Kesorean aku sampai dirumah, dan langsung kuparkirkan mobilku kemudian segera masuk kedalam.
Di dalam
rumah terlihat sepi, pembantuku sepertinya telah selesai beres-beres dan
sekarang pasti sedang santai dibelakang, biasanya menjelang maghrib mereka
akan mengecek lagi rumah bagian depan ini.
Segera aku naik ke atas menuju kamar dan mencari sang gadis yang selalu mengisi pikiranku.
Di kamar
Vera sedang berbaring diranjang dan baru akan tidur sepertinya, namun begitu
melihatku dia langsung bangun.
Dia berdiri
dan menyamperiku, aku pun membalas pelukannya lalu mencium keningnya.
Segera
kutaruh kunci mobil ke meja dan tas yang berisi berkas-berkas formulir serta ijazah yang tadi seharian habis kuurus melegalisirnya.
Sementara Vera sudah membuka kancing kemejaku dan buru-buru menarikku keranjang.
Sementara Vera sudah membuka kancing kemejaku dan buru-buru menarikku keranjang.
Aku lumayan
bernafsu juga maka kuladeni dia, kudorong tubuh putih yang sedang memakai Lingerie hitam itu keranjang dan segera
kugumuli dia.
Vera
bernafsu sekali, dia mencium bibirku ganas dan mengaitkan kakinya ke tubuhku
yang sedang menindihnya dari atas.
Dan kami pun
bercinta seperti biasa di sore yang lumayan panas hari ini.
Vera minta
disetubuhi sambil tangannya diikat dengan mata tertutup, kulayani saja dan
langsung mengambil perlengkapannya di rak meja yang berada tak jauh dari
ranjang kami.
Dia
mendesah-desah dengan lepas saat kutiduri sesuai cara yang dia mau, akupun
terangsang sekali melihatnya begini dan pandanganku tak lepas dari ketiak
putihnya yang selalu dia rawat setiap harinya dengan pelembab khusus.
Saat desahan
Vera makin kuat kuambil vibrator
getar di meja tadi dan kuset di getaran maksimal guna makin memuaskan
pasanganku ini.
Sejurus
kemudian kuarahkan ke memeknya yang sedang berisi kemaluanku dan langsung
membuatnya terlontar-lontar mengejang dengan keras.
Makin
kupercepat genjotanku sementara dia terus kuservis dengan alat bantu seks
tersebut di titik biang gatal di tubuhnya itu.
Setelahnya
barulah kami klimaks bersamaan dan sama-sama terkapar dikasur.
Kucium keningnya, tak lama Vera langsung ketiduran tak kurang 10 menit setelah seks singkat kami barusan.
Kucium keningnya, tak lama Vera langsung ketiduran tak kurang 10 menit setelah seks singkat kami barusan.
Kubiarkan
dia tidur sementara aku menuju kamar mandi untuk membasuh tubuh membuang gerah
yang kudapat seharian ini.
..............................
Sebulan
sudah sejak kepulanganku dari jalan-jalan bersama teman-teman menengok
keindahan alam di bagian timur pulau Jawa beberapa waktu lalu.
Aku tak
mencoba membahasnya, maksudku kejadian disaat aku pergi saat itu, sama sekali
tak kubahas baik dengan Vera maupun mas Krisno.
Kusimpan
sendiri dan berpura-pura saja tak ada sesuatu yang terjadi meski kini kurasakan Vera jadi
tambah bebas saja beraksi dengan dua pembantuku.
Dia yang biasanya akan langsung merayap naik ke tubuhku jika terbangun tengah malam atau subuh-subuh, kini jadi lebih sering ‘menghilang’.
Awalnya kukira dia ke toilet atau sedang menonton di bawah, namun setelah kutelisik dari kamera pengawas, rupanya dia diam-diam pergi ke rumah belakang menyamperi sendiri mas Krisno dan mas Yanto.
Aku menghela nafas saja melihat perangainya yang semakin hari makin liar itu.
Dan seminggu ini saja sudah beberapa kali pula secara langsung aku tak sengaja memergoki mereka sedang 'enak-enak' di berbagai sudut dirumahku!
Aku sangat kaget ketika memergoki mereka, begitupun Vera, juga mas Krisno atau mas Yanto siapapun yang tengah melayaninya saat itu, semua kaget.
Namun aku diam saja dan berpura-pura tak tahu kemudian berlalu.
Awalnya kukira dia ke toilet atau sedang menonton di bawah, namun setelah kutelisik dari kamera pengawas, rupanya dia diam-diam pergi ke rumah belakang menyamperi sendiri mas Krisno dan mas Yanto.
Aku menghela nafas saja melihat perangainya yang semakin hari makin liar itu.
Dan seminggu ini saja sudah beberapa kali pula secara langsung aku tak sengaja memergoki mereka sedang 'enak-enak' di berbagai sudut dirumahku!
Aku sangat kaget ketika memergoki mereka, begitupun Vera, juga mas Krisno atau mas Yanto siapapun yang tengah melayaninya saat itu, semua kaget.
Namun aku diam saja dan berpura-pura tak tahu kemudian berlalu.
Setelah melihat responku, tadinya mereka yang awalnya masih sembunyi-sembunyi kini jadi makin terang-terangan melakukannya.
Mungkin karena mereka berpikir jika aku biasa saja dan malah cuek setelah mengetahuinya, itulah kenapa mereka jadi makin berani.
Bahkan lebih parahnya Vera sering mengajak mas Krisno dan mas Yanto naik ke kamarku kemudian dia minta disetubuhi mereka tepat di depan fotoku dimana Vera terus meracau seolah-olah sedang berbicara denganku di depan foto tersebut.
Aku tak tahu apakah keputusanku yang memilih diam dan pura-pura tidak tahu ini adalah keputusan yang benar.
Hanya saja begitulah sifatku.
Aku bukan tipe orang yang ekspresif, aku orang yang sulit mengungkapkan sesuatu ke orang lain dan cenderung pendiam, aku lebih memilih menyimpan sesuatu itu di dalam hati saja ketimbang diungkap-ungkapkan ke orang.
Aku bukan tipe orang yang ekspresif, aku orang yang sulit mengungkapkan sesuatu ke orang lain dan cenderung pendiam, aku lebih memilih menyimpan sesuatu itu di dalam hati saja ketimbang diungkap-ungkapkan ke orang.
Hampir semua teman-teman yang dekat denganku mengatakan jika aku orang yang tak pernah marah dan terlihat dewasa sekali dibanding mereka yang seusia denganku.
Tidak juga.
Aku justru orang yang gampang kecewa dan hatiku mungkin lembut sekali hingga begitu gampangnya untuk tergores.
Melihat Vera seperti itu selalu membuatku perasaanku berkecamuk dengan rasa marah, kecewa dan kesal.
Lantas haruskah aku marah-marah kemudian menunjuk-nunjuk muka mas Krisno dan mas Yanto sambil mengucapkan sumpah serapah pada Vera atas sikap murahannya tersebut?
Sayangnya itu bukan bagian dari kepribadianku, aku lebih ingin Vera sadar dan berhenti memancing-mancing mas Krisno atau mas Yanto atas kesadarannya sendiri.
Sebenarnya aku tak benar-benar mendiamkannya, sering kutegur Vera dan dia hanya diam saja setiap kali kubilangi.
Mereka
berdua pun sebenarnya sudah berusaha menolak rayuan Vera sekuat tenaga mereka
karena aku tahu mereka amat menghargaiku dan sangat segan denganku.
Tapi mau
bagaimana lagi, masalahnya memang ada di Vera, dia yang terus menggoda-goda mereka hingga akhirnya sebagai
laki-laki normal ya mereka mau juga.
Mudah bagiku jika mau menyalahkan mereka berdua namun itu takkan merubah apa-apa jika Veranya tetap seperti ini.
Sekarang, sudah lima harian tak kucek ruang kendaliku dan jika kucek pasti ada saja
kelakuan-kelakuan nakalnya yang menggoda-goda pembantuku itu.
Makanya aku
jadi malas mengeceknya apalagi terakhir kulihat Vera beraksi lagi dengan mas
Krisno seperti waktu pertama kutonton dulu.
Dia
merebahkan mas Krisno ke kasur, lalu ditindihnya dan mulai menggerayangi
tubuh atas lelaki itu pelan-pelan.
Di awalinya
dari menjilati puting mas Kris secara perlahan dan penuh penghayatan sekali seperti
biasa.
Sengaja dibasahinya
lebih dulu lalu lidahnya mulai bergerak menggelitik dan mengitari sekitaran
puting yang sama sensitifnya seperti kepala penis.
Entah kenapa
saat itu ingin kutonton ini tanpa men-Skip
nya seperti biasa, karena jika mereka sudah mulai melakukannya aku pasti akan langsung meninggalkan tempat dudukku.
..............................
Krisno
membuka mulutnya dengan mata terpejam dan dahi tertekuk seketika setelah Vera
mengubah jilatan lembutnya tadi menjadi sebuah emut dan gigitan kuat sambil jarinya
memelintir puting Krisno yang sebelah lagi.
Jujur
awalnya aku juga kaget dengan Vera yang
kulihat sudah lihai sekali memainkan perannya sebagai pendominasi saat bersama
Krisno saat itu.
Padahal hanya sekitar 2-3 minggu saja sejak pertama kali mas Kris memperkenalkan hal ini ke Vera, dan tahu-tahu sekarang dia amat mahir mendalami karakternya.
Padahal hanya sekitar 2-3 minggu saja sejak pertama kali mas Kris memperkenalkan hal ini ke Vera, dan tahu-tahu sekarang dia amat mahir mendalami karakternya.
Bekas merah
dan bekas gigi jelas langsung membekas di puting mas Kris.
Vera menatap ‘tanda’ yang baru dia berikan itu serta wajah mas Krisno yang mengerang merasakan sakitnya dengan tatapan puas, dia tersenyum tipis menyeringai sebelum kemudian beralih ke puting sebelahnya lagi.
Vera menatap ‘tanda’ yang baru dia berikan itu serta wajah mas Krisno yang mengerang merasakan sakitnya dengan tatapan puas, dia tersenyum tipis menyeringai sebelum kemudian beralih ke puting sebelahnya lagi.
Mas Krisno
kembali meringis-ringis saat Vera ‘mengunyah-nguyah’ lagi putingnya sementara
dengan kuku panjangnya dia menyusuri seluruh lekuk tubuh kekarnya seperti
mencakarnya pelan.
Mata Vera
tak lepas memandangi ekspresi sakit yang dirasakan mas Krisno, dia juga tampak
menikmatinya.
Dan hal ini
sempat membuatku takut jika menyebabkan perubahan psikologi dari Vera nantinya,
namun ketika bersamaku dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda dominasi
seperti yang dia lakukan saat ini ke mas Krisno, malah dia tetap memintaku mendominasinya seperti biasa.
Mungkin dia murni melakukannya hanya untuk melayani mas Krisno saja karena ini memang Fetish aneh pembantuku itu sendiri.
Mungkin dia murni melakukannya hanya untuk melayani mas Krisno saja karena ini memang Fetish aneh pembantuku itu sendiri.
Oh iya satu lagi, persis seperti dugaanku, rupanya memang mas Yanto sudah tahu tentang perangai Krisno ini karena di
beberapa rekaman kulihat bahkan dia menontoni langsung mereka melakukannya dan dia tak
mengganggu sama sekali malah terlihat biasa saja.
Mereka
memang sudah berteman lama sejak masih bujang waktu susah dulu dan pengertian diantara mereka pun
kuakui luar biasa, bahkan hingga ke urusan seks seperti ini.
Di saat mas
Yanto sedang ingin berduaan bersama Vera Krisno tak akan mengganggu, begitu pun
sebaliknya.
Mereka bahkan bisa melakukannya secara koperatif dan bersinergi dengan baik saat Vera minta dilayani mereka berdua sekaligus.
Mereka bahkan bisa melakukannya secara koperatif dan bersinergi dengan baik saat Vera minta dilayani mereka berdua sekaligus.
Puas
‘menyiksa’ puting mas Krisno, Vera memakaikan lelaki berambut keriting itu
penutup mata agar dia tak bisa menerka improvisasi apalagi yang akan dia
lakukan padanya.
Kalau tidak salah, Vera memasang sesuatu yang dia tempelkan di puting mas Krisno yang
sudah bebercak merah.
Persisnya aku tak tahu nama alatnya namun begitu alat itu tertempel di putingnya seketika tubuh pembantuku langsung kelojotan seperti orang epilepsi.
Persisnya aku tak tahu nama alatnya namun begitu alat itu tertempel di putingnya seketika tubuh pembantuku langsung kelojotan seperti orang epilepsi.
Vera kembali
terkikik melihat badan kekar itu kelojotan dan mengerang, dia pegangi wajahnya lalu dia ucapkan sesuatu yang tak bisa kudengar.
Sayangnya
aku masih belum menseting ulang kameranya agar turut merekam suara di rumah
belakang itu.
Lebih ke malas saja sih, malas mendengar ocehan kotor Vera yang pasti akan dengan mudahnya dia lontarkan ke kedua pembantuku.
Lebih ke malas saja sih, malas mendengar ocehan kotor Vera yang pasti akan dengan mudahnya dia lontarkan ke kedua pembantuku.
Vera
menyuruh mas Krisno membuka mulutnya, mas Krisno manut dan membuka mulutnya.
Si cewek bule yang seingatku saat itu mengenakan dalaman serba pink langsung menjatuhkan ludahnya memindahkannya ke mulut mas Krisno.
Si cewek bule yang seingatku saat itu mengenakan dalaman serba pink langsung menjatuhkan ludahnya memindahkannya ke mulut mas Krisno.
Aku agak
terangsang juga ketika menontonnya apalagi jika melihat tubuh seksi Vera yang sudah setengah telanjang dan ekspresi Innocent
di wajahnya yang selalu menarik untuk dipandangi.
Dia kembali
menggerataki alat-alat seks koleksi Krisno yang sudah mereka siapkan
sebelumnya, membongkarnya dan memilih alat apa lagi yang ingin dia mainkan ke
Krisno.
Di ambilnya sebuah rel besi yang awalnya tak kutahu untuk apa, namun saat Vera memasang dan
mengikatnya di kaki mas Krisno aku langsung tahu jika fungsinya sama seperti
alat pasung yang mengunci pergerakan kaki agar tidak bisa dirapatkan atau
dilebarkan kalau sudah terpasangi alat tersebut.
Vera
menggelitik telapak kaki pejantannya yang kini sudah terbujur tergeletak tak
berdaya atas ulahnya dan tengah kegelian merasakan gelitikannya.
Lagi dia
tertawa melihat pembantuku yang kelabakan kegelian namun tidak bisa melakukan
apapun karena gerakannya sudah dibatasi oleh Vera.
Disusurinya
lagi badan mas Krisno yang tinggal memakai cawat itu dengan kuku-kuku
panjangnya baik di dada, tubuh bagian samping, sekitaran rusuk dan iga ataupun
paha berbulunya.
Setelah puas,
Vera menatap kontol Krisno yang masih berbalut kolor dan menetapkan bagian itu
untuk menjadi tempat yang akan dia ‘isengi’ berikutnya.
Dia ambil
sekotak tusuk gigi, dibukanya penutupnya dan dia tusuk-tusukkan ke kelamin
Krisno yang terlihat sekali amat tegang berbalut sempak hitam.
Krisno
mengerang saat Vera melakukannya, aku saja ketika menyaksikannya mensipitkan
mataku dan mendesis ngilu melihatnya, apalagi ketika Vera arahkan juga puluhan
tusuk gigi itu ke zakar pembantuku.
Mas Krisno
menjerit kuat, aku tak tahu seberapa kuat suara yang dia teriakkan, hanya terlihat dari gesturnya yang
menghentakkan kepalanya ke kasur dan otot-otot tubuhnya sekejap mengeras
pertanda dia benar-benar sedang mengejang.
Vera
mengucapkan sesuatu sambil terus melakukannya, paha, betis dan ujung kaki
Krisno juga dia ‘terapikan’ dengan ujung-ujung tusuk gigi itu.
Sekujur
tubuh mas Krisno basah kuyub oleh keringatnya sendiri, Vera terlihat luwes
sekali melakukannya, itulah kenapa kubilang dia sudah amat mahir memainkan
perannya.
Dengan
senyum ramahnya akhirnya dia buka celana dalam yang sejak tadi memenjarakan kemaluan
hitam Krisno dan langsung mencuat keluar tegak bak besi.
Dia buka penutup mata mas Krisno, membiarkannya menyaksikan molek indah putih tubuhnya guna menjaga kontolnya tetap di ereksi maksimal.
Dia buka penutup mata mas Krisno, membiarkannya menyaksikan molek indah putih tubuhnya guna menjaga kontolnya tetap di ereksi maksimal.
Vera melirik
mas Krisno kemudian menatapnya dari jarak dekat, dia hembus leher lelaki yang tak tahu akan diapakan lagi olehnya itu dan mulai mengocoki kontol tegangnya lembut.
