauliku.
Lubang pantatku sampai luber saking banjirnya dengan peju dia dan sekarang saja masih terasa hangat padahal terakhir dia isi sekitar 20 menitan yang lalu.
Kupegangi kontolnya selagi dia menciumku mesra seperti istrinya, kontolnya terasa keras sekali seakan tak mengerti kata lelah dan pegal, libidoku pun naik lagi.
" Ughhh gigitt yang... Ahh iya gitu... " lirihku ketika Dimas langsung gigit bibirku dengan gemas yang membuatku tersentak akan nikmat rasa sakitnya.
Nafasnya mulai memburu dan siap untuk mengawiniku lagi, dia terus menatap mata biruku yang sudah begitu redup ini akibat lelah yang kurasakan melayaninya sepanjang malam tadi, namun nafsu Dimas sama sekali tak berkurang seperti yang terlihat jelas dari mata tajamnya sekarang. Aku suka sekali dengan cowok yang kuat ngeseks seperti dia ini.
Masih sambil menindihku, dia mulai bergerak lebih ofensif. Dimas merentangkan lebar-lebar lalu dia kunci masing-masing pergelangan tanganku hingga menjadikan posisiku tak berdaya dibawahnya, aku tergeletak dengan pasrah ketika lagi-lagi lelaki ganteng berkelamin besar ini menunjukkan hierarki diatas ranjangnya padaku.
" Ahhh... " lirihku persis saat toket kiriku dia lahap dan puting panjangnya dia kulum kuat!
" Aww sayang!!... "
" Gigit aja sampe putus putingku ini Dim, aku pasrah yangg... Ughhh!!.. " lanjutku merasakan kejam giginya sembari memejamkan mata dan mengelinjang dalam kepasrahanku.
Dimas terus melahap toketku yang dalam keadaan sekarang amat terbuka tanpa pertahanan sama sekali, aku meringis-ringis merasakan mulutnya mengamuk di sekujur tubuhku.
Tak hanya dada, perut, paha, betis juga kakiku habis dia jelajahi dengan mulutnya sebelum akhirnya dia kembali memagutku penuh nafsu.
Kulayani dia, terasa sekali kontol tegangnya yang sekarang dia gesek-gesekkan di memekku sudah tak sabar untuk kembali menusuk-nusuk lubang di selangkanganku yang bisa dia pilih mau dia pakai dilubang mana.
Namun sedang asik-asiknya bercumbu bersama pejantan tangguhku tiba-tiba Handphone Dimas berbunyi hingga memecah kemesraan kami.
Tak hanya dada, perut, paha, betis juga kakiku habis dia jelajahi dengan mulutnya sebelum akhirnya dia kembali memagutku penuh nafsu.
Kulayani dia, terasa sekali kontol tegangnya yang sekarang dia gesek-gesekkan di memekku sudah tak sabar untuk kembali menusuk-nusuk lubang di selangkanganku yang bisa dia pilih mau dia pakai dilubang mana.
Namun sedang asik-asiknya bercumbu bersama pejantan tangguhku tiba-tiba Handphone Dimas berbunyi hingga memecah kemesraan kami.
Makin erat kulingkarkan tanganku di punggungnya lalu kupalingkan wajahnya agar dia kembali mencumbuku saja dan mencueki panggilan yang masuk di ponselnya itu.
" Ciumm yanggg... "
Kupegangi wajahnya dengan telapak tanganku tapi wajahnya masih saja celangak-celinguk kearah meja dan dia jadi gelisah sendiri.
Ciumannya jadi terasa hambar dan benar saja tak berapa lama Dimas memutuskan mengecek HP nya lalu meninggalkanku yang tadinya dia tindih penuh nafsu.
Seketika aku Badmood dan aku jadi geram!
Ini selalu terjadi, sering aksi panas kami mesti terpotong karena panggilan di ponselnya itu yang tak lain dan tak bukan adalah dari Nova.
Aku tahu wajar jika mereka melakukan kontak via seluler begitu, hanya saja aku tak suka jika perhatian Dimas yang sedang ada padaku sepenuhnya tiba-tiba terdistraksi hanya untuk membalasi pesan atau mengangkat telpon darinya.
Bahkan tadi malam ketika kami sedang enak-enaknya dia masih saja menelpon Dimas padahal sudah jam 3 subuh dan dia minta ditemani tak bisa tidur.
Terpaksa kami yang sama-sama sudah mau klimaks berbarengan jadi tertunda karena Dimas harus meladeni pacarnya itu, walau Dimas tetap mencumbuku dalam peluknya sembari berbincang dengan Nova, tapi tetap saja mendengar percakapan mereka membuatku kesal!
Mendengar dia memanggil Dimas 'Darling' dan berandai-andai tentang kehidupan mereka setelah menikah membuatku naik darah saja.
" Iyuhh!!.. " geliku ketika mendengarnya.
Jika sudah begitu aku hanya bisa menahan emosiku lalu menyibukkan diri dengan tetap menservis Dimas seperti memijatnya, mencumbui dan menyepongi kontolnya selagi dia bermesraan dengan Nova di telpon.
Tapi dengan makin mesranya percakapan mereka tak lantas membuatku bisa masa bodoh begitu saja, beberapa kali emosiku terpantik dan ingin rasanya kurebut telpon dari kuping Dimas lalu kuteriakkan "KONTOL!" jijik mendengar dia yang sok manja sementara kontol pacarnya sedang ngaceng denganku!
Dan yang sekarang terjadi pun seperti itu, kulihat Dimas sedang mengetik pesan di HP nya membalasi WA dari Nova, meninggalkan aku yang tadi menjadi ratunya kini hanya tergolek menganggur.
Dimas tahu bahwa aku tak suka setiap kali dia berkutat dengan HP nya dan meladeni Nova, dia tahu aku ingin terus diperhatikan jika sedang bersamanya.
Dia menghampiriku yang sudah memunggunginya lalu memesraiku sejenak.
" Bentar ya sayang... " kecupnya di tengkukku seolah memberikan pengertian padaku.
Aku diam saja dan terus balik badan, setelah mengucapkan itu Dimas kembali lagi ke ponselnya dan tampak akan menelpon Nova.
Benar saja mereka kembali bercakap mesra di telpon, Dimas mengatakan jika dia baru bangun dan sedang ada dirumah, dia juga menolak ketika Nova ingin Video Call dengan alasan mukanya masih muka bantal.
Bermenit-menit bla-bla-bla percakapan mereka terdengar mulai mesra seperti biasa lagi, aku mengumpat dalam hati bahkan kucengkram sprei ini saking geramnya mendengar omong kosong mereka! Lalu begitu saja aku berdiri dan menghampiri Dimas yang sedang duduk di tepi ranjang.
Kuputuskan untuk memesrai dan mencumbu pejantanku ini saja ketimbang diam mendengar ocehan basi mereka, Dimas sedikit tercekat saat puting di dada kekarnya kukecup, kulanjutkan dengan turun hingga sampailah aku di kontol tegangnya yang tak mengecil satu inci pun.
Sambil duduk bersimpuh diatas karpet mulai kukulum kontolnya, Dimas membiarkan saja aku mengulumnya sementara dia meladeni telpon dari Nova, dia elus-elus rambutku dan membalas Eye-Contact dariku yang tajam menatapnya karena Mood ku memang langsung berubah sejak dia beralih ke HP nya.
Dari obrolannya aku tahu Dimas seperti ingin menyelesaikan telponnya dengan Nova karena dia pun sulit mempertahankan nada bicaranya agar terus datar sementara kontolnya sedang ngilu-ngilu kuhisapi.
Tadi malam juga beberapa kali Dimas membekap mulutku atau menjauh karena aku terus mencium-ciumnya sampai bunyi kecupanku terdengar keras, juga aku mendesah-desah sembari mencumbuinya.
Setiap kali mereka telponan aku pasti akan melakukan itu, dengan sengaja kubuat suara-suara tersebut dan memaksa Dimas mengerang yang kemudian sering membuat Nova aneh lalu menanyakannya, namun Dimas bilang bukan apa-apa dan hanyalah suara TV.
Dia menghampiriku yang sudah memunggunginya lalu memesraiku sejenak.
" Bentar ya sayang... " kecupnya di tengkukku seolah memberikan pengertian padaku.
Aku diam saja dan terus balik badan, setelah mengucapkan itu Dimas kembali lagi ke ponselnya dan tampak akan menelpon Nova.
Benar saja mereka kembali bercakap mesra di telpon, Dimas mengatakan jika dia baru bangun dan sedang ada dirumah, dia juga menolak ketika Nova ingin Video Call dengan alasan mukanya masih muka bantal.
Bermenit-menit bla-bla-bla percakapan mereka terdengar mulai mesra seperti biasa lagi, aku mengumpat dalam hati bahkan kucengkram sprei ini saking geramnya mendengar omong kosong mereka! Lalu begitu saja aku berdiri dan menghampiri Dimas yang sedang duduk di tepi ranjang.
Kuputuskan untuk memesrai dan mencumbu pejantanku ini saja ketimbang diam mendengar ocehan basi mereka, Dimas sedikit tercekat saat puting di dada kekarnya kukecup, kulanjutkan dengan turun hingga sampailah aku di kontol tegangnya yang tak mengecil satu inci pun.
Sambil duduk bersimpuh diatas karpet mulai kukulum kontolnya, Dimas membiarkan saja aku mengulumnya sementara dia meladeni telpon dari Nova, dia elus-elus rambutku dan membalas Eye-Contact dariku yang tajam menatapnya karena Mood ku memang langsung berubah sejak dia beralih ke HP nya.
Dari obrolannya aku tahu Dimas seperti ingin menyelesaikan telponnya dengan Nova karena dia pun sulit mempertahankan nada bicaranya agar terus datar sementara kontolnya sedang ngilu-ngilu kuhisapi.
Tadi malam juga beberapa kali Dimas membekap mulutku atau menjauh karena aku terus mencium-ciumnya sampai bunyi kecupanku terdengar keras, juga aku mendesah-desah sembari mencumbuinya.
Setiap kali mereka telponan aku pasti akan melakukan itu, dengan sengaja kubuat suara-suara tersebut dan memaksa Dimas mengerang yang kemudian sering membuat Nova aneh lalu menanyakannya, namun Dimas bilang bukan apa-apa dan hanyalah suara TV.
Di titik itu aku bahkan tak peduli jika kami sampai ketahuan, walau aksiku penuh resiko tapi aku sama sekali tak takut jika kemungkinan terburuknya terjadi.
Wajah Dimas makin mengkerut-kerut dan badannya sudah menggelinjang seiring makin dalamnya sepongan dariku, melihat dia yang sudah akan ejakulasi aku nekat langsung naik ketubuhnya dan mengarahkan kontol tegangnya itu di lubang kesukaannya, lubang anusku.
" anjingg... " lirihku dengan suara pelan ketika kontolnya sudah kududuki.
Dimas menggeleng dan mendorongku memberi isyarat dengan raut wajah agar aku tak melakukan ini tapi aku tak perduli!
Kulingkarkan tanganku di lehernya dan kutempelkan hidung kami agar kami bisa saling bertatap-tatapan sembari aku menggoyangnya.
Layu mataku terus menggodanya yang kupadukan dengan desahan pelan sekaligus bisik-bisikan nakal di kuping sebelahnya.
" ahhh Dim... besar bener kontolmu yang.. aku sukaa.. Uhh.. " bisikku persis di kupingnya dengan suara super pelan.
Dimas kacau balau! Bingung untuk memfokuskan dua kupingnya yang sama-sama sedang difungsikan dan dia mulai terbata-bata.
Aku tersenyum melihat ekspresi Dimas yang sudah terpengaruh akan aksiku.
" udah yang matiin aja telponnya terus fokus ewein pantet aku.. " lanjutku.
Kubentur-benturkan pantat montokku sampai bunyi depokannya makin nyaring, kulingkarkan tanganku di lehernya dan aku mendesah-desah tepat di kuping Dimas pelan sengaja menjadikan si ganteng tambah blingsatan.
Makin lama aku makin mempercepat goyanganku hingga suara-suara aneh ini membuat Nova lagi-lagi menanyakannya ke Dimas yang panik untuk menjawabnya.
Dengan cepat Dimas tiba-tiba mendorongku sampai aku tergeletak diatas ranjang lalu segera berjalan kearah toilet untuk mengurung diri agar aku tak mengganggunya lagi yang sedang menelpon Nova.
Seketika aku kesal, lagi-lagi aku diabaikan bahkan sampai dia campakkan hingga aku bengong diatas ranjang ini dengan penuh ketanggungan.
" BABI!!.. " kucampakkan guling yang ada di dekatku lalu kubaringkan badanku.
Emosiku naik keubun-ubun, aku tak suka sekali situasi ini! Fakta bahwa prioritasnya masihlah dengan Nova membuat egoku terganggu.
Kuakui mesti awalnya aku memahami posisi Dimas dan tak mempermasalahkannya sama sekali tapi entah kenapa lambat laun aku merasa Salty saja, apalagi setelah mendengar Nova mulai membahas soal seks dengan Dimas di telponnya.
Yang mengatakan bahwa dia rindu kontolnya atau membahas soal permainan yang baru saja mereka lakukan dan mendengar semua itu langsung menyulut emosiku!
Aku sendiri tak tahu kenapa yang jelas mendapati realita bahwa Dimas masih ingin mempertahankan hubungannya dengan si cewek tepos itu amat membakar perasaanku.
Dijadikan nomor dua dan hanya menjadi selingan sungguh tak cocok untuk wanita sesempurnaku, juga aku bingung dengan Dimas yang seakan tak merasa beruntung punya kesempatan bisa meniduriku sesukanya padahal diluaran sana bejibun laki-laki yang mengantri diriku namun aku malah memilihnya.
Aku tak kurang satu apapun dan dia sendiri mengakui itu namun tetap saja waktunya lebih banyak ke Nova daripada diriku.
Aku hanya dia belai ketika menjelang dini hari saja, itu pun tak tiap hari dan paginya Dimas juga sudah akan buru-buru pergi lagi.
Inilah yang membuatku tak betah walau aku mencoba sadar akan posisiku tapi lagi-lagi egosentris yang kumiliki jadi penghalang dan asal tahu saja aku tak terbiasa dengan situasi ini.
Aku ingin Dimas lebih menggila-gilaiku, aku ingin dia setiap saat memikirkanku dan dia terus mencari-cariku sama seperti para partner yang sudah terobsesi denganku, dan yang lebih penting aku ingin hanya aku seorang yang memuaskan kontol gedenya itu!
Kutarik nafasku dan lagi-lagi kucengkram sekuat-kuatnya kasur ranjangku ini meluapkan kekesalan yang begitu menggumpal di kepala.
Sepuluh menit kemudian Dimas pun keluar dari toilet dan dia duduk di tepi ranjang lagi.
Kami saling berpandangan dimana aku menatapnya dengan wajah kesalku yang tajam.
" Ver.. Gila lo, tadi tuh hampir banget ketahuan.. "
" Sabarlah kan lo bisa nunggu dulu, kalo sampe ketahuan tadi gimana?.. " ujarnya masih saja memegangi HP nya itu.
Aku diam saja dan kubuang mukaku.
" Yaudah biarin aja ketahuan kalo gitu!!.. " kujawab senewen dengan nada tak perduli.
Dimas menunduk dan kembali terlihat mengetik sesuatu yang mungkin masih membalasi pesan Nova.
Tak mau dia fokus lagi ke Nova maka aku segera bangkit, lalu kupeluk Dimas dari belakang, kukecup-kecup lehernya dan kuhembuskan nafasku di lehernya sementara tanganku mulai meraba-raba tubuh depannya dari belakang.
" Udahlah Dim... "
" Ladenin aku aja, ngapain ngeladenin dia terus.. "
" Lagian kenapa sih dia nelponin kamu mulu? Alay banget ya pacar kamu itu.. " bisikku sedikit angkuh ke kuping Dimas.
Dimas tak menjawabnya, dia diam saja namun masih tetap mengetik di HP nya.
Kupalingkan wajahnya menyamping lalu kuciumi dia dan terus kugoda dia.
" Ahhh yang.. Ayok entotin aku lagi, entotin pelacur kamu ini... Muahh.. "
Dimas pasif meladeni ciuman bibirku, namun kulihat dia terus menatapku dalam diamnya, aku tak perduli dan kuberikan dia ciuman terbaikku lalu kembali kuraih kontol gede kesayanganku yang jadi setengah tegang akibat telponannya tadi.
Nafsuku mulai membumbung tinggi begitu kukocok kontol ini, dan aku tahu Dimas pun kembali sange denganku.
" Liat dada gede aku Dim.. Kamu gak suka kontol kamu ngebelah dadaku ini?.. "
Kuambil telapak tangannya lalu kuletakkan menyamping tepat di belahan dada bulatku lalu kunaik-turunkan membuat dia membayangkan sendiri bagaimana nikmatnya kontolnya mengentoti toketku seperti yang sedang dilakukan tangannya.
Aku mendesah-desah sembari menggerakkan tangan Dimas di belahan dadaku, kutatap redup matanya yang terus menatapku tanpa berkata-kata.
" Kenapa kamu masih mau aja sama Nova Dim? Kan aku lebih muasin kamu.. " kupeluk dia dan kuucapkan kalimat itu dengan lembut di kupingnya.
" Kalo kamu putusin dia kita kan bisa terus ML tiap hari yang.. Jadi kita gak usah sembunyi-sembunyi lagi, terus kita juga tinggal bareng deh.. " hasutku lagi berusaha mempengaruhinya.
Nafas Dimas berhembus kuat di leherku, kupejamkan mataku dan terus memeluknya erat sambil membisikinya kalimat itu, yang keluar begitu saja dari mulutku walau mungkin terdengar teramat durjana.
Dimas mulai bergerak, dia membalas pelukanku dan dia rasakan aroma wangi rambut pirangku dalam dekapan erat kami.
Melihat responnya perlahan kududukkan diriku dikarpet dengan bertumpu di kedua lututku tepat dihadapannya yang masih berada di ujung tepi ranjang, kuambil HP yang ada di genggaman tangannya lalu kuletakkan di meja agar jauh darinya, bersamaan dengan itu kuserahkan pula rantai yang masih terhubung di kalung dileherku ini ke tangannya.
Kutatap wajahnya dengan pandangan sayu ketika dia menggenggam rantaiku persis seperti yang kami lakukan malam tadi.
Dimas terdiam melihat ekspresi patuhku, kuharap dia belum lupa akan aksinya malam tadi dimana rantai yang kini dia genggam dia gunakan untuk menuntunku berjalan merangkak mengelilingi kamar ini.
Aku tak mengucapkan sepatah katapun dan mataku sama sekali tak berkedip terus kukunci ke matanya.
Dimas mengerti, dia pun tersenyum kecil lalu mengelus wajah cantikku. Aku diam, sepenuhnya diam dan membiarkan dia beraksi atas inisiatifnya sendiri.
Kontolnya seketika tegang lagi lalu Dimas menarik rantaiku memandu agar aku berdiri, kuikuti saja saat dia mendorongku rapat ke kaca.
PLAAK!!!
Sebuah tamparan keras dia layangkan ke pantatku yang sangat mengagetkan namun dalam sekejap rasa sakitnya langsung menjalar dan membuat birahiku membara!
" Pelacur kek lo emang gak bisa apa kalo gak di kontolin?.. " bacot Dimas meludahi kontolnya sendiri dan tampak siap untuk menyetubuhiku lagi dalam posisi berdiri.
" Sekarang ngadep depan terus angket tangan lo keatas Ver.. Gue pengen pake pantet lo lagi!!.. " serunya tegas yang segera kulakukan.
" I..iya sayang.. " jawabku patuh.
Dimas pun menjejalkan kontol jumbonya ke lobang pantatku yang sepanjang malam tadi benar-benar habis jadi sasaran sodoknya, bahkan dia terus ejakulasi di dalam sana.
" Ahhh Dimmm... Stttshh!!... " aku meringis ketika dia langsung tusuk masuk!
" Verrr.. Ughhh gue entotin lagi pantet montok lo!!.. " desahnya mulai mempenetrasi anusku.
Aku mendesah-desah dan memejamkan mata merasakan pantatku seketika terasa tersumpal oleh kontol gedenya.
" Anjiingg Dimm enak banget kontol kamu yaang!!.. " erangku menjambak rambutku sendiri merasakan nikmat luar biasa yang membuat kepalaku rasanya ngambang.
Sensasinya amat nyata terasa di sekujur tubuhku dan tak pelak dalam sekejap luapan nikmatnya langsung terproses hingga menghadirkan kontraksi hebat di memekku utamanya di bagian klitoris.
" Lo keenakan kan perek gue pake terus anus lo?.. " tanya Dimas yang tak kujawab.
Aku terus mendesah-desah memfokuskan diriku sepenuhnya akan sodokan yang Dimas mainkan, kusandarkan kepalaku ke kaca balkon apartemenku dan bertumpu disana.
Baik aku dan Dimas seakan tak perduli meskipun dari kaca ini kami bisa saja terlihat dari bawah, tapi rasa-rasanya sih tak akan ada yang melihat lagi pula kamarku ini ada di lantai 18.
" Ahh Dim... Aku mau keluar sayang... "
Dimas memperkuat sodokannya guna mengantarkanku ke gerbang orgasmeku yang entah untuk yang keberapa kalinya jika dihitung dari yang tadi malam.
Tak sampai semenit kemudian aku pun orgasme, tak ada cairan deras seperti biasa karena sudah terhabiskan semua keluar semalaman tadi, hanya tetes-tetes dan kontraksi luar biasa yang kurasakan di memekku.
Dimas memelukku ketika aku roboh, dia tumpu tubuhku dengan pelukannya dari belakang tahu bahwa kaki gemetarku tak akan bisa menopang keadaanku yang sekarang.
Lelaki tampan berkulit coklat ini kemudian menarik kursi yang sering kugunakan untuk duduk-duduk di depan balkonku ketika ingin menikmati pemandangan dan angin segar, dia tarik kursi tersebut yang berada tak jauh dari kami lalu dia suruh aku menungging diatasnya.
Lagi-lagi kulakukan, aku tahu dia pun sedang dalam birahi tingginya maka tak mau kubuang momentum mumpung dia sedang ganas-ganasnya.
TARRR!!!
Dia layangkan sebuah tamparan lagi persis di bokong putihku yang membuat tubuhku tersentak akan rasa sakitnya.
" Ahhh Dimm... " erangku masih dalam nafas tersengal-sengal.
Tanpa banyak berbicara Dimas segera memposisikan diri untuk 'menaikiku' lagi di anus!
" Ka..kamu mau sodomi aku la..lagi Di..mmm?.. AHHH!!.. "
Belum selesai aku meneruskan pertanyaan menggodaku namun dia sudah menghujam anusku lagi saja dengan kontol besarnya yang sangat membuatku kecanduan ini.
SLEEPP.... SLEEPPP... SLEPPP!!
Suara gesekan kontolnya di lubang anusku terdengar begitu menggoda, aku suka sekali saat mendengar bunyi hujaman khas rongga udara yang ada dalam pantatku ketika disodok-sodok oleh kontol lelaki seperti ini, apalagi sekarang kontol Dimas yang tak begitu basah menghadirkan sensasi kesat yang terasa nikmat karena dia tadi hanya membasahi kelaminnya dengan ludah saja.
" Ver, oahh... Nikmat banget bokong lo ini sayang.. Hufftt!!.. " racaunya terbawa suasana intens permainan kami.
Dimas melakukan salah satu gerakan yang sangat kusukai ketika melakukan hubungan badan via anus, yaitu sebuah sodokan sampai mentok lalu langsung dicabut keluar dengan meng-Gaping lubang di Fancy Ass ku itu.
" Ahhh yaang... " desahku begitu Dimas mendesis saat dia buka lebar-lebar lubang anusku dengan tangannya.
Dia melakukannya lagi dengan gerakan yang sama, sebuah tusukan dalam lalu dia cabut dan dia tatap lobang mengangaku itu.
Mataku rasanya terbalik kebelakang dan aku tak bisa mengungkapkan rasa nikmatnya, lebih-lebih kalau dia sampai mengumpat dan mengejeknya
" Ughhh!!.. " itu benar-benar akan jadi lagu yang indah untukku.
Puas melebarkan anusku Dimas melanjutkan lagi sodokannya, kali ini terasa sodokannya makin kejam dan dia terlihat seperti ingin menghancurkan pantat montokku saja rasanya!
Eranganku terdengar makin nyaring seiring intensitas tinggi yang dia mainkan, dan kukira itu wajar, cewek mana yang tak mengerang-erang disodomi di anus dengan kontol sebesar ini.
Aku mengumpat-umpat dan meracau tak karuan yang bahkan aku sendiri tak tahu apa yang sedang kuucapkan sekarang, aku hanya pasrah saja membiarkan anusku digembosi olehnya.
" Anjingg Ver!!... Hahh..Hahh.. Gila anus lo bikin candu banget... " ucap Dimas mencabut keluar kontolnya lagi dan melebarkannya sebentar sebelum kembali dia sodok ulang.
" Dimm.. Tega bener kamu yaang... Kamu pake terus pa..pantet aku... Ahhh!!!.. "
Kupejamkan mataku dan menikmati tusukannya yang terasa dalam sekali menembus anusku, bahkan rasa-rasanya kepala kontolnya sudah ada di dalam perutku.
" Bangsaat!!! Liat pantet lo Ver!!.. "
" Liat pantet elo dah segini gedenya... Lo apain aja sih sampe segini rusaknya anus lo?!!.. " hardik Dimas sangat gemas dan melebarkan lagi lubang tanpa dasar ini selebar yang dia bisa.
" Jawab Ver!!.. "
" Bilang ama gue siapa yang ngerusak pantet lo ini?.. "
" Kenapa lo mau-mau aja diewein di pantet hah? Jadi rusak kan anus lo!.. " ungkap Dimas terdengar seperti menunjukkan kekesalannya.
Aku menundukkan kepalaku dan sangat menikmati bacotannya! Ini gila, tiba-tiba kurasakan sensasi luar biasa dalam diriku akan perkataannya.
" CUHH!!.. "
Dimas menjatuhi ludahnya tepat di lubang mengangaku itu dan kembali mencelupkan kontol gedenya kesana.
" Huuhhh!! Dimmm... " lirihku pasrah ketika dia mulai lagi hujaman brutal dari kontol penghancur anusnya itu.
Dimas mendengus bak banteng, dia sudah tak main-main lagi dan benar-benar mengentotiku dengan sodokan gila membuatku tak ubahnya seperti pelacurnya.
Aku mengerang-erang dengan suara tertahan karena akibat sodokannya kepalaku sampai terpendam ke jok kursi yang jadi tumpuanku.
Badai klimaksku mulai terasa naik dengan cepat, sepertinya dalam waktu singkat aku akan kembali orgasme.
