" Nah iya gitu... "
" Pokoknya tunggingin atau terus goyangin pantet lo Ver.. "
Jelas dengan itu aku pun makin menunggingkan pantatku agar terlihat lebih sensual seperti yang dia mau.
..............................
Saat ini hari sudah menjelang siang dan seperti yang Dimas katakan sejak pagi aku sudah berberes-beres rumah.
Mulai dari menyapu, mengepel dan bahkan menjemur sprei juga karpet yang malam tadi ketumpahan ompolanku semua sudah kukerjakan. Berhubung rumah ini sangat kecil jadi gampang untuk membereskan.
Kini aku sedang di dapur membuatkan Dimas makanan kecil berupa roti selai.
Ya itulah yang ada saat ini, meski tadi dia sempat membeli beberapa bahan makanan dari tukang sayur yang lewat tapi untuk sekarang dia sedang ingin roti saja.
Padahal aku sangat ingin membuatnya terkaget dengan skill memasakku kendati aku sudah lama tak memasak lagi, mungkin nanti malam akan kubuatkan dia sup hangat sekaligus menunjukkan seperti apa masakanku yang siapa tahu bisa membuat dia senang dan pasti tak menyangka jika aku pandai memasak.
Walau aku mesti menemukan kembali sentuhanku selain karena aku sudah lama sekali tak memasak juga kondisi dapurnya sendiri sangatlah sederhana, perkakasnya tak memadai jadi aku tak bisa terlalu memvariasikan masakanku nantinya.
Dimas hari ini terlihat tidak kemana-mana, sepertinya dia ingin menghabiskan waktunya berdua bersamaku lagipula sekarang hari minggu.
Selagi aku membuatkan roti untuknya, dia selalu berada di belakangku sembari memegang Handphone dan sedang merekami sepanjang kegiatanku dimana fokusnya sekarang terus ke bokong montokku.
Aku diam saja dan membiarkannya, selain menjalankan tupoksiku sebagai pelayan untuknya aku juga suka mendapat perhatian seperti ini apalagi mendengar racauan nakal yang keluar dari mulutnya.
Pakaian Waitress hitam-putih sedang kukenakan untuk makin menegaskannya, tentu saja dengan Stocking beserta High Heels seperti kesukaannya.
" Sialan montok bener sih Verr!!... "
PLAAKK!!
Taboknya sekali ke pantatku yang sedang ku-Shake hingga membuat aku agak terlonjak kaget.
Mataku terpejam dan aku mendesis pelan menikmati panas tepukannya yang mulai terasa menyebar di bantalan bokongku.
" Lo suntik putih ya pantat lo?.. " racau Dimas masih gemas dan terus memelototinya, tak lupa dia percepat kocokan kontolnya.
Aku mulai tak fokus mengoleskan krim selai ini di rotinya, malah aku lebih antusias menggodanya sekarang dengan terus menggoyang-goyangkan pantat seksiku yang sangat dia sukai sekaligus dia candui kendati sering dia hina-hina.
Kami sudah sama-sama bernafsu berhubung sejak pagi tadi kami belum bersenggama, tapi bukan Dimas namanya kalau dia langsung menyetubuhiku begitu saja, karenanya dia memanfaatkan momen ini untuk merangsang dirinya sendiri sebelum dia menikmati diriku.
Memekku sudah berkontraksi sejak tadi tepat disaat Dimas membuka seluruh pakaiannya dan makin memepet tubuhku seperti sekarang, belum lagi mendengar kata-kata kasarnya yang membuatku tambah panas sendiri tak sabar untuk segera dia pakai.
Aku sungguh terbawa suasana, malah sekarang aku jadi lebih agresif dengan menampar pantatku juga memaki diriku sendiri dan aku sangat menikmatinya!
Dimas tersenyum melihat aku panas sendiri dengan provokasi darinya, sambil merendahkan diri juga mulai kutatap kontolnya yang sudah mengacung tegak itu tak ragu menunjukkan betapa aku menginginkannya sekarang.
" yanggg.. " panggilku dengan suara lembut dan mengunci pandangan seksiku ke wajahnya.
" Kenapa? Lo gak tahan pengen diewe sekarang?.. " respon Dimas mulai memelukku dari belakang lalu mencium tengkukku.
" OHH DIMM!!... "
Aku mengerang dan memejamkan mata merasakan hembus nafas sekaligus sentuhan darinya, aku suka sekali dicumbui dari belakang dalam posisi berdiri seperti ini, apalagi merasakan kontolnya yang sekarang dia gesekkan ke bola pantatku.
Kugigit bibirku lalu dengan jariku mulai kugesek memekku tak tahan dengan rangsangannya. Dimas mengecup leher jenjangku dengan sangat lembut membuat diriku benar-benar seperti terbang melayang.
" ayo yang entotin aku... Huhh!!.. " desisku kuat memiringkan wajahku untuk menatapnya.
Begitu mata kami bertemu kukunci pandangan penuh nafsuku ke pria yang betul-betul bisa memuaskanku ini hingga menjadikanku amat tergila-gila kepadanya.
Dimas juga menatapku dan dia mendesis terangsang melihat wajah sangeku ini, gesekan kontol yang dia lakukan di pantatku terasa semakin cepat pertanda dia pun sudah tak tahan untuk menyenggamaiku.
Aku tak sanggup lagi! Kunaikkan kakiku ke meja dapur kemudian kutunggingkan badanku kearahnya membuat posisi siap untuk dia kawini kemudian kutatap dia dan kupegang lengan kekarnya sekuatku saking sudah bernafsunya aku sekarang.
Dimas tak bergeming sama sekali merasakan kuat cengkraman yang sering kulakukan kalau aku betul-betul sudah birahi tinggi. Tapi tak lama dia luluh juga dengan tatapanku hingga Dimas pun mulai mengarahkan kontol tegangnya ke memekku yang menjadikanku meringis merasakan nikmatnya!
" Uhhh!!.. " erangku menggeleng pelan ketika kelamin kami sudah bersatu.
Dimas juga mendengus, tentu saja dia merasakan nikmat yang sama atas surga dunia yang sekarang sedang kami lakukan.
Kutatap Dimas dengan pandangan sendu memelasku agar membuat kami tak hanya menyatu secara fisik tapi juga perasaan.
Dimas membalas tatapanku sembari dia belai rambut panjangku, erangan kami saling bersahut-sahutan di dapur rumah kecil ini.
Genjotan stabilnya membuatku begitu cepatnya tiba di gerbang klimaksku, hanya dalam dua menit dia penetrasi begini saja aku sudah akan sampai di puncak kenikmatanku padahal dia melakukannya tak Barbar seperti biasa melainkan penuh perasaan.
" Dimm.. Aku mau keluar sayang... " ucapku kepada dirinya memberitahu jika aku akan orgasme.
Dimas tak menjawab, dia terus menjaga nafasnya yang panjang ini dan secara perlahan juga menaikkan intensitas hujamannya yang membuatku makin tenggelam dalam birahi.
" Ahhh dimm.. bo..boleh gak ak..aku keluar?.. " aku makin tak bisa menahan-nahan gejolak ini dan mengerang dengan kuat.
Tetap tak ada jawaban darinya, yang ada malah genjotannya terus bertambah cepat hingga akhirnya pertahanku pun jebol!
Aku menjerit dengan keras, Dimas menohok kontolnya sedalam-dalamnya saat merasakan orgasmeku hingga aku terdorong kedepan kemudian dia tampar pantatku lalu mencium kepala belakangku dengan mesra.
" Dasar cewek nakal, kerja lo ngompol aja... " ucapnya lalu mencabut kontolnya dan membiarkanku bergetar-getar dalam posisi menungging ini.
Kupegang meja yang ada di depanku karena jika tidak aku pasti akan tumbang, dengkulku rasanya mau copot saking enaknya orgasme yang kurasakan dengan kontol besarnya.
Beruntung Dimas sedang tidak menunjukkan tendensi kasarnya, sudah pasti aku sekarang akan dia hukum karena banjir-banjir begini tapi dia malah Stand By dibelakangku meremas-remas pantatku lagi sembari menanti aku pulih.
Berusaha secepatnya aku Recovery karena aku harus memuaskan nafsu biologis cowokku ini dan tak mau membuatnya menunggu terlalu lama, apalagi dia sedang mesra-mesra sekarang.
" A..ayo yang entotin lagi aja gak usah peduliin aku.. "
" Aku.. aku kan cewek pemuas kamu... " kataku menunggingkan diri agar segera dia sodok walau kakiku masih agak gemetar.
Dimas tak langsung melanjutkannya, dia malah kembali memelukku dari belakang dan mencumbuku dalam senyumnya.
Aku bergidik lagi, bulu kudukku naik merasakan hembus nafasnya sekaligus remasan yang dia lakukan di toket putih bulatku.
" Vera..Vera... "
" Lo beneran pengen muasin gua terus ya?.. " celetuknya yang kubalas anggukanku.
" Iya sayang, kan aku budak seks kamu... " jawabku cepat yang lagi-lagi membuat dia tertawa.
" Hahaha yaudah-yaudah, gue seneng liat lo nurut gini... "
" Kalo gitu sekarang lo boleh orgasme sepuas lo dan sesuka lo, gausah nunggu jawaban dari gue.. "
Mendengar itu aku semringah sekali! Dimas tak lagi membatasiku untuk klimaks dan jujur ini benar-benar membuatku senang bukan kepalang.
" makasih sayaang... " kubalikkan badan lalu kupeluk cowok gantengku ini dan menciumnya penuh perasaan yang Dimas balas dengan ciuman yang tak kalah bernafsunya.
Cukup lama kami berpelukan sambil berdiri saling bercumbu dalam perasaan kami masing-masing, tak ayal kami seperti ABG yang sedang mabuk kepayang saja sekarang.
Dimas lalu meneruskan aksinya, dia gendong aku mendudukkan tubuh langsingku di meja kabin dapurnya, aku mengangkangkan kakiku dan menatapnya sendu siap untuk dia zinai namun Dimas malah jongkok dan membenamkan wajahnya ke gundukan memekku!
Aku gelagapan dan langsung merasakan gejolak birahiku naik lagi begitu dia cucup labia sekaligus klitorisku!
" Ja..jangan dim... masa kamu jilatin memek kotor a..aku... Hufftt!!... "
" Sini biar..biar aku yang isep kontol atau jilat anus kamu yaang... " erangku menegaskan posisiku sendiri dan tak tega jika wajah gantengnya ada di memek bispakku.
Tapi Dimas hanya menatapku dan terus melakukan Pussy Eating yang sangat kusukai sekali!
Semenit saja dia melakukannya aku betul-betul menggelinjang luar biasa, rasanya aku sudah akan orgasme lagi saja. Terakhir Dimas lakukan ini ketika kami bercinta di kamar apartemenku sebelum dia menyadari kalau memekku bekas dipakai orang hingga membuatnya amat marah dan berakhir seperti sekarang.
Tapi menyadari dia kembali mau melakukannya lagi-lagi menjadi angin baik untukku.
" Tenang aja Ver, kan gue mesti muasin lo juga.. Apalagi lo dah nurut banget.. "
Setelah merasakan kontraksi di memekku Dimas kemudian tegak, aku meleguh saat dia colok dua jarinya masuk ke vaginaku yang sudah amat basahnya ini, lalu dengan santainya mulai dia kocok memekku perlahan yang bunyi beceknya begitu terdengarnya.
" Ohhh sayanggg!!!... " dengusku merasakan dia melakukan kocokan dengan teknik cungkil.
Dimas memandangi wajahku yang sudah merah padam ini, sementara diriku memfokuskan gejolak libidoku tepat di kewanitaanku! Dan tak ada 30 detik semenjak dia mulai permainan jarinya aku kembali orgasme dengan cipratan-cipratan deras.
Badanku melengkung kebelakang, mulut menganga serta mengeluarkan rintihan nikmat yang begitu terpusat di 'kacang kecil' kemaluanku.
Dimas tersenyum melihatku kembali mendapatkan klimaks dalam rentang waktu yang sangat berdekatan dari yang pertama ke yang kedua ini.
Dia peluk diriku yang masih terkangkang ini, aku memegangi tangannya sembari masih merasakan kenikmatan yang melanda sekujur tubuhku, namun secepatnya aku kembali menstabilkan diri.
" Ay..ayo entotin aku lagi yang... "
" Se..sekarang pake aku pelacur kamu sepuas-puasnya... "
Kukangkangkan kakiku setelah mengucapkannya dan mempersilahkan dia menikmati diriku lagi.
Dimas tak mau membuang waktu karena kontol tegangnya pun kembali ingin bersarang di memekku yang tadi sempat terpotong karena klimaks dariku.
Dia segera mengawiniku lagi, seketika kontolnya menyeruak masuk di kewanitaanku yang dibarengi dengan erangan serentak kami bersama-sama.
Dimas menatapku ketika dia mulai gauli diriku, dia seakan melupakan statusku yang merupakan sahabat baik dari pacarnya yang malah sudah dia jadikan sebagai sarana pribadi penyaluran libidonya.
Aku pun begitu, aku sama sekali tak mengingat lagi jika dia adalah pacar dari sahabat karibku sendiri, yang ada dalam otakku adalah kepuasan-kepuasan seksual yang dia berikan tak peduli sebagai budak nafsunya, pelacurnya atau apalah istilahnya yang jelas aku ingin terus merasakan kontolnya.
Mata Dimas tak berkedip dari wajahku yang meringis keenakan akan seks yang dia berikan, kubalas tatapannya sebagai media kami untuk berbicara sekaligus makin mengintimi hubungan kami.
Aku merasa selama lima hari aku hidup seatap bersamanya aku jadi semakin terikat dengannya kendati kami memang tak tidur seranjang, tapi serius semakin aku tak ingin lepas darinya dan ingin terus begini saja.
Dimas pun aku yakin sama, tentu dia ingin terus menikmati diriku dan pastilah dia senang melihatku yang begitu pasrah melayani apapun keinginannya terlepas fakta bahwa dia sangat marah saat tahu aku main dibelakangnya hingga membawa kami ke keadaan yang sekarang terjadi.
Tapi itu adalah otentik jika dia tak mau melepasku begitu saja yang dia sudah mengakuinya sendiri di malam kemarin, bahwa dibelakang sifat keras dan tegasnya dia tak rela jika aku diambil orang lain.
Sekarang tak ragu lagi hubungan kami terus membaik dan perlahan-lahan dengan semua kesungguhanku aku terus akan mengambil tempat lagi di hatinya karena aku benar-benar bersungguh-sungguh atas itu.
Aku sangat menginginkan lelaki ini, sungguh menginginkannya! Aku tak mau yang lain, dia sudah begitu pasnya untukku dan aku sudah menghabiskan waktuku kemana-mana untuk mencari yang seperti dia hingga akhirnya sekarang baru kutemukan.
Dia adalah kepingan Puzzle yang selama ini hilang dalam diriku, bersamanya aku menemukan kesenanganku lagi dan aku bisa gila jika aku harus kembali kehilangan dia seperti yang kurasakan bertahun-tahun lalu.
Kontak mata kami berakhir dengan ciuman mesra, aku tak tahan dengan pesonanya hingga kupagut dirinya sambil tetap pasrah dia setubuhi, sepenuh hati kulayani pejantan tangguhku ini dengan penuh perasaan.
Dimas melayani ciumanku dengan penuh perasaan juga, terasa sekali kecup nafsunya itu yang begitu dalamnya seakan ingin menyedot habis diriku merasuk ke dirinya.
Hidung mancung kami bahkan saling bengkok saking gilanya kami bercinta sekarang, kami sama-sama sedang dalam gejolak luar biasa dalam buai perasaan yang berkecamuk.
" Ahhh Verr.... " leguh Dimas saat dia lepaskan bibir kami yang tadi terus menyatu sebagaimana kelamin kami.
Kutatap dirinya dengan pandangan penuh nafsuku tak mau kelepaskan! Wajahku sudah memerah dan mataku pastilah sangat sayunya sekarang dirundung gairah tingkat tinggi seperti ini.
" Di...dim... Uh..."
" Kelu..keluarin dalem ya sayang?.. " pintaku dalam tatapan penuh pengharapan padanya.
Dimas diam, terus dia tatapi mataku yang sangat ingin dia Creampie sekarang.
" Lo mau gue ngecret dalem?.. " balasnya ingin aku mempertegasnya masih dalam genjotannya yang tidak berkurang sama sekali temponya.
" i..iya yang... "
" Banjirin rahim aku sa..sama ahh... sama sperma kental hanget kamu... " lanjutku sulit mengontrolnya akibat sodokan penisnya sekarang.
" Lo bilang gini juga ke Danu dan temen-temennya yang make lo waktu itu?.. "
Aku langsung menghela nafas dan menggeleng karena dia masih saja mengungkit soal kejadian itu.
" Engga yang engga... "
" Jangan ba..bahas soal itu lagi dim pliss... Aku bener-bener minta maaf... "
" Bi..bilang ke aku gimana caranya aku ngeyakinin kamu lagi yang?.. Aku bakal lakuin.. "
" Ahh.. Sekarang aku cuma maunya kamu aja yang benihin aku.. "
" Kamu hamilin pun aku mau kok dim.. Aku bener-bener milik kamu yang!!.. "
Kutatap dia dengan pandangan senduku ini dan penuh ketulusan, pupil mata Dimas membesar selama beberapa saat mendengar ucapan yang betul-betul kuucapkan dari relung hati terdalamku padanya.
Dan kemudian dia pun melahap bibirku penuh nafsu dengan dengus nafas yang sangat berat.
Tak ayal dia pun berada di ujung ejakulasinya, aku terus memejamkan mataku merasakan seluruh kenikmatan yang dia berikan sekarang dan tentu saja aku menunggu dia menyemprotkan benih hangatnya di dalam memekku.
" Stttsss... Verrr!!... " racau Dimas kembali fokus ke penetrasinya.
Pandangan menggoda penuh kepasrahanku seperti biasa kujadikan senjata utamaku sekarang, bahkan aku siap menjepitkan kakiku ke pinggangnya agar dia tak mencabut detik-detik dia akan ejakulasi nanti supaya kontolnya terus tertancap dan keluar di dalam memekku.
Erangan Dimas semakin keras, dia terdongak dengan urat lehernya yang terlihat jelas. Kurasakan kontolnya semakin berdenyut-denyut saja di dinding vaginaku, inilah saatnya dia ejakulasi!
" OHHH ANJINNG!!! GUE KE..KELUAR SAYANG... " jerit Dimas dengan sodokan paling mentoknya hingga menyisakan testisnya saja yang tergantung diselangkanganku.
Kujepit kakiku melingkar di pinggangnya juga bersamaan dengan itu kurasakan semburan yang begitu derasnya menyembur di inti terdalam memekku berhubung dia tikam mentok kontol panjangnya!
Aku melotot merasakan semburan demi semburan yang terus menyemprot membanjiri rahimku seperti yang tadi kuminta, terasa kental dan hangat sekali sperma cowok gantengku ini yang kuyakin kalau aku tak memakai kontrasepsi sudah alamat pasti aku berhasil dia buahi.