Tubuh
pembantuku kembali tersentak, merasakan jari halus dan lembut Vera mulai
memainkan penisnya yang jelas saja membuatnya meleguh nikmat.
Namun dia
tak tahu sebenarnya apa yang tengah direncanakan gadis berhidung dan berdada
mancung itu, yang dengan sengaja seolah memanjakannya lebih dulu.
Vera
memperjelas aksinya, dia merapat ke selangkangan Krisno, dia ludahi lebih dulu
kemudian diulanginya lagi kocokannya seperti tadi, matanya tak lepas
memperhatikan ekspresi Krisno sebagai indikator dan pedoman aksi lanjutannya.
Vera memang
hebat, aku sangat mengakui kecakapannya dalam teknik oral, baik Hand atau Blow semua dia kuasai secara menyeluruh.
Dia sangat
lihai memilih tempo dan membaca ekspresi tubuh, yang aku tak mengerti bagaimana
dia mempelajarinya, dimana ketika melakukannya matanya tak pernah lepas
dari mataku.
Dulu awalnya kupikir dia melakukan Eye Contact itu untuk menggoda saja, namun yang sebenarnya dia lakukan adalah sedang membaca ekspresi baik melalui mata atau mungkin merasakan denyut penis yang tengah dihisapnya.
Dulu awalnya kupikir dia melakukan Eye Contact itu untuk menggoda saja, namun yang sebenarnya dia lakukan adalah sedang membaca ekspresi baik melalui mata atau mungkin merasakan denyut penis yang tengah dihisapnya.
Yang pasti tiap dia mau mengoralku aku pasti memintanya melakukannya sekedarnya saja,
sungguh aku ampun sekali dan angkat tangan dengannya.
Vera sudah tahu dengan itu dan hanya ketawa-ketawa saja.
Vera sudah tahu dengan itu dan hanya ketawa-ketawa saja.
Dia mulai
memainkan teknik tangannya di kemaluan Krisno, dia genggam kepala penisnya dan
tak tanggung-tanggung langsung dia buat gerakan memutar di kepala penis
tersebut.
"
UHHH!!!.. " ringisku ketika
menyaksikannya mewakili ringisan Krisno yang tak bisa kudengar.
Sebagai
laki-laki aku tahu sekali rasa ngilunya, melihat tangan Vera yang seperti
sedang membuka tutup botol saja dalam keadaan itu.
Krisno
mencengkram sprei yang tengah dia tiduri dengan kuat, merasakan pelintiran
tangan Vera di ‘palkonnya’.
Vera
menikmati erangan dan ekspresi Krisno, terlihat dia memainkan lidahnya sendiri
bersama mata sayunya yang membuat greget jika dipandangi berlama-lama.
Namun yang
Vera rencanakan bukan itu, saat dia mulai mencucup jari telunjuknya dan dia
cucuk-cucuk ke lubang kencing mas Krisno aku jadi tahu apa rencananya.
Aku tak tahu
apakah mas Krisno sudah tahu ‘skripnya’ atau saat itu memang kejadiannya murni improvisasi
Vera sepenuhnya.
Yang pasti dia patut cemas karena Vera tak terlihat sedang bercanda meski wajahnya memang selalu tampak pasrah nan sayu.
Yang pasti dia patut cemas karena Vera tak terlihat sedang bercanda meski wajahnya memang selalu tampak pasrah nan sayu.
Diambilnya Cotton Bud atau korek kuping kapas yang
ada di meja dan dia geseki di sekitaran selangkangan mas Kris.
Krisno membuka matanya yang sejak tadi dia pejamkan untuk mengetahui benda apa yang tengah Vera gesekkan di tubuhnya.
Krisno membuka matanya yang sejak tadi dia pejamkan untuk mengetahui benda apa yang tengah Vera gesekkan di tubuhnya.
Vera
menyingkap daging yang belum disunat itu agar tak menutupi kepala kontol mas
Krisno saat dia melakukan aksinya, kemudian dia jatuhkan ludahnya dan dia
usap-usap ratakan tepat di lobang pipisnya.
Segera dia
mengerjakan aksinya dan memasukkan korek kuping tadi masuk kedalam saluran
kencing Krisno!
Kupejamkan
mataku dan tak sadar menggigit bibirku sendiri saat menontonnya, aku ingin Skip namun entah kenapa ketika itu aku
penasaran sekali ingin melihatnya.
Setidaknya satu kali saja kucoba menonton apa sih yang cewek buleku lakukan jika melayani fantasi aneh mas Krisno tersebut.
Setidaknya satu kali saja kucoba menonton apa sih yang cewek buleku lakukan jika melayani fantasi aneh mas Krisno tersebut.
Cotton Bud itu masuk begitu mudahnya,
dan sekejap sudah mentok hanya disisakan ujungnya saja oleh Vera.
Dia
tersenyum lagi, diludahinya kontol tegang Krisno lalu mulai mengocokinya.
Mas Krisno
menggelinjang dimana Vera lakukan Handjob
tepat di saat kontolnya berisi sebatang korek kuping di dalam kejantanannya!
Kupikir saat
itu sudah mendekati akhir dan akan ditutup dengan muncratnya ejakulasi Krisno
karena Handjob Vera.
Namun Vera malah menghentikan kocokannya dan dia merangkak berjalan kembali menyusuri tubuh ‘korbannya’ membiarkan sejenak kontol Krisno tetap tegang dengan korek kuping tadi.
Namun Vera malah menghentikan kocokannya dan dia merangkak berjalan kembali menyusuri tubuh ‘korbannya’ membiarkan sejenak kontol Krisno tetap tegang dengan korek kuping tadi.
Vera menatap
mata mas Krisno, sebuah tatapan tajam dia layangkan sambil tangannya mengelus
wajah dan seketika ditariknya pelan dagu mas Kris agar dia membuka mulutnya,
Vera kembali menuangkan ludahnya masuk ke 'lubang' yang menganga dibawahnya itu.
Vera kembali menuangkan ludahnya masuk ke 'lubang' yang menganga dibawahnya itu.
Ludah gadis
cantikku langsung jatuh tepat di mulut mangap Krisno tanpa halangan.
Tak hanya
sekali, Vera terus menuangkan ludahnya kemudian menyuruh Krisno menelan semua ludahnya.
Di titik itu kulihat Vera mulai memainkan intimidasinya, tatapan mata angkuh dan ucapan merendahkan tampak dia lontarkan untuk mengembangkan suasana.
Di titik itu kulihat Vera mulai memainkan intimidasinya, tatapan mata angkuh dan ucapan merendahkan tampak dia lontarkan untuk mengembangkan suasana.
Memegang
kendali sepenuhnya membuat si gadis seksi ini bebas menaikkan atau menurunkan tempo permainan kapan saja sesukanya.
Tak ragu
ditaboknya wajah mas Kris, ketika lelaki itu meringis akan dia layangkan lagi ke pipi
sebelahnya hingga berulang-ulang.
Aku terdiam menyaksikan keganasan Vera dari sisi yang berbeda ini.
Bahkan ada dimana Vera meludahi wajah Krisno dan dia ratakan ludahnya merata di wajah lelaki tak berdaya tersebut.
Aku terdiam menyaksikan keganasan Vera dari sisi yang berbeda ini.
Bahkan ada dimana Vera meludahi wajah Krisno dan dia ratakan ludahnya merata di wajah lelaki tak berdaya tersebut.
Aku sudah
panas-dingin ketika menontonnya, aku terbawa oleh peran antagonis yang Vera
mainkan dan kalau tak salah kontolku sudah tegang saat itu.
Tak lama
Vera beralih lagi ke kontol Krisno yang sedari tadi berkedut-kedut tanpa
dipegang.
Dia cabut pelan-pelan korek kupingnya yang mana tampak amat dia nikmati sekali ketika melakukannya.
Dia cabut pelan-pelan korek kupingnya yang mana tampak amat dia nikmati sekali ketika melakukannya.
Meski Vera
melakukannya dengan amat perlahan dan penuh perasaan tapi aku yakin ngilu selama
proses tersebut berlangsung pasti tetap dirasakan Krisno.
Vera suruh
mas Kris jilati Cotton Bud nya dan
segera dikerjakan oleh si lelaki bodoh itu.
Dengan
lahapnya dia jilat dan kulum-kulum sebatang korek kuping yang Vera sodorkan
dimana benda tersebut baru saja keluar dari saluran kemih dia sendiri.
Puas dengan
korek kuping, Vera menggantinya, dan kali ini dia ingin menggunakan jarinya sendiri!
Jari kelingking adalah pilihannya, dia kulum sebentar jari kelingkingnya sebelum diarahkan langsung ke Pisshole mas Krisno.
Jari kelingking adalah pilihannya, dia kulum sebentar jari kelingkingnya sebelum diarahkan langsung ke Pisshole mas Krisno.
Aku
berdebar-debar, meski itu bukan aku tapi tetap saja terasa sekali atmosfer
ketegangannya apalagi kalau kalian liat sendiri ekspresi Vera.
Tanpa
kesulitan berarti jari kelingking Vera masuk dengan mudahnya, Vera mainkan jari
kelingkingnya dan mas Krisno justru terlihat keenakan sama seperti dulu waktu
pertama kali kutonton adegan yang sama seperti ini.
Kontol
Krisno terlihat keras dan begitu tegang saat jari kelingking Vera masuk di
dalamnya.
Vera terus menatap wajah mas Kris yang sudah merah sekali, tampaknya dia akan ejakulasi.
Vera terus menatap wajah mas Kris yang sudah merah sekali, tampaknya dia akan ejakulasi.
Melihat itu
Vera pun bertambah semangat, diambil pelumas dan dituangkannya ke kontol Krisno
guna memperlancar aksinya ‘menyiksa’ kejantanan pembantuku.
Mas Krisno
pasrah sepasrah-pasrahnya, dia sama sekali tak melakukan perlawanan seolah telah
menyerahkan diri sepenuhnya ke Vera.
Vera memulai
dengan Handjob nya lagi dan tampak begitu seriusnya kali ini untuk membuat mas Krisno ejakulasi.
Telaten
sekali cewek buleku memainkan kocokannya di penis pria, wajahnya terlihat
menikmati sekali ekspresi meringis dan ngilu ketika dia melakukannya, bahkan
denganku sekalipun dia akan menunjukkan ekspresi sayu yang sama.
Pelintirannya
lagi-lagi dia keluarkan dan makin membuat mas Krisno meringis, seperti dugaanku
Vera sama sekali tak main-main, dia keluarkan semua jurus Handjob andalannya guna mempercepat sperma naik agar segera di muntahkan keluar.
Krisno
melotot, tubuhnya mengejang otot perutnya langsung mengencang dan seketika
bersamaan dengan teriakan kerasnya dia pun klimaks.
Saat itu aku
sungguh kaget, ada benarnya aku menonton karena aku menyaksikan hal
yang baru lagi, atau mungkin pertama kalinya kulihat.
Itu bukan
ejakulasi sperma! Tapi dia seperti sedang orgasme sama seperti orgasme
wanita, berkali-kali kucuran bening keluar dari kontolnya.
Aku bingung
sebingung-bingungnya, aku tak tahu apa iya laki-laki bisa Squirt seperti wanita, bahkan sampai detik ini aku masih tak bisa menjelaskan dengan apa yang terjadi ketika itu.
Krisno meleguh
dan tampak menikmati prosesnya, entah berapa banyak cairan yang
menyemprot-nyemprot dari penisnya bak selang air tanpa putus hingga akhirnya reda.
Vera
terlihat puas sekali setelah berhasil membuat Krisno seperti itu, dari
ekspresinya terlihat ini bukan yang pertama kali Vera melihatnya.
Ini artinya dia sudah sering melihat Krisno ‘ngompol’ begitu dan aku jadi penasaran seperti apa reaksi Vera dulu saat melihatnya pertama kali.
Ini artinya dia sudah sering melihat Krisno ‘ngompol’ begitu dan aku jadi penasaran seperti apa reaksi Vera dulu saat melihatnya pertama kali.
Vera
memeperkan cairan bening yang ada ditangannya ke mulut Krisno, pembantuku
segera melahapnya dengan mencucup dan mengulum jari-jari lentik Vera yang banjir
cairannya sendiri amat lahap.
Dan saat kusangka itulah akhir Show nya, rupanya aku keliru.
Vera
mendudukkan Krisno, di tatapnya wajah pejantan yang saat ini sangat patuh dengannya lalu dia elus-elus rambutnya seolah tengah memujinya.
Krisno diam
saja dan tetap pasrah saja meski diperlakukan bak anjing begitu oleh ‘Tuannya’.
Vera tersenyum kemudian menggelitiki dan mencubit puting Krisno yang mungkin sekali lagi akan dia siksa.
Vera tersenyum kemudian menggelitiki dan mencubit puting Krisno yang mungkin sekali lagi akan dia siksa.
Tampaknya Vera dendam karena puting susunya yang panjang itu sering digigit-gigit, dihisap dan
dipelintir dengan kasar oleh cowok-cowok, karenanya dia jadi balas dendam dengan
Krisno sebagai korbannya.
Vera
mengambil sebuah alat, dipasangnya di puting Krisno, aku tak tahu alat apa
karena sudah kubilang alat-alat seks koleksi Krisno aneh-aneh dan tak pernah
kulihat.
Vera
memelintir alat mirip tabung itu agar merekat dan tergantung di putingnya, terlihat
setiap pelintiran membuat mas Kris meringis yang menandakan jika alat tersebut makin
kencang mematri putingnya.
Sambil
melakukannya Vera menatap dan tampak berbicara dengan Krisno yang selalu dia
jawab dengan anggukan apa yang Vera katakan itu.
Melihat Vera
yang mengencangkan benda tersebut seperti sedang memutar sekrup membuatku jadi ikut merasakan
sakitnya juga.
Vera menatap
Krisno dan mengelus wajahnya ketika dia sudah memasangnya di masing-masing puting Krisno.
Dalam tabung yang transparan itu kulihat puting pembantuku seperti tersedot dan jadi ketarik memanjang, mungkin cara kerjanya sama seperti Vacum Cleaner.
Dalam tabung yang transparan itu kulihat puting pembantuku seperti tersedot dan jadi ketarik memanjang, mungkin cara kerjanya sama seperti Vacum Cleaner.
Vera puas
sekali kelihatannya, apalagi melihat wajah Krisno yang meringis ketika dia
jentik-jentik tabung tersebut dengan sengaja.
Dan dia
kembali menidurkan mas Krisno rebah di kasur.
Vera membuka
kutang merah mudanya.
Darahku berdesir melihat toket putih Vera yang langsung bebas tanpa penutup.
Karena sejak awal belahan dada dan bulatan toketnya benar-benar mengganggu fokusku menonton adegan mereka saat itu.
Darahku berdesir melihat toket putih Vera yang langsung bebas tanpa penutup.
Karena sejak awal belahan dada dan bulatan toketnya benar-benar mengganggu fokusku menonton adegan mereka saat itu.
Dia merayap
ke arah wajah Krisno, mas Kris mendesis saat menyaksikan diatasnya Vera tengah
mengantarkan sendiri toket yang menjadi bahan coli sejuta orang tersebut ke mulutnya.
Krisno membuka
mulutnya lebar-lebar tak sabar mengulum puting susu pink panjang Vera yang
sangat membuatku gemas.
Namun Vera
tak menyerahkan aset paling berharganya itu begitu saja, dia mainkan lebih dulu guna membuat Krisno gregetan.
Tepat sekali, Krisno yang sudah tak sabar untuk menyusu pun berusaha meraih dada besar yang terus ditarik-ulur ke mulutnya hingga dia terlihat dongkol sendiri.
Tepat sekali, Krisno yang sudah tak sabar untuk menyusu pun berusaha meraih dada besar yang terus ditarik-ulur ke mulutnya hingga dia terlihat dongkol sendiri.
Aku masih
ingat betul bagaimana kumulai kocokanku ketika Vera memainkan toketnya di atas
wajah Krisno saat itu.
Mataku fokus
dan mempercepat kocokan melihat dua puting susu yang memang sudah membuatku
ngiler sekali sejak pertama kali melihatnya.
Dan
sepertinya itu juga yang tengah dirasakan Krisno, ia terlihat sudah amat
bernafsu untuk segera mencucupnya sementara sang pemilik masih
memain-mainkannya.
Kasihan
melihat pembantuku tersebut, Vera akhirnya menyerahkan dada putihnya lalu
membiarkan lelaki dewasa ini menikmati dan menjilati puting pinknya.
Vera
mendesah memejamkan matanya, dia terlihat menikmati jilatan Krisno yang mulai
membuat putingnya jadi tambah tegang dan mengkilat basah akibat ludah si lelaki
penuh nafsu dibawahnya.
Vera pernah
bilang jika titik sensitifnya ada di tengkuk, ketiak, pusar, sekitaran lubang
anus serta tentu saja puting susu dan klitorisnya.
Karenanya
setiap sentuhan, hembusan nafas apalagi jilatan di area itu pasti akan langsung
menaikkan libidonya.