" Ohh Verrr.... Ini enak bangeet... " Dimas tak kalah berkomentar.
Kami sama-sama dalam titik tertinggi dalam sensasi yang kami rasakan, baik aku ataupun dia kini sudah tak sadar apa-apa lagi dan hanya peduli akan kenikmatan surga dunia ini.
" Lebarin pantet lo... Cepett!!.. " perintahnya seketika menampar pantatku lalu mencabut kontolnya.
Kulakukan, dengan kedua tanganku kulebarkan anusku selebar-lebarnya.
Dimas mendesis dan meracau melihat lubang yang entah seberapa menganganya sekarang, dia celup-celupkan lagi kontolnya sembari aku menahan anusku agar tak mengatup.
" Ahh gila Ver pantet lo dah molos banget... Pelacur lo emang!!.. " umpatnya lagi dengan nada nikmat.
Kontolnya terus dia tusuk-tusuk semaunya dalam keadaan yang kulebarkan ini.
Wajahku sudah merah dan aku ingin segera orgasme sekarang!
" Iy..iya Dim.. Aku pelacur... Pelacur kotor dan gak tau diri!!... "
" Cepet entotin pantet aku lagi brengsekk!.. " aku lepas kendali dan Dimas segera melakukannya.
Lelaki tampan bertubuh atletis ini melebarkan anusku dengan tangannya sendiri dan menyodoknya beberapa saat sebelum kembali dia Gaping lagi.
Aku meracau kotor terus menyemangatinya, sengaja tak kugesek memekku seperti biasa menggunakan jariku karena aku ingin klimaks murni dengan nikmat sodokannya.
SLEEPP...
Suara kontolnya ketika tercabut keluar dari anusku.
Lagi-lagi Dimas melakukan aksi favoritku, dia hujam sedalam-dalamnya lalu dia cabut. Dia berdecak menyaksikan lubang yang tak bosan-bosannya dia rekahkan itu.
" Iya sayang terus lebarin pantet aku yang... " kataku dengan nada bergetar menunggu komentar lanjutan dari mulutnya.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam, walau tak melihat wajahnya tapi aku tahu dia sedang melotot menatapi lubang tak berdasar itu yang terus jadi atensinya dari sejak pertama kali kuminta dia memakainya.
" Ckckckck.... "
" Anjing lo emang Ver.. Rugi banget cewek secakep lo tapi anus lo dah gak ada gunanya gini!!.. " ejeknya tak mengurangi sama sekali pegangan tangannya memastikan anusku tetap terekspos lebar.
Di saat dia sedang membacotiku dalam umpatan-umpatannya, tiba-tiba saja Dimas memasukkan 4 jarinya kedalam lubang anusku dan langsung dia kocok dengan kasar!
" Ahh Dimm jangan!!.. Jangan pake jari sayang pa..pake kontol kamu aja.. "
" AUHHH!!!!.. " erangku keras dan seketika orgasme ditempat karena anusku dia kobok-kobok dengan begitu kasarnya menggunakan jarinya!
Semuanya terjadi secepat kilat, aku bergetar-getar dan semua urat ditubuhku rasanya mengencang keluar kocokannya di anusku.
" Dasar jablay lemah!!.. "
PLAAKK!!!
Dimas menghadiahi sebuah tamparan di bokongku lalu dia memposisikan dirinya lagi untuk menggauliku yang masih seperti orang epilepsi ini dari belakang.
Gigiku gemerutuk, dan energiku langsung tersulap habis akan orgasme paksa yang dia lakukan barusan, sekuat tenaga kujaga kesadaranku karena aku yakin sekali bila kupejamkan saja mata ini maka aku akan kolaps!
Dan akhirnya Dimas pun membetotku tanpa ampun menyelesaikan hajatnya dan berejakulasi di dalam lubang anusku yang seharian ini benar-benar Full dia eksploitasi.
Aku yang tak lagi bersuara hanya bisa menggigil dengan mata memutih, segera dia papah dan menidurkanku ke ranjang.
Dimas mengelus pipi dan mengecup dahiku sebelum dia masuk ke kamar mandi meninggalkanku yang telah K.O akan buas permainannya.
..............................
Mendengar dia yang tengah bersiap-siap pulang membuatku segera membangunkan diri.
Kubuka mataku lalu kulihat Dimas sudah berpakaian rapi lagi dan sedang menyisir rambut di depan cermin.
" Di..dim... " panggilku padanya dengan lemah.
Dia melirikku dari kaca kemudian menyamperiku.
" Ce..cepet bener pulangnya.. " mesra kupeluk tubuhnya walau badan seksinya itu sudah tertutup dengan kemeja sekarang.
Kubuka mataku lalu kulihat Dimas sudah berpakaian rapi lagi dan sedang menyisir rambut di depan cermin.
" Di..dim... " panggilku padanya dengan lemah.
Dia melirikku dari kaca kemudian menyamperiku.
" Ce..cepet bener pulangnya.. " mesra kupeluk tubuhnya walau badan seksinya itu sudah tertutup dengan kemeja sekarang.
" Iya, ada urusan jam 10 ini.. " balasnya mendekapku ke dada bidangnya sambil mengusap rambut pirang panjangku padahal aku sudah terangsang lagi saja dan ingin mengajaknya seronde lagi.
" Tapi ntar malem tidur disini lagi kan?.. "
Dia diam tak langsung menjawabnya.
" Liat nanti ya.. " jawab Dimas simpel.
Aku mencemberutkan wajahku karena dia memang tak pernah bisa berjanji padaku.
Lagi pula
dia juga tak bisa berlama-lama di apartemenku, Dimas bilang kalau Nova sampai terlalu curiga dia takut nanti malah dia sampai membuntutinya, apalagi sampai menemukannya sedang ngamar denganku, wah bisa kacau.
Dimas menyempatkan memujiku, dia bilang dia sangat menikmati permainan kami malam tadi, aku diam saja dan masih cemberut dalam dekapan eratnya.
Mendengar pujian-pujiannya seketika ide nakalku pun muncul.
" Yang.. " kulepaskan pelukannya dan kutatap wajah gantengnya.
Dimas membalas tatapanku.
" Ya kenapa?.. " tanyanya penasaran sembari mengelus wajah cantikku.
Aku diam sejenak lalu kuberanikan diri meminta salah satu fantasiku dengannya.
" Kamu mau gak kita ML sama orang lain?.. "
Kuredupkan mata lelahku agar membuat dia terbius dengan kemanjaanku ini, namun alisnya mengkerut dan dia terlihat kaget.
Kuredupkan mata lelahku agar membuat dia terbius dengan kemanjaanku ini, namun alisnya mengkerut dan dia terlihat kaget.
" Maksud lo sama orang lain? Kita threesome apa gimana?.. " dia ingin aku merincinya.
" Ya engga mesti threesome juga kalo threesome kan mentok bertiga, kalau bisa malah makin rame tambah enak yang.. "
" Tapi bukan ceweknya loh yang rame.. " terangku supaya jelas padanya dengan genit.
" Tapi bukan ceweknya loh yang rame.. " terangku supaya jelas padanya dengan genit.
" Lo aneh-aneh aja Ver… " Dimas malah menggantungkan jawaban dan tak memberi keputusan.
" Ih.. Beneran sayang! Aku pengen ngelakuinnya sama kamu… " rupanya dia kira aku bercanda.
" Ayoo yang.. Entotin aku rame-rame sama temen-temen kamu juga.. "
" Pasti enak banget kalo semua lobangku keisi kontol.. Palagi kalau kontol gede kamu yang ngisi pantetku.. Ughh bisa-bisa mati keenakan aku!.. " leguhku sembari menggigit bibirku sendiri dan terbawa sensasi akan nikmat bersetubuh dengan banyak pria sekaligus yang entah sudah berapa lama tak kulakukan.
Dari semenjak pertama kali melakukannya ketika SMA dulu aku langsung kecanduan dengan Threesome dan Gangbang.
Kuingat dulu aku pernah dibawa oleh seorang temanku ke sebuah villa yang ternyata disana sudah ada teman-teman kampusnya yang menunggu, setelah membujukku akhirnya aku pun mau mereka gilir dan rasanya di-Share seperti itu sungguh nikmat! Bahkan setelahnya aku sendiri yang merengek ke dia agar kami melakukannya lagi.
" Pasti enak banget kalo semua lobangku keisi kontol.. Palagi kalau kontol gede kamu yang ngisi pantetku.. Ughh bisa-bisa mati keenakan aku!.. " leguhku sembari menggigit bibirku sendiri dan terbawa sensasi akan nikmat bersetubuh dengan banyak pria sekaligus yang entah sudah berapa lama tak kulakukan.
Dari semenjak pertama kali melakukannya ketika SMA dulu aku langsung kecanduan dengan Threesome dan Gangbang.
Kuingat dulu aku pernah dibawa oleh seorang temanku ke sebuah villa yang ternyata disana sudah ada teman-teman kampusnya yang menunggu, setelah membujukku akhirnya aku pun mau mereka gilir dan rasanya di-Share seperti itu sungguh nikmat! Bahkan setelahnya aku sendiri yang merengek ke dia agar kami melakukannya lagi.
Tentu kini aku ingin merasakannya bersama Dimas, aku ingin tahu seperti apa ekspresinya ketika melihat badan seksiku ini ditiduri oleh teman-temannya.
Dimas menarik nafasnya kemudian terlihat berpikir.
" Terus orang-orangnya siapa Ver?.. " tanyanya.
Dimas menarik nafasnya kemudian terlihat berpikir.
" Terus orang-orangnya siapa Ver?.. " tanyanya.
" Engga
tau, terserah kamu aja.. " kujawab cepat sambil menatap wajahnya dengan pandangan binalku.
Kupercayakan kepada dia siapa-siapa saja orangnya karena justru makin Random dan tak kukenal, malah makin terangsang aku melakukannya.
Kupercayakan kepada dia siapa-siapa saja orangnya karena justru makin Random dan tak kukenal, malah makin terangsang aku melakukannya.
Dimas lagi-lagi tampak
berpikir sejenak dan ragu tapi kurasakan degup jantungnya terpompa dengan cepat dari pelukku ini.
" Yah yang? Kamu
juga pengen kan ngeliat aku dientotin cowok lain?.. "
Dimas
tertegun, pokoknya terus kurayu dia karena aku sedang sangat ingin dikontoli banyak pria apalagi di depannya.
" Hmmm.. Yaudah gimana kalau sama Gilang aja?.. " Dimas akhirnya menyanggupi dan sangat membuatku girang.
" Gilang? Siapa emang?.. " tanyaku dalam kesenangan.
" Gilang
sayang.... Masa lupa sih, itu yang kemaren ML sama lo pas dirumah gue.. " jelas Dimas
" Ooow
dia... Oh jadi namanya Gilang ya? Lupa aku.. " kataku pura-pura lupa sambil tertawa.
" Masa
sih selama ini lo gak tau namanya.. " sampai terheran Dimas aku sampai lupa.
" Ya
lupa aja, kan aku maunya kamu waktu itu, bukan yang laen.. Wekk!.. " cibilku pada cowok
gantengku ini.
" Tapi kok cuma Gilang doang?.. Ajak temen kamu yang lain dong yang, biar makin hot kita ML nya.. "
" Tapi kok cuma Gilang doang?.. Ajak temen kamu yang lain dong yang, biar makin hot kita ML nya.. "
" Jangan ah, nanti kalau sampe temen-temen gue ember bisa ketahuan Nova, udah sama Gilang aja dia bisa dipercaya kok, ya?.. " tukas Dimas yang membuatku cemberut dan merajuk dalam peluknya.
Dimas benar, makin banyak mulut makin besar pula resiko hubungan kami akan ketahuan, dan daripada aku tidak bisa ML lagi dengannya kalau sampai kami ketahuan maka aku memaklumi walau dua kontol sebenarnya tak cukup untukku, tapi ya mau bagaimana lagi karena kami pun harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kami.
Dimas
tersenyum setelah aku mengangguk dan dia pun mengecup keningku lalu pulang meninggalkanku yang sudah tak sabar untuk melakukan Threesome bersamanya.
..............................
Seminggu setelahnya tak banyak
yang kulakukan dan hari ini aku hanya bermalas-malasan sambil terus memandangi jam tak sabar menunggu sore datang.
Aku juga
bingung harus melakukan apa untuk saat ini, biasanya kalau dulu sedang benar-benar bosan aku sering ber-eksib ditempat-tempat umum dengan hanya mengenakan pakaian seksiku.
Rindu juga mendengar siul-siulan, pelototan mesum serta pujian dari laki-laki gadun yang menggodaku di sepanjang aksi, dan sudah lama aku tak melakukannya.
Aku belum lupa bagaimana sensasi dari rasa ketar-ketir ketika aku sedang Flashing dan disaksikan banyak laki-laki, bahkan aku tak ragu untuk melakukan Quick Sex di tempat dimana orang masih berlalu lalang yang bisa saja memergoki sewaktu-waktu.
Tapi biasanya aku hanya akan bereksib jika aku sedang mencari partner baru. Sekarang aku tak perlu melakukannya lagi berhubung aku sudah punya pemuasku sendiri, walau sudah berhari-hari aku dan si kontol gedeku tak bertemu karena kesibukan kami masing-masing.
Rindu juga mendengar siul-siulan, pelototan mesum serta pujian dari laki-laki gadun yang menggodaku di sepanjang aksi, dan sudah lama aku tak melakukannya.
Aku belum lupa bagaimana sensasi dari rasa ketar-ketir ketika aku sedang Flashing dan disaksikan banyak laki-laki, bahkan aku tak ragu untuk melakukan Quick Sex di tempat dimana orang masih berlalu lalang yang bisa saja memergoki sewaktu-waktu.
Tapi biasanya aku hanya akan bereksib jika aku sedang mencari partner baru. Sekarang aku tak perlu melakukannya lagi berhubung aku sudah punya pemuasku sendiri, walau sudah berhari-hari aku dan si kontol gedeku tak bertemu karena kesibukan kami masing-masing.
Sore ini adalah jadwal kami untuk bertemu lagi dan aku sudah tak sabar untuk segera bercinta dengannya, aku tidak tahu apakah Dimas akan merealisasikan
janjinya padaku, But Holy Shit! Aku sudah dilanda nafsu yang berat karena sudah
berhari-hari tidak disentuh olehnya.
Dan selama itu pula aku sengaja tidak bermasturbasi sekaligus enggan mengkhayalkan ini-itu yang mana hanya akan membuatku Horny lagi.
Aku ingin menyimpan tenagaku jika nanti Dimas minta jatah.
Dan selama itu pula aku sengaja tidak bermasturbasi sekaligus enggan mengkhayalkan ini-itu yang mana hanya akan membuatku Horny lagi.
Aku ingin menyimpan tenagaku jika nanti Dimas minta jatah.
Sore pun tiba dan aku segera memesan Grab untuk pergi ke tempat dimana Dimas menyuruhku menunggu, setelah
itu nanti barulah dia akan nge-Pick aku dengan mobilnya karena tidak mungkin dia
menjemputku di apartemen.
Dimas benar-benar berhati-hati dan tak mau hubungan kami sampai terendus orang, aku paham karena di jaman sekarang bahkan tembok pun bisa berbicara, untuk itulah dia ingin main belakang dengan cara yang cantik.
Dimas benar-benar berhati-hati dan tak mau hubungan kami sampai terendus orang, aku paham karena di jaman sekarang bahkan tembok pun bisa berbicara, untuk itulah dia ingin main belakang dengan cara yang cantik.
Dari selatan
aku menuju kearah timur Jakarta untuk mampir di sebuah kafe tempat dimana kami
janjian.
Selama diperjalanan aku sudah gelisah karena sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan Dimas lalu melampiaskan hasratku, aku mulai membayangkan kontol besarnya yang kurindukan dan memikirkannya langsung membuat memekku basah!
Sedari tadi aku tahu kalau Driver nya terus melirik-lirikku dari spionnya, karena memang aku sengaja duduk di tengah, aku menyilangkan kakiku yang saat ini sedang memakai jeans pendek, aku memakai pakaian yang agak terbuka dan santai karena toh nanti ketika sudah bersama Dimas aku takkan berbusana.
Selama diperjalanan aku sudah gelisah karena sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan Dimas lalu melampiaskan hasratku, aku mulai membayangkan kontol besarnya yang kurindukan dan memikirkannya langsung membuat memekku basah!
Sedari tadi aku tahu kalau Driver nya terus melirik-lirikku dari spionnya, karena memang aku sengaja duduk di tengah, aku menyilangkan kakiku yang saat ini sedang memakai jeans pendek, aku memakai pakaian yang agak terbuka dan santai karena toh nanti ketika sudah bersama Dimas aku takkan berbusana.
Sopirnya
masih muda, paling 28 berusia tahunan, tampaknya dia salah tingkah dan terlihat sangat
gugup, iseng melihat itu maka kuajak dia berkenalan.
Namanya Tedi lalu kami ngobrol ringan, karena aku memang supel dan gampang bergaul jadi membuka obrolan begini tidaklah sulit bagiku.
Dan Tedi yang tadinya kaku mulai perlahan cair juga terlihat tak lagi tegang, tentu saja aku sesekali menggodanya, dengan berpura-pura menguncir rambut panjangku kemudian membusungkan dadaku.
Mata Tedi tertangkap olehku menatap ke belahan buah dadaku dari spionnya, aku hanya tersenyum saja menyadari dia nafsu denganku.
Namanya Tedi lalu kami ngobrol ringan, karena aku memang supel dan gampang bergaul jadi membuka obrolan begini tidaklah sulit bagiku.
Dan Tedi yang tadinya kaku mulai perlahan cair juga terlihat tak lagi tegang, tentu saja aku sesekali menggodanya, dengan berpura-pura menguncir rambut panjangku kemudian membusungkan dadaku.
Mata Tedi tertangkap olehku menatap ke belahan buah dadaku dari spionnya, aku hanya tersenyum saja menyadari dia nafsu denganku.
Tak terasa
kami pun tiba di tempat yang dituju, setelah membayar aku turun dari mobil tapi aku tak langsung pergi, kusempatkan menghampiri Tedi dan mengetuk kaca sopirnya
dari luar, kemudian dia membuka kacanya heran.
" Kamu
ada pulpen?.. " tanyaku menatapnya dan tersenyum ramah.
Dari posisi
ini buah dadaku benar-benar terpampang dihadapannya, sontak dia jadi kembali salah tingkah dan terus berusaha untuk tak melihat kearah toketku.
Dengan kikuknya Tedi membongkar Dashboard mobilnya mencari pulpen yang kuminta sementara aku terus nangkring di jendela mobilnya menatap lucu dia yang kelabakan itu.
Dengan kikuknya Tedi membongkar Dashboard mobilnya mencari pulpen yang kuminta sementara aku terus nangkring di jendela mobilnya menatap lucu dia yang kelabakan itu.
Kemudian
sopir Grab ini menyerahkan pulpen dengan gugup agak menunduk padaku.
" I...ii.. ini mbak... " katanya gugup.
Aku masih
menunduk bersandar kearah depan dikaca mobilnya kemudian mengambil pulpen yang
dia sodorkan, kukeluarkan kembali dompetku untuk mengambil 5 lembar pecahan uang
seratus ribuan dan menuliskan sesuatu di selembar uangnya.
Selagi aku menulis mungkin itulah kesempatan Tedi untuk melihat bulatan buah dada padatku, setelah selesai aku menyerahkan kembali pulpen dan memberikan uang itu padanya sambil tersenyum.
Tedi menerima uangnya dengan wajah bingung, kemudian dia mengecek apa yang aku tulis di selembar uang tadi, dan wajahnya jadi tambah penasaran begitu dia menemukan sebuah nomor telepon dari lembar uang yang kutulis.
Raut wajahnya menampakkan kebingungan tak mengerti apa maksudku, disaat dia menatapku dan terlihat ingin bertanya, seketika itu pula aku langsung berikan kecupan di pipinya, kemudian mengerling nakal dan berlalu meninggalkannya.
Selagi aku menulis mungkin itulah kesempatan Tedi untuk melihat bulatan buah dada padatku, setelah selesai aku menyerahkan kembali pulpen dan memberikan uang itu padanya sambil tersenyum.
Tedi menerima uangnya dengan wajah bingung, kemudian dia mengecek apa yang aku tulis di selembar uang tadi, dan wajahnya jadi tambah penasaran begitu dia menemukan sebuah nomor telepon dari lembar uang yang kutulis.
Raut wajahnya menampakkan kebingungan tak mengerti apa maksudku, disaat dia menatapku dan terlihat ingin bertanya, seketika itu pula aku langsung berikan kecupan di pipinya, kemudian mengerling nakal dan berlalu meninggalkannya.
Dimas sudah
menungguku di parkiran kafe, sambil berjalan kearah parkirannya aku tertawa puas dan penasaran apa yang ada dipikiran sopir Grab tadi.
Kalau saja aku sedang tak janjian dengan Dimas, ingin rasanya aku bermain-main menggodanya lebih lama.
Aku jamin pastilah dia masih terduduk terbengong di jok mobilnya sekarang, ya aku harap semoga saja dia berani menghubungiku, karena tadi aku benar-benar menuliskan nomor Handphone ku ketika memberikan Tips untuknya.
Kalau saja aku sedang tak janjian dengan Dimas, ingin rasanya aku bermain-main menggodanya lebih lama.
Aku jamin pastilah dia masih terduduk terbengong di jok mobilnya sekarang, ya aku harap semoga saja dia berani menghubungiku, karena tadi aku benar-benar menuliskan nomor Handphone ku ketika memberikan Tips untuknya.
..............................
Aku
membanting pantat montokku di jok mobil Dimas dan langsung kupeluk cowok
gantengku ini. Dimas hanya tersenyum melihat respon tak sabaranku.
" Aku
kangen banget sama kamu sayaang.. " kataku menggelayut di bahunya.
" Iya Vera sayang sorry ya, kemaren gue lagi sibuk banget, si Nova juga minta ditemenin
terus, makanya susah waktu.. "
" Lo seksi banget deh Ver sore ini.. Bikin dosa aja.. " komentarnya mengelus paha mulusku dan menatap belahan dadaku yang membulat menyembul.
Aku tak
menjawab dan terus saja mencumbuinya melampiaskan nafsuku yang sudah tinggi ini
padanya, Dimas kalem membiarkanku sambil memacu mobilnya yang aku sendiri tidak
tahu akan kemana kami sekarang.
Di jalan
akhirnya Dimas mengatakan bahwa kami akan ke kontrakan Gilang, aku senang bukan
kepalang karena Dimas benar-benar tak lupa soal itu.
Membayangkan diriku akan segera ngeseks dengan lebih dari satu kontol langsung membuat libidoku naik, ya walau hanya mendapat satu tambahan ekstra kontol tapi okelah, lagian adanya Dimas sendiri sudah jadi jaminan kepuasan untukku karena staminanya yang luar biasa.
Aku merinding sementara memekku berkedut-kedut, setelah sekian lama akhirnya aku akan Threesome lagi juga, kuselipkan tanganku kedalam celana dan langsung menggosoki memekku sendiri.
Kutatap Dimas yang sedang menyetir dan mendesis mengingat sebentar lagi aku akan memekik-mekik ditangan dia dan temannya.
" HUUHHH DIMM!!!.. " leguhku merasakan sensasi nikmat yang mengalir di sekujur tubuhku.
Membayangkan diriku akan segera ngeseks dengan lebih dari satu kontol langsung membuat libidoku naik, ya walau hanya mendapat satu tambahan ekstra kontol tapi okelah, lagian adanya Dimas sendiri sudah jadi jaminan kepuasan untukku karena staminanya yang luar biasa.
Aku merinding sementara memekku berkedut-kedut, setelah sekian lama akhirnya aku akan Threesome lagi juga, kuselipkan tanganku kedalam celana dan langsung menggosoki memekku sendiri.
Kutatap Dimas yang sedang menyetir dan mendesis mengingat sebentar lagi aku akan memekik-mekik ditangan dia dan temannya.
" HUUHHH DIMM!!!.. " leguhku merasakan sensasi nikmat yang mengalir di sekujur tubuhku.
Dimas yang sedang menyetir sesekali membalas menatapku saat aku terus mengocok memekku dengan menatap wajah gantengnya, dia tersenyum tipis saja tak aneh lagi akan sisi liarku ini
" Vera jangan... Gue lagi nyetir.. " elaknya saat aku ingin mencumbuinya.
Maka aku pun kembali mendengus dan mundur, aku sudah tak sabaran sekali untuk segera dia buat K.O lagi, terlebih kesadaranku sekarang tak terasa makin membias.
" Dih Ver, tahan ih ntar diliat orang.. "
Dia seakan mengingatkanku bahwa kami sedang berada di ruang publik, karena melihat aku kini bermasturbasi di dalam mobil bak cacing kepanasan.
Maka aku pun kembali mendengus dan mundur, aku sudah tak sabaran sekali untuk segera dia buat K.O lagi, terlebih kesadaranku sekarang tak terasa makin membias.
" Dih Ver, tahan ih ntar diliat orang.. "
Dia seakan mengingatkanku bahwa kami sedang berada di ruang publik, karena melihat aku kini bermasturbasi di dalam mobil bak cacing kepanasan.
" Aku
udah gatel banget mas, masih jauh gak?.. Pengen cepet-cepet kamu entotin
sayang.. " ujarku lirih dan terus mengocoki memekku yang sudah basah sekali.
Aku jamin sekali sentak saja aku langsung akan muncrat-muncrat sekarang.
Dimas tak menjawabnya dan terus mengemudikan mobilnya.
Berhari-hari
ini aku amat tersiksa karena menahan libidoku sendiri dan tak bermasturbasi,
tapi aku memang sengaja melakukannya agar bisa meledakkannya di kesempatan ini.
Tak heran kalau tingkahku mulai seperti orang gila dan liar, dalam keadaan sakau begini aku takkan bisa mengontrol diriku sendiri.
Tak heran kalau tingkahku mulai seperti orang gila dan liar, dalam keadaan sakau begini aku takkan bisa mengontrol diriku sendiri.
" Sayang
kamu bawa mobilnya kok kayak siput gini sih?.. Buruan dong!!.. "
" Cari stopan dulu Dim, terus kita ML bentar di dalem mobil... Aku udah
gak tahan banget nih!!... "
Aku terus
saja mengoceh sendiri, badanku sudah panas-dingin, Dimas yang sudah cukup
mengenal sisi gilaku hanya terus diam tak banyak bersuara seperti karakternya.
" Beli
Viagra dulu gih sayang, biar kamu gak berenti-berenti ntar make akunya.. Uhhh!!.. " desahku masih sambil
mengocoki memekku mengoceh dan mengoceh.
Mungkin
lelah mendengar ocehanku, Dimas tiba-tiba menarik rambutku dan seketika mengarahkan
wajahku keselangkangannya, kuambil posisi tiduran menyamping lalu membuka resleting
celananya dan langsung menghisap kontolnya yang sudah setengah ereksi itu.