Dimas memejamkan matanya dengan kepala masih menatap ke langit-langit dapur, badannya yang masih terhubung denganku terus bergetar-getar hebat pertanda dia mendapatkan ejakulasi luar biasanya barusan.
Sementara terus kutatapi dia sambil merasakan kontolnya yang berdenyut-denyut di dalam memek banjirku ini, aku suka sekali momen ini dan kunikmati sejenak Vibes akan nikmat dari dibenihi oleh lelaki yang sangat kuidamkan sambil memegang otot ABS nya yang kotak-kotak.
Wajah Dimas sungguh terlihat puas setelah menghabiskan benihnya yang sudah dia transfer ke tubuhku, membuatku jadi greget sendiri membayangkan kalo aku sampai hamil olehnya.
Setelah badai ejakulasi selesai Dimas pun mencabut keluar kontolnya, aku langsung mendudukkan diriku kelantai dan benar saja tak lama sperma Dimas yang luar biasa banyaknya mulai mengucur keluar dari memekku.
" Uhhh Dimm... "
" Banyak bener peju kamu yanggg... " aku langsung menatapnya dan menggigit bibirku sendiri kembali merasakan sengatan gejolak dari sensasi di-Creampie oleh cowok idamanku.
Kukangkangkan kakiku guna memperlihatkannya hasil dari hubungan kami barusan dimana kucuran putih benihnya terus lumer tumpah hingga tergenang ke lantai.
Mata Dimas melirik kearah memek tebalku yang mulai ditumbuhi bulu-bulu kewanitaannya dan dia tampak puas sekali.
" Lap memek lo Ver, gue pengen main-main bentar sama lo.. " perintahnya padaku kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Aku bangkit dengan sisa tenagaku segera melakukan apa yang dia inginkan, rupanya dia masih ingin bermain denganku dan itu menjadikanku sangat bersemangat lagi penasaran akan apa keinginannya kali ini.
Tiga menit kemudian Dimas kembali lagi di dapur, aku menatapnya dengan pandangan binalku. Dia mengelilingiku yang masih terduduk bersandar di meja melihatinya yang terlihat sedang berpikir akan melakukan apa lagi padaku.
" Naik ke meja Ver, kangkangin selangkangan lo... " tuturnya kemudian mengotak-atik bahan makanan yang tadi dia sempat beli dari tukang sayur yang lewat.
Aku kaget begitu Dimas mendekat sambil menenteng dua buah Zucchini alias timun Jepang, dan lebih kagetnya aku saat dia suruh aku masukkan benda tersebut ke anusku!
" Serius pake ini yang?.. " tanyaku meredupkan mataku terbakar birahi.
" Udah cepet masukin... " tepuk dia pelan di pahaku menyuruhku lekas melakukannya.
Dalam gejolak aku langsung melakukannya, perlahan kumasukkan ujung timun tersebut dengan hanya bermodalkan ludah saja.
" Ahhh Dimm.... " erangku saat timun ini masuk dengan mudahnya di lobang anusku.
Dimas ikut mendesis melihat aksiku yang mulai menusuk-cabutkan timunnya di anusku, ukurannya memang tak seberapa tapi panjang.
Gregetan dengan aksiku Dimas mengambil yang satu lagi dan dia masukkan sendiri ke lubang pantatku untuk menjajalnya langsung.
" Ssstttt pelan-pelan yang.... " ringisku karena dia tahu-tahu mencoloknya langsung mentok.
Dimas terus mendesis sembari mencucuk-cabutnya bergantian denganku, dalam sekejap memekku basah lagi akibat gejolak yang kurasakan.
Aku meringis dan menikmatinya, dia tahu jika aku terangsang dibuat seperti ini malah selagi aku memainkan timunnya di anusku, Dimas mengisi memekku hingga kini dua lubangku bergantian dikocok oleh mentimun.
" Enak Ver? Lo suka kan?.. " tanyanya menatap wajahku yang kembali memerah akan buai nafsu.
" Suka dimm... aku keenakan kok... "
" OH!!!... " desahku melengkungkan tubuh bak busur panah seketika merasakan memekku berkontraksi hebat.
Dimas terkekeh melihat aku menjerit keenakan, tak puas dengan timun Jepang dia menggantinya lagi, kali ini dengan jagung.
" Kocok di pantet lo Ver... Sttsshh... "
Dimas menyerahkan jagung tersebut lalu mulai kumasukkan ke anusku dan langsung kumainkan.
Dimas menatapku dan dia terlihat begitu bernafsunya melihatku bermastubasi di anus dengan jagung ini, bahkan kontolnya sudah menegang yang kini dia kocok sendiri!
" Liat yang aku kocokin pantetku sama jagung sesuai maunya kamuu... " racauku untuk membuatnya semakin terangsang dengan aksiku.
Dan kulihat wajahnya benar-benar menikmati apa yang dia saksikan sekarang, sepertinya melihat anusku dimasuki benda-benda asing seperti ini adalah sebuah Fetish untuknya yang baru kesempatan dia lakukan kepadaku.
Terbukti tak berapa lama Dimas langsung melompat menaiki meja dan dia jejalkan kontol tegangnya kembali ke memekku sambil tetap menyuruhku mempertahankan kocokan di anusku dengan jagung tadi.
" Ahhh Dimm!!... " erangku kaget karena dia tiba-tiba menerkamku begitu saja.
" Diem!!... Lo jalang kotor Ver.. "
" Terus masukin jagung itu di anus lo sampe mentok, gue pengen jajal memek lo bentar... " hardiknya kembali kasar dan mulai menyetubuhiku bersama si jagung.
Aku mendesah-desah, sensasinya terasa meningkat drastis lebih-lebih Dimas jadi kembali agresif! Entah kenapa dia seperti bernafsu sekali sekarang dan semakin meyakinkanku jika ini adalah Fetish liarnya.
Puas menjajal memekku sebentar dia kembali turun dan mengganti benda yang ingin dia masukkan ke anusku.
Satu persatu bahan-bahan makanan yang rencananya akan kujadikan sup sebagai menu makan malam kami nanti dia 'stel' ke pantatku.
Wortel, lobak, terong sudah dia jejalkan dan dia tampak amat menikmatinya. Aku pasrah saja membiarkan dia memasukkan apapun yang dia inginkan ke anusku, seakan tak cukup malahan sekarang Dimas sedang mencuci singkong yang kutebak juga akan segera dia teroboskan ke anusku.
Aku melotot saat dia mendekat dengan singkong berukuran besar melebihi benda-benda yang tadi sudah dia colok sebelumnya.
" Keknya ini baru cocok dipake buat pemanasan di pantet lodoh lo.. " kekehnya kemudian langsung memasukannya ke lubang duburku.
Mataku membeliak dan aku mengumpat karena yang ini lumayan ukurannya dibandingkan benda-benda tadi.
" Ahh... Dimmm.... " aku menggelinjang dan secara reflek mulai memasturbasikan memekku ketika dia hujamkan tanpa ampun pantatku menggunakan singkong besar ini!
" Anjinngg!!... Liat pantet lo Ver!!... "
" Gue bilang apa, ini baru pas jadi bahan pemanasan anus lo... " ujarnya yang membuatku penasaran karena dia bilang ini hanyalah pemanasan.
Tapi rongrongan libidoku sudah berada diujungnya, sembari merasakan Dimas mengocok pantatku menggunakan singkong tak terasa gesekan jari di memekku juga semakin cepat memburu orgasmeku sendiri.
" UHHHHH!! AKU SAMPEE YANGG!!.. " pekikku lantang ketika aku Squirt dengan deras.
Dimas mundur beberapa langkah saat cairan bening buyar dari memekku, mataku terpejam dengan badan yang bergetar hebat.
Tak kusangka rasanya nikmat juga bermasturbasi sambil dijejali benda-benda aneh di anusku, selama ini aku terlalu terpaku dengan dildo-dildoan saja rupanya hingga tak terpikirkan yang begini.
" Keenakan kan lo?.. " Dimas kembali merapat dan menghujam-hujamkan beberapa kali singkong tadi sebelum benar-benar menghentikannya.
Aku menarik nafasku, Dimas melirikku yang sudah tergolek diatas meja dapur ini sambil mengocoki kontolnya.
" Dah siap Ver?.. "
" Gue pengen liat sejauh mana pantet lo sanggup sama yang berikutnya.. "
Aku mengernyitkan dahiku, tampaknya Dimas telah mempersiapkan sesuatu yang akan dia lakukan terhadapku. Dia lalu balik badan dan pergi keluar dapur menuju ke kamarnya tampak mengambilkan sesuatu yang dimaksudkan itu.
Deg-degan aku menunggunya dalam rasa penasaranku, aku suka sekali diberi Suprise dalam hal seks dan itu betul-betul memancing birahiku naik lagi kendati aku baru saja mendapatkan multi orgasmeku.
Tak berapa lama Dimas datang lagi, alangkah kagetnya aku saat melihat dia menenteng Stand Dildo raksasa yang kemudian langsung dia taruh di lantai depan mejaku!
" Nah sekarang jejalin ini ke pantet lo perek... Gue pengen liat!.. " perintahnya yang rupanya serius ingin aku memasukkan dildo amat besar ini ke bokongku.
Dalam campur-aduk perasaan aku mulai turun dari mejaku dan menatap dildo yang luar biasa besarnya ini dengan terpukau.
Kuelus-elus dan mulai kuludahi sambil kukocok dengan dua tangan sebagaimana aku mengocoki kelamin pria.
" Se..serius sayang kamu pengen liat aku masukin ini ke pantet aku?.. " lirikku kearahnya yang dengan cepatnya mengangguk.
Kocokan tangannya di kontolnya yang tegang menandakan betapa inginnya dia melihat aku melakukannya dan juga aku tak tahu darimana dia mendapatkannya berhubung ini bukan salah satu koleksiku, sepertinya dia rela menyiapkannya demi melepas rasa penasarannya akan anusku.
" Gak akan muat ini dimm... ini tuh besar banget yangg... " celetukku lagi ragu apa bisa benda ini masuk ke anusku setelah mencoba memasukkannya ke mulut.
" Bisa kok, orang pantet lo dah lodoh gitu... "
" Dicoba aja dulu... " seru Dimas kemudian melumuri minyak manis ke dildonya dan mempersilahkanku untuk mulai.
Dalam perasaan penasaran aku pun tegak dan segera mengambil posisi, jujur aku tak yakin ini akan masuk tapi aku terangsang untuk menjajalnya sendiri.
Aku membuka kakiku lebar-lebar lalu mengarahkan anusku tepat di ujung dildonya yang menjulang, begitu ujung tumpulnya mulai menyentuh lubang anusku rasa berdebar seketika memuncak dalam diriku!
Kupejamkan mata dan dengan perlahan kudorong tubuhku kebawah hingga terasa benda ini mulai menyeruak masuk kedalam duburku!
" Ohhhhh!!!!... " erangku dengan mata terpejam merasakan pantatku betul-betul ditembus oleh alat bantu seks paling besar yang pernah kucoba mainkan.
" Ayo Ver, kamu bisa sayang... "
" Tarik nafas kamu dalam-dalam dan terus coba... " Dimas memelukku dari belakang dan dengan mesranya dia menyemangatiku.
Sambil menopang badanku dia juga menekanku semakin kebawah seolah membuat dildonya masuk lebih dalam lagi.
" Dii..dim jangan di dorong paksa yang, bisa jebol nanti pantetku.. UHH!!.. " ringisku merasakan Dimas justru tambah mendorongku untuk makin menduduki benda ini.
Aku meringis karena pantatku sekarang benar-benar terasa di ekspan begitu lebarnya!
Kutundukkan wajahku kebawah untuk melihat sejauh mana usahaku ini, namun ternyata baru ujungnya saja yang berhasil masuk kedalam anusku!
Padahal rasanya sudah penuh sekali dan amat menyesakkan lubang pantatku.
" Ahh iya Ver... Dikit lagi sayangku, terus dorong dikit lagi... "
" Kalo perlu tembusin sampe masuk perut lo!.. Biar makin rusak anus lo Ver.. " bisik Dimas tetap tak peduli akan rintihanku dan terus mendorongku semakin ables mendudukinya.
Pantatku terasa penuh sekali, dan aku melolong sejadi-jadinya saat puncaknya dimana Dimas tiba-tiba menghentakku yang membuat aku seketika terlonjak berdiri dari dudukanku!
Tanpa terasa air mata menetes di ujung mataku saking kuatnya dia hentak tadi dan juga sekarang Dimas sedang menatapku yang terjelembab ini dengan pandangan dinginnya.
Dia menarik nafas berat memandangiku yang seketika menunduk takut dengan pandangan mengerikannya ini, betul-betul terlihat amarah dalam sorot matanya yang pastilah menyoal akan kekesalannya dengan lobang anusku.
Aku menggeleng-geleng sambil perlahan mundur mulai menjauhi dirinya, takut jika dia sampai kalap lalu berniat merusak anusku dengan tangannya sendiri seperti apa yang terlihat dari tatapannya sekarang.
Namun Dimas kemudian menjernihkan pikirannya lalu langsung memelukku dan menenangkanku. Dia elus rambut kuning panjangku mendekapku di dada kekarnya.
" Sstthh... ssttshh... Udah sayang gausah takut... " peluknya menyadari ketakutanku.
" Iya..iya aku gak paksa dorong kayak tadi lagi deh, tapi coba lagi ya sayang?.. "
Aku masih dalam ketakutanku, rasa sakit dia hentak tadi juga masih sangat terasa di anusku.
" Ta..takut aku yang, itu besar banget... Nanti makin longgar pantatku yang.. " ungkapku dalam peluknya.
" Bisa kok sekali lagi, percaya ama aku... "
" Aku tau kamu bisa Vera, kan kamu sayangnya aku... " elusnya diwajahku sembari tersenyum, lalu dia kecup bibirku mesra.
Aku menatapnya dengan wajah sayuku, melihat dia yang melembut membuat aku mengangguk, Dimas tersenyum dan menyuruhku tenang mengambil waktu sampai aku benar-benar siap kembali memasukkannya lebih dalam dari yang tadi.
Pantatku sekarang terasa mati rasa, tadi benar-benar sudah mentok berada diujung Rectum ku apalagi saat dia hentak mendadak yang membuatku menjerit kaget saking sakitnya.
Tapi melihat dia yang terlihat betul-betul menginginkan aku melakukannya lagi maka aku pun harus mau dan mengalahkan ketakutanku, tentu aku ingin membuat dia senang dengan memenuhi setiap Fetish nya sebagaimana tugasku sebagai pemuas libidonya.
Setelah aku siap Dimas membalikkan badanku, dia ingin aku mendudukinya dari belakang. Badanku bergetar karena aku tahu dalam posisi ini berat badanku benar-benar akan tertumpu sepenuhnya dipantat.
" AHHH DIMMM!!!!... " jeritku langsung menatapnya menggeleng-gelengkan kepala begitu dildo raksasa ini telah kudodoki dan sudah terasa mentok saja!
" Suut...suttt...suttt... Inget sayang tarik nafas kamu... "
" Dorong pelan-pelan lebih dalam lagi, dudukin aja Ver kamu bisa kok cantik... " bisiknya membalas tatapanku dan kembali menyemangatiku sambil menepok-nepok pelan pantatku yang sekarang sudah ambles oleh kontol palsu besar ini!
Kupejamkan mataku begitu kuangkat kakiku mengambang mendudukkan diri seperti yang dia mau, kini kakiku sama sekali tak menapak lantai dan aku benar-benar tertancap diatas dildo yang bak tunggul kayu ini!
Aku merasakan rasa pedih luar biasa yang kutahan saja, kulihat Dimas meredupkan matanya dan dia mendesis melihatku sedang merintih kesakitan.
Dia mengocok kontolnya sendiri dengan cepatnya dan terus menyuruhku menahan posisi, lalu dalam racauan kotor juga dengus nafas beratnya dia pun ejakulasi hingga muncrat-muncrat ke lantai.
Seketika setelah dia muncrat-muncrat aku langsung berdiri dan melepaskan pantatku dari dildo ini, perutku terasa langsung mulas juga sedikit mual karena terasa tadi selama beberapa saat ujung bagiannya menyentuh usus dua belas jariku saking dalamnya kupaksakan masuk.
Dimas yang masih dalam balutan puncak klimaksnya langsung memelukku dan memuji-mujiku.
Aku diam saja menarik nafas, rasanya pantatku sekarang jadi kebas dan tambah melar saja akibat dipaksa masuk dildo seukuran betis ini.
" Ahhh Verrr... "
" Gila sayang pantet kamu makin rusak aja sekarang... Ughh!!!.. "
" Kamu suka kan pantet kamu dirusakin kayak gini?.. " bisiknya masih tak terkontrol sambil mencium-cium sekujur wajahku juga meraba-rabai dan menampar bokongku gemas.
Aku mengangguk saja, bahkan setelah puas pun dia masih menyuruhku menyelipkan jari kedalam pantatku dan memintaku mengocoki lagi lubang pantatku yang sedang menganga ini dengan tanganku sendiri.
Barulah setelahnya Dimas menyuruhku membersihkan lantai yang basah akibat semprotan pejunya lalu kembali menyelesaikan roti selainya dan menungguku diruang tengah.
Sesaat setelah dia berlalu aku menarik nafas dalam rasa mual sekaligus bergidik merasakan tadi tanganku begitu mudahnya masuk kedalam lubang anusku, pertanda bahwa sekarang pantatku semakin longgar saja.
..............................
Setengah jam kemudian aku menghidangkan roti panggang selai beserta teh hangat ke Dimas yang terduduk di sofa.
Dia menengadah menatap langit-langit entah apa yang dia pikirkan, sepertinya dia masih terbawa suasana ketika di dapur barusan.
Aku menaruh piringnya dan mengambil posisi duduk bersimpuhku, ketika dia menoleh barulah dia sadar jika aku ada disini, sampai sebegitunya dia menikmati proses 'pelonggarkan' pantatku tadi hingga sampai tak menyadari kehadiranku.
Dimas mulai menyeduh teh hangatnya lebih dulu, aku hanya duduk di lantai saja seperti malam-malam yang lalu menanti order darinya.
Begitu ingin melahap rotinya Dimas memintaku untuk duduk di sebelahnya dan menyuapiku, segera aku naik ke sofa kemudian menyuapinya dengan penuh perasaan seperti seorang istri yang memanjakan suaminya.
Mata Dimas terus melirik ke wajahku selagi aku menyuapi rotinya yang kupotong kecil-kecil, aku sangat grogi dan tak berani menatapnya, sesekali saja mata kami saling bertemu yang berakhir dengan merahnya mukaku tersipu sendiri.
Setelahnya pun Dimas masih ingin berduaan bersamaku sepanjang hari ini. Dia menyuruhku telanjang kemudian duduk di pangkuannya yang berselonjor santai, lalu dengan sisa selai roti yang tadi dia oleskan ke puting susuku.