Vera makin
membenamkan sama rata kedua toket bulatnya ke wajah Krisno yang sontak membuat lelaki
itu kelabakan melahapnya masuk dalam mulutnya.
Meski sudah rakus pun tapi dia tetap takkan benar-benar bisa meraup seutuhnya karena perbedaan ukuran antara mulut dan daging putih tersebut.
Meski sudah rakus pun tapi dia tetap takkan benar-benar bisa meraup seutuhnya karena perbedaan ukuran antara mulut dan daging putih tersebut.
Vera
mengarahkan putingnya lagi ke mulut Krisno, dia ingin lelaki ini fokus mengulum puting susunya ketimbang terus-terusan mencoba memasukkan seutuhnya
toket itu kedalam mulutnya yang jelas saja sia-sia.
Setelah
Krisno fokus di putingnya Vera kemudian turut melakukan hal yang sama, dia
lepas tabung yang tadi menyedot puting Krisno dan sekejap dia hisap sendiri
puting di dada Krisno yang bengkak akibat sedotan benda tadi.
" Ahh
sayang.. " desahku mengulangi kejadiannya saat kuingat Vera dan
Krisno sedang ber-69 saling kulum diputing masing-masing.
Aku iri
sekali melihat pembantuku sedang mendapatkan servis seperti itu dari Vera, yang
harusnya hanya dia berikan untukku.
Jelas jika aku harus kecewa karena mesti berbagi kenikmatan tersebut dengan orang lain.
Jelas jika aku harus kecewa karena mesti berbagi kenikmatan tersebut dengan orang lain.
Apalagi saat
Vera memindah-mindahkan toketnya dari kiri ke kanan ke mulut mas Kris dan
meminta pejantannya untuk menyapih puting panjang yang sudah tegang itu dengan
emutan kuat guna makin merangsang dirinya sendiri.
Kupejamkan
mataku dan makin kupercepat kocokan kontolku sambil mengkhayalkan jika akulah yang
sedang menghisap putingnya saat itu.
Pasti akan kugigit-gigit sampai membuat Vera meringis-ringis agar dia tahu betapa gemasnya aku dengan toket dan puting susunya.
Pasti akan kugigit-gigit sampai membuat Vera meringis-ringis agar dia tahu betapa gemasnya aku dengan toket dan puting susunya.
Dan tak lama
memikirkannya, ketika itu aku pun ejakulasi, andai bisa kudengar suara desahan Vera pasti
ejakulasiku akan lebih terasa nikmat!
Aku terduduk
sejenak bersandar di kursi, ketika kulihat ke monitor rupanya mereka sudah
berpindah dan tak ber-69 lagi.
Krisno sudah
menungging saja, dan si cewek berkulit putih sedang menjejalkan sesuatu ke
anusnya.
Aku tak tahu apa itu, aku tak begitu memperhatikannya karena fokus dengan klimaksku.
Aku tak tahu apa itu, aku tak begitu memperhatikannya karena fokus dengan klimaksku.
Vera terus
mendorong benda yang sedang dia pegang itu agar masuk makin dalam ke anus
Krisno sambil juga terus berbicara dengannya.
Karena tak
pernah menonton mereka melakukan ini sebelumnya aku jadi sama sekali tak tahu
proses-proses atau tahapan-tahapan yang mereka mainkan.
Setelah alat
seperti dildo tersebut mulai lancar
keluar-masuk di dubur mas Kris, Vera pun tersenyum.
Dia letakkan benda itu dan dia hampiri pembantu yang masih dalam posisi menungging sambil menunjukkan sebuah penis palsu padanya.
Dia letakkan benda itu dan dia hampiri pembantu yang masih dalam posisi menungging sambil menunjukkan sebuah penis palsu padanya.
Dadaku
berdebar melihat Vera sudah senyam-senyum membacoti mas Kris dengan kontol palsu ditangannya yang kadang dia tempel dan usap-usapkan ke wajah Krisno.
Bahkan
terkadang dia pukul-pukulkan ke pipi Krisno sambil tertawa-tawa menikmati ringisan sakit pejantannya.
Aku bergidik melihat Vera, dengan ekspresi polos di wajah cantik imutnya namun ternyata bisa juga semengerikan itu.
Aku bergidik melihat Vera, dengan ekspresi polos di wajah cantik imutnya namun ternyata bisa juga semengerikan itu.
Aku sudah
tahu arahnya setelah ini, karena di beberapa kesempatan aku pernah
menyaksikannya terekam dari kamera pengawasku dimana Vera menunggangi mas
Krisno dengan penis palsu.
Hanya saja
langsung kumatikan dan kulewati karena aku tak tertarik, namun untuk
benar-benar menyaksikannya secara utuh baru kali ini kulakukan karena itu aku
penasaran sekaligus berdebar-debar sekali saat menontonnya.
Vera
berdiri, dia menyuruh mas Kris duduk sementara dia berbalik badan memunggungi pembantuku sebentar memasang Strapon tadi di pinggangnya.
Mas Kris
menuruti Vera dan dia menatap saja bokong super montok berbalut celana dalam
pink yang kini tersaji di hadapannya.
Setelah
memasangnya, Vera pun berbalik badan lagi dan menghadapkan kontol palsunya yang
sudah melekat di pinggangnya ke mulut Krisno.
" HOLY
SHIT!!.. " racauku saat melihat Vera yang saat itu sudah ‘berkontol’.
Mas Krisno
langsung mengulum kontol palsu yang di arahkan si gadis cantik ke mulutnya begitu saja.
Terlihat
sekali Vera terus membacoti budak seksnya agar mendongak menatapnya ketika
mengulum, kadang Vera menjatuhkan ludahnya tepat di Strapon dildo nya guna membuatnya makin basah dan Juicy.
Jujur,
aku sangat kaget melihatnya, karena ini sama sekali tak umum dan tak bisa disaksikan setiap hari.
Krisno lahap
sekali menyepong 'kontol' Vera, dia tampak mencoba memasukkan dalam-dalam
benda itu ke mulutnya dan Vera terus memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak
rambut Krisno.
Bahkan Vera terlihat mendesah seolah penis tersebut benar-benar hidup dan memberikan sugesti ke Krisno jika dia pun menikmati hisapannya!
Bahkan Vera terlihat mendesah seolah penis tersebut benar-benar hidup dan memberikan sugesti ke Krisno jika dia pun menikmati hisapannya!
Sambil
mendorong-dorongkan kepala Krisno di selangkangannya, mulutnya tak lepas dari
ocehan-ocehan yang aku yakin jika itu adalah ocehan kotor yang merendahkan pejantannya.
Mataku tak
lepas dari setiap ekspresi yang gadisku buat, matanya sudah redup sekali
memandangi Krisno yang tengah mengulum kontolnya.
Kembali
menit berputar dengan cepat.
Vera membalik tubuh kekar mas Krisno, memposisikannya agar menungging.
Vera membalik tubuh kekar mas Krisno, memposisikannya agar menungging.
Dia tuangkan
minyak pelumas ke ‘kontolnya’ juga ke lubang dubur pembantuku, lalu Vera
mengambil posisi ke belakangnya dan bersiap melakukan ancang-ancang.
Semuanya terasa berjalan sangat menegangkan bagiku, Krisno menutup kepalanya ke ranjang
sementara si cewek berbuah dada besar dan berkontol itu meludahi senjatanya
sebagai sentuhan terakhir sebelum dia hujam.
Mas Krisno
menengadah dan membeliak, mulutnya membuka lebar tepat saat Vera mendorong
pinggangnya, aku sendiri ingin tahu seberapa keras dia meleguh ketika itu.
Vera
mendiamkan sejenak guna mengadaptasikan anus Krisno dengan benda yang baru saja
dia terobos masuk.
Sambil melakukannya Vera menjilati punggung lelaki yang tengah dia tunggangi dan bahkan juga menggigit gemas!
Sambil melakukannya Vera menjilati punggung lelaki yang tengah dia tunggangi dan bahkan juga menggigit gemas!
Lagi-lagi
mas Krisno mengerang merasakan sakit gigitan Vera di kulit punggungnya, hingga
barulah ‘sang gadis mulai menyetubuhi pejantannya’.
Tidak, tak
ada yang salah dari tulisanku.
Karena memang itu yang benar-benar terjadi, dan itu pulalah yang dulu kulihat ketika pertama kali menceritakannya ke kalian hingga sampai membuatku terduduk lemas di kursi komputerku.
Karena memang itu yang benar-benar terjadi, dan itu pulalah yang dulu kulihat ketika pertama kali menceritakannya ke kalian hingga sampai membuatku terduduk lemas di kursi komputerku.
Mereka
melakukannya sebagaimana orang yang tengah ML
sungguhan.
Vera berekspresi merem-melek, mendesah dan meleguh seperti benar-benar memaknai setiap ekspresinya, sementara Krisno mengerang-erang membiarkan diri disetubuhi oleh si gadis cantik.
Vera berekspresi merem-melek, mendesah dan meleguh seperti benar-benar memaknai setiap ekspresinya, sementara Krisno mengerang-erang membiarkan diri disetubuhi oleh si gadis cantik.
Tak hanya Doggystyle, Vera bahkan membalik tubuh
mas Krisno dengan kepala dibawah dan dia cabuli pejantannya dengan gaya Piledriver seperti yang sering kulakukan
padanya.
Aku sudah
kehabisan kata-kata dengan mereka berdua, apalagi Vera yang terlihat luwes
sekali membolak-balik tubuh Krisno mempraktekkan segala gaya yang ada
dikepalanya.
Yang
paling menyita perhatianku adalah ketika Krisno dipakai oleh Vera dengan gaya Missionary, dimana Vera berada diatas dan
pembantuku ada dibawahnya.
Yang
kuperhatikan adalah ekspresi Vera, bagaimana dia terlihat begitu menikmati
erangan-erangan dan desahan Krisno yang tengah dia setubuhi semaunya.
Gadis yang
selalu memanggilku sayang itu terus memandangi mas Krisno, pandangannya sama
seperti Vera yang biasa, pandangan sendu yang paling kusukai darinya.
Sebuah mata
redup yang menunjukkan kepasrahan, kesayuan yang biasanya dia tunjukkan jika
sedang birahi bahkan tetap muncul dalam dominasinya terhadap budak seksnya itu.
Tatapan dan
payudara bulatnya yang berguncang dalam keadaan tersebut pasti menjadi dorongan lebih
bagi Krisno dalam mencapai ejakulasinya.
Vera kembali
merapalkan kata-kata mesum untuk membantu Krisno segera sampai ditujuannya.
Aku sama
sekali tak peduli dengan mas Krisno, yang menjadi fokusku adalah Vera, gadis
polosku yang begitu mudahnya di hasut kesana-kemari oleh orang, yang selalu
menyita pikiranku di siang dan malam.
Tak lepas
pandanganku ke wajah cantiknya yang sudah merah padam dengan mata sayupnya
tengah mempercepat genjotannya dan makin membuat mas Krisno meracau-racau
sambil meringis tampak akan segera ejakulasi.
Aku larut dalam pandangan dan keheningan.
Siapapun pasti akan tertipu dengan wajah sehari-hari Vera yang selalu tersenyum ramah dan supel itu.
Siapapun pasti akan tertipu dengan wajah sehari-hari Vera yang selalu tersenyum ramah dan supel itu.
Dulu waktu pertama kali melihat dan langsung mengagumi Vera, aku sempat berpikir jika dia adalah gadis yang pemalu.
Tapi siapa
sangka, dibalik wajah imut dan tak berdosanya itu ternyata cewek ini sangat
ganas sekali ketika di atas ranjang.
Terlebih
ketika memainkan peran mendominasi seperti ini, yang entah ekspresi nikmat di wajahnya
yang kulihat benar-benar sebuah kenikmatan dan kepuasan yang sungguh
dia rasakan atau hanya gimik demi memuaskan pasangan seksnya saja, aku tak
tahu.
Dan kupikir
aku takkan pernah mengetahuinya, rupanya jawabannya langsung kudapatkan saat
itu juga!
Tak lama
mereka berdua saling balas-membalas desahan, Vera mengerang dan terlihat dari
celana dalamnya rembes kucuran air yang langsung membasahi paha Krisno.
Aku terdiam
seribu bahasa, sudah jelas pertanyaan tadi dan mengakhiri semua perdebatan di dalam diriku.
Vera benar-benar menikmatinya!
Vera benar-benar menikmatinya!
Menyusul pula kemudian mas Krisno dengan ejakulasi yang muncrat-muncrat bahkan mengenai
dadanya sendiri, dan itu benar-benar ejakulasi sperma tak seperti sebelumnya.
Mereka
berdua sama-sama mendapat klimaks mereka tanpa saling menyentuhkan kelamin sama
sekali!
Aku langsung
berpikir apa betul sehebat itu manusia bisa merekayasa sebuah sensasi?
Hingga dengan ajaibnya seolah memejamkan mata kemudian berkhayal maka dia bisa mewujudkan apapun yang ada di kepalanya.
Hingga dengan ajaibnya seolah memejamkan mata kemudian berkhayal maka dia bisa mewujudkan apapun yang ada di kepalanya.
Vera
mengumpulkan dan mengoleskan air mani Krisno ke ‘kontolnya’ lalu segera dia
sodorkan ke mulut sang pejantan.
Krisno
mengulum dan melahap kontol palsu yang sudah penuh dengan spermanya sendiri,
Vera menatap dengan senyum wajah kedelai bodoh yang sangat patuh itu dengannya.
Apalagi
ketika dia suruh Krisno telan sambil berkumur-kumur dengan pejunya yang
langsung patuh dilakukan Krisno bahkan tak peduli jika yang dia telan adalah
air maninya sendiri.
Dan Vera
kembali tersenyum puas, senyum tipis tercetak di wajah cantiknya sambil mengelus-elus rambut si lelaki pemuas nafsunya tersebut.
..............................
..............................
" Aduh.. " ujarku tak sadar kepalaku terbentur pintu kamar mandi karena begitu serius mengingat tontonan di waktu itu.
Kuambil
handuk dan mulai mengeringkan tubuh.
Tak terasa
badanku jadi segar lagi dan gerahku jadi
hilang selepas mandi begini.
Segera
setelah berpakaian aku baringkan tubuhku di sebelah Vera yang sudah tidur lelap
lebih dulu, dia kelihatan lelah sekali, entah sedang tak enakan badan atau apa
yang jelas sore ini dia memilih beristirahat padahal sebenarnya aku ingin
mengajaknya jalan-jalan sore dan makan malam di luar.
Tapi ya
sudahlah, karena aku juga ada janji untuk pergi ke tempat temanku mengambil
laptopku yang baru selesai di reparasi, maka segera kuambil kunci
mobil dan pergi lagi.
..............................
Hujan deras
mengguyur ketika aku di jalan pulang, bahkan pandanganku terbatas sekali meski Wiper kaca mobil sudah kuset di
kecepatan tertingginya.
Untungnya aku tiba dengan selamat meski jam sudah setengah 9 malam saja saat
ini.
Kulihat
diruang tamu TV menyala tanpa ada
yang menonton, maka kubergegas naik ke atas dengan pakaian basah kuyup.
Dikamar
Verani tak ada.
Entah dia sedang ada dimana padahal Handphone nya ada di atas kasur karena Vera biasanya tak pernah jauh dari ponselnya.
Entah dia sedang ada dimana padahal Handphone nya ada di atas kasur karena Vera biasanya tak pernah jauh dari ponselnya.
Kuganti
pakaian dan kukeringkan rambutku dengan handuk lalu beranjak ke kasur, segala
lelah aktifitas hari ini langsung terkumpul ketika aku menselonjorkan diri
begini.
Setengah jam
kemudian aku terbangun mendengar HP
ku berdering, rupanya temanku tadi yang menelpon menanyakan apakah aku telah
sampai dirumah.
Ya memang hujan besar diluar pasti akan menghambat pengendara yang sedang ada di jalanan sekarang, baik pengguna motor ataupun mobil sekalipun.
Bahkan deru suaranya terdengar makin keras ke dalam rumah seperti berada di balik terjun saja saking derasnya.
Aku pun turun untuk mengambil air hangat karena pemanas dispenser galon dikamarku sedang rusak.
Bahkan deru suaranya terdengar makin keras ke dalam rumah seperti berada di balik terjun saja saking derasnya.
Aku pun turun untuk mengambil air hangat karena pemanas dispenser galon dikamarku sedang rusak.
Setibanya di
dapur kuisi gelasku dengan air hangat, dan saat menunggu gelasku penuh
terisi, samar-samar pendengaranku menangkap suara sayup-sayup di ruang Minibar di sebelah tembok dapurku.
Aku berjalan
mendekati arah suaranya, aku tak tahu suara apa karena suaranya tak begitu jelas tertutup deras suara
hujan diluar sana.
Begitu kudekati, tepat di
samping tangga kulihat Vera tengah bersetubuh dengan mas Yanto sambil berdiri
dan berpegangan di meja Minibar!
Mereka melihatku,
baik Vera dan mas Yanto.