" Nah
diem kan lo kalo di kasih kontol!.. " tutup Dimas setelah berhasil membuatku diam.
Aku mulai
sibuk menyepong kontolnya dimana Dimas fokus mengemudi, aku bahkan tak peduli jika
di lampu merah orang melihat kami, meskipun si cowok gantengku tampak gelisah dan takut ada
yang melihat tapi terus saja aku mengulum kontolnya yang kini sudah ereksi
maksimal di dalam mulutku.
..............................
Setelah beberapa saat memasuki gang, lalu tibalah kami di depan sebuah rumah.
Dimas memberhentikan mobil tepat di ujung gangnya, dia menyuruhku berhenti mengoralnya dan mengatakan bahwa kami sudah sampai.
Aku ikut turun dari mobil dan menggandeng tangan Dimas, tak lama Gilang sudah membukakan pintu.
Dia menyambut dan mempersilahkan kami masuk.
Jantungku berdetak keras, bayangan ini semakin nyata. Darahku berdesir membayangkan dua laki-laki ini akan segera menggarapku sebentar lagi!
Aku tidak tahu apakah Dimas sudah janjian soal ini dengan Gilang, tapi meskipun tak diberi tahu aku yakin Gilang sudah nafsu melihatiku apalagi aku sedang mengenakan pakaian yang sangat terbuka sekarang.
Kami duduk di sofa, aku tersenyum saja dengan mata sayuku ketika Gilang menyapa.
Sekilas aku melihat sekeliling, kontrakannya tak begitu besar dan cuma terdiri dari tiga kamar yang disekat-sekat triplek, perabotan juga sederhana tapi siapa peduli soal itu? Aku cuma ingin dipuaskan disini!
Dimas dan Gilang tampak asik ngobrol, aku sudah iya-iya saja dengan obrolan normatif mereka dan sesekali mencubit paha Dimas, berharap dia mengerti bahwa di momen ini aku sudah tidak bisa berbasa-basi lagi.
Kepalaku mulai pening dan memekku terus memproduksi pelumas alaminya siap untuk segera di kawini, di waktu Gilang pergi ke dapur untuk menyiapkan Welcome Drink untuk kami, seketika itu juga aku langsung melompat duduk di pangkuan Dimas dan menciumnya dengan penuh nafsu!
Dimas mencoba mengucapkan sesuatu, tapi terus kubungkam mulutnya dengan bibirku, dia mendorongku pelan namun ajaibnya saat ini tenagaku jauh lebih kuat darinya.
Aku tak ingin dia banyak bicara lagi dan segera cumbui aku!
Perlahan Dimas menyerah, dia mulai melahap bibirku tak kalah bernafsu, tangannya erat memegang pinggang Slim ku dan makin kugesekkan kelaminku diatas pangkuannya.
Suara basah kecupan, suara desahan serta tarikan nafas kami sekarang sudah begitu terdengarnya, aku tak peduli pada apapun lagi dan rasanya aku sekarang sedang terbang bersama cowok seksi kesayanganku ini.
Tanganku mempreteli kancing yang dipakai Dimas, hingga dada dan perutnya yang atletis itu langsung terbuka, aku mendesis lalu merabai-rabai tubuh gagahnya yang sangat membutakan kewarasan para wanita.
" Ahhhhh sayang kamu bener-bener hot banget!!.. " gregetku melihat badan gagahnya.
Aku menarik tangan Dimas yang satunya dan menyelipkannya kedalam bajuku, tak perlu kuberitahu Dimas mulai meremas-remas toketku.
" Lo ganas banget Ver.. Sttsshh.. "
" Bule kayak lo emang cuma taunya ngentot doang.. " komentarnya pedas seperti biasa sambil menengadah menatapku dan ikut permainanku.
Beberapa lama kami terus bergumul ganas diatas sofa ini, aku baru Ngeh Gilang sudah duduk di kasur lantai di depan TV memperhatikan kami, tapi aku cueki saja dulu karena memang berhari-hari ini aku dan Dimas tak bertemu, sekarang aku ingin meluapkan nafsuku ke dia!
Di atas pangkuannya terus kutempelkan bibirku di bibirnya, aku gesek-gesekkan selangkanganku yang tepat menduduki penisnya yang masih tertutup celana, Dimas yang berada dibawah meladeni walau aku sekarang yang mengontrol dan mendominasi penuh dirinya. Namun dia meremas pantat juga toketku tak kalah ganasnya.
" Aku hisep kontol kamu ya sayang.. " bisikku tepat dikupingnya.
Dimas tak menjawab, turun aku bersimpuh di lantai membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celana yang dia kenakan, kutarik Boxer yang dia kenakan dan kontol tebal Dimas yang sudah tegang sepenuhnya mengacung tegak tepat di depan mukaku!
" Ohhh Dim... Kontolmu yang!!.. " aku merinding dan mataku langsung redup begitu melihat kelamin tebalnya ini.
Dengan telaten kukulum penisnya sambil melakukan Eye-Contact menggodaku kearahnya, Dimas mendesis dan menjambak rambut pirang super panjangku yang memang sengaja kupanjangkan agar gampang dijambak atau malah digunakan untuk menjerat leherku sendiri ketika dientoti dari belakang.
" Shhhttts.. Enak Ver.. " desis Dimas menaik-turunkan wajah cantikku di kemaluannya.
Dimas juga sepertinya tak peduli dengan kehadiran Gilang, dia terlihat cuek saja meski dia tahu Gilang sekarang sedang menontoni kami, dia fokus sepenuhnya pada diriku dan merem-melek keenakan.
" Buka baju lo Ver, gue pengen liat toket lo.. " perintah Dimas jelas.
Karena tak mau melepaskan kontolnya dimulutku, aku hanya mengangkat kaosku hingga ke bawah leher dan kemudian menurunkan Cup BH yang kukenakan, kini toket bulatku bersama puting susu merah panjangnya langsung menyembul keluar.
Dimas meraba toket besarku, tak lupa aku melemparkan pandangan ke Gilang yang masih duduk memperhatikan kami di depan TV untuk melihat seperti apa ekspresinya melihat pakaianku yang sudah tersingkap kemana-mana begini.
Karena posisinya yang agak menyerong dari tempat kami dan mungkin dia tak bisa melihat keindahan payudara besarku maka untuk menghiburnya aku juga membuka Hotpants jeans yang kukenakan, hingga kini aku hanya menggunakan celana dalam saja.
Aku yakin setidaknya itu makin membuatnya nafsu karena sekarang dia bisa melihat paha putih mulus dan bongkahan pantat montokku.
Gilang terhenyak, setelah mendapatkan ekspresi yang kuharapkan aku pun menyelipkan jariku disela celana dalamku lalu mulai bermasturbasi dan kembali fokus di batang kontol Dimas yang sedang kuservis.
Dimas semakin meleguh kuat sambil menjambak rambutku menjadikannya pegangan untuk menaik-turunkan kepalaku demi mempercepat kocokan kelaminnya di mulutku.
Mataku terus kukunci di wajahnya yang tampak begitu enaknya, tak puas dengan itu, Dimas kemudian menyuruhku segera menaiki tubuhnya.
Aku menurut dan tak mau membuat kecewa laki-laki yang membuatku sangat tergila-gila akan permainan seksnya ini, sambil bangkit aku mencium bibirnya.
Dimas mengesampingkan celana dalamku dan langsung mengarahkan kontolnya ke memek basahku, aku melotot saat tahu rupanya dia ingin mengentotiku!
" Gue entotin lo Ver!! Ahhh.. " racaunya menggila saat begitu saja kududuki kontolnya.
Mataku terpejam, dan badanku menghasilkan gelombang elektromagnetik yang begitu terasa menjalar di sekujur tubuhku dengan terpusat di selangkanganku sekarang!
Tak pelak aku segera menggoyang Dimas dan mendesah-desah menikmati semuanya.
Dimas mendekatkan wajahku lalu kami berciumanan dengan ganas, benar-benar kami sama-sama menggila karena akhirnya tubuh kami menyatu lagi.
Sesekali kutolehkan kepalaku untuk melihat lagi bagaimana ekspresi Gilang yang melihati kami sedang kimpoi di tempat tinggalnya.
Gilang menatapku tajam tak bergeming, posisinya yang duduk di kasur lantai menyulitkanku untuk menggodanya dengan lirikan mata nakalku sementara kami diatas sofa, karenanya aku fokus saja ke Dimas.
Aku menggigiti bibirku sendiri sambil menatap wajah tampan pacar sahabatku ini dari jarak dekat, berkali-kali goncangan tubuh kami membuat rambut lurus halusku jatuh menutupi wajahnya yang sedang kutatapi hingga mengganggu pandangan.
Dimas juga menatapku, matanya juga redup dan dia terlihat penuh nafsu sekali dan semakin Hot saja.
" Basah banget Ver memek lo, suka kan lo gue entotin kayak gini hah jalang?!.. " umpat Dimas dengan kata-kata kasarnya yang membuat aku tambah panas.
Tak terasa cairan vaginaku sampai mengalir hingga lumer ke paha Dimas saking banyaknya organ intimku memproduksinya, padahal aku belum orgasme tapi cairan itu terus menetes keluar.
" Entotin aku terus sayang, memek aku gatel banget.. Ini gara-gara berapa hari ini gak kamu entotin brengsek!.. " balasku kesal dan mencengkram lengannya sekuatku.
Dimas meringis merasakan sakit cengkraman tanganku yang kujadikan pegangan ditubuhnya, dia kemudian menyingkap rambut panjang dan mengecup leher jenjangku yang memang sangat suka dia 'seduh'.
" OOHHH DIMM!!... "
Mendapat rangsangan seperti ini langsung membuat aku menanjak ke puncak orgasmeku dengan sangat cepat, bahkan Dimas memelukku kuat lalu menggigit-gigit leherku gemas tentu saja sambil menjaga tempo entotannya yang sedang dia lakukan di kecepatan tertingginya.
Aku menggeleng-geleng dan pasrah dalam erat pelukannya, eranganku membuat Dimas makin mempercepat genjotannya.
" Sayang aku pengen orgasme, entot aku yang kuat sambil kamu gigit leher aku ka..kayak gini yaang pliss.. " bisikku terbata-bata padanya.
Dan Dimas benar-benar melakukannya, dia tambah intensitas genjotannya hingga bunyi hantaman kontolnya terdengar sangat-sangat nyaring! Aku memekik memejamkan mata, rasa sakit gigitannya di leherku akhirnya membuat ombak besar tersebut datang.
" EN..ENAK BANGET SAYA..AMPH.. "
Baru aku akan meneruskan jerit kenikmatanku, seketika telapak tangan Dimas langsung membekap menutup mulutku dan mengunci tubuhku dipelukannya erat, leherku dia dongakkan keatas dengan jambakan kuat di rambutku.
Dan aku orgasme dalam erangan yang tertahan, mulutku dibekap dan suaraku tertahan.
Ketika eranganku sudah reda barulah Dimas melepaskan bekapannya dan mencabut kontolnya untuk membiarkan aku menikmati orgasmeku dengan tubuh bergetar seperti biasa.
Badanku hilang tenaga, seketika aku roboh di karpet sambil bersandar di sofa, mataku memutih dan nafasku habis seperti orang baru Sprint jarak jauh, padahal baru sebentar saja aku dan Dimas bersetubuh tapi aku langsung klimaks.
Semua kenikmatan yang keluar terasa sangat hebat, sangat yakin kalau aku Squirt barusan.
Aku merasa tubuhku seperti tersengat listrik dan sekarang aku terkejang-kejang karenanya, tak pelak cairanku keluar terus-menerus bahkan masih ketika Dimas sudah menghentikan penetrasinya.
Hasrat yang terus kutahan selama berhari-hari ini akhirnya meledak juga dalam sekali orgasme.
Kemudian kudengar suara TV hidup dan suara musik yang seperti sengaja diputar, tampaknya Gilang ingin mengkamuflasekan suaraku agar tidak kedengaran tetangga karena sebentar tadi aku benar-benar menjerit dan mendesah dengan lepasnya.
Tak lama Dimas kembali menyodorkan kemaluannya di depan wajahku, aku turun kembali ke karpet dilantai dan berangsur balik ke posisi merangkak kemudian menghisap lagi penisnya, meskipun nafasku masih tersengal-sengal butuh Recovery, tapi tetap kulakukan demi memuaskan pejantanku.
Dimas yang terduduk dan sedang kusepong mulai nyeracau menjambak rambutku, dia yang sudah dipenuhi nafsu memaksaku untuk memasukkan kontol besarnya hingga mentok di mulutku.
" Terus Ver, hisep yang dalem sayang... Ahhh!!.. " leguh nikmat Dimas sambil kutatap dengan mata layuku.
Dimas memberhentikan mobil tepat di ujung gangnya, dia menyuruhku berhenti mengoralnya dan mengatakan bahwa kami sudah sampai.
Aku ikut turun dari mobil dan menggandeng tangan Dimas, tak lama Gilang sudah membukakan pintu.
Dia menyambut dan mempersilahkan kami masuk.
Jantungku berdetak keras, bayangan ini semakin nyata. Darahku berdesir membayangkan dua laki-laki ini akan segera menggarapku sebentar lagi!
Aku tidak tahu apakah Dimas sudah janjian soal ini dengan Gilang, tapi meskipun tak diberi tahu aku yakin Gilang sudah nafsu melihatiku apalagi aku sedang mengenakan pakaian yang sangat terbuka sekarang.
Kami duduk di sofa, aku tersenyum saja dengan mata sayuku ketika Gilang menyapa.
Sekilas aku melihat sekeliling, kontrakannya tak begitu besar dan cuma terdiri dari tiga kamar yang disekat-sekat triplek, perabotan juga sederhana tapi siapa peduli soal itu? Aku cuma ingin dipuaskan disini!
Dimas dan Gilang tampak asik ngobrol, aku sudah iya-iya saja dengan obrolan normatif mereka dan sesekali mencubit paha Dimas, berharap dia mengerti bahwa di momen ini aku sudah tidak bisa berbasa-basi lagi.
Kepalaku mulai pening dan memekku terus memproduksi pelumas alaminya siap untuk segera di kawini, di waktu Gilang pergi ke dapur untuk menyiapkan Welcome Drink untuk kami, seketika itu juga aku langsung melompat duduk di pangkuan Dimas dan menciumnya dengan penuh nafsu!
Dimas mencoba mengucapkan sesuatu, tapi terus kubungkam mulutnya dengan bibirku, dia mendorongku pelan namun ajaibnya saat ini tenagaku jauh lebih kuat darinya.
Aku tak ingin dia banyak bicara lagi dan segera cumbui aku!
Perlahan Dimas menyerah, dia mulai melahap bibirku tak kalah bernafsu, tangannya erat memegang pinggang Slim ku dan makin kugesekkan kelaminku diatas pangkuannya.
Suara basah kecupan, suara desahan serta tarikan nafas kami sekarang sudah begitu terdengarnya, aku tak peduli pada apapun lagi dan rasanya aku sekarang sedang terbang bersama cowok seksi kesayanganku ini.
Tanganku mempreteli kancing yang dipakai Dimas, hingga dada dan perutnya yang atletis itu langsung terbuka, aku mendesis lalu merabai-rabai tubuh gagahnya yang sangat membutakan kewarasan para wanita.
" Ahhhhh sayang kamu bener-bener hot banget!!.. " gregetku melihat badan gagahnya.
Aku menarik tangan Dimas yang satunya dan menyelipkannya kedalam bajuku, tak perlu kuberitahu Dimas mulai meremas-remas toketku.
" Lo ganas banget Ver.. Sttsshh.. "
" Bule kayak lo emang cuma taunya ngentot doang.. " komentarnya pedas seperti biasa sambil menengadah menatapku dan ikut permainanku.
Beberapa lama kami terus bergumul ganas diatas sofa ini, aku baru Ngeh Gilang sudah duduk di kasur lantai di depan TV memperhatikan kami, tapi aku cueki saja dulu karena memang berhari-hari ini aku dan Dimas tak bertemu, sekarang aku ingin meluapkan nafsuku ke dia!
Di atas pangkuannya terus kutempelkan bibirku di bibirnya, aku gesek-gesekkan selangkanganku yang tepat menduduki penisnya yang masih tertutup celana, Dimas yang berada dibawah meladeni walau aku sekarang yang mengontrol dan mendominasi penuh dirinya. Namun dia meremas pantat juga toketku tak kalah ganasnya.
" Aku hisep kontol kamu ya sayang.. " bisikku tepat dikupingnya.
Dimas tak menjawab, turun aku bersimpuh di lantai membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celana yang dia kenakan, kutarik Boxer yang dia kenakan dan kontol tebal Dimas yang sudah tegang sepenuhnya mengacung tegak tepat di depan mukaku!
" Ohhh Dim... Kontolmu yang!!.. " aku merinding dan mataku langsung redup begitu melihat kelamin tebalnya ini.
Dengan telaten kukulum penisnya sambil melakukan Eye-Contact menggodaku kearahnya, Dimas mendesis dan menjambak rambut pirang super panjangku yang memang sengaja kupanjangkan agar gampang dijambak atau malah digunakan untuk menjerat leherku sendiri ketika dientoti dari belakang.
" Shhhttts.. Enak Ver.. " desis Dimas menaik-turunkan wajah cantikku di kemaluannya.
Dimas juga sepertinya tak peduli dengan kehadiran Gilang, dia terlihat cuek saja meski dia tahu Gilang sekarang sedang menontoni kami, dia fokus sepenuhnya pada diriku dan merem-melek keenakan.
" Buka baju lo Ver, gue pengen liat toket lo.. " perintah Dimas jelas.
Karena tak mau melepaskan kontolnya dimulutku, aku hanya mengangkat kaosku hingga ke bawah leher dan kemudian menurunkan Cup BH yang kukenakan, kini toket bulatku bersama puting susu merah panjangnya langsung menyembul keluar.
Dimas meraba toket besarku, tak lupa aku melemparkan pandangan ke Gilang yang masih duduk memperhatikan kami di depan TV untuk melihat seperti apa ekspresinya melihat pakaianku yang sudah tersingkap kemana-mana begini.
Karena posisinya yang agak menyerong dari tempat kami dan mungkin dia tak bisa melihat keindahan payudara besarku maka untuk menghiburnya aku juga membuka Hotpants jeans yang kukenakan, hingga kini aku hanya menggunakan celana dalam saja.
Aku yakin setidaknya itu makin membuatnya nafsu karena sekarang dia bisa melihat paha putih mulus dan bongkahan pantat montokku.
Gilang terhenyak, setelah mendapatkan ekspresi yang kuharapkan aku pun menyelipkan jariku disela celana dalamku lalu mulai bermasturbasi dan kembali fokus di batang kontol Dimas yang sedang kuservis.
Dimas semakin meleguh kuat sambil menjambak rambutku menjadikannya pegangan untuk menaik-turunkan kepalaku demi mempercepat kocokan kelaminnya di mulutku.
Mataku terus kukunci di wajahnya yang tampak begitu enaknya, tak puas dengan itu, Dimas kemudian menyuruhku segera menaiki tubuhnya.
Aku menurut dan tak mau membuat kecewa laki-laki yang membuatku sangat tergila-gila akan permainan seksnya ini, sambil bangkit aku mencium bibirnya.
Dimas mengesampingkan celana dalamku dan langsung mengarahkan kontolnya ke memek basahku, aku melotot saat tahu rupanya dia ingin mengentotiku!
" Gue entotin lo Ver!! Ahhh.. " racaunya menggila saat begitu saja kududuki kontolnya.
Mataku terpejam, dan badanku menghasilkan gelombang elektromagnetik yang begitu terasa menjalar di sekujur tubuhku dengan terpusat di selangkanganku sekarang!
Tak pelak aku segera menggoyang Dimas dan mendesah-desah menikmati semuanya.
Dimas mendekatkan wajahku lalu kami berciumanan dengan ganas, benar-benar kami sama-sama menggila karena akhirnya tubuh kami menyatu lagi.
Sesekali kutolehkan kepalaku untuk melihat lagi bagaimana ekspresi Gilang yang melihati kami sedang kimpoi di tempat tinggalnya.
Gilang menatapku tajam tak bergeming, posisinya yang duduk di kasur lantai menyulitkanku untuk menggodanya dengan lirikan mata nakalku sementara kami diatas sofa, karenanya aku fokus saja ke Dimas.
Aku menggigiti bibirku sendiri sambil menatap wajah tampan pacar sahabatku ini dari jarak dekat, berkali-kali goncangan tubuh kami membuat rambut lurus halusku jatuh menutupi wajahnya yang sedang kutatapi hingga mengganggu pandangan.
Dimas juga menatapku, matanya juga redup dan dia terlihat penuh nafsu sekali dan semakin Hot saja.
" Basah banget Ver memek lo, suka kan lo gue entotin kayak gini hah jalang?!.. " umpat Dimas dengan kata-kata kasarnya yang membuat aku tambah panas.
Tak terasa cairan vaginaku sampai mengalir hingga lumer ke paha Dimas saking banyaknya organ intimku memproduksinya, padahal aku belum orgasme tapi cairan itu terus menetes keluar.
" Entotin aku terus sayang, memek aku gatel banget.. Ini gara-gara berapa hari ini gak kamu entotin brengsek!.. " balasku kesal dan mencengkram lengannya sekuatku.
Dimas meringis merasakan sakit cengkraman tanganku yang kujadikan pegangan ditubuhnya, dia kemudian menyingkap rambut panjang dan mengecup leher jenjangku yang memang sangat suka dia 'seduh'.
" OOHHH DIMM!!... "
Mendapat rangsangan seperti ini langsung membuat aku menanjak ke puncak orgasmeku dengan sangat cepat, bahkan Dimas memelukku kuat lalu menggigit-gigit leherku gemas tentu saja sambil menjaga tempo entotannya yang sedang dia lakukan di kecepatan tertingginya.
Aku menggeleng-geleng dan pasrah dalam erat pelukannya, eranganku membuat Dimas makin mempercepat genjotannya.
" Sayang aku pengen orgasme, entot aku yang kuat sambil kamu gigit leher aku ka..kayak gini yaang pliss.. " bisikku terbata-bata padanya.
Dan Dimas benar-benar melakukannya, dia tambah intensitas genjotannya hingga bunyi hantaman kontolnya terdengar sangat-sangat nyaring! Aku memekik memejamkan mata, rasa sakit gigitannya di leherku akhirnya membuat ombak besar tersebut datang.
" EN..ENAK BANGET SAYA..AMPH.. "
Baru aku akan meneruskan jerit kenikmatanku, seketika telapak tangan Dimas langsung membekap menutup mulutku dan mengunci tubuhku dipelukannya erat, leherku dia dongakkan keatas dengan jambakan kuat di rambutku.
Dan aku orgasme dalam erangan yang tertahan, mulutku dibekap dan suaraku tertahan.
Ketika eranganku sudah reda barulah Dimas melepaskan bekapannya dan mencabut kontolnya untuk membiarkan aku menikmati orgasmeku dengan tubuh bergetar seperti biasa.
Badanku hilang tenaga, seketika aku roboh di karpet sambil bersandar di sofa, mataku memutih dan nafasku habis seperti orang baru Sprint jarak jauh, padahal baru sebentar saja aku dan Dimas bersetubuh tapi aku langsung klimaks.
Semua kenikmatan yang keluar terasa sangat hebat, sangat yakin kalau aku Squirt barusan.
Aku merasa tubuhku seperti tersengat listrik dan sekarang aku terkejang-kejang karenanya, tak pelak cairanku keluar terus-menerus bahkan masih ketika Dimas sudah menghentikan penetrasinya.
Hasrat yang terus kutahan selama berhari-hari ini akhirnya meledak juga dalam sekali orgasme.
Kemudian kudengar suara TV hidup dan suara musik yang seperti sengaja diputar, tampaknya Gilang ingin mengkamuflasekan suaraku agar tidak kedengaran tetangga karena sebentar tadi aku benar-benar menjerit dan mendesah dengan lepasnya.
Tak lama Dimas kembali menyodorkan kemaluannya di depan wajahku, aku turun kembali ke karpet dilantai dan berangsur balik ke posisi merangkak kemudian menghisap lagi penisnya, meskipun nafasku masih tersengal-sengal butuh Recovery, tapi tetap kulakukan demi memuaskan pejantanku.
Dimas yang terduduk dan sedang kusepong mulai nyeracau menjambak rambutku, dia yang sudah dipenuhi nafsu memaksaku untuk memasukkan kontol besarnya hingga mentok di mulutku.
" Terus Ver, hisep yang dalem sayang... Ahhh!!.. " leguh nikmat Dimas sambil kutatap dengan mata layuku.
Tak terasa saat aku sedang asik-asik melakukan Blowjob dengan Dimas, tiba-tiba aku
merasa ada yang memegang pantatku yang menungging ini dari belakang, Dimas
masih menjambak rambutku tapi aku berusaha menoleh dan ternyata Gilang sudah
bertelanjang dada kini sedang meremas-remas pantatku.
" Uuuh
brengsek, gue udah gak tahan Dim liat pantat montoknya.. " ujarnya mendekatkan
wajahnya ke memekku dari belakang.
Dimas hanya
tertawa dan menarik kepalaku mengarahkannya lagi ke penisnya agar kembali mengentoti mulutku.
Dadaku langsung berdegup keras membayangkan sekarang Gilang akan ikut ambil bagian dan mereka akan menggarapku berdua!
Dadaku langsung berdegup keras membayangkan sekarang Gilang akan ikut ambil bagian dan mereka akan menggarapku berdua!
" Sttsshh...... " desisku mengarahkan jari ke itilku dan memasturbasikannya karena terasa amat gatal sekali, sementara Gilang terus
menjilati memekku sekaligus meremas bongkahan pantatku dari belakang.
Aku mulai ON
lagi, fokusku untuk mengulum kontol Dimas seakan hilang karena terus mengerang akibat nikmat jilatan Gilang di memekku.
Kutarik kepala Gilang untuk membenamkan sendiri wajahnya ke pantatku dari belakang, aku mengerang dan sungguh aku benar-benar ingin ngentot sepuas-puasnya dengan mereka!
Dalam waktu singkat sisi liarku kembali bangkit, maka kutolehkan wajahku kearah Gilang lalu kusingkap memekku lebar-lebar memberi isyarat ke dia agar segera mengontoliku.
Kutarik kepala Gilang untuk membenamkan sendiri wajahnya ke pantatku dari belakang, aku mengerang dan sungguh aku benar-benar ingin ngentot sepuas-puasnya dengan mereka!
Dalam waktu singkat sisi liarku kembali bangkit, maka kutolehkan wajahku kearah Gilang lalu kusingkap memekku lebar-lebar memberi isyarat ke dia agar segera mengontoliku.