Aku mendesis merasakan dingin selainya ketika dia ratakan menutupi puting susu merah mudaku, kutatap dengan mataku yang begitu gampangnya menyayu ketika aku sedikit saja terangsang.
" ehhh.... " erangku pelan menggigit bibirku sendiri dan menatapnya yang sangat telaten seperti seorang seniman yang sedang melukis sesuatu di dadaku dengan kuasnya.
" Umpphhh.... " emutnya seketika yang membuatku berdesis kencang merasakan mulutnya melahap puting susuku.
Aku menengadah dan rasanya enak sekali! Makin kusodorkan dadaku kearahnya agar si ganteng semakin lahap menjilati selai krim yang sudah dia oleskan sendiri sembari dia kulum putingku.
Aku bergetar dalam sensasinya, aku fokus dalam kenikmatannya sekaligus sedang membangun sebuah bayangan dimana sekarang aku sedang menyusui cowok gantengku ini.
Ya aku sungguh membayangkannya, kubayangkan jika dalam hisapan Dimas sekarang mengalir juga air susu segar yang dia minum langsung dari tempatnya! Membayangkan aku sedang menyusui pria dewasa selalu membawaku ke titik didihku!
" Gigit aja yangg!! AHHHH... " belum habis aku mengucapkannya Dimas seketika melakukannya.
Kutatap dia yang sedang menggigit-gigit kecil puting pink di dada bulatku yang begitu kunikmati sensasi sakitnya.
" Ver lo dah pernah hamil ya?.. " tanya Dimas melepas permainan mulutnya di toketku lalu menatapku serius.
Aku menggeleng dengan mata redupku karena memang aku tak pernah hamil. Ini memang banyak ditanyakan oleh banyak cowok yang pernah menghabiskan malam denganku, mereka merasa aneh dengan putingku yang panjang dan besar ini.
" Kok bisa puting lo panjang gini sih kalo lo gak pernah nyusuin?... " herannya sambil memilin-milin putingku.
" Engga kok yang, aku belum pernah hamil... Apalagi nyusuin... " jawabku lembut semakin bergairah.
" Alah gak usah boong deh lo, model-model cewe lugu kayak lo udah pasti bocor duluan.. "
" Apalagi lo mau-mau aja di pejuin sembarang orang, malahan ama bocah-bocah... " lagi dia mengungkit soal waktu itu dan kembali Toxic.
Aku diam saja tak berkomentar, Dimas kembali mengoleskan ulang putingku dengan selai tadi yang masih bersisa banyak lalu mencucup putingku lagi.
" Huuuhhhhhh!!!!!... " aku melirih dan menggeleng-geleng penuh kenikmatan.
Aku suka sekali ketika putingku disapih pria, karena ini salah satu titik rangsang yang bisa membuat duniaku terbalik seketika apabila dimainkan.
Dimas menggigit-gigitnya seperti tadi namun terasa lebih dia tekan hingga membuatku makin bergelut dengan sensasi sakitnya.
" Umphhh gemes banget gue sama puting lo Ver!!.. Gilak!!!... " racaunya di sela-sela gigitannya yang kubalas dengan ringisan kerasku.
Dimas makin lama makin menunjukkan kegemasannya, sekarang dia tarik-tarik sampai rasanya putingku ini mau lepas saja saking gregetnya dia!
" Auwww Dimm... " erangku ketika merasakan gigitan terkuatnya putingku sebelum dia melepasnya.
" Fuaah!!!!... "
" Dasar nenen lonte!!... " celotehnya lalu menampar sekali payudara montokku ini yang membuatku meringis lagi.
" Sekarang ke kamar Ver, pake kalung anjing lo... "
" Gue pengen entotin lo kayak biasa... Cepet!!... " perintah setengah membentak darinya.
Segera aku turun dari pangkuannya kemudian berjalan merangkak ke kamarku memasang Collar di leherku lalu bergegas merangkak menuju kamarnya dalam ketakutanku melihatnya yang jadi kasar lagi.
..............................
Setibanya dia dikamar Dimas melirikku yang terduduk di lantai dengan rantai anjingku seperti yang dia suruh.
Pandangannya tajam dan Dimas sendiri sudah telanjang siap untuk menggagahiku.
Dia mendekat lalu memberdirikanku diantara dua lututku, dia hadapkan aku ke cermin besar yang ada di kamarnya kemudian dari belakang dia remas-remas toketku kuat mengaduk-aduknya seperti memainkan balon air.
" Liat tetek lo Ver.. "
" Padet dan kenceng bener, putingnya juga bikin greget aja tau gak.. " mulainya sembari bertatapan mata denganku melalui cermin ini.
Lalu dari tangannya dia menjepitkan penjepit mirip anting-anting ke puting susuku yang dia pasangkan secepat kilat hingga menjadikanku baru merasakan sakitnya ketika telah terpasang.
" Nah bagus kan kalo puting lo dikasih anting gini... " komentarnya kembali meremasi toketku yang di putingnya telah berhiaskan jepit mirip anting-anting.
Dimas tersenyum-senyum memandangku dari cermin, aku diam saja dan pasrah karena dalam fase ini dia sudah jelas akan mendominasiku lagi.
" Uhhh Ver.. Lo jauh lebih cakep ternyata sayang dengan keadaan lo yang sekarang... " gemasnya mulai menabok-nabok toketku.
Wajahku mengkerut, sensasi sakitnya terasa menjalar dalam fokusku yang sedang membawa diri menikmati keadaan Submissive ku sekarang.
" Stttshhhh... Aww... Awwww... " ringisku saat ringan tangannya terus menampar buah dada putihku yang dia nikmati ekpresi ini dari pantulan cermin.
Tak puas dia beralih ke payudara sebelahnya dan melakukan hal yang sama.
" Uhh....uhhh..... " ringisku memejamkan mata merasakan panas layangan tangannya yang terasa.
Tapi aku menikmatinya, rasa sakit dan ketakutan ini berbaur menjadikan gejolak libidoku mulai naik hingga ke ubun-ubun terlebih saat Dimas bombardir cepat layangan tangannya di dadaku.
" Dah berapa banyak cowok yang netek di dada lo ini hah?.. "
" Atau diem-diem lo simpenan pejabat ya? Pantes aja lo banyak duitnya.. " racaunya sambil terus menampari toketku.
Aku tetap dalam diamku, kunikmati pedas omongannya bersama semua atmosfer panas yang tercipta.
Tak berapa lama puas membuat dadaku mulai memerah dia membalik badanku kearahnya, aku duduk bersimpuh dan menatapnya dengan wajah pasrahku siap menerima apapun perlakuan yang ingin dia lakukan kepadaku sekarang.
Dimas menatapku dingin, aku sudah lebih siap dengan semua ini ketimbang hari-hari sebelumnya dimana aku kaget akan sifat tempramentalnya apalagi kejadian di apartemenku yang tak kuduga sekali jika Dimas yang tenang dan Cool bisa kesetanan seperti itu.
Kini setelah tahu dia tak semarah waktu itu aku justru mulai menikmati permainan kasarnya yang memang sejak awal-awal ingin kubentuk dari dirinya dan tak kusangka semuanya bisa terjadi secepat ini walau konteksnya diluar prediksiku.
Malah sekarang setiap harinya aku penasaran dengan cara apa lagi dia akan menghukumku, menghardikku kemudian menikmati diriku seperti saat ini yang sedang kunanti darinya.
PLAKKK!!
Dimas menampar wajahku setelah dari tadi hanya dia elus-elus rambut juga dia usap pipiku lembut.
Aku tak bergeming, kutatap kembali dia yang wajahnya sekarang terlihat sudah begitu bernafsunya.
" Suka kan?.." tanyanya sembari mengelus-elus pipiku yang kujawab anggukan lalu dia tampar pelan lagi.
" Gue tuh masih marah sama lo Ver tapi gue gak nyangka cewek nakal kayak lo bisa senurut ini begitu cepetnya.. "
" Tapi bagus deh, artinya gua gak perlu lama-lama ngehukum lo... " ungkap Dimas memiringkan wajahku lalu menepuk-nepuk kontol tegangnya di pipiku.
" Kalo gitu sekarang cepet kulum kontol gue sayang... "
" Gue pengen enjoy sama hisepan maut lo dulu... "
Mendengar itu langsung kucaplok kemaluannya yang sekarang berada persis di depan wajahku, kuemut tanpa menggunakan tangan dan membuat Dimas jadi meringis keenakan.
" Ahhhh!!! Iya sayang, emang gak ada lawannya kuluman lo Ver... " leguhnya memejamkan mata menikmati kulumanku sambil memainkan rambut panjangku.
Aku was-was karena biasanya jika dia sudah mengelus-elus rambutku maka tak lama akan dia jambak.
Kutatap matanya sambil kusepongi dia, kuberikan hisapan terbaikku dan tanpa terasa aku jadi bersemangat sekali melayaninya sekarang sambil menduga-duga gerakannya.
Dimas terus mengerang-erang apalagi saat ujung penisnya jadi pusat hisapanku sekarang, dengan pasrah tak berkedip kutatap wajahnya membiarkan dia memaju-mundurkan kepalaku yang dia pegangi di rambut.
Suara seponganku terdengar jelas saat kutarik mulutku dari kepala penisnya, sampai kukempot-kempotkan pipiku agar hisapannya membuat ngilu si Dimas, dan itu benar-benar berhasil.
Cowok ganteng berbadan kekar ini sampai menggelinjang dan berkali-kali mendongah merasakan permainan mulutku.
Tak lama dia pun menyuruhku menungging lalu membongkar lemarinya tampak akan mengambil sesuatu, seperti aturan biasa darinya aku hanya boleh menatap kebawah dan tak boleh menolehkan apalagi mengangkat wajahku. Aku hanya terus dia suruh menahan dalam posisi ini tak peduli apapun yang terjadi.
Berdebar kembali kurasakan karena dalam posisi ini aku tahu Dimas pasti akan mencambukku lagi.
Dan tak lama dugaanku benar, dia mendekat lagi dengan menenteng ikat pinggangnya!
CTASSHHH!!
Tanpa basa-basi langsung dia sabetkan ikat pinggangnya ke pantatku yang membuatku menjerit keras dan badanku seketika bergetar dalam rasa sakitnya!
" Ahhhh!!!!...... " jeritku nyalak begitu kagetnya merasakan panas sabetannya yang terasa menyebar keseluruh tubuh.
" Posisi!!!... " bentak Dimas mengingatkanku untuk menahan posisi agar tetap dalam posisi bersujud kemudian kembali dia cambuk-cambuk pantatku.
Sambil menunduk aku terus meringis ketika lecut ikat pinggangnya mencium sekujur pantat, punggung juga paha luarku.
Badanku tak henti-hentinya menggelinjang dan aku meronta-ronta berusaha mereduksi sakitnya.
" INGET VER POSISI!! POSISI!!!... " hardik dia lagi melihat badanku yang sudah tak berada di posisiku lagi.
Menggeliat lemah aku segera merapatkan dengkul dan menaikkan bokongku agar kembali menungging, aku sudah seunggukan juga tak terasa air mataku pun sudah menetes di ujung mata ini.
Dimas berjalan menghampiriku dari arah depan, kemudian tegak dia mengolongiku pertanda dia sedang menunjukkan dominasinya terhadapku yang sekali lagi sedang dia tegaskan bahwa aku hanyalah pelacur pemuas nafsunya saja. Dan dengan entengnya dia layangkan ikat pinggang kulitnya kembali ke bokongku dari posisi ini.
" Auhh Dimm!!!.. "
" Sakit sayaang!!..... " erangku keras dan kakiku mulai menendang-nendang merasakan pedihnya yang betul-betul pedih!
Tapi pria tempramental ini tak perduli, terus dia sambar pantatku yang sekarang menjadi sasaran empuknya dan tetap dia hajar tanpa ampun.
Aku menjerit-jerit juga tangisanku semakin bertambah pecah akibat permainan kasarnya yang sekali lagi dia tunjukkan di hari kelima ini.
Dimas yang sangat benci mendengar tangisan dan melihat air mataku seketika mengamuk lagi!
Langsung dia buang ikat pinggangnya kemudian dengan tangan kosong dia hajar pantatku yang justru membuatku menangis semakin keras.
" Awww... Amppunn Dimm!! Ampuunn... " teriakku ketika tangannya membabi buta menggampari pantatku.
Dalam ketakutan aku didera rasa aneh ini lagi yang selalu datang ketika dia memainkan permainan No Mercy nya hingga membuatku malah semakin ingin memasrahkan diri.
" LO MAU DIEM GAK PIRANG SIALAN?.. "
" SEKARANG SUJUD ATAU GUE PASUNG LO!!.. " ancamnya lalu menabok pantatku dan kembali menyuruhku dalam posisi siap.
Segera aku mengembalikan posisiku kembali ke posisi merangkak, sekarang aku sama sekali tak bisa merasakan pantatku yang sudah mati rasa sekali dan jelas pastilah pantatku sudah merah-merah dipenuhi bekas jeplakan tangannya yang sedari tadi terus menerpa kearah sana.
Aku bersujud dengan kaki gemetar, gigiku gemerutuk saat kucoba menstabilkan nafasku juga mencoba menenangkan diri.
Sekilas kurasakan lendir bening juga mengucur dari memekku selagi aku berseteru dengan perasaan takutku tadi.
Dimas tampak membiarkanku mengambil waktu sebentar, dia hanya mengelilingiku lalu tegak di depanku yang bersujud ini dengan kepala tertunduk di kakinya yang menjadi simbol bahwa kebebasanku ada ditangannya.
" Stttssshhh Verr... "
" Badan mulus lo jadi seksi bener kalo baret-baret merah gini... Apalagi pantet lo sekarang Huhh!!.. " racaunya sembari mengelus dari punggung hingga ke bokongku.
" Sekarang lo siap kan gue pake pantet rusak lo ini sayang?.. " sambung Dimas lagi memainkan jarinya di lubang pantatku.
Aku mengangguk lalu Dimas pun memapahku duduk diantara dua lututku. Dengan senyum ramahnya dia seka air mata yang membasahi wajahku menjadikan ketakutan tadi yang kurasakan perlahan sirna.
" Udah-udah jangan nangis, sekarang isep lagi konti gue pelumasin sama ludah lo sebelum ngecolok pantet semok lo.. "
Patuh akan perkataannya maka segera kulakukan, kuservis lagi kemaluannya seperti tadi.
Kutatap dirinya dengan mata sembabku dan kuhisap-hisap kontol jumbo Dimas yang sebentar lagi akan keluar-masuk di lubang anusku.
" AHHH ANJING ENAKNYA... " leguh si cowok ganteng ini tak pernah tak meleguh setiap kali mulutku mulai menyapih kelaminnya.
Aku sepenuhnya terbawa dalam gejolakku sendiri, secara insting kuliuk-liukkan badanku sambil menyapih kontolnya untuk membuat dia semakin terangsang dan Dimas memuji aksiku.
Selagi aku bergoyang terdengar juga suara anting-anting yang dia cantol di putingku berdenting-denting dan entah kenapa mata Dimas sejak tadi terus mengarah kearah sana ketimbang dia menikmati wajah cantik sangeku ini seperti biasa.
" Gue mau ngewein lo, ntar malah keluar dimulut lo gara-gara isepan lo ini.. "
" iyaa sayang... " segera aku berdiri dan membaringkan tubuh depanku di ranjang, sementara bagian pantatku sudah tertungging siap untuk dinikmati.
Dimas mendesis dan mengelilingiku sambil dia elus-elus pantat montokku yang begitu membuatnya terobsesi sampai-sampai tadi nyaris membuatnya gelap mata dengan merusaknya menggunakan dildo raksasa.
Aku pasrah saja terus menatap lurus kearah depan siap untuk segera dia setubuhi, dan akhirnya Dimas pun mulai mengarahkan kontol tegangnya masuk ke anusku lalu mulai menyodomiku.
" Ahhhh sayaangg.... " erangku memejamkan mata menikmati sensasi disodomi oleh tuanku sendiri lagi.
Dimas memainkan tempo pelannya yang perlahan-lahan dia naikkan, kami sama-sama larut dalam kenikmatan masing-masing, walau anusku tadi sudah dia ekspan sebentar dengan beragam jenis sayuran dan dildo super besarnya tapi tetap saja lubang anusku terasa tersumpal penuh oleh kontolnya.
" E.enak gak Verr? Ohh.... " tanya Dimas ditengah-tengah kenikmatannya yang sedang menaikkan intensitas genjotannya.
" ENAK BANGET DIMM!!.. "
" AKU SU..SUKA SAYANG... AHH...AHHH.... " desahku menggila sendiri tak kuasa menahan kenikmatan yang kurasakan.
" Pantet lo makin di longgarin makin enak dipakenya Ver.. Huhh gilaa!!... " sambungnya mendongah.
Mulutku mulai meracau tak karuan dan aku tak bisa mengontrol apa yang kuucapkan, bahkan aku terus menyemangatinya agar mengentotiku lebih buas!
Akumulasi rasa sakit yang tadi kurasakan sekarang kunikmati dengan setiap hujaman kontol Dimas di lubang anusku.
Bermenit-menit Dimas fokus menyenggamaiku dengan tempo stabilnya, dan aku sudah mau meledak rasanya terlebih ketika dia tarik dua tanganku lalu dia entoti aku seperti orang gila dengan tempo terbaiknya!
Desahanku tambah menjadi-jadi dibuat seperti ini dan orgasmeku datang dengan cepat!
Dimas juga sedang memburu ejakulasinya, terasa dari leguhan sekaligus tempo tingginya yang sedang menghajar anusku membuatku tak ubah seperti boneka seks saja.
" AHHHH VER GUE KELUAR SAYANGG!!.. " teriak Dimas tak berapa lama kemudian semakin mempresisikan tusukannya lebih dalam hingga mentok di duburku.
Merasakan itu segera kulepaskan orgasme besarku yang sekuat tenaga sengaja kucoba tahan agar bisa keluar berbarengan dengannya dan akhirnya kami pun sampai di titik tertinggi kenikmatan seksual kami bersama-sama.
Mataku terasa terputar balik kebelakang, semburan sperma Dimas terasa begitu kencangnya menyembur di relung terdalam anusku sama seperti tadi ketika dia meng-Creampie memekku di dapur sebelumnya.
Kami sama-sama terkejang-kejang, baik Dimas maupun aku kini seperti orang kesurupan bergetar-getar dalam nikmat.
Aku tumbang, mataku memutih dan aku benar-benar sudah habis akan orgasme yang sekarang kurasakan, energiku seakan semuanya terkuras ludes dengan kenikmatan yang keluar barusan.
Perlahan Dimas mencabut kontolnya lalu mundur kebelakang, dia diamkan aku yang tak bisa melakukan apapun lagi masih dalam posisi yang sama. Hanya terdengar suara tarikan nafas kami yang sama-sama memburu.
Sungguh, semua rasa sakit cambukan dia tadi seakan dibayar lunas dengan siraman pejunya juga klimaks luar biasaku barusan.