Vera yang tengah mendesah sontak terdiam begitu pun mas Yanto yang sedang menjambak rambut panjang Vera seketika menghentikan genjotannya melihatku kini berdiri tepat di depan mereka.
Vera yang tengah mendesah sontak terdiam begitu pun mas Yanto yang sedang menjambak rambut panjang Vera seketika menghentikan genjotannya melihatku kini berdiri tepat di depan mereka.
Aku langsung
menunduk, memutarkan badan kemudian berlalu lagi ke balik tembok, kuambil gelasku yang sudah lumer kepenuhan dan
segera naik ke kamar.
"
HAHH!!!.. " kubuang tarikan nafas dalamku begitu tiba di dalam kamar.
Seperti yang kubilang ini sudah
biasa terjadi, bahkan dalam beberapa waktu kebelakang entah sudah berapa kali aku berpapasan dengan mereka yang tengah begituan.
Dan
lama-lama makin pedih juga, apalagi aku merasa jadi tak punya muka lagi menghadapi dua pembantuku itu.
Aku sungguh
tak tahu harus berbuat apa dalam situasi ini.
10 menit
kemudian Vera masuk, dia melirikku yang tengah duduk di atas kasur kemudian
menuju ke kamar mandi pasti mau membasuh memeknya yang sudah dipejui Yanto itu.
Jika sudah begini dia pasti tak akan berani manja-manja seperti biasa denganku dan
hanya diam saja karena dia tahu dia salah.
Aku
sebenarnya ingin segera tidur dan menjadikannya angin lalu saja namun saat ini aku merasa aku perlu menunjukkan
ketegasanku sebagai seorang laki-laki.
"
Udahlah Ver.. " kataku saat dia akan menarik selimut dan ingin langsung tidur.
Dia terduduk
di atas kasur memandangiku dalam diamnya.
" Udahlah kayak gitu terus, kontrol dikitlah
diri kamu.. " ujarku serius.
Kupandangi
dia yang kini tak berani menatapku dan kutunggu jawabannya.
" iyaa
gak lagi.. " jawabnya pelan dengan tertunduk.
" Kamu
tuh kayak gitu terus, besok-besok kamu ulangin lagi.. "
" Kamu
kira aku diem-diem gini gak makan hati Ver liat kamu di tidurin orang??.. "
" Me..
Mereka maksa yang.. " dia mencoba berkilah dan menatapku memasang muka
manjanya itu.
" Basi
Ver, alesan kamu itu terus.. "
" Udah
dong.. "
"
Cukuplah kayak gini terus, lagian aku juga tau kalo kamu mau-mau aja ngelayanin Akbar
sama temen-temennya di rumah belakang.. " ungkapku yang langsung membuatnya kaget.
Dia kaget
dan mungkin bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu yang tentu saja tanpa dia sadari jika semua
kegiatannya akan terpantau dari kamera CCTV rumahku.
Ya, sejak
kejadian itu Akbar jadi bolak-balik kerumahku karena sudah terlanjur kecanduan
dengan seks yang Vera ajarkan sendiri di kejadian Lightroom dulu.
Bahkan Akbar
sengaja mengajak teman-temannya untuk menontoni dia mengentoti Vera
memamerkannya di depan mereka dan itu semua mereka lakukan baik di rumah belakang ataupun di ruang tamu rumahku ini.
Aku sungguh
geleng-geleng kepala, Vera bahkan ketawa-ketawa melihat muncratan air mani bocah-bocah
yang coli menontoninya disetubuhi Akbar.
Vera
tertunduk, wajahnya jadi terlihat bersalah sekali denganku tapi memang
seperti inilah dia, besok seperginya aku keluar rumah aku tahu dia pasti akan
kambuh lagi dengan dua pembantuku atau bahkan kembali melayani Akbar dan
kawan-kawannya.
" Aku
capek gini terus Ver, aku mikirin kamu terus kemana-mana dan gak pernah
tenang.. " lanjutku.
" Coba
gimana ntar kalau aku pulang-pulang bawa cewek terus aku entotin di depan
kamu.. Biar kamu tau gimana rasanya.. "
Vera langsung
melihatku dan menggeleng kuat.
"
Engga.. Aku gak mau! Aku sayang kamu nda.. " seketika dia memelukku kencang.
" Aku
lebih sayang lagi sama kamu Ver makanya aku gini tau gak?!.. " tegasku
padanya.
Dia memelukku
erat sekali dan terus menggeleng-geleng takut.
Kulepas pelukannya
karena aku ingin serius dulu dengannya.
" Peluk
mereka berdua atau Akbar aja Ver.. "
Kembali
kupandangi dia yang lagi-lagi tertunduk namun kali ini matanya berkaca-kaca tampak
ingin menangis kumarahi begini.
Kemudian dengan wajah merengut dia membanting diri ke kasur, merogoh selimut dan masuk ke dalamnya, lalu masalah pun selesai.
Ya beginilah Logic nya.
Itulah
kenapa aku jadi serba salah, kudiamkan makan hati dan kunasehati dia malah balik
merajuk padaku.
Kumatikan
lampu lalu aku ikut masuk ke selimut menutup diri dari dinginnya AC dan suhu dari luar yang tengah
diguyur hujan lebat saat ini.
Kami tidur
saling membelakangi, aku memang memejamkan mata tapi aku masih memikirkannya.
Aku benar-benar ingin Vera membatasi diri apalagi meladeni Akbar yang setiap hari datang bak
preman meminta jatah pada Vera, itu yang membuatku kesal bahkan melebihi kekesalanku jika mendapati dia melakukannya dengan dua pembantuku.
..............................
Awalnya
kukira setelah sekembalinya aku dari liburan, semuanya akan kembali
terkontrol.
Memang
benar, para tukang tak pernah lagi menyentuh Vera, mereka hanya sekedar menggoda-goda
seperti biasa hingga pekerjaan mereka selesai.
Namun setelahnya malah Akbar yang jadi sering datang, awalnya dia masuk melalui gerbang di rumah belakang dan menemui Krisno.
Namun setelahnya malah Akbar yang jadi sering datang, awalnya dia masuk melalui gerbang di rumah belakang dan menemui Krisno.
Krisno yang
memang sangat iseng dengan bocah ini menyampaikannya ke Vera, dan si Vera malah balik
menyamperi Akbar kerumah belakang.
Dan kejadian
itu terjadi lagi bahkan terus berlanjut sampai sekarang, Vera mau saja dicabuli
anak kecil.
Melihat Vera
memanjakannya, Akbar tambah menjadi-jadi, dia jadi sering bolos sekolah dan
hapal jam-jam aku keluar rumah untuk menagih candunya ke Vera.
Vera dengan
senang hati melayaninya, dan yang paling membuatku kesal Akbar mengajak
teman-temannya itu masuk kerumahku seenaknya.
Bahkan di sebuah kejadian Vera nyaris terlambat datang ke pendaftaran Fashion School yang akan dia ikuti.
Saat itu aku
sedang tak ada dirumah karena aku juga harus mengikuti ujian masuk perguruan tinggi,
maklum kejadiannya tepat di musim kelulusan.
Karena berbeda
tujuan kami pun pergi sendiri-sendiri dengan aku yang berangkat lebih awal
untuk menghindari macet di jalanan karena tempat tujuanku lebih jauh.
Kalau tidak
salah ingat, baru saat Vera mengambil kunci mobil dan akan berangkat juga
tiba-tiba Akbar berserta kawan-kawannya datang.
Vera yang
sudah biasa meladeni mereka tertawa-tawa sambil menjelaskan ke mereka bahwa dia
harus berangkat.
Namun mereka
tak mau, mereka yang sudah terlanjur bolos sekolah tentu tak ingin bolos mereka
sia-sia.
" Ayo
dong kak, masturbasi sekali aja.. " kata seorang temannya.
Kejadiannya
terjadi di ruang tamuku, jadi ketika aku menonton rekamannya aku bisa mendengar
jelas suara mereka yang merengek-rengek ke Vera.
" Jangaan...
Kakak mau pergi keluar.. " kata Vera yang dipeluk Akbar dari belakang.
" Kalo
gitu kita-kita gak akan pergi pokoknya!!.. " mereka kekeh minta Vera
menuruti mau mereka.
Vera yang
entah harus kusebut sebagai sebuah ‘keramahan’ akhirnya mengalah menuruti
keinginan mereka.
" Dasar
kalian anak-anak nakal! Tapi abis ini udah ya.. " cakapnya Vera.
Kemudian dia dilepaskan oleh Akbar yang terus memeluk ‘kakaknya’ ini sedari tadi dan meremas dadanya dari balik Blazer yang Vera kenakan.
Kemudian dia dilepaskan oleh Akbar yang terus memeluk ‘kakaknya’ ini sedari tadi dan meremas dadanya dari balik Blazer yang Vera kenakan.
Vera duduk
di atas sofa, kemudian para bocah-bocah yang memakai seragam sekolahnya itu
segera duduk dilantai menghadap Vera yang mulai mengambil ancang-ancang.
Dengan wajah
Bitchy menggodanya dia jilat dan
kulum-kulum jarinya sambil memandangi kelima anak-anak SMP yang tengah merogoh
kelamin mereka masing-masing dari balik celana biru mereka.
Kemudian
Vera mulai meremas-remas buah dadanya yang sangat digila-gilai mereka sejak saat
pertama kali dipamerkan oleh Akbar.
Vera
meremasnya penuh penghayatan dan dia sama sekali tak terlihat sedang terburu-buru, malah
dia yang tampak ingin memberikan ke mereka sebuah aksi yang memukau tak perduli jika
mereka hanyalah gerombolan bocah tengik.
Vera memang tak pernah setengah-setengah jika sudah menyangkut urusan goda-menggoda.
Vera memang tak pernah setengah-setengah jika sudah menyangkut urusan goda-menggoda.
Anak-anak
itu terdiam dan melongo melihat seorang wanita dewasa kini sedang meremas-remas
dadanya sendiri dihadapan mereka meski tubuh tersebut masih terbungkus pakaian
hitam-putih formal.
" Ayo
kak buka toket gede kamu.. " pinta Akbar.
Vera
tersenyum tipis, dia mengesampingkan tubuhnya lalu dengan gestur erotis dia pun
membuka kancing kemeja putihnya dari posisi tersebut, kemudian dilepasnya BH yang dia kenakan dan dilemparnya ke
anak-anak itu yang langsung rebutan mengambilnya.
Dia
benar-benar sengaja membuat mereka penasaran.
" Wah
kak!! Ngadep siniii... "
" Iyaa
kak, pengen liat susu putih kakak... " mereka makin tak sabar segera
melihat dada Vera yang masih terlihat dari samping saja.
Vera masih
belum mau menunjukkannya ke mereka, dia menunggu momen yang tepat untuk
melihatkannya.
Hingga saat
anak-anak itu makin gusar barulah dia memutarkan tubuhnya dan memamerkan dada
besar yang selalu membuat lelaki manapun hilang akal jika membayangkannya.
Ketika
menontonnya aku pun mengumpat karena teringat jelas olehku bagaimana ekspresi wajah
Innocent dengan senyum manis tak
bersalahnya itu ketika memperlihatkan toketnya pada mereka.
Mereka makin
terdiam, bahkan mereka mulai melorotkan celana sekolah mereka masing-masing dan
mulai coli di depan Vera!
Lagi-lagi
Verani Julie tersenyum tipis, dia memang sangat suka membuat orang penasaran
dan dia akan tersenyum menang jika sudah begitu, karena berhasil memenuhi
hasrat eksibisonisnya.
Vera
langsung tancap gas, dia tahu jika anak kecil tak bisa diberikan tontonan yang
lama karena baru sebentar saja mereka sudah ejakulasi.
Berbeda dengan pria dewasa sepertiku dimana dia bisa meliuk-liukkan tubuh seksinya dan bahkan menari telanjang merangsangku sesuka hatinya tanpa perlu kuatir.
Berbeda dengan pria dewasa sepertiku dimana dia bisa meliuk-liukkan tubuh seksinya dan bahkan menari telanjang merangsangku sesuka hatinya tanpa perlu kuatir.
Vera menaruh
kaki jenjang yang tengah dia balut dengan
Stocking serta paduan sepatu kantoran berhak tingginya ke meja.
Dia
kangkangkan kakinya hingga celana dalamnya terpampang jelas dihadapan mereka
yang menonton dibawah.
" Kak
buka celana dalamnya!!!.. " pinta mereka mulai ribut menyuruh Vera buka
celana.
" Dasar
bocil!.. " umpatku saat itu.
Mereka sama
sekali belum mengerti soal seni dan estetika yang lebih mengedepankan proses ketimbang
hasil akhir.
Apalagi
dalam sensualitas seperti ini Foreplay
adalah bagian paling penting bagi lelaki dewasa dalam menentukan arah permainan.
"
Buka.. Buka.. Buka.. " hanya itu saja yang mereka tahu.
Vera yang
baru tampak ingin menikmati masturbasinya jadi mengeluh dalam hati dan tak
nyaman menghayati aksinya karena terus di desak-desak oleh mereka.
Dia pun
dengan buka bete lantas menurunkan Stocking
dan celana dalamnya mengalah lagi.
" Salah sendiri.. Ngeladenin bocah sih.. "
kataku mengamati wajah kesal Vera yang tengah membuka bawahannya.
Mereka
terdiam melihat paha putih Vera yang mulus tersaji, kemudian diikuti belahan
memek merah tebalnya yang juga menyembul ketika dia turunkan celana dalamnya.
Mereka
meneguk ludah menyaksikan Vera sudah melepas semua dalamannya, suasana jadi
sunyi lagi hanya terdengar suara kocokan tangan mereka mengocoki penis kecil
mereka sendiri-sendiri.
Vera kembali
mengangkat kakinya ke meja tadi dan mulai menyelipkan jari ke memeknya sendiri.
Dia jilat dan emut lebih dulu jari tangannya yang entah sebagai aksi teaterikal atau memang berniat membasahinya.
Dia jilat dan emut lebih dulu jari tangannya yang entah sebagai aksi teaterikal atau memang berniat membasahinya.
Aku terbius
dengan wajah Vera yang seketika berubah jadi sange, matanya yang jadi redup itu
selalu menjadi pemberitahuan dan penanda untukku jika dia sudah birahi.
Pagi itu
kalau tidak salah aku dan Vera belum ngeseks, aku saja bangunnya telat hingga langsung membuatku meloncat ke kamar mandi karena tesku dimulai jam 7, sedangkan Vera jam
9.
Dia ngajak
untuk main sebentar namun karena aku benar-benar keteteran apalagi tempat
ujianku jauh jadi aku harus bergegas saat itu juga, dia sih enak punya Spare waktu yang lebih banyak makanya
dia bisa sedikit bersantai.
"
Ahh!!!.. " desahnya memejamkan mata berusaha menaikkan lagi libidonya.
Anak-anak
tadi yang terus nyerocos sibuk minta buka kini terdiam membisu setelah Vera
benar-benar telah buka semua bagian tubuh yang ingin mereka lihat.
Vera melirik
ke mereka yang sudah terlihat amat serius tak berkedip memandanginya bak
seorang ratu dihadapan mereka.
"
Jangan keluar dulu, siapa yang muncrat duluan besok-besok gak boleh maen kesini
lagi.. " kata Vera tak ingin mereka ejakulasi di tengah Show.
"
SHHHH!! AHHH!!... " Vera menengadah ketika dia mulai masukkan jari
lentiknya ke memeknya yang sudah basah itu.
Matanya
terpejam, dia tengah mendaki puncak kenikmatannya sendiri sambil di tontoni
oleh Akbar dan 4 temannya yang menatap fokus setiap ekpresi di wajah cantik
Vera.
Entah apa
yang ada di kepala mereka saat itu, aku saja ketika SMP mengintipi cewek mandi langsung terbayang di siang dan malam, apalagi mereka yang di usia 13 tahun
disuruh menonton wanita dewasa bermasturbasi tepat di depan mata mereka.
Bahkan yang
cowok dewasa saja belum tentu kuat.
" Kakk
remes nenennya kakak!!.. " pinta salah seorang mereka.
Vera
melakukannya, dia remas toket gedenya dalam keadaan mengangkang di kursi juga terus
menggelitiki memeknya yang mulai terdengar bunyi kecipak basah itu.
"
Ahhh!! Kalian suka liat cewek coli?.. " racau Vera melirik mereka satu-persatu.
" Ii..iiya
kak.. Aku juga pengen ngentotin kakak, masukin kontol aku ke memek bule kakak.. "
balas seorang teman Akbar mempercepat kocokannya.
" Heh..
Ngomongnya jorok, ga boleh! Kalian masih kecil.. "
" Belum boleh, nanti kalo dah gede baru boleh.. " kata Vera sambil ketawa.
" Belum boleh, nanti kalo dah gede baru boleh.. " kata Vera sambil ketawa.
" Boleh apa? Boleh ngentotin kakak?.. "
" Emang kakak mau nungguin aku sampe aku gede?.. " tanya mereka dengan polosnya.