" Tuh
Gil, tunggu apa lagi, hajar dah!.. " Dimas yang memahami gestur yang kubuat segera mempersilahkan temannya untuk menjajalku kembali.
Mendengar itu Gilang tak mau membuang waktu lagi, dia segera membuka celana pendek yang dia kenakan diikuti aku yang turut ikut menelanjangi diri dengan membuka semua pakaian yang memang masih tersangkut di tubuh putih langsingku ini.
" Akhirnya gue bisa make lo lagi Ver.. " celetuk Gilang disertai sebuah kecupan di pantatku kemudian menjejalkan kontol ngacengnya ke memekku.
" AHHH NGENTOTT!!.. " teriakku memejamkan mata menikmati sejenak sensasi disetubuhi dari
laki-laki yang berbeda.
Langsung kulayangkan pandangan ke Dimas yang terduduk di depanku, dia tersenyum melihatku mulai terhempas kedepan karena sodokan temannya yang tengah menikmati diriku dari belakang.
Langsung kulayangkan pandangan ke Dimas yang terduduk di depanku, dia tersenyum melihatku mulai terhempas kedepan karena sodokan temannya yang tengah menikmati diriku dari belakang.
" Di..dim.. Ahh.. Tega kamu ngeliat aku diewein orang la..lain ya sayang?.. " redup mataku menggodanya dengan ucapan-ucapan yang mendramatisir keadaan.
Gilang
mencengkram pinggulku mantap menggagahi memekku dari belakang, Dimas yang berada
di depanku mengocok-ngocok kontolnya saja sambil melihat Gilang kawin denganku, wajah datarnya yang sedikit tersenyum itu terlihat menunjukkan kesukaannya menyaksikanku berzina dengan orang lain tepat dihadapannya.
Walau bagiku sedikit kurang greget karena harusnya Dimas mencari orang yang jauh lebih asing atau anak-anak kecil yang malah aku lebih suka lagi!
Tapi setidaknya sensasi tersendiri dari bercinta sambil ditontoni oleh pejantan resmiku akhirnya kurasakan, berhubung dari dulu aku suka sekali kalau tubuhku dioper-oper apalagi dibagi-bagikan seperti ini.
Dimas memegang daguku lalu mendekatkan wajahnya.
Walau bagiku sedikit kurang greget karena harusnya Dimas mencari orang yang jauh lebih asing atau anak-anak kecil yang malah aku lebih suka lagi!
Tapi setidaknya sensasi tersendiri dari bercinta sambil ditontoni oleh pejantan resmiku akhirnya kurasakan, berhubung dari dulu aku suka sekali kalau tubuhku dioper-oper apalagi dibagi-bagikan seperti ini.
Dimas memegang daguku lalu mendekatkan wajahnya.
" Ini
yang lo suka kan cantik?.. " katanya menatap wajahku yang terus berguncang
karena genjotan Gilang dari belakang.
Aku mengangguk lemah sembari menggigiti bibirku sendiri, itilku terasa membesar dengan semua situasi sekaligus rangsangan yang kuterima.
Dimas kembali tersenyum dan dia mencium bibirku sambil mengelus-elus rambutku mesra.
Dimas kembali tersenyum dan dia mencium bibirku sambil mengelus-elus rambutku mesra.
Tapi dalam sekejap belaiannya dirambutku tiba-tiba merubah menjadi sebuah jambakan! Aku agak terkaget namun dia langsung mengangkangkan kakinya lebar-lebar dan membenamkan wajahku ke anusnya.
" Ok,
kalo gitu sekarang lo jilat pantat gue heh perek!!.. " dia mulai memainkan permainan agresifnya seperti biasa.
Menurut aku jilati lobang pantatnya dan tetap berusaha menatapnya selagi kumelakukannya,
Dimas meleguh sambil mengocoki kontolnya sendiri, sementara lidahku sedang bermain-main di liang duburnya.
Aku tak tahu apa yang Gilang pikirkan tentang ini dan aku tak peduli! Pastinya dia kaget melihat betapa liarnya permainanku dengan Dimas, tapi yang jelas tusukan dan hujamannya di memekku malah makin membenamkan wajahku di pantat Dimas.
Aku tak tahu apa yang Gilang pikirkan tentang ini dan aku tak peduli! Pastinya dia kaget melihat betapa liarnya permainanku dengan Dimas, tapi yang jelas tusukan dan hujamannya di memekku malah makin membenamkan wajahku di pantat Dimas.
" Entot
dia yang kasar Gil, bacotin aja gak usah ragu... Ini perek emang mesti dikasarin
biar dia puas!.. " ujar Dimas pada Gilang.
Aku bergidik mendengarnya, tak menyangka jika Dimas akan ikut mengajak Gilang untuk memainkan seks panas bersama rapalan-rapalan kotor yang sangat kusuka untuk menghiasi permainan kami.
Beberapa
saat kemudian, Dimas menarik rambut panjang dan memaksaku berjalan merangkak, sementara Dimas menggeretku bagai binatang dengan jambakan dirambutku sebagai tali kekangnya, Gilang masih saja terus mengentotiku dari belakang.
Aku mendesah sekaligus meringis kesulitan merangkak sambil disetubuhi seperti ini, apalagi Dimas akan makin menarik rambutku kuat seolah terus menyuruhku merangkak dengan lebih cepat.
Dimas sudah tak perlu arahan apapun lagi dariku, dia tahu apa yang kuinginkan karena sekarang dia sudah benar-benar menganggapku pelacur pribadinya yang bisa dia perlakukan semaunya, itulah yang kuinginkan, aku akan pasrah sepasrah-pasrahnya terhadap apa-apa yang dia kehendaki!
Aku mendesah sekaligus meringis kesulitan merangkak sambil disetubuhi seperti ini, apalagi Dimas akan makin menarik rambutku kuat seolah terus menyuruhku merangkak dengan lebih cepat.
Dimas sudah tak perlu arahan apapun lagi dariku, dia tahu apa yang kuinginkan karena sekarang dia sudah benar-benar menganggapku pelacur pribadinya yang bisa dia perlakukan semaunya, itulah yang kuinginkan, aku akan pasrah sepasrah-pasrahnya terhadap apa-apa yang dia kehendaki!
Setelah merangkak mengikuti Dimas dengan sangat perlahan karena terus disodok Gilang, akhirnya kami tiba di sebuah sofa masih diruang tamu.
Kekasih ganteng Nova ini menyuruhku duduk bersimpuh lalu kemudian dia sodori kontolnya ke wajahku, melihat hal tersebut Gilang pun mencabut kontolnya dari memekku lalu tak mau kalah untuk ikut menyodorkan kontolnya.
Kini aku sudah terduduk dikepung dua kontol tepat di depan wajahku! Aku mendongak menatap mereka dengan sendu yang sudah terlihat tak sabaran untuk merasakan servis hisapku.
" Pecun cepet hisep!!.. " bentak Dimas karena aku tak Gercep dan hanya menatap mereka saja.
Aku memang sengaja menunggu bentakkan darinya dan setelah dimarahi maka mulailah aku menghisapi dua kontol super tegang ini bergantian.
Kekasih ganteng Nova ini menyuruhku duduk bersimpuh lalu kemudian dia sodori kontolnya ke wajahku, melihat hal tersebut Gilang pun mencabut kontolnya dari memekku lalu tak mau kalah untuk ikut menyodorkan kontolnya.
Kini aku sudah terduduk dikepung dua kontol tepat di depan wajahku!
" Pecun cepet hisep!!.. " bentak Dimas karena aku tak Gercep dan hanya menatap mereka saja.
Aku memang sengaja menunggu bentakkan darinya dan setelah dimarahi maka mulailah aku menghisapi dua kontol super tegang ini bergantian.
Pertama-tama aku mengulum kontol Dimas dan menatap wajahnya yang mendongak diatasku seakan sedang menunjukkan dominasinya terhadapku yang menatapnya memelas dibawah, sementara tanganku mulai mem-BJ kontol Gilang yang tampaknya akan bermain sebagai figuran hari ini.
" Ughh.. Gila lo dapet dari mana si pirang ini Dim?.. Hot banget terus juga mainnya galak.. " celetuk Gilang yang sudah tak ragu membacot.
" Ughh.. Gila lo dapet dari mana si pirang ini Dim?.. Hot banget terus juga mainnya galak.. " celetuk Gilang yang sudah tak ragu membacot.
" Doi haus kontol, liat aja pas pertama kali kita bawa dulu, mau-mau aja langsung
dikentot kan?.. " sambung Dimas sambil menuangkan ludahnya ke batang
kontolnya yang sedang kukulum.
" Hahaha iya, btw makasih banget nih lo mau bawa dia kesini, lo emang sohib gue banget, secara kan biasanya orang kalo soal ginian mah suka lupa temen.. " sambung Gilang.
" Ahh santai aja Gil, kek ama siapa aja sih lo.. "
" Lagian ini pelacur emang doyan dikontolin rame-rame kok, pokoknya ntar kalo lagi gak gue pake mau lo bawa ya bawa aja gih, gampang.. " kata Dimas enteng yang kemudian mereka berdua sama-sama tertawa.
Aku diam saja mendengar percakapan mereka dan tubuhku bergetar hebat mengetahui Dimas tak mempermasalahkan jika nantinya aku dibawa-bawa orang.
Tubuhku mulai mengeluarkan keringatnya, aku sudah birahi maksimal dengan dua pejantanku ini apalagi obrolan mereka yang makin merendahkanku namun aku tak bisa menggosok memekku sendiri seperti biasa untuk memancing orgasmeku, karena tanganku sedang penuh memegangi dua batang kokoh mereka yang silih berganti kumasukkan kedalam mulutku.
" Ahh santai aja Gil, kek ama siapa aja sih lo.. "
" Lagian ini pelacur emang doyan dikontolin rame-rame kok, pokoknya ntar kalo lagi gak gue pake mau lo bawa ya bawa aja gih, gampang.. " kata Dimas enteng yang kemudian mereka berdua sama-sama tertawa.
Aku diam saja mendengar percakapan mereka dan tubuhku bergetar hebat mengetahui Dimas tak mempermasalahkan jika nantinya aku dibawa-bawa orang.
Tubuhku mulai mengeluarkan keringatnya, aku sudah birahi maksimal dengan dua pejantanku ini apalagi obrolan mereka yang makin merendahkanku namun aku tak bisa menggosok memekku sendiri seperti biasa untuk memancing orgasmeku, karena tanganku sedang penuh memegangi dua batang kokoh mereka yang silih berganti kumasukkan kedalam mulutku.
Aku terus
melakukan oral seks ke dua kontol yang sudah amat tegang ini, kubagi rata
hisapan mautku, mereka meringis dan meleguh menikmati hisap sepongan yang kuberikan.
Sesekali kutamparkan kontol mereka ke pipiku lalu meracau untuk membuat mereka jadi tambah panas.
Sesekali kutamparkan kontol mereka ke pipiku lalu meracau untuk membuat mereka jadi tambah panas.
Mata Gilang terus melirik kearah toketku, sambil kumanjakan penisnya kubiarkan dia juga meremas
payudaraku yang besar ini dan memberikan akses penuh tubuhku kepadanya.
" Toketnya ini Dim yang bikin sange banget, abis ntuh malem gue mimpi basah terus
gara-gara bayangin toketnya nih bule.. " celetuk Gilang meraba-rabai toket
besarku.
Dari kemaluan Dimas aku beralih ke Gilang, kukecupi ujung penisnya dengan lembut dan mulai menjilati perlahan lalu menghisap utuh kontol Gilang sampai mentok masuk mencolok tenggorokanku.
Gilang langsung meleguh dan dia memegang kepalaku lalu mengentoti mulutku.
" Egghh... Ekhhh... Eghhh.... " suaraku ketika Gilang sodok-sodoki hingga wajahku sampai mentok di perutnya.
" Anjingggg!!! Lo emang pinter banget nyepongnya.. " erangnya saat menarik keluar kontolnya setelah kurang lebih 10 detik kutahan ketika masuk seutuhnya tadi.
Aku menyeka mataku yang berair, sementara benang ludahku sudah bercucuran dimana-mana. Dimas melihatinya saja dan mungkin dia iri melihat Gilang bisa mengentoti tenggorokanku, sebuah hal yang mustahil dilakukan oleh penis besar yang dia miliki.
Aku menyeka mataku yang berair, sementara benang ludahku sudah bercucuran dimana-mana. Dimas melihatinya saja dan mungkin dia iri melihat Gilang bisa mengentoti tenggorokanku, sebuah hal yang mustahil dilakukan oleh penis besar yang dia miliki.
Memekku
mulai berdenyut-denyut lagi, dan rasanya aku ingin segera ditusuk oleh mereka agar kembali orgasme.
" Gue
pengen ngentotin tetek bulet lo perek.. " Gilang bergerak lagi lalu langsung
memposisikan kontolnya ditengah dadaku.
Aku
menjepitkan kontol Gilang dengan toketku dan membiarkannya dia mengentoti toket
bulatku itu.
" BRENGSEK!!!.. Padet banget cuy!.. "
" Enak
banget ini Dim sumpah!! Ohhh.. " lirih Gilang liar saat merasakan kenikmatan Titsjob
dariku.
Aku mendesah mengandalkan suara merduku untuk membuat suasana jadi tambah sensual, Gilang menggesek-gesekkan kemaluannya di dadaku dengan rapalan spontannya yang menjadi bumbu penyedap dalam panasnya suasana sekarang, walau aku sedikit tak suka melihat bulu di pangkal kelaminnya itu.
Kulihat wajah Dimas yang terus diam kembali tak banyak bicara, dia menatapku sembari mengocok kontolnya sendiri dengan pandangan dalam dan tajam.
Dia seperti sedang menilai diriku atau dia mungkin amat menikmati pemandangan dimana temannya sedang mengontoli belahan dadaku yang dulu selalu jadi bahan colinya.
Kulihat wajah Dimas yang terus diam kembali tak banyak bicara, dia menatapku sembari mengocok kontolnya sendiri dengan pandangan dalam dan tajam.
Dia seperti sedang menilai diriku atau dia mungkin amat menikmati pemandangan dimana temannya sedang mengontoli belahan dadaku yang dulu selalu jadi bahan colinya.
Tak berapa lama Dimas menunduk dan memasukkan dua jarinya kedalam memekku, aku
langsung terkelojot karena sentakannya terasa bagaikan soda ditubuhku, lelaki ganteng ini menahan tangannya lalu menatapiku dari jarak dekat.
" Lo pengen orgasme cantik?.. " tanya Dimas yang tampaknya akan segera membuatku
muncrat-muncrat dengan tangannya sendiri.
Aku mengangguk, mata sayu serta gigitan dibibirku menunjukkan betapa aku menginginkannya.
Dimas tersenyum lalu mengecup dahiku, dan dengan kucekan yang kuat seketika dari memekku kembali menembak-nembakkan cairan bening yang langsung membasahi lantai.
Aku yang sedang duduk bersimpuh ini pun terkejang-kejang sementara Gilang tetap menopang tubuhku dan terus menempatkan penisnya di belahan dadaku yang dia rapatkan.
Sekuatku kucoba untuk tak ambruk kebelakang dan tetap menahan posisiku, mataku masih terpejam bersama dengan getar-getar gigil dibadanku.
Bunyi basah kocokan Dimas tadi di memekku terdengar keras sekali pertanda kelamin pink ini memang sudah luar biasanya basah.
Aku mengangguk, mata sayu serta gigitan dibibirku menunjukkan betapa aku menginginkannya.
Dimas tersenyum lalu mengecup dahiku, dan dengan kucekan yang kuat seketika dari memekku kembali menembak-nembakkan cairan bening yang langsung membasahi lantai.
Aku yang sedang duduk bersimpuh ini pun terkejang-kejang sementara Gilang tetap menopang tubuhku dan terus menempatkan penisnya di belahan dadaku yang dia rapatkan.
Sekuatku kucoba untuk tak ambruk kebelakang dan tetap menahan posisiku, mataku masih terpejam bersama dengan getar-getar gigil dibadanku.
Bunyi basah kocokan Dimas tadi di memekku terdengar keras sekali pertanda kelamin pink ini memang sudah luar biasanya basah.
" Gil baringin Vera di sofa dong, kita gilir dia.. " seru Dimas ke Gilang.
Gilang langsung menarik tanganku dan dia menyuruhku untuk segera berbaring di sofa, aku pasrah saja meski aku belum pulih dari klimaksku.
" Siapa duluan?.. " tanya Dimas ke Gilang saat aku sudah tergelak tiada berdaya menunggu mereka memanjatku.
" Lo aja deh, gue udah berasa mau keluar nih gara-gara make nenen gedenya barusan.. "
Maka Dimas pun maju, dia kangkangkan kakiku lebar-lebar lalu dia ludahi kontolnya sendiri.
Kutatap wajah gantengnya dengan mataku yang sudah sangat memelas ini.
" Lo aja deh, gue udah berasa mau keluar nih gara-gara make nenen gedenya barusan.. "
Maka Dimas pun maju, dia kangkangkan kakiku lebar-lebar lalu dia ludahi kontolnya sendiri.
Kutatap wajah gantengnya dengan mataku yang sudah sangat memelas ini.
" Tahan posisi lo ya, gue pengen ngentotin lo yang ngangkang gini, ngerti?!... " perintah Dimas setengah membentakku dengan tegas.
" Iy..iyaa sayang.. " jawabku patuh lalu membuka selangkanganku selebar mungkin dan meladeni
Gilang yang kembali menyodorkan kontolnya kemulutku.
Kemudian Dimas langsung mengarahkan kontolnya masuk kedalam memekku, aku mendesah pelan ketika ditusuk oleh kontol berdiameter besar itu yang kini mulai menggaruki memekku dari dalam.
" Ouhh.. Mas enak bangeett.. " lirihku memejamkan mata tak lupa menggeseki klitorisku yang sudah ereksi maksimal untuk merasakan surga dunia ini.
" UGHHH... GILAKK!!.. " leguh Dimas dengan nafas berat mengenjotku.
Sambil dientoti begini aku jadi tak fokus mengulum kontol Gilang yang sejak tadi dia sodorkan ke mulutku, rasanya aku lebih ingin fokus mendesah menikmati setiap tusukan cowok gantengku di vagina tebal ini.
Kepalaku terasa sangat ringan, dalam fase ini semua inderaku terasa menjadi seribu kali lebih sensitif dan aku betul-betul merasakan kedamaian tak memikirkan sama sekali akan problematika hidup.
Inilah yang membuatku begitu tak bisa lepasnya dari seks, menikmatinya bagiku adalah sebuah terapi spiritual yang paling ampuh demi mengusir racun dalam kepala yang bernama stress.
" Ahh Dimm, terus sayang entotin aku... Ahh... " erangku memejamkan mata menyamakan pola gesekan di klitorisku dengan sodokannya.
Demi menambah sensasinya kusuruh Gilang mengocoki kontolnya tepat diatas wajahku.
" Gil kocokin kontol kamu persis di atas muka cantikku dong.. " pintaku yang langsung dia lakukan.
Inilah yang membuatku begitu tak bisa lepasnya dari seks, menikmatinya bagiku adalah sebuah terapi spiritual yang paling ampuh demi mengusir racun dalam kepala yang bernama stress.
" Ahh Dimm, terus sayang entotin aku... Ahh... " erangku memejamkan mata menyamakan pola gesekan di klitorisku dengan sodokannya.
Demi menambah sensasinya kusuruh Gilang mengocoki kontolnya tepat diatas wajahku.
" Gil kocokin kontol kamu persis di atas muka cantikku dong.. " pintaku yang langsung dia lakukan.
Kini semua komponennya telah lengkap, aku dientoti oleh kontol besar sementara tepat di depan wajahku juga ada kontol yang sedang dikocok-kocok oleh pemiliknya yang sudah tidak sabaran untuk mengambil gilirannya.
Dalam sekejap badai orgasmeku datang lagi, walau masih kusesali karena aku sebenarnya ingin dikepung oleh banyak kontol dimana aku yang disetubuhi sambil mengangkang ini juga sedang memegang kontol di kedua tanganku, masing-masing toketku juga disapih oleh dua orang pria yang intinya aku ingin dibuat repot!
" UGHHH!!!!.. " aku betul-betul tak bisa membayangkan betapa sibuknya aku kalau saja Dimas memutuskan mengajak lebih banyak temannya untuk menggarapku.
Tapi tak apalah, toh sekarang aku sangat keenakan dan malah sekarang aku tengah bersiap untuk kembali orgasme.
" Verr.. Me..memek lo denyut-denyut sayaang... Ohh!!... " lirih Dimas merasakan kontraksi di vaginaku.
Aku memejamkan mata dan fokus dengan kenikmatan yang akan datang, suara kocokan Gilang begitu terdengar yang menandakan dia tengah mengocoki kontolnya amat dekat di wajahku ini.
Memekku terasa memproduksi cairannya secara masif hingga tak terasa cairan bening itu sampai meleleh lumer keluar, aku mendesah sekuat yang kubisa dan entah apa yang terjadi kalau tiba-tiba ada yang menggrebek kami lalu menemukanku tengah disetubuhi dua orang begini.
Aku memejamkan mata dan fokus dengan kenikmatan yang akan datang, suara kocokan Gilang begitu terdengar yang menandakan dia tengah mengocoki kontolnya amat dekat di wajahku ini.
Memekku terasa memproduksi cairannya secara masif hingga tak terasa cairan bening itu sampai meleleh lumer keluar, aku mendesah sekuat yang kubisa dan entah apa yang terjadi kalau tiba-tiba ada yang menggrebek kami lalu menemukanku tengah disetubuhi dua orang begini.
Menit berjalan, Dimas mendaratkan wajahnya ke payudara bulatku dan menyapih putingnya yang sudah begitu mencuat tegang, sementara Gilang mulai mengusap-usap bibirku dengan kontolnya.
Aku sudah tak karu-karuan dan kepalaku terasa mau meletus sekarang!
" Dimm... Aku sampeee.. Ahhh percepat ge..genjotan kamu yang... " lirihku keras.
Namun Dimas malah memperlambat genjotannya, sontak aku mendelik dan menatapnya tapi dia hanya tersenyum santai.
" Lo mau orgasme kan?.. Nah kalo gitu lo kocok sendiri itil dan orgasme, gue pengen liat.. " suruhnya padaku yang segera kuikuti.
Tanpa berkata-kata langsung kubasahi jari tanganku kemudian kutempelkan ke biang gatal ditubuhku ini lalu segera menggeseknya tanpa ampun!
" AHHHH DIMMM.... " lirihku membanting kepala ke jok sofa dan menikmati gesekan yang terjadi di memek maupun di dalam vaginaku yang masih diterobos oleh si ganteng.
Kucueki dulu Gilang yang menyodori kontolnya ke mulutku karena sekarang aku sedang ingin orgasme dengan kontol Dimas di dalam mekiku.
Kutatap wajah ganteng dan tubuh kekarnya yang kini sedang menjadi Rule terhadap diriku, kuingat lagi momen dimana dia datang ditengah malam kemudian langsung membantingku keranjang dan mengikat-ikat tubuh seksiku lalu dia habisi anusku!
Ingatan tersebut sengaja kuputar ulang untuk mengiringi orgasmeku sekarang, aku seakan tak percaya bahwa lelaki setampannya pernah dan masih akan terus melakukannya denganku, tak pelak menyadari betapa beruntungnya aku langsung membuatku menggaruk memekku sekuat yang kubisa lalu aku pun orgasme!
" AHHHH DIMM AKU SAMPEE!!... " jeritku keras dengan badan melengkung kemudian seketika merapatkan pahaku yang terus saja dia sodok-sodok.
Aku menggeliat dan mataku memutih, akhirnya Dimas menghentikan penetrasinya dan mengusap-usap wajahku yang penuh bulir keringat.
Nafasku terengah-engah dan orgasmeku barusan langsung men-Drain habis semua energi yang kumiliki.
" Hyperseks ini cewek Dim.. Hahaha... "
" Asli.. Nafsunya gak habis-habis tapi sayangnya staminanya gak imbangin.. " Dimas menimpali.
Mereka berdua saling nyeletuk dan aku diam saja dalam pejaman mataku, nafasku ambrol sekali sekarang aku benar-benar butuh Recovery setidaknya 5 menit.
Aku menggeliat dan mataku memutih, akhirnya Dimas menghentikan penetrasinya dan mengusap-usap wajahku yang penuh bulir keringat.
Nafasku terengah-engah dan orgasmeku barusan langsung men-Drain habis semua energi yang kumiliki.
" Hyperseks ini cewek Dim.. Hahaha... "
" Asli.. Nafsunya gak habis-habis tapi sayangnya staminanya gak imbangin.. " Dimas menimpali.
Mereka berdua saling nyeletuk dan aku diam saja dalam pejaman mataku, nafasku ambrol sekali sekarang aku benar-benar butuh Recovery setidaknya 5 menit.
Untungnya Dimas membiarkanku beristirahat sebentar, dia mencabut kontolnya dan tetap memesraiku dengan mengusap rambut lalu mengecupi kening juga bibirku sambil menindihku.
Inilah yang kusuka darinya, dia pengertian sekaligus bisa membaca situasi walau permainannya yang sangat ganas itu bisa saja membuatnya jadi egois tapi dia lebih memilih memanjakanku dan mengedepankan kami sama-sama menikmati permainan.
Hal tersebutlah yang makin lama makin membuatku tergila-gila dan tak mau lepas darinya, dia benar-benar teman ranjang paling ideal untukku.
Lima menit pun berlalu dan tenagaku mulai terkumpul, kubuka mataku lalu kutatap Dimas yang tengah memagut bibirku mesra.
" Udah kuat?.. " tanyanya dengan sebuah elusan di mata lentik nan indahku.
Aku mengangguk dan dia tersenyum, dia lalu bangkit kemudian menyuruh Gilang mengambil gilirannya, segera aku distel oleh sang tuan rumah dalam posisi duduk.
" Udah kuat?.. " tanyanya dengan sebuah elusan di mata lentik nan indahku.
Aku mengangguk dan dia tersenyum, dia lalu bangkit kemudian menyuruh Gilang mengambil gilirannya, segera aku distel oleh sang tuan rumah dalam posisi duduk.
Gilang
menyandarkan punggungku di sandaran sofa, kini aku
terduduk dalam posisi mengangkang dan siap menunggunya mengentotiku.
" Ayo Gil entotin aku... " pintaku padanya setelah bisa bersuara lagi.
Gilang membasahi burungnya dengan ludah lalu 'bles' masuklah kontolnya yang berukuran standar nusantara itu ke dalam memek buleku.
" Ayo Gil entotin aku... " pintaku padanya setelah bisa bersuara lagi.
Gilang membasahi burungnya dengan ludah lalu 'bles' masuklah kontolnya yang berukuran standar nusantara itu ke dalam memek buleku.