Aku merasa sejak diperlakukan Dimas seperti ini aku selalu mendapatkan orgasme hebatku apalagi ketika dia siksa lebih dulu diriku sebelum akhirnya dia senggamai aku.
Ini persis seperti yang selalu kubayangkan ketika menonton film porno sejenis dimana kulihat ceweknya selalu menjerit-jerit dengan urat leher tegang yang menunjukkan betapa dia mendapatkan kenikmatan luar biasa dari rasa sakit yang dia peroleh dari dominannya.
Dan kini jelas semuanya kurasakan, aku merasa dengan menjadi Masochist aku benar-benar bisa merasakan seks yang sesungguhnya disaat rasa sakit itu reda lalu berubah menjadi sebuah kenikmatan tiada tara.
" Enak kan Vera sayang?.. "
" Bilang kalo enak jangan diem aja... "
PLAAK!! PLAAKKK!!!
Tabok Dimas berkali-kali di pantatku yang sedang melelehkan sperma hangatnya dari lubang anusnya.
Aku mendesah dan kembali merasakan sakit akan tamparannya di pantatku, dalam keadaan lemah aku menjerit-jerit yang Dimas nikmati dalam dingin pandangan yang dia berikan.
Kegregetannya akan keseksian pantatku terus dia tunjukkan dengan semakin menghujaninya beruntun sampai membuatku bergetar-getar dalam posisiku merasakan pedih.
Setelah puas barulah dia berhenti, dia duduk di tepi ranjang dan mulai mengusap-usap punggung juga bokongku yang sudah merah-merah ini.
" Veraa...Veraaa... "
" Lo muasin gue banget Ver sama setiap servis lo... "
" Dan kayaknya lo bener-bener serius sama ucapan lo ya?.. " tanya Dimas memandangiku yang masih tergolek ini.
Aku mengangguk dengan kencang, tentu aku tak mau kehilangan momen ini karena akhirnya dia mulai menyadari semua yang kulakukan adalah deminya, bukan harta atau anggapannya yang mungkin mencurigaiku sebagai cewek matre.
" A..aku suka Dim... "
" Mau kamu siksa, ka..kamu cambuk atau kamu lilinin tubuh aku pake lilin panas aku juga rela kok saya..sayang dan aku bak..bakal nikmatin semua yang kamu lakuin.. " responku cepat dengan masih agak terbata-bata.
Dimas terdiam, matanya membeliak kaget dengan ucapanku ini.
Aku betul-betul tidak bercanda, sama sekali tidak! Semuanya rela kulakukan sebagai pembuktianku kepadanya juga sebagai bentuk permohonan maafku yang sampai membuat dia marah.
Kukunci pandangan sayuku ke matanya untuk lebih menunjukkannya, dan dia pun tersenyum lalu mengecup dahiku.
" Oke deh, lo boleh istirahat kalo gitu... "
" Sekarang gue mau mandi dan keluar dulu... " ucapnya setelah mencium dahiku mesra dan berdiri.
Dimas pun berlalu keluar kamar tampak menuju kamar mandi, sementara aku tetap tergeletak tak berdaya masih terengah-engah menstabilkan nafas, juga rasanya pantatku masih panas akibat tabokan beruntunnya tadi.
Tapi setidaknya aku puas karena benar-benar mulai bisa mengambil hatinya lagi.
Lima menit kemudian aku sudah cukup bertenaga, lekas aku berjalan dengan gontai menuju kamarku untuk beristirahat tidur sebentar karena tadi Dimas membangunkanku subuh sekali dan aku hanya dapat tidur 3 jam saja.
Dia sendiri ketika membangunkanku terlihat sangat segar bahkan sampai sekarang, fisiknya memang luar biasa dan aku sama sekali tak bisa mengimbangi staminanya yang tetap bisa beraktifitas meski kurang tidur sekalipun.
..............................
Dalam perjalanan menuju kamarku kulihat pintu kamar mandinya sedikit terbuka, di dalam kulihat Dimas sedang kencing bersiap untuk mandi.
Entah kenapa insting liarku saat ini juga menggerakkanku untuk berbelok masuk ke kamar mandinya ketimbang melanjutkan langkah ke kamarku.
Dimas terlihat kaget saat tiba-tiba aku membuka pintu kamar mandinya lalu merangkak di kakinya dan mengambil posisi persis di sebelah kloset yang sedang dia pipisi.
Dengan nekat langsung kupanjat klosetnya dan kubuka mulutku tepat di kucuran air seninya!
Wajah Dimas jadi betul-betul kaget bukan kepalang melihatku sekarang sedang menggantikan kloset ini sebagai tempat penampungan kencingnya!
Tapi aku tak peduli, saat ini aku bergerak atas kemauanku sendiri dan sama sekali tak ragu untuk menunjukkan keliaranku di depannya.
Terus kupandangi dirinya yang terlihat melongo melihatiku melakukan ini, dia pasti tak menyangkanya namun aku merasa sudah tak ada lagi yang perlu kututup-tutupi atas diriku di depannya.
Begitu semua air seninya telah tertampung di mulutku langsung kutangkupkan mulutku mencegahnya menetes keluar meski sekarang mulutku benar-benar penuh.
Sambil menjaga Eye Contact ku kepadanya kemudian dalam sebuah tegukan kutelan habis semua air kencingnya yang berwarna kuning bening ini.
" Ahhh!!!... " tak lupa aku berdahaga lalu mengerlingkan mataku genit menunjukkan betapa enaknya air pipisnya ini.
Kendati urin Dimas sedikit pesing dan rasanya pun aneh seperti asam amino rasa obat-obatan begitu, tapi lagi-lagi aku tak perduli karena aku pun mendapat kepuasan setelah baru saja menelan air seni cowokku seperti Fetish liar terpendam yang selalu sulit kulakukan.
Dimas masih terdiam tak berkata-kata melihatiku yang sekarang langsung mengulum kontolnya setelah barusan menghabiskan air kencingnya.
Mungkin saja dia setelah ini akan marah atau semakin menganggapku Filthy atas apa yang baru kulakukan namun aku betul-betul bergerak begitu saja dan siap dengan konsekuensinya.
" Wah... Lo bener-bener cewek nakal yang bener-bener nakal Ver.. "
" Lo gak ada abis-abisnya dan lo beneran nikmatin ya peran lo yang kayak gini?.. " ucap Dimas dengan gelengan kepala kearahku.
Aku mengangguk, mengangguk dengan sepenuh hati karena memang yang seperti ini sudah sejak dulu kuimpikan dan barulah terwujud ketika bersamanya yang mana semua dimulai oleh keadaan hingga membawa hubungan kami jadi seperti sekarang.
" Ckckckck.... "
" Percuma aja semua kecantikan lo tapi diri lo sehina ini... Bahkan kencing orang aja lo telen!!.. "
" Kalo gitu kenapa gak sekalian aja lo cuci muka kotor lo sama air kloset ini pelacur!!... "
Dimas menjambak rambutku lalu sejurus dia benamkan wajahku ke air kloset yang tadi dia kencingi dan belum dia siram!
" Blep.... Bleepp... immm.... " teriakku yang sia-sia karena menjerit di dalam air.
Beberapa saat Dimas menahan wajahku lalu dia angkat lagi untuk memberiku kesempatan menarik nafas sebentar dan kemudian kembali dia benamkan muka cantikku ke lubang pembuangan hajat ini.
Sambil wajahku tenggelam kudengar semua umpatan juga hinaan yang keluar dari mulutnya yang begitu kunikmati, malah aku sengaja menjerit-jerit dan sedikit meronta guna mendramatisir keadaan.
Pesing mulai kurasakan di mukaku juga nafasku mulai terdesak habis dan disaat itulah Dimas akan mengangkat kepalaku dengan jambakan kuatnya lalu mengulanginya lagi.
Dia terlihat menikmatinya malah tak hanya menahan dengan tangan dia juga menginjak kepalaku begitu kuatnya hingga membuatku gelagapan.
Aku sangat suka dipermalukan dengan hina seperti ini, begitu lamanya aku memimpikannya dan ini adalah Wildest Part dalam diriku yang selamanya akan terus dianggap aneh oleh orang.
Tak terkecuali kalian, Dimas, juga termasuk separuh diriku.
Dimas terlihat jadi bersemangat lagi mendominasiku, dia jenggut rambut pirangku lalu dia tatapi wajahku yang basah kuyup dengan bekas kencingnya tadi.
" Kayaknya gue ada ide buat lo nanti malem... "
" Dan itu bakal ngebuktiin sama semua yang lo omongin ke gue.. "
" Kalo gitu sekarang lo mandi duluan dan bersihin diri kotor lo ini dulu Ver!!.. "
" Gue gak mau bau pesing lo sampe kemana-mana.. " ujar Dimas mengalah dan menyuruhku mandi duluan.
" Terus juga cukur jembut pirang lo itu biar memek lo bersih lagi... " tutup dia berhubung selama berada disini aku memang tak pernah mencukur bulu kewanitaanku ini yang sudah mulai lebat saja.
Dimas pun keluar dari kamar mandi dan membiarkanku mandi lebih dulu, padahal tadi dia sudah ingin mandi namun kuinterupsi dengan kenekatanku.
..............................
Pukul 8 malam aku masih terduduk menonton TV menunggu Dimas pulang.
Makan malamnya sudah kubuatkan hanya tinggal kupanaskan saja jika dia sudah ingin makan nanti.
Aku bergejolak, aku terus memikirkan apa maksud perkataannya yang terdengar akan memberikan Present untukku ketika di toilet tadi siang.
Dan jujur sekarang aku jadi balik penasaran karena aku memang cewek yang gampang penasaran sekali apalagi tahu ini menyangkut soal seks.
" Apa Dimas mau make gue bareng sama temen-temennya ya?.. "
" Terus dia nyuruh temen-temennya ngegilir gue dikamar yang dia tonton sendiri... "
" Ato malah dia biarin gue dibawa mereka dan buat gue jadi piala bergilir temen-temennya itu?.. "
" UHH!!! ANJINGG!!... "
Aku bergetar sendiri membayangkan jika badan putih nan seksiku ini dia rentalkan ke teman-temannya.
Mulai kuselipkan jariku di celana dalam model String yang sedang kugunakan. Bayangan-bayangan nakal terus keluar-masuk di kepalaku sekarang ini.
Meski TV di depanku menyala tapi mataku terus kearah pintu yang sejak tadi kuawasi, membayangkan pintunya terbuka dan melihat si ganteng masuk bersama teman-temannya lalu memperkenalkan aku ke mereka sebagai pelacur yang juga bisa mereka nikmati membuatku sangat sangat sangat terangsang.
Pastilah teman-temannya akan tertawa menyeringaiku dan menatap diriku lapar yang sedang terduduk bersimpuh dengan pakaian sangat seksi ini.
Malah aku sudah memikirkan reaksi terkait yang kubuat jika itu benar-benar terjadi, aku akan pura-pura menolak dan menggeleng tak mau walau aku sangat mengharapkan mereka seret paksa kedalam kamar yang akhirnya aku pun mereka perkosa disana!
"Sttttsshhh... Ngentot!!... Gue pengen bener di gangbang lagi!!... " racauku dengan mata terpejam menikmati stimulasi yang kumainkan di klitorisku.
Sudah lama sekali sejak aku tak di Gangbang lagi, sudah ada mungkin setahunan lebih dari terakhir aku melakukannya bersama Lisa dan rombongan Gay nya di apartemen lamaku. Yang kemudian terpaksa kami harus bubar karena diantara mereka rupanya ada beberapa yang diam-diam mengidap HIV.
Setelah ketahuan, semuanya jadi kisruh dan Chaos sekali saat itu, ribut-ribut saling salah-menyalahkan mulai terjadi sesama mereka.
Aku sendiri langsung Check-Up dan setelah mengetahui bahwa aku negatif segera kutinggalkan mereka karena memang aku bukan bagian dari perkumpulan mereka, aku hanya simpatisan yang numpang berbagi kenikmatan saja.
Sebelumnya aku memang sudah tahu jika hubungan sesama jenis pria itu memang berisiko tinggi sekali menularkan HIV/AIDS, tapi berhubung saat itu aku betul-betul sibuk dan tak punya waktu mencari pasangan ya mau tak mau aku ikut mereka saja.
Apalagi mereka sama sekali tak pernah memakai kondom di setiap kegiatan mereka, tusuk-cabut-tusuk-cabut ke siapa saja selama pesta juga pemandangan para laki-laki saling entot-mengentot membentuk sebuah rantai panjang sudah jadi tontonan yang biasa bagiku selama ikut join pesta mereka.
Melihat ekspresi mereka yang keenakan saling disodomi membuatku jadi ngiler juga terlebih godaan melihat banyak kontol sekaligus membuatku panas dan tak bisa berdiam diri.
Mereka punya jadwal mingguan juga jadwal bulanan, biasa di jadwal mingguan hanya sekitar 7 orangan saja yang akan ikut pesta namun di jadwal Orgy bulanan mereka jauh lebih banyak lagi yang datang mungkin sedikitnya akan ada 20 orang laki-laki yang akan saling bersetubuh via dubur!
Dan diantara mereka aku sendiri ceweknya.
Uniknya selama aku main bersama mereka, para laki-laki itu sama sekali tak tertarik dengan memekku, pasti anusku yang terus mereka antri bahkan sering mereka cucuk dua kontol sekaligus untuk menghemat antrian. Lisa bilang itu adalah pertanda bahwa mereka sudah menganggapku salah satu dari mereka.
Bisa dikatakan jika itu adalah waktu yang gila untukku dan juga mungkin akibat sering di Double merekalah anusku jadi longgar sekali karena hampir tiap minggu kami melakukan pesta gila tersebut.
Mungkin wajar jika Dimas kecewa mendapati anusku tak 'menggigit' lagi dan tentu saja aku tak berani bilang jika ini diakibatkan karena dulunya aku sering berpesta seks dengan para pria-pria Gay.
Tapi semenjak itu setelah aku berpindah ke apartemenku yang sekarang aku tak pernah lagi melakukan Gangbang, dan aku mulai menyisihkan waktuku untuk mencari partner sebagai media penyaluran libido.
Paling baru yang kulakukan hanya ber-Foursome bersama Dimas, Gilang, dan Danu itu saja, selebihnya selalu kuhabiskan malam berdua bersama teman kencanku saja.
Membayangkan kenikmatan melakukan pesta seks membuatku langsung mencungkil itilku yang sudah membengkak ini dengan kuku panjangku dan rasa ngilunya betul-betul terasa nikmat!
Sebuah pemanasan yang lumayan sebelum nanti aku melayani cowok berkontol gedeku sepanjang malam lagi. Ya syukur-syukur jika dia membawakanku banyak kontol seperti apa yang sedang kufantasikan sekarang.
..............................
Sejam kemudian Dimas pulang, namun khayalan nakalku jika dia pulang membawa teman-temannya langsung menguap begitu saja.
Dimas pulang sendiri seperti biasa, dia langsung melirikku yang tengah terduduk bersimpuh menyambutnya.
Dingin dia berjalan melewatiku dan berberes-beres mengganti pakaian, setelah dia sudah terlihat santai barulah Dimas mengalihkan fokusnya padaku.
" Sini Verr.. " panggilnya menyuruhku mendekat kearahnya.
Aku merangkak mendekat tepat di bawah kakinya, Dimas kemudian menyuruhku melepas BH kuning yang sedang kukenakan lalu dia remas-remas dada bulatku dan memainkan puting susuku.
Kupandangi wajahnya yang terlihat bernafsunya memainkan dadaku dengan tangan kokohnya.
" Ver.. Lo bakal lakuin apa aja yang gue mau kan?.. " tanya dia melirikku dengan wajah serius.
Aku mengangguk, berapa kali dia tanya pun akan terus kujawab dengan anggukanku.
" Gue pengen ngasih hiasan di toket lo yang bagus ini Ver.. " lanjutnya yang membuatku mengernyitkan dahi tak paham akan maksudnya.
" Maksud kamu hiasan apa Dim?.. " aku penasaran.
" Stttshh.... Udah diem aja... "
" Ini bakal sedikit sakit tapi gue jamin lo suka kok Verr.. "
Tanpa menjelaskan Dimas lalu berjalan kearah dapur dan datang lagi sambil menenteng semangkuk batu es yang sepertinya tadi dia beli dulu dari luar.
Aku meliriknya masih dengan wajah penasaranku, namun Dimas hanya tersenyum dan mengusap pipiku mesra.
" Tempelin batu esnya ke puting kamu sayang... "
" Biar nanti gak terasa apa-apa... "
Seketika aku langsung membeliak! Apa yang ada dipikiranku sekarang sama seperti yang kalian pikirkan, Dimas akan melakukan sesuatu ke putingku yang membuatku jadi gemetar sekali.
Melihat aku terdiam mematung membuat Dimas menempelkan sendiri batu esnya ke putingku, aku mendesis merasakan dinginnya sementara dia terus menatapku. Sesekali dia kecup bibirku dan membuatku larut dalam perasaan yang sungguh sulit kugambarkan.
Sekitar tiga menit saja aku sudah tak merasakan apapun lagi di kedua putingku, saat Dimas jentik-jentikkan jarinya pun aku sama sekali tak merasakan apa-apa padahal biasanya putingku ini sangatlah sensitif akan sentuhan.
Melihat putingku sudah mati rasa Dimas kemudian tersenyum dan mengeluarkan jarum dari sakunya, sontak aku langsung melotot karena apa yang ada dipikiranku benar adanya!
" Ja..jangan Dim... Aku gak mau ditindik... Aku takut!.. " gelengku diliputi perasaan takut yang betul-betul takut!
Seumur-umur dalam fantasi paling liarku aku memang pernah mengkhayalkan jika suatu saat aku akan menindik puting susuku guna membuat penampilanku semakin Slutty, namun untuk benar-benar melakukannya aku tak berani karena aku takut sekali membayangkan sebilah jarum tajam menembus bagian yang amat sangat sensitif ini.
Aku bangkit dari duduk bersimpuhku dan berlari menuju kamar tapi Dimas menahanku, dia peluk diriku yang sekarang jadi panik sekali!
" Vera tenang sayang, tenang kamu gak akan apa-apa... Aku jamin... " dekap Dimas erat ke dadanya berusaha menenangkanku.
" Enggak Dim aku gak berani! Aku lebih rela kamu gilir ke teman-temanmu atau kamu cambukin sepuasmu tubuhku ini Dim... "
" Apa aja asal jangan tindik-menindik, aku sama sekali belum siap!!.. " aku menggeleng-geleng dan ketakutan benar-benar membayangi diriku.
" Verr... Liat aku sayang, liat aku!!..."
" Kamu bakal baik-baik aja, aku ada disebelah kamu sayang... "
" Aku yakin kamu bisa, ini gak kayak apa yang kamu pikirin... " Dimas memegang wajahku dan menatapku begitu serius memberiku keyakinan.
Aku membalas tatapannya seunggukan, air mataku terasa menetes, ketakutan ini sungguh membuat badanku gemetar sekaligus menjadikan diriku sekarang bersimbah keringat dingin.