" Emang kakak mau nungguin aku sampe aku gede?.. " tanya mereka dengan polosnya.
" Tapi si Akbar kok boleh ngentotin kakak? Kan aku seumuran sama dia.. Kita kan juga mau kak.. " sambar
yang berada di sebelah Akbar rupanya iri.
Ya memang
Akbar mengajak mereka hanya sebagai penonton saja, karena itulah kubilang si bocah ini gila pamer di hadapan teman-temannya.
Tapi entah Akbar atau Vera yang melarang sendiri mereka aku tak tahu.
Tapi entah Akbar atau Vera yang melarang sendiri mereka aku tak tahu.
Yang jelas
paling jauh kulihat Vera hanya menyepong kontol kecil mereka dan membiarkan mereka
ejakulasi di bagian tubuhnya saja.
" Akbar
itu nakal.. Kalian mau jadi anak nakal emang?.. " jawab gadisku masih saja
menggoda mereka.
" Mauu
kak!! Asal bisa ngentotin kakak aku mau kok jadi anak nakal!!.. " mereka makin membuat Vera menahan tawa dengan
respon lucu mereka itu.
Vera kembali
memejamkan mata, dia mempercepat kocokannya sambil memainkan lidahnya menggoda.
" Desah
dong kak... Sambil ngomong kotor kayak biasa.. " Request mereka lagi melihat Vera yang semakin tambah Hot!
"
Ahh!!!.. Kalian mau kakak ngomong apa?.. " pancing Vera meladeni mereka.
"
Sambil ceritain gimana kakak ngentot sama suami kakak yang ganteng itu.. "
mereka rupanya menganggapku adalah suami Vera.
" Ayo
dong kaak!!.. "
" Kata
Akbar kakak bisa disodomi ya?.. "
" Kakak
cewe bispak! Akbar bilang kakak pernah minta diperkosa sama 15 tukang-tukang, terus minta dihamilin.. "
Vera dihujani pertanyaan mereka yang makin jadi tambah gila saja, namun Vera malah memejamkan matanya dan meleguh liar.
Dia tampak menikmati racauan mereka yang mengetahui soal itu dari mulut ember Akbar seperti yang sudah kuduga sebelumnya.
Vera dihujani pertanyaan mereka yang makin jadi tambah gila saja, namun Vera malah memejamkan matanya dan meleguh liar.
Dia tampak menikmati racauan mereka yang mengetahui soal itu dari mulut ember Akbar seperti yang sudah kuduga sebelumnya.
"
AHH... Iya kakak emang cewe bispak.. Nih memek bispaknya kakak.. " Vera
menjadi-jadi dan dia membuka memeknya lebar-lebar lalu mempertontonkannya ke
mereka.
" Ughh
kaak Veraa!!.. " leguh Akbar tak tahan melihat Vera.
"
Berapa banyak cowo yang pernah make kamu emang kak?.. " kali ini Akbar
sendiri yang bertanya, dia tampak penasaran.
Aku pun penasaran, karena aku juga ingin tahu sebenarnya sebelum denganku sudah
berapa orang laki-laki yang pernah menikmati tubuh seksinya itu.
" Gak
sopan Akbar, kok nanyanya sama kakak gitu sih?.. " kata Vera.
" Ayo
dong kak, aku penasaran.. " rajuk Akbar manja.
"
Hmmm... Berapa yaa? Tebak coba.. " goda Vera genit.
" 5
orang.. " jawab seseorang.
" 5?
Hahaha.. " Vera tertawa.
" Bego
lu! Ama gua aja waktu itu kak Vera di entotin lebih dari segitu.. " Akbar
meledek temannya yang mencoba menebak duluan.
" Kalo
gitu 23 cowok!!.. " sambung yang lain mencoba peruntungannya.
" 23?
Dikit amat... Hihihi.. " Vera lagi-lagi kembali tertawa.
" 30.. "
" 35..
"
"
Lebih.. " jawab Vera.
" 57.. "
" 42.. "
Mereka pun terus
menebak-nebak asal-asalan sementara aku diam di depan monitorku saat itu, mungkin Vera
hanya bercanda saja dan sedang bermain-main dengan bocah-bocah tersebut tapi
rasanya badanku panas-dingin mendengar candaannya.
Vera
mempercepat kocokan masturbasinya selagi mereka menebak-nebak, dia menggigit
bibirnya sendiri dimana para bocah itu kembali diam melihat Vera melengkungkan
tubuhnya.
" Ahh!!
Kakak mau keluar!!.. " erang Vera.
" Ayo
kak keluarin abis itu keluarin yang kita juga.. "
Vera tak
menjawab, dia fokus memejamkan mata dan mulai menggeliat bahkan badannya sampai
keluar dari sofa.
"
AHHHH... KAKAK KELUAR SAYANGG!!.. " teriak Vera keras kemudian
muncrat-muncrat cairan orgasmenya tepat ke lantai di hadapan mereka.
Mereka
terdiam, kocokan mereka makin dipercepat melihat Vera yang langsung ambruk
terjatuh dari sofa dengan nafas berat dan tersengal-sengal.
"
Hahh..Hahhh.. Hahh.. " dengus nafas Vera kehilangan tenaganya sejenak.
Dan beberapa
lama setelah mampu berdiri, Vera pun bangkit, lalu merapikan lagi pakaiannya
kemudian memasang kembali BH juga celana
dalamnya.
" Udah
sana pergi, kakak mau berangkat sekarang.. " ujarnya yang malah melihat
mereka diam menatapnya dari ujung kaki ke ujung rambut.
Akbar tegak,
dia samperi Vera dan segera dia remas-remas toket Vera yang sudah dikancingkan itu.
"
Akbarr!! AHH!!.. Jangan bar kakak mau per.. pergi.. " Vera berusaha
menjauhkan Akbar yang berusaha membuka kancing kemeja putihnya lagi.
Mereka yang
melihat Akbar tengah membuka Blazer Vera
ikut membantu temannya tersebut, berlima mereka rebahkan Vera ke karpet lalu
mereka buka Blazer hitam Vera disusul
kancing kemeja dan kembali melepaskan BH
nya.
Saat itu aku
awalnya marah karena mereka sangat memaksa gadisku, namun saat kulihat ekspresi
Vera kemarahanku pun seketika pula surut.
Meski
menjerit-jerit dan minta dilepaskan tapi dia terlihat begitu pasrahnya, bahkan
dia ketawa-tawa melihat gelagat lucu mereka yang seperti tengah minta di
edukasikan seks lagi secara langsung oleh dirinya sendiri.
Aku pun
hanya bisa menarik nafas dan masa bodoh saja, toh dia sendiri yang sudah kadung
memancing-mancing anak-anak itu, ya tanggung sendiri resikonya.
Bukan aku
tak peduli dengannya, tapi hal ini sudah amat sering terjadi meski sudah sering
kuingatkan, dan ketika kuingatkan Vera akan mengangguk menurut namun tetap saja begini
kejadiannya.
Akbar
menyingkap rambut panjang Vera agar tak mengganggu pandangannya lalu dengan
bernafsu dia remas-remas segera setelah dada besar gadis itu terbuka.
Pun
teman-temannya terpukau setelah melihat toket putih Vera yang kini lebih
terbuka bebas dari yang tadi dan mereka pun berebut turut meremasnya.
"
Lepasin kakakkk bar.. Tega kalian mau perkosa kakak.. " teriaknya sama
sekali tak menunjukkan gelagat Defensif.
" Diem
kak!.. Kakak yang tega mau pergi gitu aja mentang-mentang dah puas.. Kita
belum.. " rundung Akbar sambil terus berlomba-lomba merabai payudara bundar Vera
bersama teman-temannya.
" Nakal
kalian, kenapa kalian ikut-ikutan nakal kayak Akbar?.. Ahh!!.. " desahnya
saat ada yang mencengkram dadanya dengan kuat.
" Ah
gila kak besar banget susumu... Gak ada kendor-kendornya!.. "
" Tiap
malem aku jadi mimpi basah terus sejak ngeliat dada kakak ini!.. "
" Enak
banget suami kakak bisa ngeremesnya terus.. " mereka benar-benar masih
berpikiran jika Vera sudah menikah denganku rupanya.
Dan silih
berganti pula mereka memuja-muji serta mengomentari montok tubuh Vera yang memang
sangat jempolan itu.
" Iya
makanya kalian lepasin kakak... Nanti suami kakak marah loh... " katanya
dengan wajah sendunya.
" Emang
suami kakak marah kalo liat kakak diremes-remes orang gini?.. " tanya
seseorang di dekat Akbar.
Vera diam,
dia tampak berpikir sejenak baru kemudian menjawabnya.
" Iya
marahlah! Suami kakak tuh sayang banget sama kakak tauk.. "
Kali ini
balik aku yang terdiam, entah kenapa ungkapannya begitu kena kepadaku saat itu.
" Tapi
kakaknya sendiri gatel gitu, gimana mau marah coba suaminya.. Hihihi.. " ada celetukan mereka mewakilkan jawabanku.
Akbar
memelorotkan celana dalam Vera, Vera sempat berontak namun tetap berakhir
pasrah.
"
Akbarr!! Pokoknya kakak ga mau di ML in.. Inget ya.. Ahh.. Kakak mes.. mesti
pergi.. " Vera terlihat serius kupikir akalnya sudah terbang.
Mereka mulai
gantian mengusap-usap memeknya yang juga telah bebas terpampang.
" Yah
ayo dong kak, temen-temenku juga pengen jajal kakak kayak kita waktu itu..
" katanya membahas-bahas kejadian yang lalu.
"
Engga! Jangan sekarang.. Ahh..... " jawab Vera.
" Jadi
kapan dong kak? Di janjiin terus dari dulu.. " cakap yang di depan Vera.
Jadi
teman-teman Akbar memang tak pernah memakai Vera dan selama ini hanya dijadikan
penonton saja.
Vera tak
menjawab dia mendesah, seketika wajahnya jadi merah merasakan libidonya naik lagi
terus digerayangi dan bahkan memeknya sudah habis di emek-emek mereka.
Mereka
sesaat terdiam, Akbar menenggelamkan wajahnya di dada Vera dan menyapih
putingnya, sementara temannya ada yang langsung melahap memek Vera yang sedang terkangkang tanpa pertahanan.
"
AHHH!!! BAARR.. " desah Vera keras karena dua titik rangsangannya sedang
diserang.
" Iya
kak desah terus, kakak cantik banget kalo desah gitu... " Akbar nyeletuk
sambil mengemut puting Vera mengomentari wajahnya yang tengah mendesah-desah
keenakan.
Mungkin aku
sedikit berlebihan pada Vera jika mengatakan ini, tapi wajah sangenya itu
memang benar-benar memancing orang untuk memperkosanya, apalagi jika melihat mata dan desahan lembutnya yang sungguh membuat lelaki manapun takkan kuat.
" Ah gue
gak tahan!! Kulum kak!!.. " yang berada persis di sebelah Vera langsung
mengarahkan penis kecilnya ke mulut Vera.
Vera kembali
melakukan aksi teaterikal, dia menggeleng sayu sambil menatap ke anak tadi.
" Ayo
kak hisep aja.. Kalo engga kakak gak pergi-pergi loh nanti.. " bisik Akbar
yang sudah tak lagi menyusu di dada Vera dan bergantian dengan temannya.
" Kamu
mau pejuin muka kakak?.. " tanya Vera menatap ke anak kecil yang masih
menyodorkan burungnya ke mulut Vera.
" Ahh..
Iya kak, aku udah ga kuaat.. " anak itu sudah ngebet sekali ingin
disepong.
Vera yang
diburu waktu pun mengalah, dia buka mulutnya dan dilahapnya kontol kecil
tersebut.
" AHHH
ANJING ENAKNYA!!... " seketika si pemilik penis menengadah dan meleguh
keras.
Vera
memberikan hisapan terbaiknya meski menurutku kontol yang tengah dia oral itu
sama sekali tak layak untuk dihisap.
" Wah
anjir, gue juga pengen kak.. " Akbar buru-buru menarik kepala Vera dan
mengarahkan mulut Vera menuju kontolnya yang sudah tegang.
" Ahh
elu bar, lo kan udah sering.. " dumel yang tengah dihisap tadi karena
Akbar tiba-tiba nyerobot.
" Diem
luh! Udah sukur gua ajak.. Besok lo gausah ikut lagi deh!.. " Akbar bak
seorang bos yang terlihat begitu egoisnya.
Vera hanya
diam saja sementara mereka berkelahi memperebutkan dirinya.
" Enak
kak.. Gede kontolku atau kontol bang Nanda kak?.. " tanya Akbar.
Vera tak
menjawabnya karena itu pertanyaan yang bodoh sekali, namun Akbar menarik kontolnya dan
memaksa Vera menjawabnya.
"
I..iya gede kontol kamu bar.. " jawabnya sekenanya.
Vera
melanjutkan hisapannya sebelum bergantian lagi ke teman Akbar yang mengantri di
sebelahnya.
Vera
melakukan hisapannya tanpa bantuan tangan, dia terlihat bersungguh-sungguh
sekali melakukannya meski kontol-kontol mereka sama sekali tak memuaskannya.
Namun dia tetap berikan kemampuan terbaiknya, bahkan dengan jarinya dia mengusap-usap memeknya sendiri mencoba menikmati sensasinya.
Namun dia tetap berikan kemampuan terbaiknya, bahkan dengan jarinya dia mengusap-usap memeknya sendiri mencoba menikmati sensasinya.
" AHH
ENTOTLAH.. ENAKNYA, BADAN GUE AMPE MERINDING CUY!!.. " racaunya lantang.
Teman-temannya
tak membalas, mereka membiarkan Vera konsen dulu dengan satu temannya ini
sambil menunggu giliran mereka.
" Lama
ahh.. Sepong juga punyaku kak... " yang tadi menjilati memek Vera sudah
tak tahan dan langsung mendekat.
Vera
terlihat baru akan mengeluarkan teknik oral terbaiknya dan membuat mereka
keluar, namun selalu dipotong oleh yang lainnya secara tidak sabar.
Dia pun mau tak mau harus melayani dua kontol yang kini terhunus di wajah cantiknya.
Dia pun mau tak mau harus melayani dua kontol yang kini terhunus di wajah cantiknya.
Dia pejamkan
matanya lalu di dekatkannya dua kontol itu masing-masing di pinggir bibirnya,
dan dengan lidahnya dia memain-mainkan ujung kepala kontol mereka yang sontak
membuat mereka kegelian.
"
Kakk.. Kocokin dong aku udah pengen keluar nih.. " celetuk salah satu diantara
mereka.
Lagi-lagi
Vera yang belum selesai memainkan salah satu skilnya sudah kembali dipotong,
mau bagaimana lagi begitulah jika meladeni anak kecil.
Vera meraih
batang kontol mereka dan dia mulai mengocokinya dengan jari-jari lembutnya yang
begitu terasa sampai keubun-ubun merasakan nikmatnya jika lentik jarinya sudah menyentuh penis.
"
Ahh... Kalian mau pejuin kakak dimana?.. " lirihnya dengan desahan
menggoda mereka.
"
Tetek!! "
"
Muka... " jawab mereka berbarengan dengan dua jawaban itu.
" AHH..
Masa tega kontol ini mejuin muka cantik kakak?.. " racau Vera dengan mata
redup khasnya dan menatap kontol yang tengah dia genggam sebelum kembali menyepongnya.
Mataku terus
fokus ke mata cantik dan buah dada besarnya ketika itu, sementara tiga orang
mereka yang sedang tak diservis juga tampak sama.
Mereka hanyut dalam kocokan kontol mereka sendiri dan tampak benar-benar segera akan meledakkannya ke Vera.
Mereka hanyut dalam kocokan kontol mereka sendiri dan tampak benar-benar segera akan meledakkannya ke Vera.
" Ahhh Terus kak, sepong kontolku.. " desah mereka berdua bergantian
dihisapi Vera lagi.
" Kamu
dulu ya.. " Vera berpindah dan melirik ke salah seorang teman Akbar yang Vera tahu jika kontolnya tampak akan lebih dulu ejakulasi.
Tampaknya gadis bule berambut coklat terang ini akan menuntaskan mereka satu-satu.
Tampaknya gadis bule berambut coklat terang ini akan menuntaskan mereka satu-satu.
" Iya
kak aku udah mau muncrat.. " ujarnya dengan tubuh terus bergetar-getar.
"
Hmmm.. Kakak suka bau kontol kamu sayang.. " endus Vera di sekujur batang
kontolnya dengan sebuah kocokan pelan.
" Cepeet kak hisep aku dah gak kuat mau muncrat.. " erangnya terlihat sudah tak bisa ditunda-tunda lagi.
" Hihi udah gak sabar kamu ya?.. "
" Yaudah sini
kakak hisep sampe muncrat.. " Vera melahap kontol sang bocah dan kali ini
tak dia kasih kendor sama sekali!
" Ummpp.. Umppp.. " emut si gadis berpayudara gede itu yang membuat si pemilik kelamin mengerang ngilu.