" Ahhhhh..... " desahku melayangkan pandangan ke pria kedua yang jadi pemuasku di sore hari menjelang petang ini.
Gilang juga mendesah dan menengadah begitu kontolnya dia tusukkan di dalam kewanitaanku.
" Enak kan Gil? Kamu suka ngentotin cewek bule kayak aku?.. " godaku kembali berisik setelah mendapatkan tenaga.
Dimas diam saja membiarkanku dinikmati kawannya, dia hanya mengocoki kontolnya tak jauh disebelahku.
Aku mendesah-desah digauli penuh nafsu seperti ini, terus kukunci pandangan binalku ke wajahnya yang merem-melek menikmati kenikmatan atas badan seksiku, klitorisku mulai kugesek-gesek lagi mengikuti intensitas genjotan yang dia buat.
" Ayo Gil entotin aku lebih kuat, jangan bisanya cuma ngeremes toket aku doang, cekek leher aku!!.. " umpatku padanya.
Tampaknya pancinganku menjadikan Gilang panas, dia yang tadinya hanya meraba-rabai dadaku kini jadi mencekik dan menambah daya gedornya.
Gilang juga mendesah dan menengadah begitu kontolnya dia tusukkan di dalam kewanitaanku.
" Enak kan Gil? Kamu suka ngentotin cewek bule kayak aku?.. " godaku kembali berisik setelah mendapatkan tenaga.
Dimas diam saja membiarkanku dinikmati kawannya, dia hanya mengocoki kontolnya tak jauh disebelahku.
Aku mendesah-desah digauli penuh nafsu seperti ini, terus kukunci pandangan binalku ke wajahnya yang merem-melek menikmati kenikmatan atas badan seksiku, klitorisku mulai kugesek-gesek lagi mengikuti intensitas genjotan yang dia buat.
" Ayo Gil entotin aku lebih kuat, jangan bisanya cuma ngeremes toket aku doang, cekek leher aku!!.. " umpatku padanya.
Tampaknya pancinganku menjadikan Gilang panas, dia yang tadinya hanya meraba-rabai dadaku kini jadi mencekik dan menambah daya gedornya.
Aku meleguh saat leherku dia cengkram dan memekku dia hajar dengan penuh nafsu.
Bermenit-menit kami mempertahankan posisi ini, nafasku mulai tak stabil selain karena cekik tangannya di leherku juga akibat genjotan Gilang yang sangat tak stabil, menjadikanku sulit mengatur orgasmeku sendiri.
Bermenit-menit kami mempertahankan posisi ini, nafasku mulai tak stabil selain karena cekik tangannya di leherku juga akibat genjotan Gilang yang sangat tak stabil, menjadikanku sulit mengatur orgasmeku sendiri.
" Gi..gil segini doang ya kamu? Entotan kamu tuh kayak entotan anak SMP tau gak!!.. " ejekku panas kearahnya.
Mendengar itu Gilang kemudian mempercepat genjotannya dan berusaha mempertahankannya selama mungkin, aku tatap wajahnya yang sudah mangap-mangap terlihat sudah mau ejakulasi saja.
" Kesiniin tangan kamu, kamu tuh harus perlakuin aku kayak gini!!... " sambungku lagi menggila sambil mengarahkan tangannya ke wajahku dan mengayunkannya sendiri ke pipiku.
PLAKKK!! PLAKK!!
" Ayo tampar aku Gil!! Aku ini pelacur kamu, bukan pacar kamu.. Jangan kasih kendor!!!.. " aku menggila sambil merasakan kibasan tamparannya di wajahku.
" AHH IYA GI..GITU!!.. "
Aku semakin menjadi-jadi karena Gilang sekarang benar-benar menggampari wajahku seperti yang kumau, aku terus percepat gesekan jariku di memekku, aku lupakan dulu Dimas yang berada di sebelahku.
Aku semakin menjadi-jadi karena Gilang sekarang benar-benar menggampari wajahku seperti yang kumau, aku terus percepat gesekan jariku di memekku, aku lupakan dulu Dimas yang berada di sebelahku.
" Iya Gil, terus pukul aku!!!.. " desahku kesetanan merasakan tamparan yang dia layangkan ke pipiku.
Merasakan klimaks yang mendekat membuatku jadi teringat soal konsekuensinya, jika aku orgasme maka energiku akan terkuras lagi padahal aku berniat Have Fun dengan mereka semalaman ini, sementara sekarang aku sudah diambang gerbang orgasmeku.
Aku jadi bingung harus menahan orgasmeku lagi guna menghemat stamina dan bermain santai agar bisa menjadikan ini malam yang panjang bersama mereka berdua, atau justru All-Out tapi dengan resiko kelelahan?
Tapi seketika aku langsung mendapat jawabannya.
" Persetan soal stamina-stamina!! Aku bakal orgasme sebanyak yang aku mau dan aku juga bakal ngentot sampai pagi!!.. " itu yang terlintas di pikiranku.
" GIL PLIS PERCEPAT ENTOTAN KAMU SAYAAANG... "
" AKU MAU KELUAAR!!.. " teriakku lantang.
" AKU MAU KELUAAR!!.. " teriakku lantang.
Aku samakan gesekan di itilku dengan tempo cepat Gilang, gelombang orgasme ini sudah benar-benar di depan mata.
Dan desahanku yang lebih keras langsung lepas seiring dengan keluarnya cairan bening di dalam memekku yang tumpah ruah, Gilang kaget dan mencabut kontolnya keluar dari memekku.
Aku orgasme hebat, lolonganku membahana di dalam ruangan ini, suara TV dan musik yang tadi distel tak seberapa dibanding lengking nikmatku.
Aku orgasme hebat, lolonganku membahana di dalam ruangan ini, suara TV dan musik yang tadi distel tak seberapa dibanding lengking nikmatku.
" HOLY SHITT!! ENAK BANGET!!.. " leguhku sambil menggelepar di sofa ini.
Mereka berdua hanya bisa melihatku yang lagi-lagi kembali diterpa badai orgasme hebat, aku bergetar-getar dan langsung ambruk, mereka membiarkanku seperti itu.
" Gile ini bule bener-bener gila seks banget Dim.. " ujar Gilang yang takjub melihat Squirt ku barusan.
Aku sandarkan tubuh tak berdayaku ini di sofa, nafasku berat lagi namun memekku masih saja berdenyut-denyut dan masih mengucurkan cipratan kecilnya, terus kugasak hingga klimaksku ini selesai.
Namun Dimas rupanya tak sepakat dengan itu, dia sudah menyetel posisiku lagi dan bersiap mengentotiku yang masih menuntaskan dahagaku.
Dimas mengesampingkan tubuhku membelakanginya, sementara Gilang menyandarkan kepalaku di perutnya dan langsung menyodorkan kontolnya kemulutku.
Aku yang belum Tune-in sepenuhnya mencoba ikut saja ke dalam permainan mereka.
Kutatap Dimas yang membasahi kontolnya dengan ludah seperti biasa lalu bersiap menjejalkannya masuk ke memekku yang sedang kubuka lebar-lebar.
Tapi Dimas tak langsung menusuknya, dia mungkin tahu bahwa aku masih sangat ngilu kalau ditusuk sekarang, karena itulah dia mengusap-usap memekku lagi seolah merenggangkannya sejenak dari permainan liarku dengan Gilang barusan.
Selagi Dimas memanjakan memekku, aku hisap kontol Gilang yang tepat berada disebelah wajahku. Aku mendesah merasakan jari Dimas yang menggesek disana, sesekali cowok ganteng ini juga memasukkan jempolnya ke dalam memek tebal merah mudaku.
Selagi Dimas memanjakan memekku, aku hisap kontol Gilang yang tepat berada disebelah wajahku. Aku mendesah merasakan jari Dimas yang menggesek disana, sesekali cowok ganteng ini juga memasukkan jempolnya ke dalam memek tebal merah mudaku.
Merasa pemanasannya cukup, Dimas bersiap untuk benar-benar menggejotku sekarang.
" Gue
genjot memek lo perek.. " ujarnya kotor yang membuatku tak ingin kehilangan momen dan segera melebarkan vaginaku lalu menatap wajahnya mengacuhkan Gilang sejenak untuk melihat ekspresi Dimas ketika tusukan pertamanya nanti dia lakukan.
Aku pasrah
saja lalu mendesah merasakan hujaman kerasnya kontol Dimas di memekku, dia mulai menggenjotku
sementara Gilang tetap memaksa agar kontolnya masuk ke mulutku.
" Mphh... Mpphm... Mpphhmm.. " suara yang terdengar begitu aku mencoba mendesah dengan mulut yang
dibekap kontol Gilang.
Dalam posisi itu perlahan tapi pasti aku mulai kembali menikmati permainan, tusukan kontol gede Dimas di dalam memekku kembali membuatnya berdenyut-denyut meski ngilu akibat orgasmeku tadi masih terasa, Dimas juga tampak memejamkan matanya sambil menimang pahaku.
Aku mendesah dengan mulut tertahan merasakan tubuhku yang kini tengah dinikmati Dimas meski aku tak bisa melihat ekspresinya karena Gilang sedang menahan wajahku erat diselangkangannya, tapi merasakan kontolnya yang besar itu sedang keluar-masuk di memekku tiba-tiba membuat lubang anusku iri.
Sekejap kucelupkan jariku masuk ke liang anusku sembari merasakan nikmat sodokan Dimas, kubuat kode ke dia untuk segera berpindah lubang karena sudah hakekatnya pemilik kontol besar seperti dirinya jadi seorang Ass Destroyer.
Sekejap kucelupkan jariku masuk ke liang anusku sembari merasakan nikmat sodokan Dimas, kubuat kode ke dia untuk segera berpindah lubang karena sudah hakekatnya pemilik kontol besar seperti dirinya jadi seorang Ass Destroyer.
Aku menambah dua jariku lagi hingga kini tiga jariku sudah masuk di dalam pantatku dan kukocok-kocoki gemas.
Dimas menaikkan genjotannya, bunyi gesekan becek penisnya di dalam memekku terdengar dengan jelas, aku langsung memejamkan mataku dan mengadahkan kepalaku ke udara, mata kami saling bertemu sementara memekku kembali berkontraksi sekarang.
" Maaasss... Uhhh!!. " desahku menatap wajahnya makin menohok anusku tambah dalam.
Kuyakin Dimas menyadari itu, dan aku terus mendesah merasakan hujamannya yang terasa semakin cepat.
Tubuhku semakin berguncang karena hentakan Dimas yang semakin kuat, aku menjadikan perut Gilang tempat bersandar dan bantalan kepalaku, sambil menatap Dimas yang menggagahiku dengan wajah seriusnya.
" Ahh Dim pantetku... " erangku tak kuasa menahan sensasi nikmat dari penetrasi sekaligus permainan jariku sendiri di anus ini.
Tubuhku semakin berguncang karena hentakan Dimas yang semakin kuat, aku menjadikan perut Gilang tempat bersandar dan bantalan kepalaku, sambil menatap Dimas yang menggagahiku dengan wajah seriusnya.
" Ahh Dim pantetku... " erangku tak kuasa menahan sensasi nikmat dari penetrasi sekaligus permainan jariku sendiri di anus ini.
Akhirnya Dimas menghentikan entotannya, berikutnya Dimas membuka kakiku lebar-lebar dan menyingkirkan tanganku yang sejak tadi menyelipkan jari di lobang anusku.
" Kenapa gak bilang kalo lo mau dipake di pantat juga? Naif banget sih lo jadi pecun!!... " komentarnya kemudian menunduk dan meludahi pantatku.
" Iya sayang, entotin pantat aku.. Kamu nyadar gak sih kalo kontol gede kamu tuh pantesnya di pantet aku!!.. " kataku yang semakin terbakar birahi karena ejekannya.
Kemudian Dimas menyibak pantat bohayku yang sering dicolek-colek orang ini, melebarkannya hingga lobang tersebut menganga dan dia mulai menjilati lobang pantatku.
" ASHHH!!.... " desahku seketika merasakan dingin basah ludahnya menusuk liang anusku.
Merasakan tusukan lidah Dimas di lobang pantatku membuatku tambah panas, amat uletnya cowok ganteng ini terus menusukkan lubang pantatku dengan ujung lidahnya.
" Sayaaang enak banget, masukin kontol kamu sekarang Mass... Uhhh!!.. " aku kembali menengadah.
Dimas tak menjawab, dia meludahi lobang anusku sebelum bangkit dan kemudian bersiap mengarahkan kontolnya ke lobang itu.
Kutatap dia, tak mau sama seperti tadi kali ini aku benar-benar tak mau kehilangan momen dari ekspresinya ketika nanti kontol besarnya akan membelah lubang anusku.
Kutatap dia, tak mau sama seperti tadi kali ini aku benar-benar tak mau kehilangan momen dari ekspresinya ketika nanti kontol besarnya akan membelah lubang anusku.
" Ayo yang, tusuk kontol gede kamu itu sekarang!!.. " ujarku menyempatkan menyelipkan lagi jariku merenggangkannya sedikit.
" AGHHH DIMASS!!!.... "
Melotot aku menatapnya saat merasakan kepala kontolnya membelah anusku, rasanya seperti orang yang berhari-hari kehausan dan akhirnya meminum air dingin yang seketika amat menyegarkan badan.
" Uuuh... Ver enaknya.. " desah Dimas juga ketika kontolnya perlahan mulai 'mengamuk' di lobang pantatku.
Aku pun mendesis merasakan kenikmatan yang sulit kuungkapkan dengan kata-kata ini, aku membuka sebelah bongkahan pantatku agar dia bisa semakin dalam menusukkan kontolnya, sementara jariku kembali meraih itilku sendiri bermasturbasi sambil menikmati sensasi disodomi.
" Wah wah wah... Pantet lo bisa dipake juga ya Ver?.. "
" Lo beneran perek serba bisa sayang.. " celetuk Gilang sembari meremas toket bundarku dan seakan tak percaya menyaksikan kontol Dimas sudah keluar-masuk menyodomiku.
" Wah wah wah... Pantet lo bisa dipake juga ya Ver?.. "
" Lo beneran perek serba bisa sayang.. " celetuk Gilang sembari meremas toket bundarku dan seakan tak percaya menyaksikan kontol Dimas sudah keluar-masuk menyodomiku.
Aku diam saja dan mencuekinya, kufokuskan pandanganku sepenuhnya kearah Dimas yang wajahnya sudah awut-awutan merasakan nikmat anusku yang sudah berhari-hari tak dia jajaki.
Lelaki berbadan kekar meleguh-leguh, genjotannya terasa begitu berbedanya dari genjotan Gilang dimana Dimas melakukannya dengan stabil dan begitu presisi.
Bermenit-menit berlalu dengan cepat, lagi-lagi saat Gilang memintaku mengoralnya aku kesulitan mengkonsentrasikan kulumanku.
Dimas kini sudah rebahan di sebelahku, tadi dia memintaku membelakanginya lalu dia kembali menyodomiku dari gaya menyamping ini.
Kepalaku masih bertumpu di perut Gilang dan menyepong kontolnya yang terlihat juga akan mengincar anusku setelah ini.
Mereka berdua saling meleguh berbarengan ketika mendapatkan servis yang berbeda dariku dalam satu kesempatan yang sama, sementara aku biarkan saja menjadi korban nafsu dari dua laki-laki yang sedang merasakan kenikmatan tubuhku ini.
Gilang semakin menjadi-jadi, desahannya lebih mendominasi ketimbang desahanku sendiri padahal aku sedang disodomi Dimas, dia terus meracau sembari merasakan permainan dahsyat mulutku yang tengah menghisap kontolnya.
Memekku basah lagi, aku sengaja tak 'menggaruknya' dulu dan mempercayakan sepenuhnya kepada Dimas, apalagi aku tahu betul stamina Dimas yang kuat dan terbukti bisa bermain lama denganku.
Gilang aku tak tahu sebatas mana kemampuannya, meskipun aku pernah menghabiskan malam dengannya dulu, tapi waktu itu aku lupa-lupa ingat karena selain kondisiku mabuk, malam itu aku sebenarnya hanya menjadikan Gilang sebagai umpan untuk memperlihatkan sisi binalku kepada Dimas.
" Ahhh Dimmm anusku!!.. "
" Ka..kamu entotin terus pantet aku yangg... " erangku dan meringis merasakan betapa penuhnya anusku sekarang disesaki kontolnya yang terus dia sodok-sodok dalam posisi menyamping.
Kepalaku masih bertumpu di perut Gilang dan menyepong kontolnya yang terlihat juga akan mengincar anusku setelah ini.
" Ver enak banget make pantat lo dalam posisi ini sayang.. " ujar Dimas mengecup bahuku mesra.
Hujaman kontol Dimas terasa makin cepat di lobang anusku, aku membantu melebarkan pantatku agar kelaminnya bisa lancar terpenetrasi karena ukurannya yang tebal sekali bak pipa paralon.
Mereka berdua saling meleguh berbarengan ketika mendapatkan servis yang berbeda dariku dalam satu kesempatan yang sama, sementara aku biarkan saja menjadi korban nafsu dari dua laki-laki yang sedang merasakan kenikmatan tubuhku ini.
Gilang semakin menjadi-jadi, desahannya lebih mendominasi ketimbang desahanku sendiri padahal aku sedang disodomi Dimas, dia terus meracau sembari merasakan permainan dahsyat mulutku yang tengah menghisap kontolnya.
Memekku basah lagi, aku sengaja tak 'menggaruknya' dulu dan mempercayakan sepenuhnya kepada Dimas, apalagi aku tahu betul stamina Dimas yang kuat dan terbukti bisa bermain lama denganku.
Gilang aku tak tahu sebatas mana kemampuannya, meskipun aku pernah menghabiskan malam dengannya dulu, tapi waktu itu aku lupa-lupa ingat karena selain kondisiku mabuk, malam itu aku sebenarnya hanya menjadikan Gilang sebagai umpan untuk memperlihatkan sisi binalku kepada Dimas.
" Ahhh Dimmm anusku!!.. "
" Ka..kamu entotin terus pantet aku yangg... " erangku dan meringis merasakan betapa penuhnya anusku sekarang disesaki kontolnya yang terus dia sodok-sodok dalam posisi menyamping.
Tak tahan mulai kugaruk lagi memekku gregetan akan rasa nikmat yang betul-betul terasa luar biasa akan permainan anal seks ini.
Nafas Dimas makin memburu, suara benturan pantatku yang dia hajar begitu terdengar bersama dengan eranganku.
" Ahh gila!! Sini perek lo ikut gue!.. " Bentak Dimas tiba-tiba berdiri.
Dia dan Gilang berbarengan memapahku berdiri, aku tersenyum melihat mereka seakan rebutan hanya untuk memapahku tegak saja.
Dan dengan pasrahnya aku biarkan mereka berdua menuntunku berjalan dari dibelakang untuk membawa badan telanjang ini kebagian lain ruangan di kontrakan Gilang.
" Ahh gila!! Sini perek lo ikut gue!.. " Bentak Dimas tiba-tiba berdiri.
Dia dan Gilang berbarengan memapahku berdiri, aku tersenyum melihat mereka seakan rebutan hanya untuk memapahku tegak saja.
Dan dengan pasrahnya aku biarkan mereka berdua menuntunku berjalan dari dibelakang untuk membawa badan telanjang ini kebagian lain ruangan di kontrakan Gilang.
Dari ruang tamu aku berjalan amat lambat diikuti mereka yang mendesis-desis dibelakangku dan mengocoki kontol mereka sendiri tak tahan melihat pantat montokku yang tengah bergoyang-goyang dengan indahnya.
Aku kembali tersenyum, inilah memang salah satu aset terbaikku yang membuatku pede sekali berjalan melenggok seperti sekarang jika melewati para laki-laki.
" Edan Dim...Stssthh gila pantetnya!!.. " racau Gilang pasti amat menggila-gilai bokongku sekarang.
Dimas tak membalasnya hanya terdengar suara tarikan nafasnya seakan juga terbius akan lenggok menggoda dari bola pantatku, padahal pantat ini sudah begitu seringnya dia bantai dikamar apartemenku.
Mereka membawaku ke ruang tengah tempat dimana suara TV yang sedari tadi dibiarkan menyala berasal. Dia menyuruhku menungging di sofa datar yang berbentuk meja.
Aku tak langsung menurutinya dan seperti biasa ingin mendramatisirnya dulu, kutatap mereka berdua yang masing-masing sudah berdiri disisi sofa dengan wajah penuh nafsu mengocoki kontol mereka yang seakan sudah meminta tumbal.
Kukulum lagi tiga jariku guna membuatnya basah kemudian kurogoh anusku sendiri dalam posisi berdiri. Aku lepaskan sebuah desahan menggoda lalu menatap mereka dengan mata tipis dan gigitan dibibirku sendiri.
" Ahhh kalian pasti mau ngebantai pantet seksiku ini kan?.. " tanyaku menggoda bergantian menatap mereka.
Mereka diam, terlihat berbarengan mereka menarik nafas sementara suara kucekan tangan di anusku begitu terdengarnya.
" Hmmm..Yaudah kalian boleh ngelakuin apapun yang kalian mau, aku bakal pasrah sayang.. " lanjutku kepada dua orang sayangku ini dan segera mengambil posisi merangkak diatas sofa berbentuk kotak di depanku.
Dimas tak membalasnya hanya terdengar suara tarikan nafasnya seakan juga terbius akan lenggok menggoda dari bola pantatku, padahal pantat ini sudah begitu seringnya dia bantai dikamar apartemenku.
Mereka membawaku ke ruang tengah tempat dimana suara TV yang sedari tadi dibiarkan menyala berasal. Dia menyuruhku menungging di sofa datar yang berbentuk meja.
Aku tak langsung menurutinya dan seperti biasa ingin mendramatisirnya dulu, kutatap mereka berdua yang masing-masing sudah berdiri disisi sofa dengan wajah penuh nafsu mengocoki kontol mereka yang seakan sudah meminta tumbal.
Kukulum lagi tiga jariku guna membuatnya basah kemudian kurogoh anusku sendiri dalam posisi berdiri. Aku lepaskan sebuah desahan menggoda lalu menatap mereka dengan mata tipis dan gigitan dibibirku sendiri.
" Ahhh kalian pasti mau ngebantai pantet seksiku ini kan?.. " tanyaku menggoda bergantian menatap mereka.
Mereka diam, terlihat berbarengan mereka menarik nafas sementara suara kucekan tangan di anusku begitu terdengarnya.
" Hmmm..Yaudah kalian boleh ngelakuin apapun yang kalian mau, aku bakal pasrah sayang.. " lanjutku kepada dua orang sayangku ini dan segera mengambil posisi merangkak diatas sofa berbentuk kotak di depanku.
Kutunggingkan diriku supaya sensasi dari anal seks secara total bisa mereka rasakan, karena dalam posisi ini kontol mereka bisa melesak sedalam-dalamnya di lubang anusku.
Perhatianku sekarang lebih tertuju ke Gilang, berhubung dia akan jadi 'tamu baru' bagi anusku.
Begitu aku menungging Dimas mengambil posisi di depanku dan Gilang mengambil posisi dibelakang, suasana jadi hening seketika, kami semua terdiam, hanya terdengar suara TV juga musik yang terdengar sekarang.
Agak aneh juga karena mereka sama-sama terdiam yang sudah terlihat dari semenjak mereka berjalan kesini sebelumnya, mungkin mereka fokus dengan nafsu mereka masing-masing yang membumbung dikepala mereka begitu menyaksikan lenggok seksi bokongku tadi.
Mereka tak langsung menyosorku dan memilih terus menatapku, dua pria seumuran ini tampak begitu takjubnya melihat Curve tubuhku dengan paduan toket besar, pinggang langsing, dan pantat yang montok.
" Ayo sayang sini maju.. Aku pasrah.. " lagi-lagi kupanggil mereka berdua sayang dan mempersilahkan mereka segera menjamahku.
Libidoku semakin meninggi melihat dua laki-laki yang tengah berdiri sambil mengocoki kontol mereka yang menatapku lapar dan bersiap menusukku dari depan dan belakang.
Perhatianku sekarang lebih tertuju ke Gilang, berhubung dia akan jadi 'tamu baru' bagi anusku.
Begitu aku menungging Dimas mengambil posisi di depanku dan Gilang mengambil posisi dibelakang, suasana jadi hening seketika, kami semua terdiam, hanya terdengar suara TV juga musik yang terdengar sekarang.
Agak aneh juga karena mereka sama-sama terdiam yang sudah terlihat dari semenjak mereka berjalan kesini sebelumnya, mungkin mereka fokus dengan nafsu mereka masing-masing yang membumbung dikepala mereka begitu menyaksikan lenggok seksi bokongku tadi.
Mereka tak langsung menyosorku dan memilih terus menatapku, dua pria seumuran ini tampak begitu takjubnya melihat Curve tubuhku dengan paduan toket besar, pinggang langsing, dan pantat yang montok.
" Ayo sayang sini maju.. Aku pasrah.. " lagi-lagi kupanggil mereka berdua sayang dan mempersilahkan mereka segera menjamahku.
Libidoku semakin meninggi melihat dua laki-laki yang tengah berdiri sambil mengocoki kontol mereka yang menatapku lapar dan bersiap menusukku dari depan dan belakang.
" Muka cantik, toket bulet gede dan pantetnya segini montok.. Mungkin cuma kurang bibirnya aja, kalo bibirnya tebel pasti makin hot nih pirang.. " celetuk Gilang mulai mengarahkan kontolnya ke memekku.
Aku mendesah merasakan tusukan Gilang di vaginaku, padahal kukira dia akan langsung menyodomiku tapi sekarang aku jadi lebih kepikiran akan kata-katanya barusan.
Memang sih, aku akui bibirku sangat tipis dan kurang seksi, mungkin setelah ini aku benar-benar akan mempertimbangan untuk melakukan Inject Lip Filler supaya bibirku tambah tebal guna makin membuat pria-pria terangsang melihatku dan pastinya semakin menambah sensasi hisapanku nantinya.
" Enak Ver?.. " tanya Dimas menjenggut rambut panjangku saat kuhisapi kemaluan besarnya.
Aku menatapnya dan mengangguk, aku sedikit mengerang-erang karena sekarang sodokan dari Gilang mulai terasa kencang dari belakang sementara Dimas juga menyodokku dari depan.
Aku menatapnya dan mengangguk, aku sedikit mengerang-erang karena sekarang sodokan dari Gilang mulai terasa kencang dari belakang sementara Dimas juga menyodokku dari depan.
" Kamu juga suka kan yang?.. "
" Ngeliat aku diewein dari depan-belakang kayak gini?.. " kataku melepas kontolnya sejenak dari mulutku lalu menatapnya.
Dimas diam saja, dia hanya sedikit tersenyum lalu mengelus rambut kuningku dan memasukkan lagi kontol panjang nan tebalnya kemulutku.
" Jangan pake tangan Ver.. " perintahnya yang kumengerti.