" Yah? Rasanya paling kayak dicubit kok gak lebih... Aku janji sayang ini ga akan sakit sama sekali... Lagian cuma seminggu abis itu bekas tindikannya nutup lagi kok.. "
" Kamu pasti bisa... Bukannya kamu bilang kamu sayang aku dan rela ngelakuin apapun yang aku mau kan?.. "
Tatapnya dengan serius ke mataku seolah ingin menguji apakah aku bersungguh-sungguh dengan kata-kataku.
Dalam sorot matanya aku merasakan keyakinan dan aku tentu aku sangat serius dengan kalimatku itu, mungkin inilah titik dimana Dimas menguji semua perkataanku.
Aku takut tapi aku tak mau mengecewakannya atau mencapku sebagai cewek matre karena apa yang kulakukan sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan itu, aku ingin mematahkan semua anggapannya demi menjaga hubungan kami.
Cukup lama berdebat dengan diriku sendiri akhirnya aku mengangguk penuh kepasrahan, aku merasakan sekelebat perasaan aneh yang membuatku birahi seketika! Sadar bahwa tak lama lagi Dimas akan menindik puting susuku dengan jarum sungguhan, bukan menjepitkan penjepit jemuran atau hiasan seperti tadi siang.
Dimas mengelap jarum panjangnya dengan tisu dan memilin-milin putingku memastikan aku masih tak merasakan apapun di bagian tersebut.
Aku kembali bergetar dipenuhi ketakutan melihat betapa tajam dan panjangnya jarum yang sedang dia siapkan untuk menembus putingku, tapi mengingat ini adalah keputusannya maka aku harus rela melakukannya.
" Gausah diliat sayang, dongah aja... Aku bakal lakuinnya dengan cepet kok... " ucapnya memberiku Advice lalu segera bersiap menindik putingku mumpung masih mati rasa dengan dingin batu es tadi.
" Siap ya sayang?.. Tahan nafas terus liat keatas aja cantik.. "
Dimas membimbingku sambil tetap menyuruhku tak melihatnya karena malah justru aku terus menatap putingku yang sekarang tinggal dia tusuk saja.
Kugigit bibirku dan kupandangi dirinya yang sangat fokusnya mengambil titik tengah di bagian puting panjangku ini.
Lalu tiba-tiba secepat kilat kurasakan sedikit rasa sakit yang membuatku meringis dan begitu kupandangi ternyata jarum tersebut sudah menembus puting susuku!
" Sttttssshh Dimmm... " ringisku langsung memegangi pergelangan tangannya dan kucengkram kuat!
" See? Gak sakit sama sekali kan?... " senyumnya padaku yang memang tak terasa seperti apa yang kubayangkan malah seperti digigit semut saja rasanya.
Dalam pikiranku tadi aku akan menjerit-jerit dan melolong keras ketika jarum tersebut menembus putingku namun rupanya metode pendinginan menggunakan es batu tadi benar-benar mujarab untuk menghilangkan rasa sakitnya meski ini dilakukan secara manual dan ala kadarnya.
" Ahhhh sayanggg... " desisku melihat ketika Dimas menyambung jarum tadi dan menggantinya dengan peniti.
Memekku basah, entah kenapa aku jadi terangsang hebat juga seakan aku terus melayangkan pandangan ke proses yang sedang Dimas lakukan untuk menikmatinya dan tak pelak saat ini aku mulai mendramatisir semuanya!
Ini gila, benar-benar gila! Tak pernah kubayangkan kalau aku akan ditindik oleh pria secara sungguhan, itu hanya ada dalam fantasi nakalku saja.
Dan kini semuanya terasa nyata dengan peniti yang sudah tercantol di puting susu panjangku.
" Uhhh Dimmm!!!... " tatapku sayu ke pria yang betul-betul terus membawaku ke level selanjutnya ini.
Dimas tersenyum, kuat cengkraman tanganku di lengannya menandakan jika aku betul-betul greget dengan apa yang dia lakukan sekarang padaku.
" Tega kamu nindik putingku yaang!!... " aku mulai gelisah dan menggesek-gesekkan memekku sendiri yang sudah basah!
" Hahaha iya, maaf ya... Tapi kamu suka kan sayang?.. " usapnya ke rambutku lalu mendekatkan hidung kami saling bersentuhan.
" Suka dimm!!... Aku suka banget dan aku terus lakuin semua yang kamu mau kan?... Cium aku yang.. " kumiringkan wajahku dan menunggunya mengecupku.
Dimas terlihat puas dengan jawabanku, segera dia sosor bibirku dan menikmati permainan bibir kami dalam buai perasaan.
Dengan ini aku harap dia sudah jelas bahwa aku tak main-main untuk menyerahkan semua ragaku ini menjadi miliknya dan sepertinya dia pun tahu, itu sangat terasa dari setiap kecup yang dia berikan padaku sekarang yang betul-betul penuh perasaan.
" Ayo sayang tindik putingku yang sebelah lagi... "
" Terserah kamu mau lakuin apa aja ke aku... Aku pasrahh.. " bisikku manja penuh nafsu mempersilahkan lelaki pemuasku ini untuk melanjutkan aksinya.
Lagi-lagi Dimas tersenyum, dia pastilah tak menyangka aku jadi balik antusias dengan idenya ini dan tak ragu dia berhasil membuatku masuk dalam fase liarku yang beringas!
Dengan telaten bak tukang tindik profesional Dimas bersiap melakukan hal yang serupa di puting kananku.
Dia tempelkan lagi batu es tadi sekitar 2 menitan guna memastikan aku sama sekali tak merasakan sakit lalu setelahnya baru dia tusuk putingku dengan jarum yang sama!
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana prosesnya dan jujur ini sama sekali tak semengerikan yang kubayangkan. Justru lebih sakit dicubit ketimbang ditindik ternyata.
" Ahh yangg liat nenenku kamu tindik dua-duanya!! Nakal kamu... UHHH!!!... " racauku membacot sendiri dengan gigi gemerutuk seperti orang sakau.
Sekilas dalam menikmati prosesnya kulihat darah mulai menetes dari putingku yang dengan sigap langsung Dimas lap dengan tisu, tapi tak ada rasa sakit sama sekali yang kurasakan.
Aku malah lebih bergelut dengan sisi liarku yang mulai merangsek naik menghilangkan akal sehatku!
Sambil memasang peniti Dimas tetap kalem melakukannya walau jarinya sudah merah bebercak darah, tapi dia tetap fokus mencantolkan peniti seperti di puting kiriku untuk sementara sebelum nantinya akan dia ganti dengan Piercing sungguhan.
Desisanku berdesis dengan kuat, mataku benar-benar sudah sendu sekali menatap cowok ganteng kesayanganku ini.
Tak lama setelah selesai mengaitkan penitinya Dimas baru membalas tatapanku dan mencium bibirku mesra lagi.
Kami berciuman amat lahap bersama nafas berat penuh nafsu, terutama aku yang sekarang telah berhiaskan dua tindikan di masing-masing puting susuku.
" Gila Ver kamu jadi tambah cantik aja sekarang sayang sama dua tindikan ini... "
" Aku suka liat kamu gini Ver, kamu kayak pelacur banget sekarang... " racaunya melepaskan ciumannya dan menatap dada putih bulatku dengan peniti yang tercantol disana.
" Ssttth.... Iyaa aku pelacur Dim.. aku budak pemuas kamu... Cium aku lagi yang, aku sayang banget sama kamuu... " kutarik wajahnya mendekat dan kami berciuman lagi.
Saling lahap melahap bibir kami lakukan, aku benar-benar penuh nafsu juga aku sendiri masih tak mempercayainya jika sekarang putingku sudah bertindik!
" Oh my god gue bener-bener jadi budak seks sekarang!!... " umpatku dalam hati tak kuasa meluapkan perasaan ini!
Beberapa lama dalam ciuman penuh nafsu bersama Dimas tiba-tiba aku baru mulai merasakan sakit di kedua putingku.
Dan rupanya efek dingin dari batu es tadi hilang hingga baru sekarang aku merasakan pedihnya hingga membuat diriku bergetar-getar.
" Dimmmm... Sttsshhh sakit yangg!!... Aww!! " ringisku seketika pedihnya begitu terasa!
" Stttshhh tenang sayang tenang, tarik nafas dalam-dalam dan liat aku... "
" Ini juga cuma sebentar kok tahan aja kamu pasti bisa dan setelah itu kita enak-enak lagi berdua... "
Dimas langsung memegangi wajahku dan mengusap-usap jidatku menenangkanku yang kelojotan.
Kupejamkan mata dan kutahan sakitnya, Dimas kembali mencium bibirku berusaha mengalihkanku dari rasa sakitnya yang menjalar namun aku tak fokus membalas ciumannya.
Fokusku lebih kearah rasa sakitnya yang walaupun membuatku menggelinjang tapi kunikmati sensasinya, aku sadar ini sudah porsi dari sisi masokisku yang sekarang lebih menguasai diriku ketimbang Verani yang biasa.
Kuselipkan jari ke memekku kemudian aku mulai 'bergoyang' bersama rasa sakitnya, badanku meliuk-liuk ke kiri juga ke kanan, kudorong Dimas lalu kuminta dia memasukkan jarinya ke memekku dan segera membuatku orgasme mumpung aku berada di titik paling gilaku sekarang. Bila perlu dia Fisting sekalian!
Dimas kaget melihat aku yang menatapnya dengan pandangan tajam nan seriusku, lalu segera dia melakukan apa yang kuminta, begitu empat jarinya masuk ke vaginaku mulutku seketika jadi lebih tak terkontrol bercakap kemana-mana yang intinya menyemangati dia.
Aku sendiri tak bisa berpikir jernih lagi ketika kurasakan sensasi luar biasa dari kocokan brutal yang Dimas lakukan di mekiku, juga rasa sakit di putingku hingga kedua rasa ini saling berlomba-lomba mengirimkan 'data' ke otakku untuk di-Input menjadi sebuah kenikmatan.
Juga entah kenapa aku selalu merasa berpuluh-puluh kali lipat menjadi lebih kuat dalam titik ini.
Serius!
Aku merasa mendapat kekuatan ajaib yang membuatku seolah menjadi manusia super selama beberapa saat seperti yang terjadi sekarang.
Kutepak-tepak lantai ketika gelombang besar tersebut datang dan aku menjerit sekuat yang kubisa hingga akhirnya aku pun Squirt luar biasa dalam multi orgasme yang kudapatkan!
Mendadak semua tenaga juga semua energi besar tadi hilang tiada bersisa hanya menyisakan diriku yang bergetar-getar diambang kesadaran dengan mata memutih sama sekali tak bisa melakukan apapun lagi.
Ini selalu menjadi hasil akhirnya yang membuatku selalu kelimpungan ketika harus menghimpun ulang tenagaku dari 0 lagi sementara pasanganku belum tuntas menyelesaikan syahwatnya.
Dimas mundur dan membiarkanku bergetar-getar diatas lantai, berhubung dia sudah sering melihatku kelojotan seperti ini jadi pastilah dia selalu akan Stand Back beberapa saat membiarkanku Recovery sembari menikmati pemandangan langka yang dia katakan hanya bisa dilihat dari cewek hyperseks.
Nafasku memburu begitu hebatnya, kubusungkan dadaku yang masih segar ditindik beberapa saat yang lalu guna menghirup nafas sebanyak yang kubisa, sendiku mau lepas semua rasanya tapi aku benar-benar merasakan nikmat!
Dikocok sedikit saja lagi memekku sekarang pasti aku akan kembali Squirt lagi.
Lima menit kemudian Dimas mendekat ke aku yang tergeletak masih belum bisa berbuat apa-apa, dengan hati-hati dia ganti peniti tadi dengan tindikan berbentuk cincin sungguhan.
Meski Dimas melakukannya dengan lembut dan begitu hati-hatinya tetap saja aku meringis merasakan sakit yang masih terasa walau sudah tidak terlalu seperti sebelumnya, aku menggeliat pasrah membiarkan dia betul-betul menuntaskan semuanya hingga selesai.
Dan akhirnya Dimas mengelus wajah lalu mengecup dahiku ketika dua Piercing berbentuk Ring sudah tercantol di puting susuku.
" yangg... " panggilku padanya masih lemah.
Dimas yang sejak tadi terus menatapku penuh perasaan dalam senyumnya merespon panggilanku dengan lembut pula.
" aku sayang kamu dimmm... " ucapku tulus dalam kepasrahan.
Dimas mengangguk, lalu dia papah aku bersandar dalam peluknya dan dibelainya mesra diriku. Dia sudah menangkap jika aku adalah Masochist yang menikmati jika disakiti.
" Lagi dim... Aku suka banget sama permainan kamu... Ayok yang aku dah siap, mainin lagi aku kayak pelacur kamu... " ujarku bangkit lalu melingkarkan tanganku ke lehernya dan menciumnya.
Kunikmati ciuman bibir kami penuh nafsu, sekarang dengan tindikan di putingku aku merasa semakin terangsang saja memainkan peranku sebagai budak seks untuknya!
Dimas melayani ciumanku dengan penuh perasaan, mulai dia remas-remas payudara montokku yang sudah dia hiaskan sepasang tindikan, kemudian Dimas menyuruhku menunggu sebentar sementara dia melangkah menuju ke kamar.
Segera kuambil posisi dalam duduk bersimpuhku tak sabar akan dia apakan lagi diriku ini, sembari menantinya tak henti-henti kutatap dadaku yang sekarang tampak lebih menggoda dengan Nipple Piercing nya.
Tak lama si ganteng kembali lagi, dia hanya membawa penutup mata dan kalung leher anjingku yang segera dia pasangkan.
Aku diam saja dan meliriknya selagi dia memasangkan topeng Latex serta Collar tanpa rantai ini di leherku, wajah gantengnya betul-betul terlihat dekat sekali dari wajahku yang membuatku ingin terus mencumbui bibirnya itu.
Setelah topeng ini terpasang aku tak bisa lagi melihat karena Dimas menutup bagian resleting yang ada di bagian matanya. Topengnya sendiri memang berjenis Hood yang menutupi seluruh wajah dan hanya dilengkapi dua resleting yang bisa dibuka-tutup di masing-masing bagian mata juga bagian mulut.
Sekarang Dimas hanya membuka resleting yang ada dibagian mulutku saja, mungkin agar aku tidak pengap sekaligus membuatku lebih nyaman tak sesak nafas, atau barangkali malah dia sengaja membukanya untuk menikmati pekik jeritku yang terdengar merdu baginya.
Dia menambahkan dengan memasang gelang kulit di setiap pergelangan kaki dan tanganku hingga membuatku persis seperti tahanan seksnya.
Puas dengan kerjanya Dimas menontonnya sejenak, dia kelilingi diriku yang sedang duduk bersimpuh ini dengan wajah tertutup sama sekali tak bisa melihat apapun lagi.
" Ngerunduk sayang, dan bikin posisi patuh lo lagi kayak biasa cantik.. " perintahnya yang langsung kulakukan dengan segera.
Kutundukkan kepalaku sembari memposisikan diri duduk bersimpuh setengah bersujud di depannya, terus kutahan posisi ini dan memberi isyarat bahwa aku siap melakukan apapun yang dia mau.
" Ohh Verr.. Lo ngacengin kontol banget sayang dalam keadaan ini!!... "
" Dengan tindikan di tetek sekarang lo bener-bener persis sex slave di film porno Jepang Ver.. "
" Stttsshhh.... Gila-gila... " racau Dimas menikmati pemandangan diriku yang memang sudah terlihat seperti seorang Sex Slave.
Sekitar dua menit Dimas hanya mengelilingiku saja dan meracau-racau dengan kalimat kotor. Aku begitu terbakar akan birahiku sendiri lebih-lebih mendengar Dimas semakin menekankan kalimat budak seks, pelacur, lonte, cewek bispak atau Slut kearahku.
" Jujur Ver cewek rambut pirang kayak elo emang cocok jadi sex slave gini, apalagi wajah lo cantik banget dan body lo menunjang.. "
" Lo gak ada duanya Ver, sumpah!.. "
Lalu Dimas mencantolkan rantai pengait Armband di tanganku ini menyambungkannya ke yang ada ada di pergelangan kaki hingga membuat posisiku mau tak mau tertungging dan tak bisa menggerakkan kaki juga tanganku sama sekali.
" Sekarang nikmatin aja Ver, gue tau lo pasti suka... " katanya kemudian terdengar melangkah mengambil sesuatu yang kutebak ikat pinggang.
Aku memejamkan mataku kendati mataku tertutup Hood berbahan Rubber ini, kunanti sabetan pertamanya yang selalu terasa spesial karena terasa begitu pedasnya sebelum tubuhku secara alami menyesuaikan rasa sakitnya.
Namun saat Dimas mendekat yang kudengar bukan kibasan ikat pinggang yang biasanya akan dia kebet-kebet ke lantai lebih dahulu, sekarang yang kudengar justru bunyi korek gas yang sedang digesek picunya.
Aku bergetar dalam rasa penasaran akan apa yang sedang Dimas persiapkan dibelakangku! Sungguh melakukan permainan seperti ini dengan mata tertutup benar-benar terasa jauh lebih horor ketimbang memainkannya dengan mata telanjang karena sensasi Fear and Pain itu terasa amat nyata dalam kondisi Blindfold.
Suasana hening beberapa saat, hanya suara gerakku yang terdengar diatas lantai kayu ini menggerakkan diri untuk membuang sedikit grogiku.
Dan rasa penasaranku kemudian langsung terjawab begitu aku menjerit merasakan panas tetesan lilin yang menitik tepat diatas pantatku yang sedang dalam posisi Open sekali tanpa pertahanan!
" AUUWWWW DIMMM!!!!... " pekikku begitu kerasnya dengan tubuh terkejang kaget dengan rasa panasnya yang sedang dirasa oleh kulitku.
Dimas hanya meneteskan sekitar tiga tetesan saja sebagai perkenalan yang sudah lebih dari cukup untuk membuatku histeris dan meronta-ronta hebat!
Kukibaskan kaki yang sedang terkunci bersama tanganku dimana jari-jarinya terus kukepalkan berusaha membuang rasa sakit yang kuterima melalui gerakan tanpa sadar ini.
Dimas tak berkomentar apa-apa dia tetap terasa tegak di sampingku dan menikmati rontaan yang kulakukan.
Sekejap ketika kurasakan panasnya lilin itu, aku merasakan tolakan luar biasa dalam diriku yang memberikan energi dadakan lagi pada diriku sekarang.
" Ayo Dim.. La..lagi... "
" Tetesin lilinnya lagi ke..ke badan aku, mandiin aku sayang sama panasnya lilin kamu... A..aku mohonn!!.. " racauku begitu saja tanpa bisa kukendalikan!
Dimas segera melakukannya lagi, kali ini dia jatuhkan lebih dari tiga tetes yang kubalas dengan teriakan terkerasku sekaligus membuat badanku makin liar bergetar bermain-main dengan sensasi panasnya!
" ARGHHHH!!! PA..PANAS DIMM!!!!... "
" ANJINGG!!!..."