" KAKKK
NGILU... GILA SEDOTANMU KAA..UGHH!!.. " dia tak kuasa menahannya dan
menjambak rambutnya sendiri.
Jangankan
dia, lelaki dewasa atau bahkan gigolo berpengalaman saja roboh disepong oleh si
Vera ini, apalagi dia si bocah cilik kemaren sore.
Vera tak
perduli dengan erangannya, bahkan Vera menahan paha anak itu agar tak
grasak-grusuk bergerak terus berusaha menjauhkan kontolnya dari mulut Vera.
Dan Vera mengeluarkan teknik andalannya apalagi kalau bukan paduan Handjob di barengi Blowjob nya
bersamaan.
Meski dia tak bisa menggenggamnya utuh karena ukuran penis yang sangat kecil itu, hingga membuat Vera hanya bisa mengocokinya dengan dua jarinya saja.
Meski dia tak bisa menggenggamnya utuh karena ukuran penis yang sangat kecil itu, hingga membuat Vera hanya bisa mengocokinya dengan dua jarinya saja.
" KAKK
AKU KELUARR KAAAKK!!!.. " dia pun mengejang dan akhirnya mengeluarkan air
maninya di dalam mulut Vera sementara batangnya terus di kocoki sang gadis.
"
AHHH.. KAK GILAA.. HAHH..HAHHH..HAHH!!.. " erangnya mendongak makin kuat menjambak rambutnya sendiri.
" Enak
kan sayang?.. Banyak banget loh air mani kamu di mulut kakak.. " Vera
menatap keatas menyaksikan ekspresi bocah yang baru saja dia buat ejakulasi karena
ulahnya.
"
Slurrp.. Sluurppp.. Fuaah!!.. " Vera melakukan sentuhan akhir dengan
kuluman dan hisapan dalam penuh perasaan di kontol yang baru ejakulasi ini.
Anak itu
langsung menjauh dan seketika terduduk merasakan nikmat luar biasa yang masih
dia rasakan pastinya.
Sementara Vera dengan sengaja meneteskan air mani yang tertampung di mulutnya itu menumpahkan ke dada putih montoknya.
Sementara Vera dengan sengaja meneteskan air mani yang tertampung di mulutnya itu menumpahkan ke dada putih montoknya.
Mereka
melongo begitupun aku ketika melihat aksi binalnya Vera.
Mata mereka melotot ke toket bulatnya yang kini mengkilat dan berbarengan meringis takjub dengan apa yang tengah mereka saksikan.
Vera menikmati pandangan anak-anak itu, tidak ada yang membuatnya lebih puas selain menyaksikan para pria ngiler menatap setiap jengkal tubuh seksinya.
Vera meneguk sperma yang masih tertinggal dimulutnya sementara sisanya yang ada di pinggiran bibirnya dia sapu menggunakan lidahnya dan kembali dia telan!
Vera menikmati pandangan anak-anak itu, tidak ada yang membuatnya lebih puas selain menyaksikan para pria ngiler menatap setiap jengkal tubuh seksinya.
Vera meneguk sperma yang masih tertinggal dimulutnya sementara sisanya yang ada di pinggiran bibirnya dia sapu menggunakan lidahnya dan kembali dia telan!
" Ayo sayang pejuin kakak lagi.. "
" Mandiin tubuh putih kakak ini sama peju perjaka kalian, kakak suka.. " godanya ke mereka yang sama-sama terdiam sambil mengocok.
" Mandiin tubuh putih kakak ini sama peju perjaka kalian, kakak suka.. " godanya ke mereka yang sama-sama terdiam sambil mengocok.
" GUE
GAK TAHAAN!!... " temannya yang tadi dikulum berdua oleh Vera langsung berlari mendekat.
Dia kocoki
kontol yang sudah terlihat begitu kerasnya tepat di depan mulut Vera, dan
hanya beberapa kali kocokan saja dia pun ejakulasi dengan amat banyak!
" Ahh..
" desah Vera kaget karena dia sengaja menyemprotkan spermanya ke dada Vera
memandikan tubuh montoknya sesuai ucapannya tadi.
"
ANJIIING!!! ENAK PARAAAH!!.. " leguhnya nyalak ketika Vera mencucup lubang
kencingnya seolah sedang menarik sperma yang masih ada di dalam agar terhisap
keluar.
Vera menyedot kuat-kuat dengan terpusat di lubang kencingnya, aku bahkan tak kuat membayangkan betapa ngilu nikmatnya ketika Vera melakukannya padaku setelah ejakulasi.
Tubuhku sampai lemas selemas-lemasnya ketika pipinya sampai kempot-kempot seakan sedang menarik semua cairan yang ada di tubuhku memalui ujung kontolku yang dia buat seperti sedotan minuman.
Tubuhku sampai lemas selemas-lemasnya ketika pipinya sampai kempot-kempot seakan sedang menarik semua cairan yang ada di tubuhku memalui ujung kontolku yang dia buat seperti sedotan minuman.
"
Muuahh.. Makasih sayang.. " kecupnya berkali-kali di kepala kontol yang
masih berdenyut-denyut itu.
Lagi-lagi
Vera melihati mereka satu-persatu yang tegak dihadapannya mengacungkan kontol
masing-masing memburu klimaks mereka.
Mereka yang
tegak di depan Vera menatap tajam ke si gadis cantik yang tengah terduduk diatas
lututnya.
Dan pandangan mereka terlihat sangat merendahkan sekali, padahal secara usia Vera jauh lebih tua dibanding mereka, terlebih Vera mau-mau saja ditatap rendah oleh para bocah-bocah itu.
Dan pandangan mereka terlihat sangat merendahkan sekali, padahal secara usia Vera jauh lebih tua dibanding mereka, terlebih Vera mau-mau saja ditatap rendah oleh para bocah-bocah itu.
Vera memainkan
lagi lidahnya sembari menunggu mereka yang sudah siap menyetor sperma
kepadanya.
Tak lama
akbar sendiri yang datang, dia jambak rambut Vera lalu menempelkan kontolnya ke
pipi Vera.
" Aku
pejuin muka kakak yang binal inii.. OHHH!!.. " bacotnya seketika kemudian
ejakulasi di wajah Vera!
"
Basah-basah nih muka perek ama peju gue!.. " hardiknya yang membuatku
panas.
" Dasar
bocah gak tau di untung! Udah untung gue kasih kerja sekarang malah ngejambak
dan maki-maki Vera.. " umpatku kesal sekali.
Vera tak
berkomentar, aku tahu jika dia malah suka dimaki-maki begitu, dan dia terlihat
makin meredupkan matanya sambil memainkan lidahnya menatap menggoda mereka
meski baru saja direndahkan.
" Vera Vera.. Wajar kalo kamu diperkosa orang terus kalo kamu kayak gitu mulu sayang.. "
kataku tak lupa dengan apa yang kurasakan ketika itu.
Aku tak bisa
mengesampingkan betapa terangsangnya aku melihatnya yang begitu pasrahnya.
" Ayo
pejuin kakak lagi.. Ummp.. Sperma kalian enak, manis.. "
" Kakak suka banget sama kontol gede kalian.. Ahh.. " lirihnya dengan wajah sangeknya.
" Kakak suka banget sama kontol gede kalian.. Ahh.. " lirihnya dengan wajah sangeknya.
Benar
dugaanku, melihat Vera yang tengah mengemis minta dipejui yang berikutnya pun
mendekat.
Sama seperti
teman-temannya, dia mengocoki kontolnya sebentar di depan wajah sayu yang sudah
siap menampung spermanya itu sambil meracau.
" Ayo sayang pejuin muka kakak.. " racau Vera sambil menunggu dia keluar dengan menatapnya binal.
" Uhh.. Liat muka kakak udah penuh air mani temen-temenmu.. Masa kamu kalah.. "
"
Nihh.. Kakk!! Aghh!!!.. " erangnya sekejap tak tahan yang disertai kucuran air maninya.
Ejakulasinya
tepat mengenai hidung, mulut dan dagu Vera, tetesannya mengucur kembali jatuh
ke dadanya yang benar-benar sudah mengkilat basah kuyup oleh sperma mereka.
"
Kentel spermamu.. Kakak suka.. " kerlingnya nakal sambil menunggu dia
meneteskan tetes terakhir klimaksnya.
"
Makasih ya sayang... "
" Nanti kapan-kapan kakak pengen dikontolin kamu juga.. Muahh.. " Vera tak lupa memberikan kecup perpisahan yang sama diujung kontolnya seperti temannya tadi.
" Nanti kapan-kapan kakak pengen dikontolin kamu juga.. Muahh.. " Vera tak lupa memberikan kecup perpisahan yang sama diujung kontolnya seperti temannya tadi.
Dan bocah
terakhir pun mendekat, dia meminta Vera menahan teteknya dengan tangannya, lalu
dia memandikan toket bulat itu dengan semprotan spermanya yang juga sangat
banyak.
Mereka
langsung terduduk ke lantai dan sama-sama tumbang setelah klimaks.
Vera tersenyum jahat dengan ekspresi nakal masih dengan mata sayunya melihat korban-korban kecilnya yang tadi begitu ribut kini sudah bergelimpangan tak berdaya dibuatnya.
Vera tersenyum jahat dengan ekspresi nakal masih dengan mata sayunya melihat korban-korban kecilnya yang tadi begitu ribut kini sudah bergelimpangan tak berdaya dibuatnya.
Setelahnya
anak-anak itu pun pulang, sementara Vera buru-buru membasuh tubuhnya dengan handuk
basah dan mengganti ulang pakaiannya.
Kemudian barulah dia berangkat mengurusi pendaftarannya.
..............................
Kemudian barulah dia berangkat mengurusi pendaftarannya.
..............................
Setengah jam
aku masih belum bisa tidur, aku jadi malah menyesal mengingat-ingat itu lagi hingga membuatku sulit tidur.
Sementara hujan masih belum mau berhenti dan tampaknya akan tetap turun sepanjang malam.
Sementara hujan masih belum mau berhenti dan tampaknya akan tetap turun sepanjang malam.
Vera juga sama
dia terlihat belum bisa tidur, aku merasakan kegelisahannya meski kami sama-sama masih saling
membelakangi.
Aku tak tahu apa dia akan menanggapi serius ucapanku barusan atau malah menjadikannya angin lalu seperti yang sudah-sudah.
Tapi aku benar-benar berharap dia setidaknya mulai memikirkannya agar perlahan berubah dan jadi bisa mengontrol diri.
Tapi aku benar-benar berharap dia setidaknya mulai memikirkannya agar perlahan berubah dan jadi bisa mengontrol diri.
Yah, kuharap saja dia bisa dan aku ingin melihat responnya saat aku bangun nanti.
..............................
Pagi-pagi
sekali aku sudah siap-siap dan segera akan berangkat masih mengurusi
berkas-berkas kelulusanku.
Vera juga
sedang bersiap-siap, sepertinya dia mau pergi keluar dan tengah memakai kemeja
berwarna hijau stabilonya, namun tak kutanyakan karena kami sama-sama sedang dingin.
Dia juga
diam saja, wajahnya tampak masih merajuk karena kumarahi tadi malam dan dia tahu aku masih kecewa dengannya jadilah tak ada satupun di antara kami yang saling bersuara.
Maka setelah
mobilku panas aku pun segera pergi dengan harapan hari ini cepat selesai.
Harusnya sih begitu karena hanya tinggal cap-mencap saja berhubung kemarin aku sudah selesaikan pelegalisirannya dan semoga saja semua urusan perijazahanku selesai tuntas hari ini.
Vera, dia sudah tuntas untuk urusan ijazahnya karena kami berbeda kelas dan beda jurusan, yang entah kenapa untuk jurusan IPS lama sekali keluarnya.
Harusnya sih begitu karena hanya tinggal cap-mencap saja berhubung kemarin aku sudah selesaikan pelegalisirannya dan semoga saja semua urusan perijazahanku selesai tuntas hari ini.
Vera, dia sudah tuntas untuk urusan ijazahnya karena kami berbeda kelas dan beda jurusan, yang entah kenapa untuk jurusan IPS lama sekali keluarnya.
Dan rupanya
prediksiku meleset, tadinya yang kupikir akan cepat namun jadi lama karena
prosesnya yang dibikin ruwet oleh pihak sekolahku sendiri.
Pokoknya ada-ada saja
kendalanya, ya petugas datangnya telatlah padahal orang sudah banyak
yang mengantri, cap stempel habislah, belum lagi terpotong Ishoma hingga ujung-ujungnya baru selesai jam 3 sore.
"
Halah!!.. " kesalku dalam hati atas ketidakprofesionalan ini dan segera
naik mobil lalu bergegas pulang.
Jam 4 kurang
aku tiba dirumah, mas Yanto yang sedang mencuci mobil Vera di halaman menegurku
yang kubalas senyum sambil berjalan masuk.
Di ruang
tamu kulihat ada tas Vera di sofa yang sepertinya ketinggalan dia bawa ke atas.
Kuambil dan kubawa ke kamar karena tak biasanya dia ceroboh menaruh barang begini.
Kuambil dan kubawa ke kamar karena tak biasanya dia ceroboh menaruh barang begini.
Kubuka pintu kamar, Vera tidak ada dikamar, entah dia ada dimana lagi.
Berhubung aku sangat gerah kuambil handuk dan segera mandi dulu membuang penat tadi.
Berhubung aku sangat gerah kuambil handuk dan segera mandi dulu membuang penat tadi.
Setengah jam
saat aku sudah segar aku jadi kepikiran gadisku lagi.
Saat ini yang ada dipikiranku pasti dia sedang di rumah belakang mengulang lagi perangainya itu yang entah kenapa tak pernah bisa untuk dibilangi.
Saat ini yang ada dipikiranku pasti dia sedang di rumah belakang mengulang lagi perangainya itu yang entah kenapa tak pernah bisa untuk dibilangi.
Maka aku
berniat mengeceknya ke ruang kontrolku melihat apa lagi yang dia lakukan
di rumah belakang.
Tapi baru
sampai tangga di lantai bawah, ada mas Krisno di dapur sedang menuangkan
bensin ke botol untuk membakar sampah.
" Loh
mas.. Vera dimana?.. " tanyaku padanya.
Tadinya
kukira dia sedang bersama mas Krisno di rumah belakang, namun melihat mas Yanto
dan mas Kris masih sama-sama bekerja aku jadi tahu kalau dia tak sedang
di rumah belakang.
"
Bukannya non Vera pergi dari tadi pagi ya den? Gak lama dari aden pergi non
Vera juga pergi kalau gak salah saya.. "
" Lah
itu mobilnya ada di garasi lagi di cuci mas Yanto.. " kataku.
" Waduh
gak tau juga saya den, saya juga gak liat perginya.. Tapi dari pagi saya udah
gak liat non Vera.. "
" Oh
yaudah deh.. " aku tak jadi ke ruang kontrol dan kembali naik.
Kutelpon Handphone nya beberapa kali namun tak
diangkat, aku hanya penasaran kemana dia pergi dari pagi tanpa membawa
kendaraan sendiri.
Tak mau
memusingkannya segera kunyalakan Playstations
ku dan main Game saja karena aku
yakin dia sebentar lagi pulang.
..............................
Jam 9 malam
Vera belum juga pulang, aku mulai khawatir dan terus menelponnya yang
tersambung namun tak diangkat.
Pikiranku
saat ini menyangkut kemarin malam, dia mungkin ngambek saat kumarahi malam itu
dan sekarang tengah mengasingkan diri dariku alias sedang kabur.
Aku jadi
benar-benar merasa bersalah, padahal tak ada sama sekali nada tinggi yang keluar
dari mulutku, tapi rupanya itu tetap melukai hati lembutnya.
Aku hanya
mencoba menasihatinya dengan caraku, tak ada amarah di dalamnya.
Vera tahu jika aku orang yang tak bisa marah apalagi dengannya, tapi kenapa dia kabur dariku.
Vera tahu jika aku orang yang tak bisa marah apalagi dengannya, tapi kenapa dia kabur dariku.
Cemas
secemas-cemasnya aku terus menunggu dan menelponnya yang mungkin ada sudah
sampai 100x panggilan tak terjawabku di HP
nya.
Jam demi jam berjalan lambat sekali.
Dan di jam 11 malam aku terloncat dari kasur begitu mendengar Handphone ku berdering dengan nada dering yang kuset khusus jika Vera yang menelpon.
Dan di jam 11 malam aku terloncat dari kasur begitu mendengar Handphone ku berdering dengan nada dering yang kuset khusus jika Vera yang menelpon.
"
Halo.. " ujar lembut suara yang langsung menggetarkan hatiku.
" Ver.. Kamu dimana sayang? Semaleman gak pulang? Kamu gpp kan?.. "
kataku begitu cemasnya akan keadaan gadis yang sangat kusayangi ini.
"
I..Iyaa.. "
" Aku.. Mmm.. Aku lagi di rumah temen.. Sshhh... " jawabnya dengan suara yang aneh.