Kubuka mulutku lebar-lebar lalu kekasih Nova ini segera mengentoti mulutku kuat-kuat tak membuatnya berbeda seperti saat dia mengentoti selangkanganku.
" Ngeliat aku diewein dari depan-belakang kayak gini?.. " kataku melepas kontolnya sejenak dari mulutku lalu menatapnya.
Dimas diam saja, dia hanya sedikit tersenyum lalu mengelus rambut kuningku dan memasukkan lagi kontol panjang nan tebalnya kemulutku.
" Jangan pake tangan Ver.. " perintahnya yang kumengerti.
Kubuka mulutku lebar-lebar lalu kekasih Nova ini segera mengentoti mulutku kuat-kuat tak membuatnya berbeda seperti saat dia mengentoti selangkanganku.
" Uggkk...Ehhhkkk...Dimm.. Ugghkk.. " aku tersedak-sedak namun berusaha kutahan semampuku penetrasinya di dalam mulutku.
" Ahh Ver gue entotin tenggorokan lo sayang... " racau Dimas menengadah seolah memberi tahu ke Gilang bahwa dia juga bisa melakukan hal ini.
Kurang lebih 2 menit dia membabat mulutku sebelum menghentikannya karena kasihan melihatku yang sudah tersedak-sedak dengan mata berair. Si ganteng memegang wajahku dan mengusap bulir air mata disudut mataku.
Aku tersenyum dan menyiratkan bahwa aku baik-baik saja, sementara aku dan Dimas sedang saling bertatap-tatapan mata kurasakan sodokan Gilang dia perlambat malah sekarang terasa dia sedang melebarkan lubang anusku dengan jari-jarinya.
Dimas menyadari itu, kemudian segera membisikiku.
" Verr.. Sekarang Gilang pake juga ya pantat kamu? Kamu mau kan pantet kamu yang super seksi ini ditusuk sama kontolnya?.. " bisiknya mesra dikupingku yang tumben sekali tanpa menggunakan bahasa kasualnya seperti biasa.
" Ughhh?... " tatapku kearahnya dengan mata sayu dan wajah polosku.
Tanpa menunggu jawaban dariku Dimas langsung menyuruh Gilang melakukannya.
" Gil kalo lo mau entotin aja tuh pantatnya.. " suruh dia ke temannya.
Aku mendongak kearahnya dan terus kulayangkan pandangan memelas sekaligus Innocent ku untuk mendramatisir perasaannya yang sekarang dengan tega-teganya malah menyuruh temannya turut menyodomiku.
" Ja..jangan sayang.. " gelengku manja.
" Masa kamu tega liat aku disodomi orang yang? Nanti rusak pantetku Dimm... "
Dimas terdiam melihat aksi memelasku ini, dia mendesis dan tak mengeluarkan sepatah kata pun selain ringisan nikmat kelaminnya yang sedang kukocoki sekarang.
Gilang mencabut kontolnya dari memekku, dia raba-rabai bongkahan pantatku yang montok ini dan melebarkannya untuk melihat lubang anusku yang sudah membolong akibat terus-terusan dicoblos oleh rekan sejawatnya.
" Masa kamu tega liat aku disodomi orang yang? Nanti rusak pantetku Dimm... "
Dimas terdiam melihat aksi memelasku ini, dia mendesis dan tak mengeluarkan sepatah kata pun selain ringisan nikmat kelaminnya yang sedang kukocoki sekarang.
Gilang mencabut kontolnya dari memekku, dia raba-rabai bongkahan pantatku yang montok ini dan melebarkannya untuk melihat lubang anusku yang sudah membolong akibat terus-terusan dicoblos oleh rekan sejawatnya.
" Wanjing nih pantat!.. "
" Kalo Uni Soviet ngerahin cewek seseksi lo buat godain tentara nazi jerman bisa batal perang dunia waktu itu Ver.. " ujar Gilang berseloroh.
" Jujur pas pertama kali liat pantet semoknya, gue udah pengen rasain nih pantet.. "
" Kalo tau lobang belakangnya bispak, mending pas malem itu langsung gue coblos aja!.. " lanjut Gilang rupanya sudah tergiur dengan pantatku sejak di malam itu.
" Kalo Uni Soviet ngerahin cewek seseksi lo buat godain tentara nazi jerman bisa batal perang dunia waktu itu Ver.. " ujar Gilang berseloroh.
" Kalo tau lobang belakangnya bispak, mending pas malem itu langsung gue coblos aja!.. " lanjut Gilang rupanya sudah tergiur dengan pantatku sejak di malam itu.
Aku diam saja mendengar ocehan Gilang karena Dimas sekarang sudah kembali menjambak rambutku untuk mulai membuatku mengulum penisnya.
Gilang masih terpana dengan kemontokkan pantatku, dia meremas-remasnya terus dan menampar-namparkan kontolnya sendiri ke bongkahan pantatku.
Tak cukup, dia kemudian melebarkan pantatku lagi lebar-lebar dan menjilatinya lalu mendesis begitu melihat lobang menganga yang menggiurkan ini.
" Ahh brengsek pantat lo Ver!!!.. " desisnya mengocoki kontolnya tampak gemas.
Dia terus mengoceh sementara aku sudah tak sabar untuk segera dia tusuk, dengan sebelah tanganku kulebarkan pantatku supaya dia mengerti dan cepat nikmati saja lubang anusku ini.
" Tusuk kontol kamu ke lubang pantetku sekarang Gil.. Aku udah gak tahan! Cepet sayang.. " kataku menoleh kebelakang dan menatapnya.
" Alah tadi aja blagak gamau lo, dasar bule gak tau diri.. " ungkitnya tak menyadari jika itu hanya gimik yang kubuat.
Kemudian Gilang yang sudah tak sabaran itu langsung memblesekkan kontolnya perlahan ke lubang duburku yang kurekahkan sendiri.
Aku sengaja mengesampingkan wajahku agar dia bisa melihat ekspresi wajah cantikku, karena aku tahu ini pastilah momen bersejarah baginya merasakan kenikmatan anal seks untuk yang pertama kalinya.
Aku meringis
dan memejamkan mata saat merasakan kepala penisnya mulai masuk di dalam anusku, juga aku ingin menikmati sensasi ini, tak pelak aku larut dalam sensasi kenikmatan penetrasi
dari kontol baru yang menembus anusku yang entah sudah berapa banyak juga kurasakan sebelumnya.
" AHHHH
VER!!.. " hanyut desah Gilang ketika utuh membenamkan penisnya masuk kedalam pantatku.
" Iya sayang, kontol kamu u..udah masuk kedalem pantet aku, dan rasanya enak banget gil... " lirihku menyemangatinya dan memberikan kesan manis terhadapnya sebentar lalu kembali mengulum kontol gede kesayanganku.
Padahal kalau mau jujur ukuran kontolnya ini sama sekali tak terasa lagi di anusku, bahkan dua kontol seukuran dia mungkin bisa masuk sekaligus ke anusku sekarang.
Aku hanya tak ingin membuat Mood nya runtuh, itu saja.
" Iya sayang, kontol kamu u..udah masuk kedalem pantet aku, dan rasanya enak banget gil... " lirihku menyemangatinya dan memberikan kesan manis terhadapnya sebentar lalu kembali mengulum kontol gede kesayanganku.
Padahal kalau mau jujur ukuran kontolnya ini sama sekali tak terasa lagi di anusku, bahkan dua kontol seukuran dia mungkin bisa masuk sekaligus ke anusku sekarang.
Aku hanya tak ingin membuat Mood nya runtuh, itu saja.
Akhirnya, sebuah leguhan keras dari Gilang jadi pertanda bahwa dia merasakan juga kenikmatan anal seks yang memang
sulit dilukiskan dengan kata-kata itu, dia cabut dan tarik keluar kontolnya demi menikmati sensasinya.
Aku pun
terbuai dalam Vibes yang disalurkan Gilang, aku bisa merasakan dengan jelas
suka cita kenikmatan yang Gilang rasakan karena tubuh kami sudah terhubung saat
ini walau dilubang yang tak seharusnya digunakan untuk bersetubuh.
Gilang
kemudian mendengus bak banteng dan mulai menggenjot pantatku, meskipun ukuran
kontolnya jauh lebih kecil dibandingkan Dimas tapi aku tetap berusaha menikmatinya.
" BAAAANGSAAT!!!... "
" Baru
kali ini gue maen di pantat dan rasanya enak banget.. EDAN!!.. " teriak Gilang
tak terkontrol.
Aku
tersenyum puas mendengar ocehannya dan membiarkan saja dia menyodomiku
sementara kini aku bisa fokus kembali ke oralku pada si ganteng.
Gilang mulai menggauli lubang anusku, dia entoti sebentar kemudian dia cabut keluar dan diulanginya terus berkali-kali.
Gilang mulai menggauli lubang anusku, dia entoti sebentar kemudian dia cabut keluar dan diulanginya terus berkali-kali.
Aku mendesah-desah dengan pipi menonjol karena pipiku sedang disodok oleh kepala kontol Dimas, terus kutatap wajah Dimas dari bawah dan dia hanya tersenyum-senyum melihatku disodomi temannya.
Ekspresinya yang Cool ini seringkali membuatku berpikir apa yang sebenarnya dia pikirkan berhubung dia memang tak begitu mengemukakan pendapatnya mengenaiku kecuali dalam permainan panas kami.
Tiga menit kemudian Dimas mencabut kontolnya dari mulutku dan membiarkanku menikmati sodokan Gilang yang terasa makin cepat menjeboli lubang anusku.
Aku mendesah dengan desahan lirih menggoda juga mulai merapalkan kata-kata panas menyemangati sang pejantan yang sedang mengendaraiku.
" E..enak kan Gil? Kamu lagi nyodomi aku loh sayang, geber terus aja pantet mo..montokku itu.. "
Sementara aku membacot dan mendesah menikmati gejolak yang kembali membuat gatal klitorisku, kupandangi kontol Dimas yang sengaja dia kocok tepat di depan mataku karena aku sering menyuruhnya melakukan itu ketika dia sedang menontoni aku bermasturbasi di depannya.
" Ver... Gila banget sih pantet lo sayaang... Anjing ngilu banget konti gua.. " teriak Gilang yang ngedumel seperti anak kecil di belakangku.
Dimas tersenyum dan mungkin menahan ketawanya melihat ekspresi norak Gilang itu, lagi-lagi dia jejalkan kontolnya ke mulutku dan segera kuservis tanpa menunggu dia meminta dua kali.
Ya, sekarang aku tengah disodok dari depan dan belakang oleh dua pria dengan nafsu yang sedang tinggi-tingginya.
Aku menikmatinya, maksudku aku sangat menyukai momen seperti ini, mendengar leguhan mereka yang tengah menikmati masing-masing lubangku membuatku rela menukarnya dengan apapun, walau memekku sedang tak difungsikan tapi setidaknya anus dan mulutku sedang sibuk bersama dua Piston yang sama-sama tak mau mengalah ini.
Aku memejamkan mataku dan terus berusaha menikmati semua, perasaan ini, perasaan ketika aku di sodok dari belakang dan depan selalu membuatku larung dalam sensasinya, sejak dulu sebenarnya aku memang sudah sadar bahwa aku membutuhkan setidaknya dua orang laki-laki atau lebih untuk memuaskan libidoku yang tak pernah berujung ini.
Ketika kontol di anusku menohok, maka semakin dalam pula yang mulut akan tertelan begitu pula sebaliknya, di Sandwich dalam posisi ini memang jadi salah satu favorit Part ku dalam melakukan Threesome walau mesti kujelaskan sekali lagi tentu aku lebih suka tak hanya dua kontol saja yang memuaskanku, kalau bisa aku ingin Full House kontol, Penta Dick atau malah lebih!
Waktu terus berjalan tanpa pernah mau menunggu, desahan Gilang makin lantang terdengar yang kubalas dengan eranganku.
Genjotannya juga terasa tak beraturan sekali, dia tampaknya sudah dikuasai nafsunya yang besar hingga momentum orgasmeku sedikit jadi kacau.
Genjotannya juga terasa tak beraturan sekali, dia tampaknya sudah dikuasai nafsunya yang besar hingga momentum orgasmeku sedikit jadi kacau.
Gilang semakin menjadi-jadi, dari gaya mengentotnya yang begini, aku jadi langsung tahu bahwa cowok ini tak punya stamina yang bagus, karena terlihat sekali dia membiarkan dirinya dikendalikan oleh nafsu ketimbang menikmati setiap tusukan dan irama genjotan seperti yang Dimas lakukan.
Aku meraung saat Gilang tampak mengeluarkan seluruh tenaganya dengan membetot pantatku sekuat yang dia bisa dan menghujamkan kontolnya sedalam mungkin di dalam lobang pantatku itu, bahkan dia sampai ikut naik ke sofa demi menyodok anusku Barbar seperti anjing birahi!
Tak sampai satu menit dari dia ikut menaikkan kakinya ke sofa, Gilang pun menghentikan geberannya dan langsung tegak dengan nafas ngos-ngosan.
" Uuh
kok dicabut sayang?.. " tanyaku sembari menoleh kearahnya yang seperti
terhempas terdorong terduduk kebelakang.
" Ahhhhh gila gue udah pengen keluaar aja!!.. " teriak Gilang terengah-engah seperti orang habis melihat hantu.
" Ahhhhh gila gue udah pengen keluaar aja!!.. " teriak Gilang terengah-engah seperti orang habis melihat hantu.
" Hahhh...Hahhh...Hahhh... Gila gila...Gue gak tahan Dim.. Giliran lo aja lagi sono.. " Gilang kemudian terduduk dan bertukar posisi dengan Dimas.
" Hahaha, gak kuat kan lo? Gue dulu juga gitu Lang pas pertama make pantet nih
pecun.. " Dimas tertawa kemudian berjalan kebelakangku.
" Asli!
Pantetnya kayak nyedot Dim, baru bentar dah mau bucat aja gue.. " sambung
Gilang.
Aku tak
berkomentar dan tetap dalam posisiku mendengar obrolan mereka.
Terasa
kemudian pantatku dipegang Dimas, kekasih sahabatku yang sudah panas itu lantas langsung
melebarkan pantatku selebar yang dia bisa.
" Dasar perek maniak anal! Kerja lo cuma bisa disodomi doang.. "
" Cuiih!!.. " ludahnya tepat dilubang anusku sambil mengguncang-guncangkannya.
" Cuiih!!.. " ludahnya tepat dilubang anusku sambil mengguncang-guncangkannya.
" Gila-gila pantet lo Ver.. Montok bener!.. " lanjutnya lagi terus menggoyangkannya lalu menghiasinya dengan tepokkan tangannya di pantatku.
" AHHH DIMASS!!.. " jeritku seakan hidup lagi begitu merasakan jeplak tangannya.
" Diem Verr!! Lo suka kan?.. " hardiknya lalu menambah keras menampar pantatku.
Aku langsung tertunduk dan kepalaku seketika jadi pening merasakan nikmat rasa sakit yang kuterima, secara tak sadar aku menyelipkan jariku sendiri ke dalam liang anusku selagi dia memaki dan menampari pantat bulatku.
Diperlakukan seperti ini jadi membuatku berdebar-debar apalagi tahu sekarang kontol besar Dimas yang akan menembus bokongku, dadaku berdebar kencang terlebih Dimas juga terlihat sudah serius dan siap membantaiku seperti biasa.
" Diem Verr!! Lo suka kan?.. " hardiknya lalu menambah keras menampar pantatku.
Aku langsung tertunduk dan kepalaku seketika jadi pening merasakan nikmat rasa sakit yang kuterima, secara tak sadar aku menyelipkan jariku sendiri ke dalam liang anusku selagi dia memaki dan menampari pantat bulatku.
Cowok tampan berbadan atletis ini lalu berdiri dan bersiap menghujamkan kontol besarnya ke
dalam pantatku, aku memejamkan mata sementara gerak reflek tanganku terus mencoba memasukkan empat jariku ini ke anusku sendiri seolah mempersiapkan kondisi terbaik untuk Dimas
nikmati.
" Ahhh.... " lirihku seperti orang yang melepas dahaga ketika mulai ku-Fisting sendiri anusku yang sudah longgar ini.
" Gile! Dia nyelipin 4 jarinya sendiri ke lobang pantatnya.. Udah gatel banget tuh dia kayaknya pengen disodomi lo Dim.. " Gilang menimpali.
" Gile! Dia nyelipin 4 jarinya sendiri ke lobang pantatnya.. Udah gatel banget tuh dia kayaknya pengen disodomi lo Dim.. " Gilang menimpali.
Aku mendesah
dan semakin mengerang sambil merasakan empat jariku yang sudah masuk kedalam
pantatku dan segera memaju-mundurkan jariku itu.
Dimas dan Gilang terdiam melihat tingkah liarku, terutama Dimas yang berada tepat dibelakangku, dia seolah membiarkanku saja melakukannya.
Dimas dan Gilang terdiam melihat tingkah liarku, terutama Dimas yang berada tepat dibelakangku, dia seolah membiarkanku saja melakukannya.
" Diiimmm.. Ayo yang coblos pantat lodohku... " pintaku lirih karena dia malah terlihat asik menonton aksi Fisting ku.
" Lo kok terus-terusan maksa gue buat nyodomi lo sih Ver?.. "
" Segitu sukanya ya lo gue entotin di pantet?.. " tanyanya mungkin benar-benar penasaran karena sejak pertama kali dia anal aku terus menyuruhnya untuk memakai anusku saja.
" Segitu sukanya ya lo gue entotin di pantet?.. " tanyanya mungkin benar-benar penasaran karena sejak pertama kali dia anal aku terus menyuruhnya untuk memakai anusku saja.
" Iya sayang... Aku suka banget kamu tusuk pantetku ini, apalagi pas kamu geber sekuat tenaga kamu sampe mentok... Ughh rasanya sampe tembus ke mulut aku kontol kamu yangg!... "
" Pokoknya kamu pake aja pantet aku sepuas kamu, aku kecanduan disodomi kamu Mas!!... " jawabku nyerocos begitu saja dan jadi tak bisa mengontrol diri.
" Pokoknya kamu pake aja pantet aku sepuas kamu, aku kecanduan disodomi kamu Mas!!... " jawabku nyerocos begitu saja dan jadi tak bisa mengontrol diri.
Dimas terkekeh mendengarnya sementara Gilang kaget mengetahui betapa kotornya mulutku ini.
Si ganteng akhirnya mengarahkan kontol jumbonya kedalam pantatku, sejurus saja 'batang kayu' ini langsung masuk kedalam pantatku.
Si ganteng akhirnya mengarahkan kontol jumbonya kedalam pantatku, sejurus saja 'batang kayu' ini langsung masuk kedalam pantatku.
Aku membeliak merasakan kontol Dimas yang mulai mengisi relung anusku dan kupejamkan mata merasakan sensasinya ketika dia dorong pelan-pelan.
" AHHHH!!! " jeritku nyalak.
Dimas turut meleguh dan mendesis kuat ketika mulai dia pompa bokong putih montokku ini.
" Gila Ver kerasa bener seksinya pantet lo dalem posisi ini.. Ughh.... " ucapnya yang kutebak pasti mengucapkannya dengan mata terpejam.
Melihat kami yang sudah menyatu membuat Gilang langsung menyodorkan kontolnya ke mulutku, padahal aku sedang ingin larut dalam permainan analku dengan Dimas tapi dia malah ingin disepong.
Mau bagaimana lagi, inilah yang namanya bermain Threesome, maka kukulum sekedarnya saja kontolnya yang belum beberapa lama tadi sudah akan ejakulasi akibat merasakan nikmat pantatku.
Kentara sekali perbedaan kontol Dimas dari Gilang, sekarang rasanya anusku penuh sesak ketika dia hujam-hujamkan kontolnya, apalagi saat Dimas naik keatas sofa seperti yang Gilang lakukan tadi, terasa sangat dalam kelaminnya menembus anusku begitu dia sodok mentok pantatku ini.
Kucengkram lagi memekku sendiri mengiringi tusukan kontol Dimas di anusku, aku tak tahu kenapa memekku terus-terusan gatal jika anusku sudah dijebol oleh kontol besarnya.
Suara hantaman penetrasi Dimas terdengar nyaring sekali seiring telaknya hantaman selangkangannya di 'bemper' belakangku, aku sudah tak mengindahkan kontol Gilang yang dia sodorkan ke mulutku.
Melihat aku yang ingin fokus dengan desahanku membuat Gilang akhirnya mundur.
Aku menundukkan kepalaku dengan tangan mengepal merasakan gejolak orgasmeku kembali menyeruak dalam diriku.
Melihat aku yang ingin fokus dengan desahanku membuat Gilang akhirnya mundur.
Aku menundukkan kepalaku dengan tangan mengepal merasakan gejolak orgasmeku kembali menyeruak dalam diriku.
" Veerr.. Goyangin pantet lo sayang.. Dribel kayak biasa.. " perintah Dimas padaku menghentikan genjotannya dan murni ingin merasakan goyanganku.
Aku mengikuti maunya dan segera menggoyangkan pantatku. Dengan sigap aku Dribble pantatku yang berisikan kontol besarnya yang sedang 'murka' ini di dalamnya, Dimas pun langsung meringis-ringis merasakannya mantap goyangan naik-turun pantatku.
" Bangsat! Yahut banget goyangan lo pereek!.. " ringis Dimas menggila.
Secara perlahan kunaikkan tempo entotanku yang jelas saja semakin membuat si ganteng mangap-mangap sekaligus menjadikan memekku makin berdenyut-denyut.
" Terus goyang sayang, gue suka!! "
" Kontol gue kayak mau patah Ver.. Ahh bangsat lo!!.. "
PLAKK!!
Dimas menghadiahi sebuah tamparan keras dipantatku bersama dengan racauannya, aku menjerit dan seketika menghentikan goyanganku begitu merasakan panas layangan tangannya ini.
Dengan kepala tertunduk kurasakan ada gumpalan besar yang memenuhi kepalaku, aku serasa melayang dan Dimas menghardikku lalu memukuli lagi pantatku menyuruhku kembali menggoyangnya karena aku terpaksa menghentikannya sejenak untuk merasakan kenikmatan yang melandaku.
Aku menggoyang lagi memulai dribelku seperti tadi, selain untuk memuaskan Dimas namun juga dengan misi mencapai klimaksku kali ini.
Normalnya aku akan bermasturbasi sambil membiarkan Dimas menyodomiku, tapi saat ini aku membiarkan tanganku menumpu tubuhku yang menungging dan murni akan orgasme dengan goyanganku sendiri!
" Kontol gue kayak mau patah Ver.. Ahh bangsat lo!!.. "
PLAKK!!
Dimas menghadiahi sebuah tamparan keras dipantatku bersama dengan racauannya, aku menjerit dan seketika menghentikan goyanganku begitu merasakan panas layangan tangannya ini.
Dengan kepala tertunduk kurasakan ada gumpalan besar yang memenuhi kepalaku, aku serasa melayang dan Dimas menghardikku lalu memukuli lagi pantatku menyuruhku kembali menggoyangnya karena aku terpaksa menghentikannya sejenak untuk merasakan kenikmatan yang melandaku.
Aku menggoyang lagi memulai dribelku seperti tadi, selain untuk memuaskan Dimas namun juga dengan misi mencapai klimaksku kali ini.
Normalnya aku akan bermasturbasi sambil membiarkan Dimas menyodomiku, tapi saat ini aku membiarkan tanganku menumpu tubuhku yang menungging dan murni akan orgasme dengan goyanganku sendiri!
Dimas meracau tak karuan yang makin memenuhi kepalaku dengan kata-kata dan rapalan kotornya, terus kulakukan gerakan men-Dribble yang membuat Dimas amat blingsatan.
Dimas
menghajar pantatku keras, hingga membuat pantatku kebas akibat jeplakan tangannya. Aku mengerang dan klitorisku terasa berdenyut-denyut membengkak kalap dengan semua kenikmatan ini!
Dan aku pun akhirnya melepaskan semua kenikmatan tersebut dengan sebuah jeritan keras.
Kuhentikan goyanganku dan kepalaku rebah ke jok sofa, rambutku terkulai jatuh kebawah bersamaan dengan badan bergetar dan nafas berat.
Dimas diam saja, tak ada komentar darinya meski semburan beningku tadi kuyakin mengenai pahanya.
Dan aku pun akhirnya melepaskan semua kenikmatan tersebut dengan sebuah jeritan keras.
Kuhentikan goyanganku dan kepalaku rebah ke jok sofa, rambutku terkulai jatuh kebawah bersamaan dengan badan bergetar dan nafas berat.
Dimas diam saja, tak ada komentar darinya meski semburan beningku tadi kuyakin mengenai pahanya.
Aku selalu
merasa 100x lebih nikmat ketika di anal, apalagi jika lawannya kontol berdiameter
besar seperti milik Dimas, dan untungnya Dimas gemas sekali dengan pantatku ini hingga membuat dia jadi sering gelap mata.
" Udah segini aja tenaga lo?.. "
" Lo mau goyang lagi atau gua yang goyangin lo hah pirang toket gede?.. "
Aku diam saja tak menjawabnya, Dimas kemudian mencabut kontolnya dan menampar-nampari pantatku dengan kontolnya.
" Oh jadi lo gamau nurut lagi ama gue?.. Oke.. "
" Sekarang lo rasain sodokan gue dan jangan salahin gue kalo lo sampe klenger!!. "
Sejurus Dimas menusuk lagi pantatku setelah terus memukulinya dengan kontolnya sendiri.
" ahhh dimmm... " erangku pelan ketika dia tohok kasar anusku dan menjebolnya tanpa ampun!
Deru nafasnya menandakan jika dia tengah dalam puncak nafsunya. Terlihat dari gaya mainnya yang jadi beringas.
Bongkahan pantat bulatku diremas dan dipakainya untuk berpegangan agar dia bisa menumbuk pantatku ini semakin keras dan dalam.
" Udah segini aja tenaga lo?.. "
" Lo mau goyang lagi atau gua yang goyangin lo hah pirang toket gede?.. "
Aku diam saja tak menjawabnya, Dimas kemudian mencabut kontolnya dan menampar-nampari pantatku dengan kontolnya.
" Oh jadi lo gamau nurut lagi ama gue?.. Oke.. "
" Sekarang lo rasain sodokan gue dan jangan salahin gue kalo lo sampe klenger!!. "
Sejurus Dimas menusuk lagi pantatku setelah terus memukulinya dengan kontolnya sendiri.
" ahhh dimmm... " erangku pelan ketika dia tohok kasar anusku dan menjebolnya tanpa ampun!
Deru nafasnya menandakan jika dia tengah dalam puncak nafsunya. Terlihat dari gaya mainnya yang jadi beringas.
Bongkahan pantat bulatku diremas dan dipakainya untuk berpegangan agar dia bisa menumbuk pantatku ini semakin keras dan dalam.