" TE..TERUS SA..SAYANG TETESIN TERUS AKU SUKA DIM SUKAA!!!.. "
Aku merapal dan terus merapal, badanku telah Autopilot juga rasa panas beserta sakitnya terasa begitu nikmatnya sekarang!
Tetesan lilin yang Dimas lakukan terus berpusat di pantat montokku, gairah raksasa dalam diriku bangkit dengan begitu instannya akan permainan yang juga sangat sering kukhayalkan kulakukan tapi tak pernah kesampaian dan sekarang barulah terwujud.
Ternyata sensasinya sangatlah nikmat seperti apa yang kuekspektasikan persis ketika menonton film pornonya dimana kulihat ceweknya selalu menjerit keras keenakan ketika pasangannya meneteskan lilin ke tubuhnya dan ini sama seperti yang sedang kurasakan sekarang.
Gelombang orgasmeku sudah di ujung-ujung dan aku sama sekali tak bisa menahannya karena ini begitu menyesakkan untuk kutahan-tahan.
Sementara menikmati sakitnya mulutku terus bercakap tak karuan, malah aku meminta Dimas untuk mengata-ngataiku dengan kalimat paling kasarnya merendahkanku guna membuat diri ini semakin larut dalam sensasi perbudakan yang kurasakan!
" AYO DIMM TETESIN JUGA KE LUBANG ANUS LONGGARKU... "
" ATAU TETESIN KE MEMEK KOTORKU YANG... PLISS TETESIN KASIH PELAJARAN SUPAYA AKU GAK KEGATELAN LAGI!!.. "
Aku membacot menggila sendiri, dan gilanya Dimas merespon racauanku dengan meneteskan lilin tersebut tepat ke memekku yang sedang berkontraksi ini hingga seketika saja menjadikan badanku terlontar hebat merasakan nikmat sakitnya!
" AHHH DIMM MEMEKKUU!!!!!... "
Jeritku membahana dan aku terkejang-kejang bersamaan dengan multi orgasmeku yang datang serentak!
Aku terkelojot seperti orang gila dalam posisi setengah berdiri dalam ikatan tangan juga kakiku, tak bisa lagi kutundukkan wajahku ke lantai seperti biasa karena yang kurasakan ini sungguh luar biasa!
Bahkan setelah Squirt ku itu kurasakan juga aku sampai terkencing-kencing saking kacaunya otakku dalam me-Manage pergerakanku sekarang.
Kepalaku kembali terbanting ke lantai begitu saja bersamaan dengan dayaku yang terkuras habis, mataku rasanya terputar kebelakang, tubuhku tak bisa me-Resist campur-aduk sensasi yang sedang kurasakan.
Ini gila, teramat gila!
Dimas menghentikan aksinya dan tak ada tetesan lilin lagi yang kurasakan, namun itu tak menghentikan diriku yang masih terkejang-kejang seperti orang sekarat ini sekarang.
Aku masih menikmatinya, ini adalah fantasi liarku yang sudah lama kunanti-nantikan seperti tadi yang kubilang.
Begitu terasa luar biasanya ketika lilin panas tadi menitik persis di bibir memekku yang sedang berkontraksi hebat hingga sekejap sensasi sakitnya terasa langsung menjalar hingga ke ubun-ubun kepala dan membuat otakku gosong rasanya!
Dimas beranjak dan tampak menyudahi permainan gilanya, seperti biasa dia menikmati aku yang masih terkejang-kejang seperti ayam habis disembelih ini sebentar.
Sesekali kurasakan dia meraba-rabai bongkahan pantat juga punggungku yang tadi juga sempat jadi alas panasnya lilin yang dia teteskan.
" Ohh Ver... "
Dimas mendesis, terdengar dia juga memujiku sementara aku terkapar dengan lidah terjulur dan mata memutih dibalik topeng yang kukenakan ini, terus berjuang untuk mempertahankan kesadaranku.
Tak hanya dia rabai tubuh belakangku, Dimas juga membersihkan bekas lilin yang sudah mengeras itu dengan mengkopel-kopelnya penuh perasaan.
Aku ingin segera mengucapkan terimakasih dan memuji permainannya yang murni dia lakukan atas keinginannya sendiri, namun apa daya berbicara pun aku masih sulit jadilah aku hanya bisa tergeletak tak berdaya dengan tangan dan kaki yang saling terikat hingga tak bisa kuluruskan.
" ma...makasih dim... " ucapku lemah dan nafas tersengal-sengal.
" aku suk...suka bener dim... ini fetish kesu..kesukaanku..."
Dimas diam saja, masih dengan sabarnya dia membersihkan badanku dari bekas lilin ini lalu akhirnya dia lepaskan kait yang mengunci pergelangan kaki juga tanganku membiarkanku beristirahat sambil berselonjor, dan tak lupa dia usap-usap kepalaku seolah menunjukkan kepuasannya akan diriku.
Lima menit berikutnya dengan tenaga yang telah terkumpul aku segera mengambil posisi sujudku lagi yang sebenarnya tidak dia minta, tapi aku lakukan sendiri sebagai caraku untuk mendalami peran sebagai Sex Slave nya.
" Udah Ver istirahat aja, selonjorin diri kamu yang.. "
" Kamu masih ringkih gitu, gausah maksain... " tegur dia yang kasihan melihatku begitu susah payahnya hanya sekedar menelungkupkan diri di hadapannya.
Segera setelah aku bersujud aku tundukkan kepalaku ke lantai lagi seperti biasa yang menandakan jika aku siap Next Round.
Aku menghiraukan kata-katanya, tetap aku berada dalam posisi patuhku, aku tak mau mendapat maaf darinya begitu saja, ini adalah bentuk kesungguhanku yang aku tak ingin dia anggap main-main.
Lagipula apapun yang dia lakukan akan kunikmati!
" Ayo dim... Aku siap sama permainan kamu ya..yang lain yang... " ucapku lemah dengan wajah mencium lantai.
Dimas diam, mungkin dia sedang memikirkan apa lagi yang akan dia lakukan padaku karena justru sekarang malah aku yang seolah menantangnya dalam kepasrahanku ini.
Sekian lama dia memikirkannya lalu tiba-tiba dia mengungkit soal kata-kataku tempo lalu ketika kuberanikan diri meminta ke dia untuk kami melakukan Threesome.
" Ver, waktu itu kamu bilang pengen aku entotin rame-rame sama temen-temen aku kamu serius?.. " tanya Dimas yang membuatku tercekat!
" Iya.. A..aku serius Dimm... "
" Kamu mau li..liat aku digilir temen-temen kamu aku rela sa..sayang... " jawabku dengan kata-kata yang sama seperti yang tadi kuucap ketika aku ketakutan akan dia tindik sebelumnya.
Aku merasakan lonjakan libido lagi, menyadari jika Dimas sedang mempertimbangkan opsi untuk men-Share badan sintalku ini ke teman-temannya membuat memekku basah lagi saja.
Namun aku tak mau terjebak karena ini bisa saja ujian darinya yang sedang menilaiku apakah aku masihlah sama seperti waktu itu, berhubung ini adalah pemicu keributan kami dimana dia marah saat menyadari aku ditiduri pria lain.
" Ta..tapi aku cuma mau ngelakuinnya dem..demi kepuasan kamu loh dimm... "
" Kalo itu emang fantasi nakal kamu buat liat a..aku dikentot cowok lain aku bakal lakuin kok buat fetish kamu... "
Buru-buru kukoreksi kata-kataku dan membiaskannya karena takut pikirannya kembali buruk padaku.
Dimas tak menjawab, tak ada kelanjutan dari pertanyaannya, sayangnya aku tak bisa melihat ekspresinya untuk membaca maksud pertanyaannya tersebut karena topeng karet ini masih terpasang di wajahku.
Setelah beberapa lama terdiam lalu kekasih resmi sahabat baikku ini akhirnya mengambil sikap, namun bukan dengan sebuah jawaban melainkan dia menyuruhku bersiap-siap untuk ikut pergi bersamanya yang tanpa kubantah segera kulakukan dalam rasa penasaran.
..............................
Hampir satu jam kami berjalan di lengangnya dini hari Jakarta, ini sudah jam 1 malam dan mobil Dimas meluncur membawaku jauh entah kemana.
Aku tetap tak bisa melihat apapun, Dimas memintaku untuk tetap mengenakan Hood karet ini sembari dia mengajakku ke suatu tempat.
Pasrah aku turuti dia dalam gejolak di diriku sendiri, aku tak ada Clue apapun terhadap tujuan kami sekarang karena Dimas tak memberitahukannya sama sekali, dan aku sendiri tak mau menanyakannya demi tetap menjaga sensasi rasa penasaran yang sedang menderaku.
Sambil kami berjalan aku mengusap-usap memek juga meremas payudaraku sendiri, aku terus memainkan putingku yang berhiaskan sepasang anting-anting ini dan memikirkan jika aku sekarang sudah seperti seorang Sex Slave malah membuatku jadi ingin lebih liar lagi!
Kukorek vagina pinkku untuk memacu libidoku agar kelak aku berada dalam titik tertinggiku ketika kami sampai, tak ragu aku meleguh dan mendesah dalam melakukannya sementara Dimas membiarkanku saja tampak fokus mengemudi. Dalam rasa penasaran ini memekku sudah begitu basahnya dengan lendir bening sekaligus bekas sperma kental Dimas yang masih mengucur dari rongga kewanitaanku.
Tadi sebelum kami pergi Dimas mengentotiku sebentar. Seperti biasa dia mengikatku dan mencambuk-cambuk sekujur tubuhku untuk membuatku kesakitan dulu sebelum akhirnya dia nikmati badan seksi tak berdaya ini.
Aku menikmati setiap lecut ikat pinggangnya ketika dia pasung tanganku keatas, kupejamkan mata dalam topengku mendalami keadaan yang tengah kurasakan.
Hasilnya sangat mujarab! Rasa sakit pedih ikat pinggangnya langsung diserap tubuhku kemudian dikirim ke otakku untuk memprosesnya menjadi sebuah kenikmatan.
Bahkan aku menjerit-jerit dengan parau dan ngompol lagi dengan deras dibuat seperti itu, lalu barulah disaat badanku sudah gemetaran hebat Dimas menyatukan tubuhnya memulai menikmati surga dunianya.
Pelan dan santai dia setubuhi diriku, menikmati setiap hujamannya yang pasti terasa begitu dahsyat untuknya.
Suara krincing-krincing rantai yang dia hubungkan di masing-masing puting susuku terdengar saling beradu beriringan dengan desahan kami berdua.
Hingga semakin lama si ganteng meleguh, dia jambak Hood yang menutupi wajahku agar aku terdongak lalu sekuatnya dia geber memekku dengan intensitas tertingginya dan menjadikanku histeris dalam buai klimaks yang naik begitu cepatnya.
Bersamaan kami berdua meleguh keras ketika kami sama-sama mendapatkan puncak tertinggi kenikmatan seksual yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata itu. Semburan sperma Dimas berkali-kali menembak di relung terdalam rahimku lalu berakhir dengan menetes tumpah ke lantai.
Dan setelah itu Dimas menyuruhku berpakaian ala kadarnya saja kemudian kami pun bergegas beranjak.
..............................
Mobil terasa berhenti, Dimas mematikan mobil dan rupanya kami telah sampai di tempat yang dia maksud.
Dimas menyuruhku menyudahi aksi masturbasiku ini dan memintaku menunggu sebentar, lalu dia keluar meninggalkanku sendirian di dalam mobil.
Patuh aku menutup gaun tidur putihku lagi, aku sama sekali tak memakai dalaman dibalik kain tipis ini, hanya ada sebuah korset ketat yang kupakai sebagai pengganti BH agar membuat dadaku lebih membusung selebihnya aku benar-benar Naked.
Samar kudengar suara musik House juga sayup-sayup suara ramai orang, rasa penasaranku memuncak ke titik paling penasarannya! Ingin rasanya kubuka resleting mataku ini untuk sekedar mengintip sebentar akan dimana posisi kami berada, tapi kuurungkan karena aku lebih suka perasaan dag-dig-dug ini.
Kuyakin Dimas tidak sedang membawaku ke tempat temannya seperti apa yang kubayangkan sepanjang jalan tadi karena ini tidak terasa seperti di gang-gang kontrakan atau kost-kostan.
Justru yang ada dipikiranku sekarang kami berada di sebuah parkiran warung remang-remang, karaoke esek-esek atau malah rumah bordil yang artinya Dimas akan membiarkanku dientoti pria-pria hidung belang secara cuma-cuma!
" OHH FUCK!!... " umpatku dalam hati membayangkan betapa nakalnya Fetish dari cowok gantengku ini yang tega-teganya membuat aku ditiduri cowok-cowok tak dikenal.
Cukup lama hingga Dimas akhirnya masuk lagi ke mobil dan berbicara denganku.
" Ver.. "
" Gue tanyak sekali lagi, lo serius bener-bener mau lakuin apa yang gue mau?.. "
" Lo siap buat dipake orang lain demi gue?.. "
" Anggaplah ini pelunasan kesalahan lo ke gue, karena waktu itu lo mau-mau aja diperkosa Danu dan temen-temennya.. "
" Dan lo harus nebus kesalahan lo dengan cara yang sama yang gue mau lo lakuin di depan gue sekarang!... " tanyanya sekali lagi memastikan kesungguhanku.
Aku mengangguk sambil menggigit bibirku sendiri, kugesek-gesekkan pahaku karena memekku terasa amat gatalnya membayangkan aku akan di Gangbang di depan cowokku sendiri!
" Lo gak usah tau kita ada dimana, yang jelas gue udah kondisiin dan sekarang di dalem ada beberapa kontol yang udah siap buat nikmatin diri lo.. " jelasnya yang membuatku semakin bergidik.
" Ter..terserah kamu sayang, kalo emang ini.. Uhhh.. ini cara buat aku bayar kesalahanku waktu itu, ak..aku bakal lakuin kok... "
" Toh aku ju..juga harus muasin fantasi kamu kan supaya bisa buat kamu puas terus.. " jawabku gemetar dan gelisah sendiri seiring rongrongan libido besar yang sudah memenuhi diriku.
Dimas membelai wajahku seakan puas dengan jawaban yang kuberikan.
" Oke deh, lo jangan panggil nama gue selama kita di dalem Ver, gue juga gak bakal panggil nama lo karena gue gak mau identitas kita ketahuan.. "
" Tenang aja mereka semua berkondom kok, gue juga gak mau kali lo sampe dikotorin mereka Ver.. "
" Yuk sekarang ayo kita turun, sini gue bantu papah... "
Dengan perlahan Dimas membimbingku turun dari parkiran, aku melangkah gontai dirangkul olehnya berjalan menuju dalam tempat dimana semua musik-musik ini berasal, tapi Dimas seperti menuntunku berjalan melalui bagian sampingnya mungkin untuk menghindariku dari ramai orang.
Tentu mereka akan aneh jika melihat sesosok cewek bergaun tidur tipis sedang mengenakan Hood hitam dan Collar di leher, juga gelang kulit di masing-masing pergelangan kaki-tangannya.
Aku semakin yakin jika tempat ini adalah tempat karaoke malam karena semakin aku berjalan masuk kedalam kudengar suara orang bernyanyi sebagaimana tempat-tempat karaoke pada umumnya dari balik biliknya.
Dalam gemetar aku menundukkan wajahku yang sama sekali tak bisa melihat apapun sekarang dan murni berjalan berdasarkan tuntunan dari Dimas, tanganku sesekali meremas pahaku sendiri greget akan rasa sange ini.
Kemudian terasa aku masuk di dalam ruangan setelah sebelumnya tadi diluar kudengar Dimas berbincang-bincang terlebih dahulu dengan orang, aku Dimas suruh duduk di sofa sementara dia mengobrol lagi.
Kupertajam indera pendengaranku berhubung inilah satu-satu inderaku yang bisa berfungsi dengan jelas kendati topeng ini juga menutupnya, suara ramai masih terdengar dari arah luar hingga menjadikanku sulit untuk terfokus dengan satu suara.
Tak lama kurasakan beberapa orang mendekat, lalu dia merabaiku begitu saja hingga membuatku tercekat dalam kaget begitu merasakan sentuhan di lengan halusku.
" Jadi ini sisternya ya?.. Wah bule ternyata.. " ujar suara ini yang ternyata seorang perempuan yang sedang mengusap-usap tubuhku.
" Pasti cantik mukanya, kulitnya juga halus dan badannya mengkel banget... "
" Hmmm... Yaudah kalo gitu saya panggilin orang-orangnya dulu ya.. " tutup si wanita tadi ke Dimas.
" Yang.. say..sayang... " panggilku mencari cowok gantengku memastikan apakah dia ada di sisiku atau tidak karena jujur aku sama sekali tak mengerti apa-apa sekarang apalagi dengan mata tertutup begini.
" Iya sayang aku disebelah kamu kok... Tenang, maminya lagi manggilin cowok-cowok yang bakal muasin kamu... " ucapnya membisikiku mesra.
" Ta..tapi kamu tetap ada disini kan?.. " tanyaku lagi.
" Iyalah sayang, aku liatin dan ngawasin disebelah kamu... "
Kupegang tangan Dimas dalam segenap campur-aduk perasaanku, ingin aku melayangkan sejuta pernyataan tapi dengan mengetahui jika dia ada disampingku maka aku merasa jauh lebih tenang.
Pintu kembali terbuka, kudengar banyak langkah kaki yang tiba-tiba langsung mendekati, Dimas melepas rangkulan di bahuku lalu menuntunku duduk di karpet.
" Wah-wah ini toh amoy yang ketahuan selingkuh itu?... "
" Masih muda dan bening banget, rambutnya pirang... Bule beneran gak nih? Nanti bule-bulean... Hahaha... " sahut mereka sembari tertawa tampak sedang melihatku.
Kegugupanku semakin menjadi-jadi, terlebih ketika mereka mulai ikut jongkok dan meraba-rabai sekujur tubuhku!
Kutarik nafasku dalam-dalam, badanku merinding menyadari kini tubuhku tengah digrepe-grepei oleh para laki-laki tak dikenal yang sama sekali rupa dan bentuk fisiknya tak kuketahui!
Ini juga merupakan salah satu khayalan paling nakalku dimana dalam masturbasiku aku sering membayangkan kalau aku diperkosa oleh orang-orang asing.
Badanku sedang digerayangi banyak tangan-tangan yang bisa kupastikan lebih dari tiga orang, aku tak tahu pastinya namun sepertinya tidaklah sebanyak yang kuperkirakan.
Kukira sambil menunggu mereka masuk tadi Dimas akan melempar tubuh seksiku ini ke anjing-anjing lapar yang bayanganku berjumlah sekitar 20an orang!
Tapi sepertinya dia tak tega sampai melakukannya sejauh itu juga pastilah sulit mengkondisikannya dalam situasi dadakan, dimana idenya untuk melakukan ini tercetus begitu saja tadi.
Aku mulai mereka kangkangi dan berebutan mereka mengusap memekku setelah mereka sibak gaun putihku yang menutupnya.