Suara Vera
terdengar jauh, dan juga nafasnya seperti terengah-engah.
"
Sayang? Kamu gpp?.. " aku mengkhawatirkan kondisinya.
" Iyaa,
aku baik-baik aja.. En.. entar lagi aku.. pulang.. Ahhh.. pulang kok.. "
kali ini dia terdengar menahan sesuatu.
" Kamu
dimana sayang? Aku jemput sekarang.. " aku sudah menyadari ada yang tak
beres.
" Ga...
Gak usah, Ahhh.. Aku udah mau pulang ini juga.. Bye say..sayang.. "
Kemudian
telpon itu ditutup.
Aku pun terduduk.
Pikiranku terbang melayang kemana-mana, apa yang sedang terjadi padanya saat ini itulah yang memenuhi kepalaku.
Pikiranku terbang melayang kemana-mana, apa yang sedang terjadi padanya saat ini itulah yang memenuhi kepalaku.
Segera aku
melompat ke ruang kontrolku berharap bisa mengetahui dengan siapa dia pergi
tadi.
Kunyalakan
monitor dan mencari Folder rekaman
yang merekam keadaan rumahku tadi pagi!
Dadaku berdetak cepat sekali, aku tak bisa berpikir jernih lagi, tak pernah aku seperti ini sebelumnya.
Dadaku berdetak cepat sekali, aku tak bisa berpikir jernih lagi, tak pernah aku seperti ini sebelumnya.
Kutemukan,
dan langsung kuputar dengan perasaan tak menentu berharap mendapat titik terang
akan situasi Vera.
Tak lama
setelah aku berangkat Vera turun ke bawah, dia membuat roti selai dan sarapan
sebentar sambil memanaskan mobil, tampaknya dia memang berencana pergi dengan
membawa mobil sendiri sebelumnya.
Dan saat
Vera baru akan berjalan menuju garasi, Akbar dan teman-temannya datang, mereka
masuk melalui gerbang depan yang tadi sudah terbuka sebelumnya karena aku pergi
lebih dulu.
Mereka
langsung memarkirkan motor bebek mereka tepat di depan mobil Vera.
Akbar cengegesan melihat Vera yang seketika menyuruh mereka meminggirkan motor karena menghalangi mobilnya yang akan keluar.
Akbar cengegesan melihat Vera yang seketika menyuruh mereka meminggirkan motor karena menghalangi mobilnya yang akan keluar.
Mereka
terlibat obrolan yang tak bisa kudengar karena saat itu mereka sedang ada di
teras rumah dekat garasi.
Tak seperti
biasa, Vera terlihat tak mau meladeni mereka dan menepis tangan Akbar yang
mulai memegang-megangnya.
Si bocah begitu kurang ajarnya terus berusaha menjamah Vera, apalagi melihat paha mulusnya yang memang tengah mengenakan rok mini berwarna putih yang dia padukan kemeja berwarna stabilo.
Si bocah begitu kurang ajarnya terus berusaha menjamah Vera, apalagi melihat paha mulusnya yang memang tengah mengenakan rok mini berwarna putih yang dia padukan kemeja berwarna stabilo.
Namun Akbar
terus manja-manja berusaha memeluk-meluk Vera meski cewekku itu terus menolaknya.
Akbar
menarik tangan Vera lalu dia tarik ke dalam mendudukkannya ke sofa yang ada di
ruang tamu.
Dia ambil tas import yang kubelikan untuknya yang kini terselip di ketiaknya, kemudian menjauhkannya dan Akbar langsung membuka tangan Vera lebar-lebar.
Dia ambil tas import yang kubelikan untuknya yang kini terselip di ketiaknya, kemudian menjauhkannya dan Akbar langsung membuka tangan Vera lebar-lebar.
" Bar
udah bar.. Kakak gak mau!.. "
" Kamu gak usah ganggu-ganggu kakak lagi.. " seketika Vera menutup tangannya saat Akbar meremas-remas buah dadanya.
" Kamu gak usah ganggu-ganggu kakak lagi.. " seketika Vera menutup tangannya saat Akbar meremas-remas buah dadanya.
Saat itu aku
bisa mendengar suaranya karena sudah memasuki rumah dan yang paling menyita
perhatianku adalah wajah Vera yang terlihat sama sekali tak nyaman dengan
tingkah Akbar yang biasanya selalu dia ladeni.
"
Hehehe aku tuh kangen kakak... Dari tadi kita udah stand by nungguin bang Nanda
cabut.. "
Seperti
dugaanku, selama ini dia memang selalu memantauku pergi tiap kali mau menyelinap masuk ke rumah.
" Bar
kakak serius! Udah kalian gak usah dateng kesini lagi, daripada nanti kakak
aduin sama Nanda kamu.. " rupanya Vera sangat serius.
"
Ihh.. Kakak kok jadi gini sih? Gak
kangen kontolku lagi emang?.. "
" Aduin
aja kak, nanti aku juga bilang ke bang Nanda kalau kakak yang sering maksa aku
buat layanin kakak sampe nyuruh aku bolos sekolah segala.. " jawabnya
cepat sambil mengangkat tangan Vera dan memeganginya lagi.
Tanganku
mengepal, panas sekali rasanya dada ini mendengar akal-akalannya pada Vera.
Vera
langsung diam, dia berusaha memalingkan mukanya sementara Akbar terus mencoba mencipok bibir di wajah
cantiknya.
" Udah
sana pergi bar.. Kakak mau pergi.. " ujar Vera dengan nada lembut kemudian berdiri namun
kembali ditahan oleh Akbar.
Kali ini dia
yang sudah terlihat begitu tak sabarannya segera membuka kancing baju Vera agar dapat
melihat toket besarnya yang sangat memanjakan mata itu.
" Bar
udahlah bar, kamu kenapa gak bisa dibilangin sih!!.. " Vera menutup
dadanya saat Akbar berusaha meremas
toketnya yang masih berbalut BH.
Akbar sama sekali tak menanggapinya, kuat Vera meronta makin kuat pula dia memaksa.
" Ahhh
kak, toket kakak nih ngangenin banget, kebawa mimpi terus.. " racaunya saat telah berhasil menyingkap BH Vera dan melotot
melihat puting susu sang gadis.
Akbar
langsung buru-buru membuka seragamnya sekolahnya sendiri begitu melihat dada
Vera yang sudah terbuka.
Kini Vera
hanya bisa menutup wajahnya dengan tangannya sendiri dan geleng-geleng kepala sadar jika macan
kecil yang dia pelihara kini sedang menerkam dirinya sendiri.
" Hajar
bar!! Jangan lupa bagi-bagi aja.. " celetuk teman-teman Akbar yang menonton
di depannya melihat Akbar bersiap mempreteli toket besar Vera.
"
Sluurppp!!.. Mantap!! "
" Ugh kak.. Kok
gak ada susunya sih?.. "
" Aku pengen jadi dedek bayi yang minum susu langsung dari nenen gedenya kak Vera.. Hehehe... " gumamnya sambil menyeruput bulatan putih bersih itu.
" Aku pengen jadi dedek bayi yang minum susu langsung dari nenen gedenya kak Vera.. Hehehe... " gumamnya sambil menyeruput bulatan putih bersih itu.
Vera mendesis dan memalingkan wajahnya ketika Akbar mulai menghisap puting susunya, terlihat tangan Vera masih berusaha menjauhkan Akbar dari tubuhnya.
Tak mau hanya fokus di toketnya, Akbar juga menurunkan rok mini Vera dan menjilati kaki serta paha Vera.
Tak mau hanya fokus di toketnya, Akbar juga menurunkan rok mini Vera dan menjilati kaki serta paha Vera.
" Gila
kakimu kak, mulus banget.. " pujinya ke Vera yang masih menyembunyikan
wajahnya.
Ini berbeda
sekali dari Vera yang biasa kulihat, terlihat sekali saat itu Vera tak mau
meladeninya sedikitpun.
Sepertinya dia benar-benar ingin berubah dan mendengar nasihatku kemarin, hingga tak mau lagi membuatku kecewa meski di belakangku sekalipun.
Sepertinya dia benar-benar ingin berubah dan mendengar nasihatku kemarin, hingga tak mau lagi membuatku kecewa meski di belakangku sekalipun.
" Tapi
tetep memek kakak yang nomer satu.. Hehehe.. " kali ini dia mengusap-usap
memek Vera dari luar celana dalamnya.
" Bar pliss..
Jangan.. " pinta Vera dengan suara yang pelan nan lirih berharap anak ini segera berhenti.
Namun Akbar tak
menggubrisnya, nafsunya benar-benar sudah membekukan otaknya hingga dia
menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Vera dan mulai memainkannya
dari dalam.
Vera diam dan menatap ke bocah yang tengah mengobok memeknya dengan pandangan yang sendu sekali.
Tampaknya gadis cantikku itu sadar jika sia-sia seberapa kali pun dia mencegah, Akbar yang sudah terlanjur dia manjakan selama ini jadi menganggap semuanya biasa saja karena Vera sendiri yang membiasakannya.
Tampaknya gadis cantikku itu sadar jika sia-sia seberapa kali pun dia mencegah, Akbar yang sudah terlanjur dia manjakan selama ini jadi menganggap semuanya biasa saja karena Vera sendiri yang membiasakannya.
Bahkan tanpa
basa-basi dia memelorotkan begitu saja celana dalam pengganggu itu dan langsung
memamerkannya ke teman-temannya yang seketika riuh melihat memek merah dan klitoris Vera yang tengah Akbar singkap.
Vera mati
kutu, dia menutup wajahnya dengan tangannya dan terus menatap ke Akbar berusaha Akbar mengerti isyarat jika dia tak ingin
melakukannya lagi.
Namun matanya yang mulai redup dengan wajah memerah itu menunjukkan jika libidonya sedang tak selaras dengan keinginannya tersebut.
Namun matanya yang mulai redup dengan wajah memerah itu menunjukkan jika libidonya sedang tak selaras dengan keinginannya tersebut.
Pun ketika
Akbar membasahi jari telunjuknya lalu mulai menggelitik tepat di ‘kacang’ yang
menjadi pusat segala rangsangan di tubuh Vera, seketika Vera menutup mulutnya
dan menahan desahannya sementara tubuhnya tersentak-sentak liar.
"
Kenapa kak? Kak Vera sayang aneh deh hari ini.. " tatapnya ke Vera yang
menggeleng-geleng dengan menutup mulut.
"
Jilmek bar.. bikin dia ngompol lagii.. " celetuk kawan-kawannya memberi
semangat.
" Wah
ide bagus.. " Akbar tertawa kemudian mengambil posisi wajah tepat berada
di depan memek Vera.
" Jangan bar.. Kakak gak mau!.. " seketika
Vera berusaha berdiri namun lagi-lagi di dudukkan Akbar dengan tenaganya.
Vera kalah
tenaga dari bocah itu, meski masih berusia 13 tahun namun dia sudah jadi kuli
dan sudah terbiasa bekerja berat.
" Diem
kak!! Kakak kenapa sih?!.. " dia benar-benar masih menganggap jika Vera
berpura-pura menolak rupanya.
Dia
kangkangkan lagi kaki Vera, lalu membenamkan wajahnya dan melahap memek tebal
yang terpampang di depan wajahnya.
"
AHHMMM!!!!.. " seketika dia menutup mulutnya menahan desahannya sendiri.
Aku
betul-betul melihat usaha Vera yang tengah mati-matian melawan dirinya sendiri,
dia berjuang menekan sisi binalnya itu agar tak keluar meski aku yakin dia
tengah di hantam gejolak luar biasa dalam dirinya, apalagi yang diserang adalah pusat rangsangan utamanya.
Pasti sulit
jika mengingat libido abnormalnya, apalagi sejak malam tadi dan bangun tidur
tak kusentuh sama sekali dirinya.
Dan
menyaksikannya seperti ini membuatku benar-benar senang, tak kusangka artinya Vera bisa
dituntun bahkan diarahkan juga dibalik sifat liarnya yang sangat Hyper jika dia sudah mulai kumat.
Sambil mengulum memeknya, Akbar terus melirik ke si gadis, dia tarik tangan Vera dan
ditahannya agar dia bisa melihat wajah sange Vera yang memang sangat menggoda itu.
" Nah
gini kan enak.. "
" Muka secantik bidadari kok ditutup-tutup sih.. Ummhh..Ummhh.. " celetuknya melanjutkan jilatannya.
" Muka secantik bidadari kok ditutup-tutup sih.. Ummhh..Ummhh.. " celetuknya melanjutkan jilatannya.
Vera kelabakan, desisannya tak bisa dia sembunyikan meski wajahnya terus terpejam berusaha mengingkarinya.
" Enak gak kak?.. " dipancingnya terus Vera bersuara karena memang tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Vera yang biasa sudah kotor menggoda mereka.
" Enak gak kak?.. " dipancingnya terus Vera bersuara karena memang tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Vera yang biasa sudah kotor menggoda mereka.
Wajah Vera
sudah merah padam sepadam-padamnya, dia terus menggeleng-geleng sementara Akbar
makin gila melahap memeknya sampai bunyinya terdengar amat jelas di kameraku.
"
Ummpph... Enaknya memek kamu kak, wangi banget.. "
" Slurrpphh Fuahh.. " racaunya sambil menghisap kuat dengan gemas bak sedang mencupangi memek tebal tersebut.
" Slurrpphh Fuahh.. " racaunya sambil menghisap kuat dengan gemas bak sedang mencupangi memek tebal tersebut.
Vera
memejamkan matanya, dia gigiti bibirnya sendiri dan mulai mendongak, dibuat
seperti itu terang saja membuat perasaannya jadi acak-adut meski dia berusaha sekuatnya menyembunyikan desahannya.
Sejurus Vera
menjambak rambut Akbar dan berusaha dia dorong menjauh dari selangkangannya,
namun Akbar tak mau kalah begitu saja, makin dia benamkan wajahnya hingga
akhirnya pertahanan Vera pun jebol.
"
Baar... Jangaaa.. AHHH!!!.. " leguhnya menggeliat kemudian memeknya
langsung mengalir cairan bening yang sempat mengenai wajah Akbar.
Akbar
menjauhkan wajahnya ketika Vera orgasme.
Dia tatap memek yang masih mengucurkan lendirnya dan menikmati gemulai geliat tubuh Vera.
Dia tatap memek yang masih mengucurkan lendirnya dan menikmati gemulai geliat tubuh Vera.
" Hehehe
enak kan kak?.. Aku sayang kakak deh.. " senyumnya kemudian
memencet-mencet gemas bibir memek Vera yang baru saja klimaks.
Aku sama
sekali tak kecewa dengan Vera, justru aku bangga melihatnya terlepas dari rasa
kekhawatiran yang tengah melanda pikiranku saat ini.
Sadar bahwa
klimaksnya ketika itu adalah sesuatu hal yang tak bisa dia hindari.
Bagiku menyaksikan perubahan sikapnya yang begitu cepat sebagai respon jawabannya atas kekecewaanku saja sudah lebih dari cukup.
Bagiku menyaksikan perubahan sikapnya yang begitu cepat sebagai respon jawabannya atas kekecewaanku saja sudah lebih dari cukup.
Namun tidak
cukup untuk Akbar, dia melipat kaki jenjang Vera dan memposisikan dia duduk di
sofa.
Lagi, Vera
berusaha menolak, namun mata gadis cantikku itu sudah benar-benar sayu sekali
dan aku tahu benar jika dia sudah seperti ini maka dia takkan bisa
mengendalikan dirinya lagi.
" Bar
kamu mau ngapain lagi bar?.. "
" Udah bar jangan, kan kakak udah orgasme.. " geleng Vera ketika melihat Akbar berdiri di depannya dan langsung memelorotkan celananya begitu saja.
" Udah bar jangan, kan kakak udah orgasme.. " geleng Vera ketika melihat Akbar berdiri di depannya dan langsung memelorotkan celananya begitu saja.
" Yeee
kakak egois lagi deh, udah aku puasin sekarang puasin balik aku dong kak.. "
cakapnya enteng.
Vera
tertunduk, dia tahu jika ini adalah kesalahannya dan sekarang dia tak bisa
mundur lagi dari keadaan yang dia pelihara sendiri selama ini.
" Ayo
kak, sepong.. Ini kan kontol kesukaan kakak.. " Akbar menarik agar dia duduk
di lututnya dan segera mengarahkan kontol belum disunatnya itu ke mulut Vera.
Vera tak
langsung membuka mulutnya, dia tak ingin mengulum meski sudah disodori, dan Akbar malah mengusap-usapkan kontol kotornya ke
wajah cantik Vera sambil tertawa-tawa.
Darahku mendidih melihat seorang bocah 13 tahun kini sedang melecehkan Vera dengan mengontoli wajahnya mempermalukan gadisku itu di depan teman-temannya!
Darahku mendidih melihat seorang bocah 13 tahun kini sedang melecehkan Vera dengan mengontoli wajahnya mempermalukan gadisku itu di depan teman-temannya!
" Ayoo hiseep!!.. " Akbar yang amat tak sabaran menarik dagu Vera agar mau terbuka.