TARRR!!!... TARRRR!!!
Bergantian kiri-kanan tangannya menghajar bola pantat putihku tak peduli akan kondisiku yang sedang Drop akibat klimaksku.
" Cepet bangun Verr, cewek nakal kayak lo emang gak bisa dipegang omongannya.. "
" Ngebet bilang ke gue kalo lo pengen ML lagi, tapi sekarang belum apa-apa lo dah gempor.. "
Aku hanya bisa menggeleng dan tertunduk merasakan permainan No Mercy nya seperti biasa, begitu melihatku tepar disaat itulah dia akan memainkan permainan tiada komprominya ini, dan aku suka sekali!
" Te..terus Dim.. A..aku sukaa yangg.. "
" Ha..hajar dan terus so..sodok anusku... Ahhh!!.. " erangku dengan dagu bergetar merasakan panas dan kebas di anusku yang terus dia tampari.
" Diem bego!!.. "
" Sialan lo emang, lobang pantet lo udah lodoh gini, siapa sih yang tega jebolin pantat semok lo ini!?... BANGSAT!!.. " bacot Dimas jadi semakin panas kembali membahas rasa penasarannya itu.
Dimas
merendahkanku dan mengoceh tidak karuan, Gilang mungkin kaget melihat gila permainan kami. Sementara Dimas terus menepuk pantatku dengan
keras, seolah dia kesal hanya mendapati fakta bahwa anusku sudah bekas orang.
Dimas memang tak beruntung, karena kami telat bertemu, dan agak kusayangkan dia tak bisa merasakan kenikmatan pantatku disaat masih ketatnya seperti dulu.
Dimas memang tak beruntung, karena kami telat bertemu, dan agak kusayangkan dia tak bisa merasakan kenikmatan pantatku disaat masih ketatnya seperti dulu.
Harus
kuakui, lobang anusku sudah sangat longgar karena keseringan dipakai dan
dirusak cowok-cowok di masa laluku, apa boleh buat itu adalah bagian dari petualanganku, pertemuanku juga baru terjadi
sekarang dengannya dan mau tidak mau dia hanya bisa merasakan anusku yang
sudah lodoh ini.
Kini tepukan
di pantatnya membuatku tersentak-sentak merasakan sakit yang justru semakin
membuatku menggila.
Bermenit-menit
aku dan Dimas sedang fokus dalam birahi kami masing-masing, Gilang yang tampak
berhasil menurunkan spermanya karena tadi nyaris ejakulasi kemudian mendekat ke
depanku dan menyodorkan kontolnya ke mulutku.
Aku agak sebal karena dia tak bisa membaca situasi sama sekali melihat kami berdua sedang enak-enaknya bermain panas tapi malah di interupsi olehnya, dengan terpaksa aku hisapi saja kontolnya.
Aku agak sebal karena dia tak bisa membaca situasi sama sekali melihat kami berdua sedang enak-enaknya bermain panas tapi malah di interupsi olehnya, dengan terpaksa aku hisapi saja kontolnya.
Desahanku
yang tadi membahana seketika menghilang saat Gilang memasukkan kembali batang
kemaluannya kedalam mulutku dan membuatku sibuk melayaninya.
Dimas yang kalap menurunkan tempo permainan panasnya dan tampak mengalah membiarkan tempo diatur dari depan, di mulutku. Padahal jika diteruskan mungkin tak sampai 2 menit aku akan kembali mendapatkan orgasme beruntunku.
Gilang mulai mencekoki mulutku menggunakan kontolnya dan langsung menggenjotnya dengan penuh nafsu, dibuat seperti ini tentu saja membuatku kewalahan.
Gilang mengentoti mulutku dengan cepat, aku sampai tersedak-sedak karena tak seperti kontol Dimas yang selain panjang namun memiliki diameter besar, kontol Gilang ini bisa masuk mentok hingga ke tenggorokanku.
Gilang mulai mencekoki mulutku menggunakan kontolnya dan langsung menggenjotnya dengan penuh nafsu, dibuat seperti ini tentu saja membuatku kewalahan.
Gilang mengentoti mulutku dengan cepat, aku sampai tersedak-sedak karena tak seperti kontol Dimas yang selain panjang namun memiliki diameter besar, kontol Gilang ini bisa masuk mentok hingga ke tenggorokanku.
Dimas menggenjotku dengan Slow sekali, dia tampaknya tak mau membuatku kewalahan lebih jauh, mungkin dia kasihan padaku.
Sekarang malah Gilang yang jadi buas seolah tak ingin kalah darinya.
Ternyata diantara mereka juga menaruh gengsi mereka masing-masing dalam hal ini.
Gilang malah menaikkan sebelah kakinya kepunggungku sambil memaksakan kontolnya keluar-masuk di tenggorokanku saking semangatnya dia.
Sekarang malah Gilang yang jadi buas seolah tak ingin kalah darinya.
Ternyata diantara mereka juga menaruh gengsi mereka masing-masing dalam hal ini.
Gilang malah menaikkan sebelah kakinya kepunggungku sambil memaksakan kontolnya keluar-masuk di tenggorokanku saking semangatnya dia.
" Gue entotin mulut lo pecun! Ahhh... " desahnya menggila yang semakin membuatku yakin jika dia sedang tak mau kalah dari Dimas.
Lagi-lagi suaraku yang seperti kodok itu keluar bersama dengan cekokan kontolnya yang begitu bernafsunya dia paksa masuk ke kerongkonganku.
Aku tersentak mundur ketika di satu titik Gilang membenamkan wajahku sampai mentok di selangkangannya dan tersedak-sedak akibat itu.
" Lemah lu!!.. " hardiknya mencabut keluar kontolnya lalu seolah meniru kata-kata Dimas sebelumnya.
Dia jambak rambutku lalu menarikku turun dari sofa datar ini, Dimas mencabut kontolnya dari anusku dan membiarkan Gilang menggeretku menuju ke sofa panjang diruang tengah ini untuk mengambil Shift nya.
Si tuan rumah langsung duduk di sofa dan memintaku untuk mendudukinya, rupanya dia ingin aku me-Riding nya dari atas.
" Sini bitch! Dudukin kontol gue di pantet lo, gue pengen ngerasain goyangan lo... " ujarnya kemudian membasahi kelaminnya dengan ludahnya.
Aku segera duduk membelakanginya, dengan memegang kontolnya kuarahkan sendiri ke lubang analku.
Gilang meringis dan membiarkan aku menggoyangnya.
Dimas malah kini mengocoki kontolnya sambil menontonku, tak ingin Dimas menganggur, segera aku servis Alpha-Male ku ini dan kukulum lagi penisnya.
Aku kembali melakukan Rubbing di klitorisku guna memacu nafsuku yang sedang ditunggu dua cowok penuh
nafsu ini.
Aku memburu orgasmeku, aku mencoba mengkalkulasikan waktu yang pas agar aku bisa orgasme saat nanti Dimas yang menggentotiku, karenanya saat ini aku mencoba memancingnya dulu dengan Gilang sebagai umpan orgasmeku.
" Uuhhh... Gill.. Terus sayang, geber yang kuat pantat aku... " leguhku semakin intens menggesekkan jari di itilku.
Dimas
kembali mengalah, cowok ini lebih membiarkan aku dihajar oleh Gilang dari bawah dan tak memaksakan sodokan di mulutku.
Dan kurang dari dua menit itu berhasil, aku mulai merasa memekku semakin berdenyut, kutadahkan kepalaku keatas sambil merasakan sentakan dari dalam tubuhku yang akan mengalir keluar.
Dan kurang dari dua menit itu berhasil, aku mulai merasa memekku semakin berdenyut, kutadahkan kepalaku keatas sambil merasakan sentakan dari dalam tubuhku yang akan mengalir keluar.
Ini sudah tak main-main lagi, kami memasuki titik dimana kami sama-sama sudah berada di masing-masing puncak tertinggi kenikmatan kami masing-masing.
" Anjingg Gil... Sodok terus, buat aku orgasme sama genjotan kamu, ayo!!.. " racauku dengan gemas bersama garukan yang kasar di memekku sendiri seolah tak peduli jika ini akan membuat vaginaku terluka!
" HAANJINNGG!!!.... "
Rencanaku meleset, sepenuhnya meleset!
Aku yang tadinya ingin orgasme dengan kontol Dimas di anusku malah tak bisa menahan diri, sekarang aku bablas dan justru mendapatkan klimaks!
Keras aku mengerang dan nyaris tubuhku terbanting kedepan kalau tangan Dimas yang sedang berada di tetekku tak menahanku.
Nafasku tersengal-sengal, bibirku bergetar hebat. Entah ini orgasme yang keberapa tapi aku sama sekali tak perduli, aku benar-benar berkomitmen dengan kata-kataku untuk menikmati semuanya sepuas-puasnya!
Gilang yang masih membetotku ikut mengerang dan tampak akan segera ejakulasi juga.
" Verrr.. Ahhhh.... Gue pengen keluar!... " erangnya dengan leguhan keras.
Mendengarnya Dimas kemudian bereaksi.
" Tahan
dulu Gil, kita pejuin bareng Veranya.. " kata Dimas langsung menarik tanganku
dan memaksaku berdiri beranjak dari Gilang yang lagi-lagi hampir ejakulasi.
" Uhh.. " aku sedikit pura-pura merajuk padahal aku senang karena sekarang akan jadi giliran si gantengku.
Gilang kelimpungan, karena jika tidak dicegah Dimas sudah pasti dia akan
ejakulasi dan aku juga tak tahu apa aku masih cukup stamina untuk meladeni Dimas apalagi sekarang dia juga ingin ber-WOT.
Akan aku usahakan semampuku, kuambil posisi menghadapnya, karena aku ingin menatap wajah tampannya.
Dengan tersenyum tipis aku berdiri mengolongi pahanya, sementara Dimas sudah terduduk tepat dibawahku mengacungkan kontolnya kearah atas mempersiapkannya untuk aku duduki.
Dengan tersenyum tipis aku berdiri mengolongi pahanya, sementara Dimas sudah terduduk tepat dibawahku mengacungkan kontolnya kearah atas mempersiapkannya untuk aku duduki.
" Sayang aku pengen klimaks lagi, kasih aku yang terbaik yah.. " senyumku manja lalu menurunkan tubuh depanku
dan mengecup pinggiran bibirnya.
Dimas dingin
menanggapinya, dia hanya memegang penisnya agar mengacung keatas, aku pun
mengerti dan langsung mengarahkan pantat montokku kearah kontol tegangnya yang
terlihat sangat keras bak besi itu.
" AHHHHH.... " aku mendesah dengan lantang saat kontolnya menancap kokoh di anusku.
Hukum gravitasi membuat beban tubuhku tertumpu kebawah dan saat ini titik tumpuanku tepat berada di kontol Dimas yang langsung membelah anusku.
" HUUUUHHHH!!!.. " Dimas membalas desahanku dengan leguhannya yang tak kalah lantang.
Jujur aku masih Drop dan ngilu karena memekku sebentar tadi baru saja klimaks, tapi aku memaksakannya dan tetap memberikan Dimas servis terbaikku.
Aku lingkarkan tanganku ke lehernya dan mencumbui bibirnya mesra, sementara Dimas mulai meraba bongkahan bulat pantatku dan diluar dugaan, rupanya bukan aku yang menggoyangnya namun malah dia yang menghajarku dengan hantaman terkuatnya!
Aku menggeleng dan menjerit-jerit! Kupeluk badan kekarnya erat-erat sebagai hal terakhir yang bisa kulakukan.
Ini gila, sangat gila!
Dimas benar-benar membantai anusku dalam posisi ini tanpa banyak bicara, suara hantaman yang dihasilkan terdengar begitu mengerikannya, dan dia bisa menahannya selama bermenit-menit dalam RPM setinggi ini!
Bahkan Gilang pun terdiam salut melihat keganasan kawannya ini membantaiku.
Aku terus menggeleng dan terampun-ampun, Dimas seakan tak perduli dengan cengkraman yang kulakukan ke punggungnya, pantatku sungguh jebol dan mati rasa sekarang!
Inilah yang membuatku selalu habis tenaga kalau meladeni Dimas, nafasnya sangat luar biasa hingga dia bisa menahan hujaman kencangnya seperti yang sedang dia lakukan padaku sekarang dalam waktu yang lama, kepresisian sodokannya inilah yang membedakan kualitas dia dengan kebanyakan laki-laki yang pernah menghiasi kehidupan seksualku.
" Gil.. Lo entotin mu..mulutnya.. Cepet!!... " perintah Dimas ke Gilang yang membuatku kaget.
Gilang dengan senang hati melakukannya, tanpa mengurangi genjotannya sama sekali Dimas menyuruhku meraup kontol yang Gilang sodorkan ke mulutku.
Aku pasrah saja mereka sodok-sodok baik di anus maupun mulutku sekarang dengan sangat beringas!
Ini gila, sangat gila!
Dimas benar-benar membantai anusku dalam posisi ini tanpa banyak bicara, suara hantaman yang dihasilkan terdengar begitu mengerikannya, dan dia bisa menahannya selama bermenit-menit dalam RPM setinggi ini!
Bahkan Gilang pun terdiam salut melihat keganasan kawannya ini membantaiku.
Aku terus menggeleng dan terampun-ampun, Dimas seakan tak perduli dengan cengkraman yang kulakukan ke punggungnya, pantatku sungguh jebol dan mati rasa sekarang!
Inilah yang membuatku selalu habis tenaga kalau meladeni Dimas, nafasnya sangat luar biasa hingga dia bisa menahan hujaman kencangnya seperti yang sedang dia lakukan padaku sekarang dalam waktu yang lama, kepresisian sodokannya inilah yang membedakan kualitas dia dengan kebanyakan laki-laki yang pernah menghiasi kehidupan seksualku.
" Gil.. Lo entotin mu..mulutnya.. Cepet!!... " perintah Dimas ke Gilang yang membuatku kaget.
Gilang dengan senang hati melakukannya, tanpa mengurangi genjotannya sama sekali Dimas menyuruhku meraup kontol yang Gilang sodorkan ke mulutku.
Aku pasrah saja mereka sodok-sodok baik di anus maupun mulutku sekarang dengan sangat beringas!
Rasa ngilu di klitorisku langsung berganti menjadi rasa nikmat yang sekejap kurasakan membuat badanku menggigil, aku tersedak-sedak berusaha menahan gempuran Gilang dimulutku yang juga sedang dia sodok sekuatnya, lagi-lagi tak mau kalah dengan temannya.
" Ini yang lo mau kan Ver? Hahh??.. "
" Lo suka kan dientotin sekasar ini? Jawab lacur!!... "
TARRR!!
Dimas menggila dan lagi-lagi menghiasi permainan panasnya dengan layangan tangan ke bongkahan pantat montokku yang sedang dia hantam.
" Ini yang lo mau kan Ver? Hahh??.. "
" Lo suka kan dientotin sekasar ini? Jawab lacur!!... "
TARRR!!
Dimas menggila dan lagi-lagi menghiasi permainan panasnya dengan layangan tangan ke bongkahan pantat montokku yang sedang dia hantam.
" I..iya...Au..uka yangg... Eghhkk... " erangku sulit menjawabnya dengan kondisi mulutku dicekoki kontol seperti ini.
Tak sampai 1 menit aku akhirnya tak kuat lagi, aku melengking histeris aliran listrik seketika mengalir di darahku, Dimas sampai mengingatkanku untuk menahan jeritku karena takut di dengar tetangga tapi aku tak peduli karena akibat permainannyalah aku sampai jadi seperti ini.
Mendengar desahanku yang sangat keras itu sebagai tuan rumah Gilang panik! Dia langsung bertindak cepat.
Cowok ini menunduk dan mencengkram leherku kemudian mencium bibirku tepat disaat aku klimaks!
Suaraku seketika tertahan dan aku menggelepar diatas tubuh Dimas yang kontolnya masih kokoh di anusku, sementara mulutku dibungkam dengan mulut Gilang.
Cowok ini menunduk dan mencengkram leherku kemudian mencium bibirku tepat disaat aku klimaks!
Suaraku seketika tertahan dan aku menggelepar diatas tubuh Dimas yang kontolnya masih kokoh di anusku, sementara mulutku dibungkam dengan mulut Gilang.
Cairan klimaksku langsung turun membasahi paha Dimas dan sofa yang kami duduki, Gilang terus membekap mulutku, aku bahkan tak bisa bernafas dibuatnya, cekikan di leher dan tarikannya dirambutku semakin menambah sensasi klimaks yang membuatku teramat puas.
Kali ini aku tak protes dengan aksinya, meskipun sebenarnya itu improvisasi darinya karena tak ingin jerit histerisku di dengar tetangga, dan agar aku bungkam.
Kali ini aku tak protes dengan aksinya, meskipun sebenarnya itu improvisasi darinya karena tak ingin jerit histerisku di dengar tetangga, dan agar aku bungkam.
Kemudian dia melepaskan ciumannya di bibirku, seketika pula aku menarik nafas sebanyak yang aku bisa, membiarkan otot diagfragmaku memompa oksigen sebanyak yang dibutuhkan tubuhku saat ini.
" Pirang lo berisik banget, ntar kalo di dengar tetangga gimana?.. " ujar Gilang memprotesnya.
Aku diam saja, pandanganku berkunang-kunang dan aku nyaris tumbang, namun mereka yang masih menyibukkanku membuatku terus terjaga.
Bahkan aku masih sempat mengocoki kontol Gilang dan meminta dia menampar-nampari wajahku selagi dia mencekikku.
" Inget Ver, jangan ngedesah gitu lagi.. Kita ini di dalam gang, gua gak mau kalo gue di grebek gara-gara lo, ngerti gak?.. " Gilang mengingatkanku untuk membawa diri.
Aku tak begitu peduli dengan kata-katanya, malah aku sedang menikmati cekikan yang sedang dia lakukan terhadapku sekarang.
Gilang kemudian tegak dan pergi kearah depan mungkin untuk menutup pintu sambil mengecek-ngecek situasi sebentar.
Aku langsung rebah di dada kokoh Dimas kehabisan energi. Dimas sudah mematikan genjotannya dari tadi, kini dia mengelus-elus rambut panjang yang terurai di punggungku.
" Ver
langsung ya?.. Masih kuat gak? Gue juga udah gantung.. " bisiknya dikupingku kembali mesra.
Nafasku
memburu, aku baru saja orgasme tapi karena saat ini aku menghadapi dua orang,
maka mau tak mau aku harus siap.
" I..
iya lanjut aja.. Terserah ka..kamu yang.. " jawabku lemah dengan badan masih menggigil.
Dimas kemudian
menggendongku, Gilang juga sudah kembali setelah memastikan situasi diluar aman.
Dimas membawaku untuk duduk di sebuah kursi putar, dia mendudukkanku dengan bagian luar pantatku yang berada di ujung kursinya.
Aku memposisikan diriku seperti yang dia mau, Dimas menatap wajah senduku yang sudah semrautan, kemudian tersenyum.
Aku tahu dia pastilah memuji kecantikanku dalam keadaanku yang seperti ini, entah sudah berapa kali aku mendengar pujiannya dan rasanya tak pernah bosan-bosan.
Dimas membawaku untuk duduk di sebuah kursi putar, dia mendudukkanku dengan bagian luar pantatku yang berada di ujung kursinya.
Aku memposisikan diriku seperti yang dia mau, Dimas menatap wajah senduku yang sudah semrautan, kemudian tersenyum.
Aku tahu dia pastilah memuji kecantikanku dalam keadaanku yang seperti ini, entah sudah berapa kali aku mendengar pujiannya dan rasanya tak pernah bosan-bosan.
Dimas mundur
dan tampak bersama Gilang mereka kompak kembali terdiam, suasana hening kembali tercipta,
hanya terdengar aku yang masih menarik nafas dengan berat, mereka kini berada
di belakangku yang kuyakin pasti mereka sedang terkesima menatap montok bongkahan pantatku yang
dalam posisi ini terlihat amat seksi.
Aku tak bisa menggoda mereka seperti biasa karena sungguh aku sedang menstabilkan tenagaku.
Aku tak bisa menggoda mereka seperti biasa karena sungguh aku sedang menstabilkan tenagaku.
Tak tahan kemudian
masing-masing mereka segera mendekat dan mulai meraba-rabai pantat semokku yang memang terlihat sangat Delicious untuk disantap dalam posisi ini.
" Gila!
Pantatnya Dim.. Gak abis-abis sangek gue ngeliat pantetnya.. Edan!!.. " ujar Gilang yang dari tadi memang sangat vokal mengomentariku.
Dimas tak berkomentar namun dia mendesah mengocoki kontolnya sendiri sambil meremasnya, aku pasrah saja ketika mereka bergantian memutar kursinya demi menghadapkan pantatku ini kearah mereka dan pasti membuat mereka tak sabar untuk segera menusuknya.
Tak hanya meremasnya, mereka juga jilati serta meludahi lubangnya.
" Ahhh... " desahku pelan merasakan lubang anusku bergantian mereka ludahi.
Dimas yang terlihat sudah tak bisa menahan nafsunya segera meludahi kontolnya dan mengarahkan kembali kontolnya ke lobang favoritnya, kemana lagi kalau bukan lubang anusku.
Aku memejamkan mata dan menggigit bibirku menahan ringisanku saat kepala penisnya menyeruak masuk ke liang duburku.
" Pantaat lo Verrr... Ughh!!.. " erang Dimas yang juga memejamkan mata menikmati sensasinya ketika dia dorong kontol jumbonya masuk.
Dimas mulai menyenggamaiku dari tempo pelan ke sedang, seperti mendapat energi Steroid aku pun perlahan mendapatkan kembali tenagaku bersamaan dengan gairahku yang kembali menyala merasakan nikmat rasanya disodomi.
Namun tak ada 30 detik dari penetrasinya Dimas tiba-tiba mencabut kontolnya lalu memutarkan kursiku kemudian mengoper pantatku ke kontol Gilang yang telah menunggu dan langsung melesakkannya masuk ke anusku.
Tak hanya meremasnya, mereka juga jilati serta meludahi lubangnya.
" Ahhh... " desahku pelan merasakan lubang anusku bergantian mereka ludahi.
Dimas yang terlihat sudah tak bisa menahan nafsunya segera meludahi kontolnya dan mengarahkan kembali kontolnya ke lobang favoritnya, kemana lagi kalau bukan lubang anusku.
" Pantaat lo Verrr... Ughh!!.. " erang Dimas yang juga memejamkan mata menikmati sensasinya ketika dia dorong kontol jumbonya masuk.
Dimas mulai menyenggamaiku dari tempo pelan ke sedang, seperti mendapat energi Steroid aku pun perlahan mendapatkan kembali tenagaku bersamaan dengan gairahku yang kembali menyala merasakan nikmat rasanya disodomi.
Namun tak ada 30 detik dari penetrasinya Dimas tiba-tiba mencabut kontolnya lalu memutarkan kursiku kemudian mengoper pantatku ke kontol Gilang yang telah menunggu dan langsung melesakkannya masuk ke anusku.
Aku terpekik menyadari rupanya mereka ingin mengentoti anusku secara estafet dan menggilirnya dengan cepat!
" Ahhh Dimm... Kalian mau ngegilir pan..pantet aku?... " racauku yang seketika merasakan sensasi luar biasa dari permainan yang mereka lakukan.
" Diem!!.. Ini kan yang lo suka?.. " tanya Dimas menangkap daguku dan menciumku mesra.
" Ahhh Dimm... Kalian mau ngegilir pan..pantet aku?... " racauku yang seketika merasakan sensasi luar biasa dari permainan yang mereka lakukan.
" Diem!!.. Ini kan yang lo suka?.. " tanya Dimas menangkap daguku dan menciumku mesra.
" Su... suka Dim... Muaahh.. Gilir pantetku yang cepet!!.. " desahku membalas ciuman bibirnya dan tak bisa membendung rasa puasku akan ide dadakan mereka ini.
Dimas tersenyum dingin dan melahap bibirku penuh nafsu, rupanya inilah momen mereka akan menghabisiku!
" Lo kayak pelacur banget Ver mau aja digilir-gilir kek gini.. "
" Sumpah lo liar abis!!.. " pujinya kembali menciumi bibirku sambil menatap mata biruku.
Aku balas tatapan matanya ini, aku menggunakan salah satu keahlianku yaitu berbicara tanpa kata, aku berkomunikasi dengannya melalui kontak mata.
Tanpa bahasa terus kami saling membaca isi hati sembari mengecup bibir masing-masing, cerminan hatiku coba kulukiskan di setiap gerik bola mataku saat ini, meskipun goncangan genjotan Gilang membuatku tak bisa melakukannya dengan benar, tapi aku yakin Dimas tahu apa mauku karena dia memahami libido abnormalku.
" Anjingg Dimm.. Gue udah gak bisa lama-lama pengen muncrat aja... " celetuk Gilang lalu mencabut penisnya yang terlihat sudah berdenyut-denyut itu.
" Es..estafetin aku Gil, aku pengen kalian gilir yang cepet!! Pliss aku suka banget kalian giniin!!.. " pintaku padanya untuk segera mengoperku ke Dimas.
" Es..estafetin aku Gil, aku pengen kalian gilir yang cepet!! Pliss aku suka banget kalian giniin!!.. " pintaku padanya untuk segera mengoperku ke Dimas.
Jelas dengan keinginanku si cowok ganteng ini kembali tersenyum, dia mencium keningku kemudian meminta Gilang memutar kursi kearah kontol tegangnya, Gilang lantas langsung memutar kursi yang kududuki itu untuk mengarahkan pantat bispakku ke kontol Dimas.
Dimas mengocoki penisnya sebentar sebelum menusukkannya kembali ke lobang anusku.
Aku mengesampingkan wajah agar Dimas bisa melihat ekspresi keenakanku, Dimas juga tak mau buang waktu, langsung disentakkan kontolnya masuk ke pantatku yang disambut dengan desahanku.
" AHHH KONTOL!!.. " racauku kotor merasakan transisi antara kelamin Gilang dan Dimas.
Terasa jomplang perbedaan ukuran kontol mereka karena tadi kontol Gilang terasa sangat kecil untuk ukuran anusku yang sudah lodoh ini, sementara kini kontol Dimas malah sangat menyesakkan anusku.
Kontol Dimas memang spesialis untuk menyodomiku!
Dan perlahan tapi pasti kini aku mulai mendesah lagi dengan lepas seperti tadi, aku merasakan energiku terisi kembali, darahku seakan memanas, tubuhku berkeringat membakar kalorinya lagi.
Dimas meleguh semakin kencang, penisnya terasa keras sekali di dalam anusku, dalam posisi ini Dimas benar-benar ingin merasakan keseksian pantatku rupanya.
Kutabok pantat montokku yang mungkin berharga puluhan juta ini jika saja mau kujual ke pria hidung belang dan sekarang malah kubiarkan mereka gilir bak tak berharganya.