Kemudian riuh mereka bersorak melihat bentuk memekku yang tebal juga berwarna merah muda ini.
" Lah beneran bule, liat mekinya pink... "
" Teteknya juga kenceng bener, ada piercingnya lagi... " celetuk yang berada dibelakangku lalu menaikkan baju tidurku makin keatas untuk memastikan tindik di putingku.
Lalu mereka bersama-sama saling melempar komentar setelah menyaksikan putingku memang benar-benar bertindik, malah si wanita yang disebut Dimas mami tadi juga turut mengomentari penampilanku yang dia katakan lebih pelacur daripada pelacur hingga membuatku betul-betul terbakar dalam sensasi dilecehkan!
Satu persatu tangan mereka meremas dadaku dan memainkan putingku, mereka tarik-tarik anting yang ada dibuah dada besar bulatku yang jelas kubalas dengan ringisan sakit.
" Iya pak barusan saya tindik putingnya supaya dia tahu rasa karena nyelingkuhin saya... "
" Makanya saya bawa kesini biar dientotin orang sekalian!!.. "
" Daripada dia main dibelakang terus mending dia lakuin di depan saya kan.. " Dimas mulai bersuara.
" Emang dia selingkuh ama siapa bro?.. Ama temen kantor lo atau ama siapa?.. " tanya seseorang penasaran.
" Bukan pak, dia ngentot sama anak-anak ABG dibelakang saya, malah empat orang sekaligus!!.. " jawab Dimas yang membuatku kaget sekali.
Aku menggelinjang selain karena remas-remasan tangan yang terus membelai paha, perut, dada juga memekku, aku semakin terangsang dengan ungkapan Dimas yang tak ragu menjelaskan kronologi sebenarnya akan perseteruan kami kepada orang-orang asing ini.
Padahal yang tidak dia ketahui bahwa di malam kejadian itu aku sebenarnya berzina dengan orang-orang tak dikenal juga bukan dengan Danu dan teman-temannya seperti yang terpaksa kukatakan kepadanya, karena justru dia bisa saja lebih marah lagi mengetahui betapa murahannya aku yang mau-mau melakukannya dengan orang tak dikenal.
" Waduh-waduh... Suka brondong ni cewek ya rupanya?.. "
" Lo juga sih bro macarin kok cewek nakal? Ya terang aja lo diselingkuhin.. " komentar seseorang yang dia tujukan ke Dimas.
" Cewek nakal jangan digebet bro dientotin aja, udeh puas baru buang... "
" Hadeh dasar anak muda gak tau triknya.. " timpal yang lain masih kearah Dimas.
Dimas tak berkomentar, seketika dia jadi diam. Sementara aku sudah panas dingin dan mulai mendesah tak bisa menahan lagi sensasi kegerumbungi pria hidung belang.
" Oalah kenthu karo bocah cilik koe ndoh?.. "
" Ojo ngono meneh, dihukum kan koe... "
PLAKK!!
Tabok yang sedang memegang kakiku di paha dalamku hingga membuat aku menjerit kaget dengan sakitnya.
" Iya pak terus kasih pelajaran ini cewek saya, makanya saya minta bantuan bapak-bapak buat bikin dia tau diri.. "
" Kata-katain aja, kocok memeknya pake jari bila perlu kulum putingnya sampe ngitem pak!!... " kata Dimas menyemangati mereka untuk mempermalukanku.
Aku mendesah-desah, fokusku kini lebih ke klimaksku yang sedang didorong keluar dengan kocokan yang mereka lakukan di memekku.
Setidaknya sekarang ada 2 orang yang sedang menstimulasikan vaginaku dimana yang satu mengocoknya menggunakan jari dan yang satu menggelitiki klitorisku yang sudah begitu membengkaknya!
" AHHH... PAKK... PE..PELAN-PELAN!!.... " jeritku lantang dan berusaha menutup pahaku namun seketika mereka tahan agar tetap mengangkang.
Kepalaku mulai berat dan aku sudah menarik nafas dalam-dalam pertanda sebentar lagi aku akan meledak dengan orgasmeku, tapi berusaha kunikmati semuanya terlebih dahulu mendalami keadaanku yang sekarang sedang dikuasai pria-pria tak kukenal.
Kusadari jika maksud Dimas membawaku kesini lebih kearah mempermalukanku dengan membiarkanku ditiduri para lelaki hidung belang dihadapannya, lebih-lebih dia sudah menindikku dan membuat keadaanku sekarang benar-benar tak ubahnya bagai seorang budak seks!
Lolongan panjangku menyertai orgasme besar yang kurasakan, badanku mengulat dan menggelinjang hebat, mereka tertawa-tawa melihatku yang sekarang terkejang-kejang dilantai.
Sekuatku kujaga kesadaran agar aku tidak kolaps karena ini barulah awal dan bahkan kami belum masuk ke permainan!
Lalu tak lama kurasakan aku diberdirikan dan digendong oleh dua orang yang membawaku berpindah ruangan sebelum akhirnya aku benar-benar tak bisa mempertahankan kesadaranku lagi.
..............................
Sadar aku sudah berada disebuah tempat yang jauh lebih tenang dari tempat tadi, suara musik House dan suara orang bernyanyi tak begitu terdengar lagi, selebihnya tak ada yang berubah.
Mataku masih tertutup seperti tadi, baju juga korsetku sudah mereka buka hingga sekarang aku telah telanjang menyisakan penutup wajah, kalung anjing yang setia melingkar di leher dan gelang kulit di masing-masing kaki-tangan ini.
Dan tangan-tangan tadi masih tetap menggerayangi seluruh badanku, malah kurasakan jika mereka sekarang sudah siap untuk menikmati tubuhku.
Aku mendesah ketika sentuhan mereka kembali menjangkit libidoku naik lagi, seperti yang kubilang dengan tindikan di puting susu ini aku merasa jadi lebih gampang terangsang dan sugesti bahwa sekarang aku tak lebih dari seorang cewek pemuas jauh semakin kurasakan dalam diriku.
Rabaan mereka juga mulai disertai jilatan di sekujur badan, baik paha, perut dada dan kakiku kini sedang mereka cicipi dengan mulut mereka masing-masing hingga membuatku jadi kelabakan sendiri.
Ingin aku memanggil Dimas untuk sekedar mengetahui apakah dia ada di dekatku atau tidak, tapi aku ingat bahwa tadi dia bilang jangan memanggil namanya sebagai bentuk kerahasiaan kami, kupikir ada benarnya dia melakukan ini.
Malah bisa jadi jika dia sebenarnya juga sedang memakai topeng atau masker untuk menutupi wajahnya.
Untuk alasan ini jugalah sepertinya dia tetap membiarkan wajahku tertutup layaknya sekarang dengan hanya menyisakan bagian mulut saja yang terbuka, selain untuk menjaga identitasku juga lebih membuatku larut dalam sensasi dihukum seperti seorang Sex Slave yang sedang 'disetor' ke orang-orang tak dikenal.
" Mpphh...Mphhhh.... " erangku ketika seseorang menjejalkan kontolnya yang sudah dilapisi kondom ke mulutku.
" Bagus pak mulai pake aja mulutnya.. "
" Lagian mulutnya cewek saya ini juga sering banget ngomong kotor.... " timpal Dimas yang rupanya benar-benar menontoniku sedang dinikmati mereka.
Aku melirih dan seketika kurasakan sentakan dari dalam menyadari jika aku sungguh akan diperkosa di depan cowokku! Tak hanya sekedar menonton dia malah memanas-manasi mereka untuk lebih mempermalukanku.
" OHH!!... " erangku setelah beberapa lama mengulum kontol pria tadi yang sudah kukulum, kulepaskannya sejenak untuk menikmati sensasi yang sedang mendera diriku.
Kepalaku rasanya bergoyang dan seketika menjadi pening, aku tergeletak menikmati ayunan-ayunan yang terasa mengombang-ambingkan diriku sekarang.
Mereka diam dan melihatiku sedang berseteru dengan diriku sendiri, kupegangi kepalaku yang begitu terasa beratnya dipenuhi banyak emosi yang bercampur aduk menjadi satu. Ingin kujambak rasanya rambut ini saking gregetnya aku dengan semua hal yang terjadi.
Semuanya terasa seperti surga, ini dunia impian yang sangat kukhayalkan sejak dulu dan satu persatu semuanya sudah kudapatkan. Padahal baru seminggu lalu aku masih menjalani kehidupan normal yang sangat konservatif nan membosankan namun sekarang aku sudah berada sampai sini.
" Ahhh ayo pak entotin aku sekarang... "
" Gilir aku di depan cowokku dan biarkan dia puas ngeliatku kalian nikmatin.. "
" Ayoo pak!!.. " racauku yang menjadikan mereka bisu tak bersuara.
Kukangkangkan kakiku dan mempersilahkan mereka segera menyetubuhiku di depan Dimas, bersamaan dengan itu terdengar juga suara si mami tadi yang langsung menyuruh para gigolonya untuk melakukan persis seperti apa yang kuminta.
Seorang memangkuku kemudian dia pegang kakiku membukanya lebar-lebar, aku pasrah dan siap menunggu pria pertama yang akan menggauliku.
" Ayo pak monggo di pakai cewek nakal saya, gilir aja dia... Ini hukuman buatnya karena macem-macem dibelakang saya!!... "
Aku mendesis lagi mendengar perkataan Dimas itu, mulutku yang jadi satu-satunya bagian yang bisa mereka lihat dari wajahku menunjukkan bertapa Nervous nya diriku sementara para pria-pria hidung belang ini terus tertawa menyadari aku sudah menyerah sendiri.
Yang ada dalam pikiran mereka pastilah menganggap bahwa kami berdua adalah sepasang kekasih atau sepasang suami/istri dimana aku sedang dihukum akibat ketahuan berselingkuh padahal hubungan kami jauh lebih kompleks dari apa yang mereka duga itu.
Tak lama kurasakan seseorang sudah berada di depanku, aku menjadi semakin kalut merasakan dia mulai 'menyetel' kontolnya tepat di depan memek tebalku!
" Saya duluan ah... Kapan lagi ngentotin cewek bule seksi beneran... Uhh.. " ceracau orang ini lalu sejurus mendorong kontol kecilnya masuk ke vaginaku.
" OHHH PAKK!!!... " erangku karena aku mulai disetubuhi seketika ini juga olehnya tanpa ada proses adaptasi-adaptasian.
Aku membuka mulutku lebar-lebar dan menikmati penetrasi yang dimainkan oleh pria yang sama sekali bentuknya tak kuketahui, sementara aku juga mulai dipepet rapat oleh yang lainnya.
Aku mendesah-desah seperti cewek-cewek di film porno ketika mulai mereka perkosa.
Kini aku benar-benar dikepung oleh mereka semua, selagi dientoti badanku habis mereka jamah sambil menunggu giliran mereka masing-masing.
" Penasaran aku sama mukanya ini londoh... "
" Pasti e raine ayu yo... " celetuk bapak berbahasa Jawa yang berada disampingku penasaran dengan wajah dibalik topengku ini.
Aku diam saja, tak ada kata selain desahan yang keluar dari mulutku. Kupahami apa yang para bapak-bapak ini inginkan, tentulah mereka semua penasaran dengan paras dari badan elok yang sedang terkangkang pasrah ditengah mereka sekarang.
Fakta bahwa wajahku tertutup mungkin tak menyenangkan untuk mereka, tapi bagiku ini membawa sebuah pengalaman baru dan unik yang tak pernah terpikirkan olehku.
Sungguh ide Dimas untuk melakukan Blindfold Gangbang ini dengan Random Guy harus kupuji dengan dua jempol atas improvisasinya, walaupun tidak ditujukan untuk membuatku puas juga dilakukan dengan kondom tapi tetap sensasinya betul-betul luar biasa.
" Dadanya kenceng bener nih cewek, udah silikonan ada tindiknya lagi... "
" Jangan-jangan dibelakang ente gak cuma selingkuh aja dia bro, siapa tau malah dia udah jualan sendiri... " tukas yang sedang menggrepe-grepe sekaligus yang menopangku berbicara asal bunyi saja.
Melakukan seks atas nama uang adalah hal yang takkan pernah kulakukan, apapun alasannya!
" Bener tuh, patut lo telusuri bro... Secara cewek-cewek muda jaman sekarang haus materi semua apalagi cewek lo seseksi ini, pasti banyak yang nawar... "
" Kalo gue jadi lo sih, mending dijadiin pelacur aja sekalian ini cewek mumpung badannya lagi bagus-bagusnya.. "
" Daripada lo gilir begini, percuma gak bakal kapok.. Pasti die masih bakal nyeleweng dibelakang, percaya dah ama omongan kite-kite yang dah pengalaman ini... Hahaha... " timpal yang lainnya kearah Dimas yang diam tak berkomentar.
Aku betul-betul panas dengan kata-kata mereka yang sungguh menganggap semua wanita itu sama, dan semakin panas lagi aku merasakan bahwa yang sedang menggauli tanpa terasa mempercepat sodokan kontolnya di memekku.
Dengan kondom yang terbalut di sekujur kelaminnya membuatku kesulitan mengetahui apakah dia sudah akan ejakulasi atau tidak, aku hanya murni membacanya dari intensitas yang dia mainkan.
" AHHHHHH.... " leguh keras pria yang sedang sebadan denganku dan terasa jika dia sedang ejakulasi yang tertampung di dalam kondomnya sendiri.
Dugaanku benar bahwa dia tak bisa bertahan lama berhubung sejak awal aku tahu dari cara mengentotnya yang sembarangan.
Begitu kontolnya tercabut dari memek bispakku pria berikutnya langsung mengisinya dan membuatku melirih merasakan kontol yang berbeda mulai menikmati mahkota kewanitaanku.
" Auhh pak.... " lirihku saat dia benam masuk kontolnya di memekku.
Tak ada suara sama sekali dari Dimas, entah dia sedang apa sekarang karena aku penasaran dengan reaksinya dan jujur poin inilah yang paling membuatku terangsang bahwasanya aku sedang diperkosa di depan cowokku sendiri demi memuaskan fantasinya.
Itulah yang terus kusugestikan dalam pikiranku dan aku pasrah membiarkan diriku dinikmati mereka sekarang.
Selagi pria kedua yang sepertinya orang yang berbahasa jawa tadi sedang mengentotiku, aku juga sekarang disodori kontol di mulutku hingga membuatku lebih kelimpungan melayani mereka.
" Aumphh.. Ahh... pwakk.. " aku kesulitan mendesah karena mulutku sedang disumpal juga oleh kelamin.
Mereka meracau dan terasa atmoster yang ada diruangan ini sekarang semakin menjadi panas seiring panasnya pula permainan kami.
Dua menit berikutnya terdengar suara Dimas yang meminta kami untuk berganti posisi.
" Pak entotin cewek saya gaya anjing pak... Dia suka dientotin sama gaya anjing kok.. "
" Lagian persis kan sama kelakuannya yang kayak anjing betina yang mau-mau aja dikawinin sama anjing-anjing jantan lain... " buka Dimas yang akhirnya kembali bersuara setelah dari tadi hanya diam.
Pria yang sedang menyenggamaiku langsung membalik posisiku menjadi merangkak lalu kembali dia kawini diriku dalam keadaan menungging ini persis seperti yang Dimas mau.
Si lelaki terus meracau dalam bahasa Jawa yang tak kumengerti, lagipula aku dibuat sibuk lagi oleh yang lainnya yang sekarang sedang mengantri servis mulutku.
Sambil tetap mendesah kuhisapi kontol mereka bergantian sembari aku ditunggangi dari belakang.
Dimas memang benar, aku suka sekali gaya ini karena dalam posisi ini lubang-lubangku bisa disodok dari depan dan belakang sekaligus.
Satu menit dalam posisi Doggystyle pria yang menunggangiku semakin melirih, dan tak berapa lama sama seperti yang pertama tadi dia mengejang berejakulasi.
Sayang sekali aku tak bisa merasakan siraman hangat benihnya di rahimku, tapi mau bagaimana lagi ini adalah keputusan Dimas untuk menyuruh mereka memakai kondom.
Yang lainnya langsung masuk dan mengambil posisi tepat dibelakangku yang masih menungging, tak mau lama dia sodok saja memekku mungkin karena sudah tak sabarannya untuk menikmati diriku.
Aku pasrah saja membiarkan diriku digilir dan terus digilir oleh mereka yang jumlahnya tak kuketahui pasti, dalam kondisi mata tertutup seperti ini yang benar-benar bisa kulakukan hanyalah mendesah pasrah.
" Ahh... ahhh.... sa..sayang... Ahh.. " erangku berusaha berinteraksi lagi dengan cowokku.
Aku sungguh penasaran dengan ekspresi yang dia buat di wajahnya, apa mungkin Dimas sedang coli melihati wanita pemuasnya sedang dinikmati pria lain sekarang? Atau dia murni melakukannya memang sebagai bentuk hukumannya saja kepadaku untuk membuat semuanya jadi impas.
" Ayo julurin lidah kamu sayang, lakuin persis seperti yang sering kamu lakuin kalau kamu lagi ngentot sama aku... " Dimas bersuara lagi untuk membuatku semakin dipermalukan di depan mereka.
Kulakukan, kulepaskan kulumanku dari kontol pria yang sedang kuoral lalu aku menjulurkan lidahku sambil mendesah persis ketika yang kami lakukan ketika bercinta di kamar apartemenku.
Pria yang tadinya kukulum beranjak dan membiarkan aku mempermalukan diriku sendiri atas perintah Dimas.
" Hah..hahh..hahhh...hahhh..hahh... " desahku dengan lidah terjulur persis seperti anjing kehausan sementara lelaki di belakangku semakin cepat saja mencabuliku.
Erangan dan dengusan pria ini menandakan jika dia sedang memburu ejakulasinya, memekku yang dia geber dengan cepat pun semakin basah membawaku juga ke titik klimaksku.
" Ahhhh!! Gue keluarrr lonteee.... "
Seketika dia menyentak kontolnya sedalam mungkin di memekku, menumpahkan semua spermanya di kondomnya sendiri. Aku dalam posisi tanggung karena dia tak menunggu aku klimaks hingga menjadikanku dalam keadaan gantung sekarang.
" A..ayo pak gilir aku lagi cepeett!!... Isi memek kotorku ini sama kontol... " pintaku tak sadar meminta mereka langsung menaikiku agar melecut klimaksku ini segera meledak.
Mereka semua yang sudah dititik tertinggi birahi mereka masing-masing tak mau lagi berbasa basi, seseorang membalik posisiku kembali mengangkang dan dengan buru-buru dia kawini diriku!
" AUHH PAKK!!... " jeritku saat dia langsung setubuhi dengan Barbar.
Yang satu ini berkontol lumayan dari mereka yang sudah mencicipi diriku, meski tak bisa dibandingkan dengan kontol Dimas tapi sudah lebih dari cukup untuk mendorongku sampai ke puncak gairah.
" Selingkuh sih lo bule... Kena entot rame-rame deh lo!... " umpatnya Toxic sambil mengentotiku yang terbaring pasrah.