Kutabok pantat montokku yang mungkin berharga puluhan juta ini jika saja mau kujual ke pria hidung belang dan sekarang malah kubiarkan mereka gilir bak tak berharganya.
" Brengsek kalian!! Kalian buat pantat seksiku ini gak ada harganya!!... "
" Se..sekarang puas kalian ngegilir pantat montokku ini!! Hah?.. " rapalku agresif menampar-nampari pantatku sendiri gemas karena terus jadi bulan-bulanan mereka!
Dimas kembali mencabut kontolnya dan mengoper bokongku kembali ke Gilang yang seketika mengentoti dan menggebernya dengan brutal.
Intensitas meningkat amat drastis! Aku memekik-mekik tak perduli keadaan lagi.
Gilang yang sudah ingin ejakulasi ini juga mengentoti anusku ala kadarnya dan kembali mengumpannya ke Dimas.
Gila! Benar-benar teramat gila.
Aku bisa membayangkan betapa enaknya kalau ini dilakukan dengan lebih banyak kontol seperti yang dulu pernah kurasakan saat berpesta dengan Lisa berserta teman-teman homonya, dimana mereka membuat sebuah lingkaran hidup manusia lalu aku yang menungging tepat ditengahnya mereka gilir dengan menusukkan kontol mereka masing-masing sekali ke anusku dan langsung bergantian dengan cepat!
Dan itu membuatku larut akan sensasi luar biasanya persis seperti yang Dimas dan Gilang lakukan sekarang ini.
Aku takkan bohong rasanya sungguh nikmat dan aku amat merindukan momen tersebut.
Aku mulai berisik lagi, aku mendesah lepas dan sudah tak peduli dengan warga sekitar atau grebek-grebekan! Aku sudah di fase tertinggiku, aku meracau tak terkendali.
Gilang yang mendengar jerit kerasku kembali mengingatkanku, namun aku malah balik nyolot dan memakinya.
" Terserah gue bangsat!!... Biar aja digrebek apa peduli gue yang penting kita sama-sama enak-enakan disini!!.. "
" Kalo lo mau gue diem kenapa gak lo coba buat bungkam gue?!.. " umpatku ke dia karena kesal permainanku malah dibatas-batasi!
Gilang terprovokasi, dia menjambak rambutku dan mencekik leherku hingga membuatku tersedak kesulitan bernafas.
Dimas yang melihat kesempatan ini segera memanfaatkannya untuk menghajarku dengan menggeber anusku sekuat yang dia bisa.
Dan alhasil kini dalam sekejap aku benar-benar di Bully oleh dua orang laki-laki ini!
" Terserah gue bangsat!!... Biar aja digrebek apa peduli gue yang penting kita sama-sama enak-enakan disini!!.. "
" Kalo lo mau gue diem kenapa gak lo coba buat bungkam gue?!.. " umpatku ke dia karena kesal permainanku malah dibatas-batasi!
Gilang terprovokasi, dia menjambak rambutku dan mencekik leherku hingga membuatku tersedak kesulitan bernafas.
Dimas yang melihat kesempatan ini segera memanfaatkannya untuk menghajarku dengan menggeber anusku sekuat yang dia bisa.
Dan alhasil kini dalam sekejap aku benar-benar di Bully oleh dua orang laki-laki ini!
" AAAHHH.. TERUS CEKEK AKU BRENGSEK!! AAHH.. "
" BIKIN AKU RINGSEK DIM..GILL... " teriakku menggila seiring dengan pandanganku yang mulai membias.
" BIKIN AKU RINGSEK DIM..GILL... " teriakku menggila seiring dengan pandanganku yang mulai membias.
Aku langsung mencari klitorisku dan menggeseknya dengan cepat! Sontak tubuhku seperti memancarkan gelombang birahi yang ingin segera keluar, aku menikmati permainan ini, sangat menikmatinya!
" Ver pantat lo enak banget sayang!! Ahh.. Gue rusakin lobang pantat lo ini!!.. " lirih Dimas ikut meracau dan terus menyodomiku dengan kuat.
Aku percepat kocokan masturbasiku, terasa sekali itilku sudah ereksi dan membesar seiring libidoku yang sudah berada dititik didihnya.
Melihat kehebohanku Dimas menarik tanganku menjadikannya pegangan dari sodokan kerasnya, aku mendesah kalap, bunyi tubrukan bongkahan pantatku yang mengenai selangkangannya terdengar amat nyaring karena dia menusukku sekuat mungkin!
Yang bahkan seorang Dimas pun juga tak bisa menahan nafsunya sendiri dalam momen kami yang sekarang.
Yang bahkan seorang Dimas pun juga tak bisa menahan nafsunya sendiri dalam momen kami yang sekarang.
" UUHHHH DIM... AKU KELUAR!!!.. "
Aku kelojotan di atas kursi ini, Dimas mendiamkan kontolnya yang masih tertancap kokoh di dalam anusku, sementara vaginaku terus menerus mengeluarkan cairan beningnya.
Aku pun roboh kedepan dengan wajah super merah padam pertanda aku benar-benar sudah habis!
Nafasku tersengal, tubuhku langsung kehilangan energinya, otakku terasa gosong dan badanku lagi-lagi menggigil.
Aku tidak tahu seberapa banyak 'kebecekan' yang kubuat karena aku tak melihat muncratannya, tapi terasa sofa yang kududuki kini sudah basah
Aku pun roboh kedepan dengan wajah super merah padam pertanda aku benar-benar sudah habis!
Nafasku tersengal, tubuhku langsung kehilangan energinya, otakku terasa gosong dan badanku lagi-lagi menggigil.
Aku tidak tahu seberapa banyak 'kebecekan' yang kubuat karena aku tak melihat muncratannya, tapi terasa sofa yang kududuki kini sudah basah
Inilah realitas yang hadir saat ini, tak pelak aku berada di Higher Consciousness ku sendiri sekarang, bukan Highest, karena kesadaran manusia tak pernah punya batas. Imajinasi, kreatifitas dan impian yang ada di dalam otak manusia adalah hal yang tidak punya titik batasan.
Living In The Moment, itu yang mereka katakan dalam menikmati hidup.
Ungkapan itulah yang aku percayai saat ini, aku yang sekarang tak lagi pusing dengan masa laluku, aku justru senang bisa melupakan semuanya, karena yang lalu-lalu memang seharusnya sudah untuk dilupakan.
Ungkapan itulah yang aku percayai saat ini, aku yang sekarang tak lagi pusing dengan masa laluku, aku justru senang bisa melupakan semuanya, karena yang lalu-lalu memang seharusnya sudah untuk dilupakan.
Ketika aku berpisah dengan orang yang sangat kusayang sekaligus pelindungku, aku amat terpuruk! Aku terus memikirkan, memikirkan dan memikirkannya di setiap waktu, dimana itu selalu membuat sedih karena tak mungkin kutemukan lelaki seperti dirinya lagi.
Seakan semuanya dimulai dari 0 lagi, aku belajar untuk menikmati hidup untuk saat ini dan 5 detik kedepan, aku tak peduli dengan apa yang akan terjadi kedepan, dan aku juga tak perduli apa yang sudah terjadi, begitulah caraku mensugestikan diri untuk bergerak maju dari perasaan tersebut.
Seakan semuanya dimulai dari 0 lagi, aku belajar untuk menikmati hidup untuk saat ini dan 5 detik kedepan, aku tak peduli dengan apa yang akan terjadi kedepan, dan aku juga tak perduli apa yang sudah terjadi, begitulah caraku mensugestikan diri untuk bergerak maju dari perasaan tersebut.
Mereka berdua terdiam, Dimas mengecup punggungku dan merapikan rambut yang sudah berantakan menutupi wajah merahku yang sudah seperti udang rebus.
Mereka kembali mengomentari wajahku yang selalu dipuji cantik ketika aku orgasme, lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa-apa, sungguh ini amat menguras energiku.
Permainan kami bahkan belum satu ronde, tapi aku sudah babak bingkas seperti ini! Namun itu konsekuensi dari pilihan yang kuambil di awal tadi untuk bermain All-Out.
Mereka kembali mengomentari wajahku yang selalu dipuji cantik ketika aku orgasme, lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa-apa, sungguh ini amat menguras energiku.
Permainan kami bahkan belum satu ronde, tapi aku sudah babak bingkas seperti ini! Namun itu konsekuensi dari pilihan yang kuambil di awal tadi untuk bermain All-Out.
Dimas lalu mencabut kontolnya dari anusku lalu memindahkannya ke lubang memekku yang masih berkedut-kedut mungkin balik iri dengan anusku yang terus menjadi pusat permainan mereka.
" Makanya siapa suruh punya pantat segini montok, jadi gak ada lagi kan yang mau make memek lo.. Hahaha... " celetuk Dimas menusuk lubang yang terabaikan itu sebentar kemudian kembali mengoper pantatku lagi ke Gilang.
Aku yang sudah ambruk bertumpu di meja yang ada di depanku hanya bisa diam, ini sudah Limit ku, aku tak bisa menggoyangkan pantatku atau bergerak agresif lagi.
Dalam kondisi ini biasanya aku sudah hanya akan tinggal dibolak-balik saja sesuka hati oleh para cowok-cowokku.
" Pantesan pantet lo jadi jebol gini karena pantet lo tuh nagih banget!!.. " Gilang ikut berkomentar dengan Toxic sambil menjejalkan kontolnya di anusku.
Dalam kondisi ini biasanya aku sudah hanya akan tinggal dibolak-balik saja sesuka hati oleh para cowok-cowokku.
" Pantesan pantet lo jadi jebol gini karena pantet lo tuh nagih banget!!.. " Gilang ikut berkomentar dengan Toxic sambil menjejalkan kontolnya di anusku.
Gilang membabatku dengan kasar, mulutnya semakin pedas melecehkanku, dia terus menghina lobang anusku yang lodoh ini, memanggilku wewe gombel dan masih banyak lagi oceh-ocehannya yang tak bisa kutanggapi karena mendesah pun aku sudah tak mampu.
Melihat aku yang sudah tak bisa berbuat apa-apa membuat Dimas yang lagi-lagi menunjukkan pengertiannya padaku.
Dia memotong aksi Gilang yang terus nyerocos dan menzinaiku dubur dari aku yang sudah lunglai ini.
Dimas menggendongku dan menidurkanku di sofa panjang tadi, lalu tanpa arahan kompak mereka berdua langsung mendekat dan menyodorkan kontolnya ke wajahku.
Aku paham, segera kupegang dua kontol amat tegang ini dan mengocokinya menggunakan sisa-sisa tenagaku.
Mereka meleguh, aku tatap ekspresi mereka satu per satu dengan tatapan senduku yang benar-benar sendu dan sama sekali tak kubuat-kubuat.
Dua laki-laki ini amat gagahnya berdiri membiarkanku memompa sendiri kelamin mereka dengan kocokan tanganku dan sudah pasrah akan menjadi tempat penampungan peju mereka.
Dimas menggendongku dan menidurkanku di sofa panjang tadi, lalu tanpa arahan kompak mereka berdua langsung mendekat dan menyodorkan kontolnya ke wajahku.
Aku paham, segera kupegang dua kontol amat tegang ini dan mengocokinya menggunakan sisa-sisa tenagaku.
Mereka meleguh, aku tatap ekspresi mereka satu per satu dengan tatapan senduku yang benar-benar sendu dan sama sekali tak kubuat-kubuat.
Dua laki-laki ini amat gagahnya berdiri membiarkanku memompa sendiri kelamin mereka dengan kocokan tanganku dan sudah pasrah akan menjadi tempat penampungan peju mereka.
Bara birahiku masih menyala, aku merasakan sensasi liar ketika dikepung dua kontol yang siap mengeluarkan sperma kental mereka di wajah cantikku.
Aku memulai aksiku dengan menyepong bergantian kontol mereka guna memancing sperma mereka naik.
" ARGGGHHH VEEER... " desah Gilang terlihat petakilan sekali jika dibandingkan dengan Dimas yang dingin.
Aku terus membagi rata mulutku ke masing-masing kontol mereka, Dimas hanya berdesis merasakan jilatanku di batang kontolnya, lalu setelah darinya aku langsung berpindah dan memasukkan utuh kontol Gilang ke dalam mulutku dari ujung hingga mentok ke pangkal kelaminnya!
Dan si cowok ini meracau tak karuan sembari menjambak rambutnya sendiri menikmati Deepthroat mautku.
Aku terus membagi rata mulutku ke masing-masing kontol mereka, Dimas hanya berdesis merasakan jilatanku di batang kontolnya, lalu setelah darinya aku langsung berpindah dan memasukkan utuh kontol Gilang ke dalam mulutku dari ujung hingga mentok ke pangkal kelaminnya!
Dan si cowok ini meracau tak karuan sembari menjambak rambutnya sendiri menikmati Deepthroat mautku.
Aku terus tangkap ekspresinya yang terlihat sangat ngilu itu, sesekali selagi aku menyervis kemaluan mereka yang sudah mau meledak mereka juga meremasi toket bulatku.
Saking kalutnya pikiranku aku sampai lupa meminta Dimas merekami permainan panas kami ini.
Aku baru teringat sekarang menjelang akhir ronde pertama ini, karena kebiasaan ketika mengulum kontol yang akan ejakulasi biasanya aku selalu melirik kearah kamera, entah itu ponselku atau ponsel cowokku.
" ke..keluarin di muka aku sekarang ya sayang... " genitku dengan suara pelan kearah mereka.
Gilang yang sudah benar-benar di ujung, langsung mengocok kontolnya sendiri tepat di depan wajahku, Dimas yang tahu aku kebinalanku ini juga segera bersiap memejui wajah cantikku.
Dua kontol tegang kini saling kocok tepat di depan wajahku! Perasaan liar ini sungguh membuatku tak kuasa menahan diri, aku mulai bermasturbasi dengan jariku sambil menatap binal ke mereka berdua kemudian membayangkan kucuran air mani mereka akan tergenang di wajahku.
Dimas dan Gilang saling mendengus satu sama lain, kontol mereka tampak semakin membengkak dan akan segera melepaskan letupan sperma hangatnya padaku.
Kukunci pandanganku kearah mereka lalu kubuka mulutku lebar-lebar dan kujulurkan lidahku seperti anjing kehausan.
Kukunci pandanganku kearah mereka lalu kubuka mulutku lebar-lebar dan kujulurkan lidahku seperti anjing kehausan.
" pejuin muka aku sayang... ayo bikin aku mandi peju kalian, aku pasrah... huhhh.. " desisku masih dengan suara lemah menyemangati mereka.
" AHHH LONTE GUEE KELUAAR!!.. " desis Gilang semakin menggila, diikuti suara mengocok khas para pria yang seperti suara kucekkan di kontol mereka masing-masing.
Dan beberapa detik kemudian, mereka pun menjerit berbarengan, Gilang lebih dulu membuka kran spermanya diikuti semprotan dari Dimas juga.
Semprotan air mani mereka begitu derasnya menyemprot tepat di wajah ayuku, dan aku mendesah karena tak terasa orgasme kecil kembali kurasakan barusan sambil mereka pejui.
Semprotan air mani mereka begitu derasnya menyemprot tepat di wajah ayuku, dan aku mendesah karena tak terasa orgasme kecil kembali kurasakan barusan sambil mereka pejui.
Kini semprotan air mani Dimas dan Gilang silih berganti memenuhi wajahku, aku mencoba tak berkedip meskipun beberapa semprotannya langsung mengenai mataku dan membuatnya perih.
Namun itu tak menyurutkan semangatku untuk terus menikmati hangatnya sperma mereka yang membasahi wajahku.
Bahkan sengaja kukejar kontol mereka dengan mengarahkan mataku persis di depan lubang kencing mereka agar semprotan peju mereka kembali mengguyur bola mata indahku ini.
Mereka sama-sama merapalkan kalimat-kalimat jorok sebagai tanda penuntas dahaga mereka.
Wajahku sudah betul-betul dipenuhi air mani kental mereka yang terasa menyelimuti sekujur mukaku hingga menjadikannya masker peju, semprotan mereka sendiri sangat kuat dan beberapa kali muncrat jatuh hingga ke lantai, terutama semprotan awalnya.
Wajahku sudah betul-betul dipenuhi air mani kental mereka yang terasa menyelimuti sekujur mukaku hingga menjadikannya masker peju, semprotan mereka sendiri sangat kuat dan beberapa kali muncrat jatuh hingga ke lantai, terutama semprotan awalnya.
" Ahhhh Ver, lo luar biasa banget.. Puas kan lo sayang?.. " racau Dimas disaat ledakan nafsunya telah reda.
" Mantep bener emang pecun lo Dim!! Huuhh.. Gila-gila!.. " sambung Gilang terengah-engah yang kontolnya langsung kusepong dan kuhisap sangat kuat.
Tak hanya kontol Gilang, aku beralih ke kontol Dimas dan mengulumnya dengan memfokuskan mengemut-emut kepala penisnya saja.
Aku tahu sekarang kepala penis mereka yang masih berwarna keunguan ini lagi sensitif-sensitifnya.
Aku tahu sekarang kepala penis mereka yang masih berwarna keunguan ini lagi sensitif-sensitifnya.
" Ohhhh FUCK!! Shhhh... Ver, pala kontol gue ngilu abiis, Ouuw.. " lirih Dimas saat kuemut-emut ujung kontolnya dan menggelitiki lobang kencingnya saat berada di dalam mulutku.
Supaya dia tahu betapa ngilunya ketika habis klimaks tapi langsung dikocok paksa lagi, seperti yang sering dia lakukan kepadaku.
Mereka kemudian langsung terduduk dengan kepuasan yang terhias di wajah letih mereka, sementara aku hanya bisa terengah-engah selain akumulasi permainan juga karena orgasme kecilku barusan.
Dengan wajah di penuhi peju mereka aku benar-benar menikmatinya, tubuhku seperti terasa mengambang terbang sekarang, kepuasan nyata yang sungguh membuatku gila ketika aku hanya mengkhayalkannya di saat aku berpuasa untuk tidak bermasturbasi selama beberapa hari kemarin.
Dengan wajah di penuhi peju mereka aku benar-benar menikmatinya, tubuhku seperti terasa mengambang terbang sekarang, kepuasan nyata yang sungguh membuatku gila ketika aku hanya mengkhayalkannya di saat aku berpuasa untuk tidak bermasturbasi selama beberapa hari kemarin.
Mereka berdua menatapku, betinanya yang masih berbaring lemah tak berdaya buah dari lampiasan nafsu setan mereka barusan.
Aku mulai mengumpulkan peju mereka yang tergenang di wajahku dan menjilatinya dengan jariku.
Mereka tampak terpana melihatnya, terlebih Gilang karena dia belum terlalu tahu sisi-sisi liarku.
Aku mulai mengumpulkan peju mereka yang tergenang di wajahku dan menjilatinya dengan jariku.
Mereka tampak terpana melihatnya, terlebih Gilang karena dia belum terlalu tahu sisi-sisi liarku.
Aku mendramatisir jilatanku pada jari yang penuh dengan campuran sperma mereka ini, juga tak lupa melemparkan tatapan mata binalku kearah mereka berdua yang tampak tertegun melihatiku menyantap sperma kental mereka.
" Ahhhh.. Aku suka banget peju hangat kalian sayang... Ummmmm... " kataku sembari menutup mata dan menelan sperma mereka yang terkumpul di jariku.
" Edan..
Edan.. Dia minumin peju kita gitu aja Dim.. " ujar Gilang melihatku menghabiskan sperma
mereka yang ada di wajahku dan menelannya hingga bersih.
PLONG!
Itulah yang aku rasakan saat ini sambil menjilat sperma mereka hingga benar-benar tak bersisa dari wajahku, mereka berdua masih terduduk dan tampak terpuaskan sekali dengan nafas yang engap-engap.
Kulihat hari diluar sudah gelap, sampai tak terasa jika sekarang sudah lewat maghrib, kepuasan dan kelelahan begitu mendera yang lantas membuat masing-masing kami hanya bisa beristirahat dengan memejamkan mata mencoba rileks sejenak.
Beberapa
saat kemudian, aku membuka mata dari istirahat singkatku dan mendengar mereka
mengobrol sambil membicarakan permainan panas tadi, mereka memujiku, aku yang
masih goler mendengar itu cuek saja karena aku sudah biasa dengan pujian.
Aku perlahan
menghimpun tenagaku dan mencoba bangkit untuk duduk, kulihat Gilang sedang
ngaso dengan rokoknya, Dimas menyodorkanku tisu untuk mengelap mukaku yang
masih mengkilat bekas peju mereka.
Sambil
mengelap wajah cantikku, pandanganku langsung terarah ke kontol mereka yang
sudah layu, karena kami bertiga memang masih sama-sama telanjang.
Melihat kemaluan lawan jenisku, seketika itu pula aku jadi sange lagi!
Aku merangkak berjalan perlahan kearah Dimas, memanjat tubuh dan mengelus-elus dada tegap lalu mengecupnya, aku mencoba membangkitkan lagi birahi mereka, agar aku bisa kembali mereka setubuhi.
Melihat kemaluan lawan jenisku, seketika itu pula aku jadi sange lagi!
Aku merangkak berjalan perlahan kearah Dimas, memanjat tubuh dan mengelus-elus dada tegap lalu mengecupnya, aku mencoba membangkitkan lagi birahi mereka, agar aku bisa kembali mereka setubuhi.
Dimas
membiarkan aku memanjakannya dan merespon dengan memeluk serta membelai rambut
pirang panjangku, Gilang mulai memperhatikan ketika aku dan Dimas saling
bercumbu di atas paha temannya yang membawaku kesini itu.
" Uhhh..
Sayang aku masih kepengen di entotin.. Ummmm.. " desahku sembari mengulum lidah
Dimas.
" Kamu
masih mau ngentotin aku kan sayang?.. " sambungku manja.
Dimas pun mengangguk karena memang stamina telah terbukti, aku terus goda dia hingga perlahan aku merasakan kontol
Dimas mulai 'hidup' lagi, aku tersenyum karena berhasil membuat satu dari mereka terangsang, kini tinggal yang satunya lagi.
Setelah
berhasil memancing cowok gantengku itu, aku berdiri dari pangkuan Dimas. Kembali aku berjalan merangkak bak seorang Slut kearah Gilang yang duduk di sofa samping
kami.
Gilang tertegun melihat aku yang berjalan merangkak menghampirinya, sampai dihadapannya, aku langsung melebarkan pahanya yang ditumbuhi bulu itu dan mendudukkan memek tebalku tepat diatas kontolnya!
Gilang tertegun melihat aku yang berjalan merangkak menghampirinya, sampai dihadapannya, aku langsung melebarkan pahanya yang ditumbuhi bulu itu dan mendudukkan memek tebalku tepat diatas kontolnya!
" Shhhhss... " desah Gilang merasakan tembemnya memekku di atas kontolnya yang telah layu.
Sembari menduduki kejantanannya, aku menggesek-gesekkan memekku juga hingga batang kontol Gilang
membelah bibir vaginaku, membuat Gilang terdiam dan gelisah.
Aku buang rokok yang masih terselip di jarinya, karena aku ingin dia fokus sepenuhnya dengan aksiku, aku mendekatkan wajahku tepat di depan hidungnya dan mengunci tatapan binalku ke matanya.
Jariku juga mulai menelusuri dadanya, Gilang mendesis ketika jari lentik nan halusku merangsang putingnya.
Sementara kulihat Dimas diam saja mengamatiku yang sedang menggodai temannya, maka timbulah ide nakalku untuk membuat si ganteng iri.
Aku buang rokok yang masih terselip di jarinya, karena aku ingin dia fokus sepenuhnya dengan aksiku, aku mendekatkan wajahku tepat di depan hidungnya dan mengunci tatapan binalku ke matanya.
Jariku juga mulai menelusuri dadanya, Gilang mendesis ketika jari lentik nan halusku merangsang putingnya.
Sementara kulihat Dimas diam saja mengamatiku yang sedang menggodai temannya, maka timbulah ide nakalku untuk membuat si ganteng iri.
" Gil.. " bisikku lembut tepat dilubang kupingnya.
Terlihat
bulu romanya langsung berdiri ketika kubisiki seperti ini.
" Aku
pengen ngerasain benih kamu di memek aku.. "
Gilang bergetar namun aku tak
mendengar jawaban apapun, aku menatap matanya dan memegang wajahnya dengan kedua
tanganku dari jarak dekat.
" Aku
kepengen kamu tembak dalem Gil.. Plissss gpp mau sampe aku hamil juga.. "
" Kamu
mau-mau aja ngehamilin aku kan sayang?.. " godaku dengan suara pelan supaya tak terdengar Dimas sambil menggigit bibir
bawahku dan menatapnya sayu.
Gilang
meneguk ludah, dia mungkin bingung harus berkata apa namun aku terus tatap
wajahnya, bola mata indah biruku ini tak bergerak dari bola mata hitamnya, pandanganku
yang sendu seolah menunjukkan betapa seriusnya aku dengan omonganku.
" Iii..
iya Ver... aku mau.. " bisik Gilang dengan nada yang gemetar.
Aku langsung
mendesis dan memejamkan mataku mendengarnya, namun dalam hatiku
aku tertawa menang.
Dengan Mesmerizing Eyes ku ini memang tidak ada laki-laki yang tak bisa aku perdayainya, tak ada!
Kukecup bibir Gilang mesra sebagai hadiahnya tentu saja tetap melakukan Petting di kontolnya yang rupanya sudah tegang!
Dengan Mesmerizing Eyes ku ini memang tidak ada laki-laki yang tak bisa aku perdayainya, tak ada!
Kukecup bibir Gilang mesra sebagai hadiahnya tentu saja tetap melakukan Petting di kontolnya yang rupanya sudah tegang!
" Tapi
kamu jangan bilang Dimas yah sayang.. " bisikku dengan pelan lagi berencana membuat Dimas Jealous
malam ini.
Setelah
mendapat anggukan darinya, aku berdiri dan langsung menanyakan arah kamar
mandi, aku ingin membersihkan diri dulu agar segar ketika nanti kami
melanjutkan permainan kami lagi.
Sambil
berjalan gontai aku membayangkan mereka berdua akan terus meladeniku semalaman
ini, malamku dengan mereka masih panjang dan mereka pun tahu bahwa ini
hanyalah awal dari sebuah malam yang liar.
Kututup pintu kamar mandinya lalu aku tersenyum sendiri, bayangan-bayangan
nakal mulai terlintas dibenakku, dinginnya air Shower membuatku jadi tak sabar
untuk kembali Fresh kemudian siap menjadi pemuas nafsu untuk mereka berdua
sepanjang malam.
Dan akan kutunjukkan pada mereka permainan Threesome yang sesungguhnya.
..............................
Dan akan kutunjukkan pada mereka permainan Threesome yang sesungguhnya.
..............................
No comments:
Post a Comment