Aku mengerang sekerasku membiarkan dia agar semakin membantaiku dengan kata-kata pedasnya, ini momen yang pas karena aku sudah berada di ujung klimaksku.
" Hei bro lo sini, sini liatin cewek lo yang malah keenakan dientotin kayak gini... " panggil dia ke Dimas agar mendekat.
Dimas benar-benar terasa mendekat, dia pegangi wajahku dan dia elus-elus seolah membenarkan perkataan lelaki yang sedang menyenggamaiku dengan buas.
" Kamu keenakan ya sayang? Jadi kamu suka diperkosa kayak gini?.. " tanya Dimas sambil memegangi wajahku.
" Engg...Ah...engga yaang.... Ak..aku gak kenaka..kan.. Ohh... " jawabku terpaksa berbohong dalam dera puncak kenikmatan yang kurasakan.
" Terus kenapa kamu desah-desah kayak keenakan gini?.. Kamu udah gak sayang lagi sama aku?.. " lanjut dia.
Aku menggeleng, tentu saja aku tak melakukan ini atas dasar perasaan, aku melakukannya demi dia.
" Engga kok.. Aku sa..sayangnya cu..cuma sama kamu yangg... "
Dimas diam, tetap dia pandangi wajah cantikku yang tertutup topeng ini sedang mengerang-erang dientoti laki-laki yang dengan begitu nafsunya menyetubuhiku.
Tentulah dia rindu melihat ekspresi memelasku yang sangat dia sukai dan aku yakin pastilah pria-pria hidung belang disini tak akan menyangka jika sosok dibalik penutup wajah ini ternyata adalah seorang gadis berwajah lugu, Innocent nan polos.
" HAUHH GUEE SAMPEEE!!.... "
Keras lelaki yang sedang sebadan denganku mengerang lalu menohok kontolnya sedalam mungkin melepaskan ejakulasinya, kali ini ejakulasinya berbarengan dengan klimaksku yang beberapa detik lebih dulu sampai dibanding dirinya.
Meski aku tidak Squirt hebat seperti biasanya namun aku merasakan kenikmatan luar biasa tiada tara yang tak bisa kugambarkan.
Mungkin karena tadi ketika meladeni permainan lilin Dimas aku sudah menghabiskan begitu banyak tenaga jadi sekarang aku tak bisa orgasme 'ngompol' meledak-ledak seperti biasa.
Aku hanya bisa terkejang-kejang dengan mata memutih dan tak bisa melakukan apapun lagi.
Tak seperti Dimas yang biasanya akan memberiku jeda istirahat, mereka-mereka sama sekali tak memperdulikannya. Kembali mereka menaikiku, malahan dalam kondisiku yang sedang sangat habis ini aku justru disuruh menggoyang dari atas!
Sekuatku dengan semua keterbatasan yang kumiliki tetap kulakukan, walau goyanganku tidak seyahut goyanganku yang biasa tapi inilah maksimalnya yang bisa kuberikan sekarang.
Lagi-lagi faktor stamina selalu menjadi pembeda dalam melakukan seks berantai seperti ini.
Untungnya lelaki yang tengah menzinaiku melakukan timbal-balik dengan membetotku juga dari bawah hingga dia tak terlalu mengandalkan goyanganku yang kulakukan ala kadarnya saja.
Dia menghajar memekku dengan kuat hingga suara benturannya terdengar keras sekali! Dibuat seperti ini jelas menjadikanku kembali menjerit-jerit keenakan dan segera akan orgasme lagi.
Karena memang orgasme wanita yang sedang dalam birahi tinggi, sekali saja dibuka 'krannya' maka klimaksnya akan datang dengan rentan waktu yang semakin singkat dari satu orgasme ke orgasme berikutnya.
Juga aku sudah tak menghiraukan para pria yang tengah berada di kiri dan kananku yang minta dikocoki penisnya atau merasakan hisapan mulutku.
" AHHH PAKK!!! EE..ENAKK!!!... " jeritku dengan teriakan super keras merilis kenikmatan yang kembali keluar dari dalam tubuh!
Walau dalam penglihatan yang serba gelap namun aku merasakan mataku berpendar, urat-urat dileher serta di pelipis wajahku terasa keluar semua.
Kontraksi yang kurasakan di vaginaku juga luar biasa hebatnya. Terus kutadahkan wajahku keatas dan kulengkungkan badanku kearah belakang seolah melepas rohku terbang keatas sana.
Pria yang masih sebadan denganku diam saja, kurasakan tadi sebelum kesadaranku membias dia juga berejakulasi, tapi dia masih tak mau melepaskan tubuh kami yang malah sekarang dia remas-remas dada bertindikku selagi aku terkejang-kejang diatas tubuhnya.
" Iiimmm.... immmm... immm.... " panggilku tanpa sadar ke cowokku karena sekarang aku benar-benar membutuhkan dirinya.
Tak lama, seketika aku ambruk kedepan!
Jujur aku harusnya sudah pingsan lagi sekarang namun tetap kupaksakan kesadaranku ini dan tak mau kalah begitu saja.
Aku kembali menggigil hebat dan badanku terkejang seperti orang kesurupan! Mulutku terus memanggil nama Dimas walau dengan suara yang tak jelas akibat gemerutuk yang terjadi dirahangku.
Melihatku yang K.O membuat Dimas mendekat, tentu dia tak tega melihatku yang sudah begitu sangat habisnya ini memanggil-manggil namanya.
Dia elus seluruh lekuk badan seksiku seolah menenangkanku, aku benar-benar sudah Drop! Nyaris tak bisa kugerakkan badan ini saking semua sendi-sendi ditubuhku kehilangan dayanya.
Mulutku terus menganga guna menarik nafas sebanyak mungkin, untuk berbicara saja aku tak bisa lakukan sekarang.
Juga harus kuakui ini adalah salah satu puncak kenikmatan paling nikmat yang pernah kurasakan!
Mungkin permainannya memang sederhana karena yang aku pun pernah melakukan yang jauh lebih berat dari ini tapi sekali lagi, sensasi dari situasi yang telah terjadi betul-betul mendobrak Limit dalam diriku.
Apa yang kudapat adalah rangkuman dari situasi ril yang sedang tercipta, ini bukan keadaan yang direkayasa, ini bukan Game seperti yang dulu kulakukan dimana orang-orang yang terlibat mendapat Cuan demi memenuhi fantasi nakalku.
Ini adalah plot yang terjadi diluar campur tanganku sama sekali, bahkan aku ditindik demi memenuhi keinginan dari laki-laki yang tak lain adalah pemilik utuh diriku sekarang.
Dan anehnya keadaan ini seakan menjadi kunci dari kotak pandora dalam diriku, seolah Dimas hanya tinggal menjembatani saja dan aku sangat menikmati semuanya! Tak peduli apa yang dipikirkan orang terhadapku inilah Living Dream liarku yang selama ini hanya ada dalam benakku.
" Sssttthhh... Tahan sayang, tinggal satu cowok lagi kok... " ucapnya singkat mengelus daguku.
Aku ingin memegang tangannya dalam kesempatan ini lalu mengatakan aku sayang padanya tapi aku sungguh tak mampu hingga terasa Dimas berangsur beranjak dan digantikan oleh seorang pria yang malah menggenggam tanganku untuk dia arahkannya ke kontol tegangnya.
" Kesian sampe klenger-klenger gini... "
" Makanya jangan selingkuh, masih baek cowok kamu masih mau nerima setelah diselingkuhin gitu... Hehehe... " kekehnya sambil menggerakkan tanganku sendiri mengocoki kontolnya.
" Boleh dipake lagi gak nih?.. " tanya dia kemudian ke Dimas atau ke maminya.
" Pake aja pak, biar selesai ampe tuntas.. Dia gpp kok, emang dia suka kejang-kejang gitu... "
" Emang dasarnya udah hiperseks makanya jadi susah diatur... " jawab Dimas dengan cuek.
Aku diam saja mendengar ucapannya itu, tapi ketika pria ini menunggingkanku dan langsung menyetubuhiku lagi seketika aku mengerang keras merasakan ngilu di dalam memekku yang masih sensitif pasca mendapatkan multi orgasmenya.
" Arrghhhh... Ohhh pakkk!!... " suaraku yang tadinya tertahan entah kenapa bisa kembali keluar.
Dengan santai dia menyebadaniku tapi terasa semakin lama dia percepat seiring celotehan yang keluar dari mulutnya.
Eranganku juga semakin keras, otot-otot ditubuhku terasa mengejang lagi dan rasanya birahiku kembali menyala ketika kudalami lebih dalam sensasinya.
" Wah udah keenakan lagi aja dia... "
" Padahal tadi kayak orang step sampe jarinya kaku gitu tapi disodok kontol langsung semangat lagi dia.. Hahaha.. " ledek pria yang sedang menyetubuhiku ini.
" Kalo gitu sekarang kamu cepet minta maaf ke cowok kamu, liat dia lagi nontonin di depan kamu ini... "
Dia mengarahkan badanku agar berada persis di depan Dimas yang rupanya berada tak jauh dari kami.
Patuh disela desahanku yang sedang dia gempur aku mengikuti apa yang dia suruh. Dengan segenap tenaga kubuat permohonan maaf ke Dimas walau secara resmi telah berulang kali kulakukan tapi sepertinya dalam keadaan ini aku memang perlu melakukannya lagi.
" Sa..sayang... "
" Maafin.. Uhh...Ma.. maafin aku ya... " ucapku sulit menstabilkan kalimatku dengan lancar.
" Minta maaf apa? Kamu bilang yang jelas dong apa kesalahan kamu... " timpal dia memaksaku membuka aibku sendiri di depan orang-orang yang disaksikan Dimas.
Aku mengerang dan tak langsung mengatakannya, ini tak mudah kulakukan karena klimaksku terasa sudah di ujung gerbangnya sementara aku juga harus memfokuskan diri membuat pengakuan dihadapan mereka.
" Cepet perek!!... "
TARRR!!
Taboknya ke pantatku yang seketika membuat badanku terkejang begitu merasakan sakitnya yang sampai hinggap keubun-ubun kepalaku.
Rasa nikmatnya langsung membuat kepalaku pusing lagi, jari tanganku juga mengkaku pertanda sepenuhnya aku akan tenggelam dalam gelombang libido besarku, dan mumpung kesadaranku masih bersisa segera kukatakan kalimat maafku.
" Maafin aku yang u..udah main dibe..belakang kamu yang... "
" A..aku jan..ji sekarang aku gak akan na..nakal lagi dan aku bak..bakal jadi cewek yang nurut... "
" Apapun.. Ahh.. Apapun yang kamu ma..mau bakal aku la..lakuin mass... "
" Di..diperkosa kayak beg..begini pun aku rela sayang.. Ahhh!!.. " racauku dengan seluruh konsentrasi yang aku punya juga lagi-lagi aku tanpa sengaja tersebut namanya.
Lalu aku mengerang keras!
Memekku berkontraksi hebat persis setelah aku mengucapkan kata terakhirku tadi, lelehan cairan bening juga mulai menciprat-ciprat yang pasti terasa jelas oleh kontolnya kendati sedang berbalut kondom.
Dimas tak bersuara sama sekali, sementara mereka tertawa-tawa melihatku mempermalukan diri di depan mereka terlebih melihatku yang sekarang kembali terkejang-kejang akibat klimaks yang datang!
" AUHHHH DIMMM!!!!.... " pekikku sekuat yang kubisa.
Dan si pria yang menunggangiku juga secara respon membentotku dengan tempo paling maksimalnya untuk menyusul puncak birahiku yang sudah lebih dahulu meledak.
Erangan panjang dari kami berdua saling menggema diruangan yang sepertinya kedap suara ini, hingga akhirnya aku pun roboh kembali menyisakan rintih parau dalam keadaan konvulsi seperti biasa saat aku mendapatkan mega orgasmeku.
Lelaki hidung belang terakhir menepok pantatku sekali lalu mengatakan sesuatu yang tak bisa kudengar sebelum dia memisahkan diri dariku yang menggelepar diatas lantai karpet ini.
Aku menggigil lagi dengan hebat, badanku seakan hangus terbakar listrik yang bernama libido, otakku gosong dengan entitas bernama kenikmatan hingga hanya menyisakan setitik kesadaran saja dalam diriku sekarang.
Semua inderaku yang tadi terasa perkasa menjelang orgasmeku datang kini lenyap tak bersisa, aku habis yang betul-betul habis!
Ini sungguh luar biasa, lagi-lagi tak pernah aku merasakan sensasi seperti ini sebelumnya, hari ke hari aku merasa terus naik level akan sesuatu yang Dimas lakukan terhadap diriku.
Dimas memegang tanganku, dia gendong aku duduk di pangkuannya, tak ada suara darinya juga aku tak bisa melihatnya tapi aku tahu jika ini adalah dia.
Di momen krusial dalam mengambil hatinya seperti ini, mulutku tetap tak hentinya gemetar padahal aku sangat ingin mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku kepadanya.
Kupegang tangannya sekuat tenagaku dalam gigil tubuh yang sama sekali tak bisa kuhentikan, hingga akhirnya setitik kesadaran yang coba kupertahankan ini pun turut membias tertelan dalam kepekatan.
..............................
Aku setengah sadar ketika kubuka mataku, dan pandanganku tidak lagi tertutup penutup tadi lagi. Yang kulihat sekarang adalah lorong kamar apartemenku.
Dimas membuka pintu kamarku lalu ketika dia membaringkanku di ranjang seketika aku sadar jika aku memang benar-benar sedang berada di apartemenku lagi.
Dimas tersenyum melihatku yang terbaring kelelahan, rupanya aku benar-benar sampai begitu teparnya hingga tau-tau kami sudah pulang dari tempat tadi dan malah sekarang ada dikamarku.
Tak ada kata-kata dalam senyumnya, dia elus mesra rambutku kemudian dia daratkan kecupan di dahiku. Setelah melakukannya dia tegak dan berjalan keluar terlihat akan meninggalkanku.
" dii..dimm... " panggilku lemah yang menghentikan langkahnya.
Dia berjalan mundur dan menghampiriku lagi, kugenggam tangannya lalu menatapnya dengan pandanganku yang masih sangat lesunya ini.
" Ssttthhh udah Ver, gausah ngomong apa-apa... "
" Sekarang gih istirahat.. " katanya duduk di tepi ranjang.
Kami bertemu tatap, pandangannya terlihat menatapku penuh rasa kasih sayang akan keadaanku yang sekarang, juga aku masih belum mengerti dengan maksudnya yang malah membawaku ke apartemen bukannya ke rumah kecil kami lagi.
" Kok ki..kita kesini dim?... "
Dimas lagi-lagi hanya senyum dalam pandangannya padaku.
" Maksud kamu kita dah ru..rujuk?.. " sambungku To the Point untuk lebih memastikan.
Dia mengangguk dan itu membuatku sangat senang sekali menyadari jika akhirnya kami telah baikkan.
Aku tak bisa terlalu menunjukkan kegembiraanku karena kondisiku yang masih ringkih, aku hanya mencoba duduk lalu memeluknya menyamping, Dimas merangkulku dan mengelus rambut panjangku.
Seperti biasa dia tak banyak berbicara tapi aku merasakan jika semua amarahnya telah padam sekarang.
" Aku ta..takut dim... " kataku dalam hangat pelukannya padaku.
Dia tatap lagi diriku menungguku melanjutkan kata-kataku.
" Aku takut kamu marah lagi kayak waktu itu... "
" Terus kamu tinggalin aku... " kupererat pelukanku karena memang inilah ketakutanku yang terus membayangi.
Dimas menghela nafasnya dan akhirnya membuka suara.
" Ver kalo gue marah sama lo itu artinya gue sayang sama lo... "
" Tapi udahlah gausah dibahas lagi, toh semua udah berlalu dan lo udah ngebuktiin kata-kata lo juga kan?.. "
" Lagian gue juga gak mau kok ninggalin lo sayang, gak waras kali gue ngelepas cewek secakep lo Ver... " ungkap Dimas yang membuatku semakin larut dalam senangku.
" Dan lupain semua omongan pedes gue ke lo ya... Jangan dibawa serius.. "
" Sekarang kita jalan normal kayak dulu lagi.. " tutupnya sambil mengusap punggungku yang berbalut pakaian tidur tipisku tadi.
Aku mengangguk karena aku pun memang tak terlalu memikirkannya, malah itu jadi bumbu penyedap disetiap aksinya.
" Ta..tapi aku tetep pengen gini Dim... "
" A..aku pengen kamu tetep dominasi aku kalo kita ML yang, jujur aku suka.. "
" Gak pe..peduli kamu pukul, tampar, ludahin atau cambuk aku suka kok... "
" Jujur aku bener-bener kerangsang banget sama se..semua yang kamu lakuin ke aku yang... "
" Aku tetep pengen jadi budak kamu lagi yang bisa ka..kamu entot semau kamu gitu... " jujurku dengan berani dan reflek tanganku memegang dadaku sendiri yang sudah dia tindik ini sebagai respon alamiku yang menyukai inisiatifnya untuk menindikku.
Sungguh! Aku sangat menikmati hari-hariku selama disana kendati berat pada awal-awalnya, tapi menyadari jika kami tak lagi seatap harus membuatku sedikit kecewa karena rasanya ingin terus kuhabiskan waktuku bersamanya.
Dimas tersenyum lagi, dia sama sekali tak kaget karena dia pun sudah tahu bahwa aku adalah seorang masokis.
Tak ada lanjutan kata darinya, yang ada hanya kecupan di dahiku lalu dia tegak untuk pulang dan menyuruhku beristirahat.
Dia lemparkan senyum manisnya ketika dia menutup pintu kamarku kemudian seperti biasa menghilang dibaliknya.
Kubanting tubuhku kembali ke ranjang tak menyangka jika semuanya berlalu secepat ini, walau aku sedikit sedih karena tak bisa melayaninya sepanjang waktu lagi seperti di 5 hari kemarin dimana Dimas benar-benar menjadi raja untukku. Tapi yang paling penting hubungan kami tetap akan berlanjut seperti dulu.
" No Kings Rule Forever... "
Teringat olehku perkataan Mufasa ke Simba di penghujung hayatnya yang entah kenapa terlintas begitu saja dikepalaku sekarang.
Aku sadar jika Dimas pun punya kehidupannya bersama Nova, tapi aku tidak mau berkecil hati dan sebisaku di kesempatan yang kedua ini aku akan tetap memberikan yang terbaik untuk Dimas dengan setulusnya!
Lekas aku memejamkan mata dan melepas semua kelegaan sekaligus kegilaan yang kudapat selama berhari-hari bersamanya di atas kasur empukku sendiri lagi.
Kini mau tak mau aku hanya bisa menunggu Dimas kembali menyisihkan waktunya dengan datang diam-diam ditengah malam untuk melepas hasrat biologisnya seperti hubungan kami yang biasa. Tak ada pilihan karena sejak awal memang seperti inilah kisahku dengan Dimas bermula.
..............................