Vera menatap
Akbar, pandangan sendu nan lirih itu pasrah dia arahkan ke Akbar, yang kemudian dia ikuti dengan membuka mulutnya dan langsung menghisap kontol
bocah yang berdiri bagaikan bos di depannya.
" AHHH
BANGSAT!!.. " leguh nikmat Akbar menatap ke langit-langit rumah.
Vera
mengulum kontol itu dengan cepat, dia ikuti saja tempo Akbar yang memaju-mundurkan
kepalanya agar ini segera selesai dan dia bisa pergi.
" Aduh
kak.. Kok nyepongnya kuat banget, ngiluuu.. " lirih Akbar yang memang sengaja dilakukan Vera agar dia cepat ejakulasi.
Dan mujarab,
tak kurang semenit Akbar mencabut kontolnya, dia langsung menyuruh Vera
menungging, Vera yang sebenarnya masih enggan itu mau tak mau meladeninya saja
agar cepat selesai.
"
Pokoknya ini yang terakhir ya bar.. " tatap Vera dengan serius lalu naik
ke sofa.
Akbar tak
menjawabnya, dia posisikan dirinya ke belakang Vera dan segera mengendarai tubuh
seksi gadis dewasa yang entah sudah berapa kali dia jajal itu.
"
FAK!!.. " umpatku dalam hati melihat cewekku kembali berhubungan badan
dengan bocah yang bahkan belum puber.
Sebelum ini yang selalu menjadi sorotanku adalah Veranya bukan ke para lelaki ketika melihat adegan mesumnya, karena memang dialah yang membiarkan semuanya terjadi.
Namun di
saat dia mulai berubah, aku jadi balik marah ke mereka yang sudah terlanjur
berpikir kalau Vera akan mau-mau saja terus disetubuhi semau mereka seperti yang tengah dilakukan si Akbar ini.
" Ahh..
Kak.. Ayo desah... " kata Akbar sambil menggenjot Vera.
Vera sama
sekali tak mendesah, dia meringis-ringis saja dan memejamkan mata sebisanya tak
ingin menikmati hujaman kontol Akbar di memeknya meski aku yakin tubuhnya berkata
lain.
Namun itulah
yang kuapresiasi, berapa kali Akbar meminta dia mendesah, Vera tetap diam tak
mau melakukannya.
Ini amat sangat berbeda dari dirinya yang selalu meracau kotor dan kehilangan akal sehatnya jika sudah dalam posisi sekarang.
Ini amat sangat berbeda dari dirinya yang selalu meracau kotor dan kehilangan akal sehatnya jika sudah dalam posisi sekarang.
"
Kakk.. Ohh nikmat banget memek basahmuu.. " erang Akbar menarik tangan
Vera dan mengentotinya kuat.
PAKK!...
PAKKK!.. PLAKK!..
Suara
hantaman bokong Vera yang beradu dengan selangkangan Akbar berbunyi.
"
Shhshh... Gila kak!. " Akbar kemudian mencabut kontolnya berusaha
menurunkan temponya yang aku yakin spermanya tadi sudah naik dengan cepat.
Vera
memegang dahinya tak bisa menyembunyikan lelahnya karena tadi Akbar membetotnya
dalam RPM tinggi sekali sebelum Akbar minta dia ganti posisi balik untuk menggoyangnya.
Kulihat
teman-teman Akbar yang duduk menonton di lantai sudah membuka celana dan coli
menontoni ‘Bos’ mereka menjajal Vera lagi.
"
Goyangin Akbar kayak biasa ya kak.. Muahh.. " pintanya sambil mencoba
mencium bibir Vera yang seketika gadis itu hindari.
Akbar duduk
di sofa, Vera sudah menduduki kontol tegangnya lalu mulai
menggoyang, dimana tubuh montoknya kini tepat menghadap ke teman-teman Akbar dan langsung menjadi tontonan bebas mereka.
" Wah
liat putingnya nyelip gitu.. "
" Putingnya panjang kayak ibu-ibu hamil aja ya.. Haha.. " celetuk mereka.
" Engga oon, kalo puting ibu-ibu hamil tuh item, lah itu pink gitu.. " timpal yang lainnya.
" Iya juga ya.. Yang bener berarti putingnya lonte.. "
" HAHAHAHA... " mereka pun tertawa berbarengan.
" Putingnya panjang kayak ibu-ibu hamil aja ya.. Haha.. " celetuk mereka.
" Engga oon, kalo puting ibu-ibu hamil tuh item, lah itu pink gitu.. " timpal yang lainnya.
" Iya juga ya.. Yang bener berarti putingnya lonte.. "
" HAHAHAHA... " mereka pun tertawa berbarengan.
Vera tak
meladeni ucapan mereka, meski aku tahu jika ujaran kotor merendahkan mereka itu sangat dia sukai.
Namun dia
masih tetap berjuang, bahkan sekarang Vera memegangi kepalanya sendiri, dia
terlihat menahan sesuatu yang ada dikepalanya dengan wajah merah dan mata
sayunya tadi.
" Goyangin toket kamu sambil julurin lidah dong kak biar makin kayak pelacur.. "
" Iya desah sambil ngomong kotor juga dong.. "
Pinta mereka mulai mengomentari kemolekan tubuh Vera yang pakaiannya sudah tersingkap kemana-mana.
Vera
menggeleng-geleng, wajahnya terlihat makin melas dan tambah merah, dia tidak
terlihat baik-baik saja.
Aku pun khawatir jika dia tengah sakit atau apa, yang jelas dari ekspresinya kelihatan jika kepalanya seperti sedang pusing berat dan dia pun juga meringis dengan gigi gemetar.
" Shhshh.. Brengsek kalian.. " umpatnya pelan sekali.
" Shhshh.. Brengsek kalian.. " umpatnya pelan sekali.
Aku sungguh bingung melihat keadaannya, karena ekspresi dan bahasa tubuh Vera terlihat tak sinkron
hingga sulit untuk ditafsirkan.
Tapi tiba-tiba aku jadi
ingat sesuatu.
Dulu di awal-awal saat
kami sedang nonton di bioskop, Vera mendadak uring-uringan dan dia gelisah sekali sambil terus memegangi kepalanya sejak di dalam Theater.
Gejala dan ekspresinya persis seperti apa yang aku tonton di monitorku saat ini, terlihat lesu namun dia sama sekali tak bisa tenang.
Saat kutanyakan kenapa, tiba-tiba Vera menarik tanganku dan membawaku keluar, dia mengajakku ke toilet prianya lalu memintaku menyetubuhinya begitu saja di dalam salah satu biliknya.
Gejala dan ekspresinya persis seperti apa yang aku tonton di monitorku saat ini, terlihat lesu namun dia sama sekali tak bisa tenang.
Saat kutanyakan kenapa, tiba-tiba Vera menarik tanganku dan membawaku keluar, dia mengajakku ke toilet prianya lalu memintaku menyetubuhinya begitu saja di dalam salah satu biliknya.
Dan disanalah pertama kalinya aku mulai menyadari jika dia memang punya libido yang anehnya justru selalu kambuh di momen-momen Random.
Karena penasaran maka di jalan pulang kutanyakan kenapa dia tak mau sabar dan menunggu dirumah saja nanti.
Vera
menjawab kepalanya akan pusing dan dia tak bisa berpikir jika tak segera
dilakukan, dia bilang makin dia tahan makin pula kepalanya terasa akan meledak.
Aku tak begitu menanggapinya serius ketika itu, dan kali ini aku baru menyadari rupanya dia memang benar-benar tak bisa menahan gejolak birahinya semudah yang kupikirkan.
Mungkin ini hanya dugaanku saja, kini aku menduga jika Vera ini punya masalah serius dengan kontrol libido di
dalam dirinya, dia tak bisa me-Manage gairah seksualnya seperti orang pada umumnya.
Dimana libidonya yang tak normal itu seakan terus menuntut bagaikan ekstasi hingga membutakan akal sehatnya yang kemudian turut berimbas ke psikologinya dan membuat Vera jadi berbeda sekali 360 derajat.
Dimana libidonya yang tak normal itu seakan terus menuntut bagaikan ekstasi hingga membutakan akal sehatnya yang kemudian turut berimbas ke psikologinya dan membuat Vera jadi berbeda sekali 360 derajat.
Kini
jadi masuk akal kenapa sifatnya yang begitu manja, lembut dan ramah seketika
bisa berubah menjadi agresifnya seperti maniak jika libidonya itu tidak dituruti.
Mungkin untuk lebih jelasnya setelah ini
aku harus berkonsultasi dan berdiskusi ke psikiater guna mengetahui adakah sesuatu yang bisa kulakukan.
Kembali ke
monitor rupanya mereka sudah berganti gaya lagi, kali ini Akbar menghadapkan Vera ke dia.
Dia tatap wajah pasrah Vera yang begitu menggoda sambil tangannya memilin-milin puting merah jambu yang sudah tegang sekali itu.
Dia tatap wajah pasrah Vera yang begitu menggoda sambil tangannya memilin-milin puting merah jambu yang sudah tegang sekali itu.
Vera
terlihat menggoyang sendiri kontol yang tengah dia dia duduki tersebut, dia
gigit bibirnya sendiri sambil mendesis pelan.
Tatapan mata
khasnya kini mengarah ke Akbar, sang pejantan yang tengah sebadan dengannya.
Vera makin tak kuasa menjaga kesadarannya, dia arahkan sendiri toketnya ke mulut Akbar yang seketika disambut dengan hisapan di putingnya.
Vera makin tak kuasa menjaga kesadarannya, dia arahkan sendiri toketnya ke mulut Akbar yang seketika disambut dengan hisapan di putingnya.
"
Ahhh.... " Vera menengadah.
Aku tahu dia
sudah menikmati permainannya meski masih tersisa sedikit akal sehatnya yang
terus membungkamkan mulutnya.
"
Puting kamu kak, besar bener.. "
" Rasanya pengen aku gigit sampe putus!!.. " geram Akbar gemas sambil menggigit puting Vera.
" Rasanya pengen aku gigit sampe putus!!.. " geram Akbar gemas sambil menggigit puting Vera.
Vera diam,
dia gigit sendiri bibirnya menahan gejolak bacotan Akbar tadi sementara
pinggulnya terus mengulek kontol kecil lelaki yang belum matang itu.
" ARGHH..
GAK TAHAN GUE!!.. " seketika singa jantan yang belum bersurai ini membantingnya
rebah ke sofa dan bersiap melakukan eksekusi akhir.
" Ahh
bar... Pelan-pelan.. " bisik Vera mencengkram tangannya kuat sambil
menatap Akbar yang langsung menggentotnya kuat.
" Diem
kak!! Kakak tuh pelacur! Pantesnya dientotin sampe hamil.. " racau si
bocah kurang ajar ini.
" Ahh..
Ahhh baar... " Vera sudah tak mampu membendung gairahnya.
Dia
memejamkan mata dan sudah mendesah lepas pelan digeber Akbar penuh nafsu.
Sampai
sekarang aku masih tak tahu kenapa dia bisa menikmati digenjot penis sekecil
itu, yang jelas makin cepat hentakan kontol Akbar menghantam memeknya, makin
kalang-kabut pula Vera dibuatnya.
"
BAARR!!!.. " desah Vera lepas kemudian menggelinjang dan tubuhnya
terlontar ke kiri-kanan tak menentu.
Aku menebak
dia pasti orgasme, sementara si bocil tak mengendurkan entotannya atau memberi
jeda ke Vera, dia buru terus ejakulasinya yang sudah di ujung-ujung.
Seketika Akbar pun meleguh keras dan meledakkan puncak kenikmatannya.
"
ANJINGG!!!! "
" Gue
pejuin lo bule!!.. " erangnya mendiamkan kepala kontolnya di ujung pintu
masuk memek Vera dan membenihinya.
Kontolnya
terus berkedut-kedut mengeluarkan bibit kehidupan yang sedang dia transfer ke
tubuh sang betina yang pasrah dibuahi olehnya.
Kontolku
menegang, melihat kelamin Akbar yang berdenyut-denyut seperti benar-benar menguras semua spermanya masuk ke rahim cewekku.
Sekitar dua
menit mendiamkan penisnya, Akbar pun mencabutnya lalu memandangi sejenak memek yang diperebutkan dan berlomba-lomba ingin dinikmati laki-laki diluaran sana.
Dia tatap sperma hangatnya yang belum bisa menghamili gadis dewasa itu kini tengah mengucur keluar menetes ke sofa.
Dia tatap sperma hangatnya yang belum bisa menghamili gadis dewasa itu kini tengah mengucur keluar menetes ke sofa.
"
Hahh..Hahh..Hahh.. " desah Vera menstabilkan nafasnya.
" Nikmat
banget kak.. Aku pengen nikahin kakak rasanya biar bisa terus mejuin memek
kakak.. " ujarnya kemudian memasukkan jarinya ke memek bule Vera.
" Ahh..
" Vera mendesah kecil ngilu karena memeknya yang masih sensitif tersebut langsung di colok saja oleh Akbar.
" Gila
pejuku semua ini.. Positif hamil anakku kamu pasti kak.. " bacotnya
berlagak seperti pria dewasa saja, padahal kencing juga masih belum lurus.
Vera tak mau
berlama-lama, meski langkahnya gontai dia mencoba berdiri dan membenarkan
pakaiannya yang telah acak-acakan.
" Udah
sana pulang.. Kalian gak usah kesini lagi, ini yang terakhir bar!.. "
ketus Vera masih dengan wajah lelahnya.
Namun Akbar
langsung memeluknya dan tak membiarkan Vera merapikan pakaiannya.
"
Kakaak ih!! Kok ngomongnya gitu terus sih? "
" Kan waktu itu kakak sendiri yang bilang mau nikah sama aku.. " peluknya manja dan lagi-lagi menanggapi serius salah satu ocehan Vera.
" Kan waktu itu kakak sendiri yang bilang mau nikah sama aku.. " peluknya manja dan lagi-lagi menanggapi serius salah satu ocehan Vera.
"
Lepasin Bar.. Udah sana pulang.. " Vera tak mau meladeni Akbar dan
melepaskan tangannya yang melingkar di perutnya.
Namun Akbar
tersenyum dia mengkode ke teman-temannya yang sekejap beranjak lalu
membaringkan Vera ke karpet.
" Apa
ini?.. Lepasinnn.. " jerit Vera.
Kali ini tak
seperti waktu itu dimana dia melakukan rontaan gimik, saat ini Vera benar-benar
meronta sekuat yang dia bisa!
" Mau
apa lagi kamu Bar? Udah kakak gak mau lagi!!.. " Vera terus berusaha
melepaskan jerat tangan-tangan mereka yang sedang memegangi dan mengrepe-grepe
tubuhnya.
" Kakak
belum nepatin janji kakak ke kita-kita loh.. " kekeh seorang teman Akbar
ingat betul dengan janji Vera.
" Iyaa
kak, kita kan belum ngerasain badan seksi kakak ini, kalo udah nyicipin baru
deh udah.. " yang lain ikut menanggapi.
" Eng..
Engga, jangann.. "
Mereka mulai
membuka pakaian mereka masing-masing dan membugili diri.
" Hehh?
Kalian mau apa? Pokoknya enggaa!!.. " Vera panik begitu melihat mereka
serius akan menggilirnya.
" Udah
kak! Selama ini aku selalu muasin kakak.. "
" Sekarang kok kakak gak bisa nepatin satu janji kakak?.. "
" Sekarang kok kakak gak bisa nepatin satu janji kakak?.. "
" Kalo
gak ya aku bakal dateng terus sama temen-temenku buat nagihnya.. " Akbar
tampaknya pernah di janjikan sesuatu oleh Vera.
" Kalo perlu biar ampe ketahuan ama bang Nanda.. " sambungnya terdengar mengancam.
" Kalo perlu biar ampe ketahuan ama bang Nanda.. " sambungnya terdengar mengancam.
Vera sontak
diam, sementara mereka kembali mengitari tubuhnya dan meraba-rabainya.
" Nah
kalo gini kan baru enak... Hehehe... " kekeh Akbar yang memangku kepala
Vera di pahanya.
Vera
mengesampingkan wajahnya, tubuhnya habis digerayangi tangan teman-teman Akbar
yang berjumlah 5 orang yang sudah terlihat tidak sabarannya mencicipi tubuh
putih yang sedang terbaring di depan mereka.
Bahkan sudah ada yang mengocoki kontolnya bersiap mengambil ancang-ancang menzinainya.
Bahkan sudah ada yang mengocoki kontolnya bersiap mengambil ancang-ancang menzinainya.
Jantungku
berdegup keras, ini sudah tidak bisa dibenarkan lagi, aku takkan diam soal ini
karena mereka akan memperkosa Vera!
" Yuk
kak kita lakuin yang kayak dulu itu.. " kata anak pak RT ku ini.
Vera diam
dan masih meronta meski tak sekuat tadi, entah kenapa dia tak melanjutkan perlawanannya seperti tadi.
" Ta..
tapi abis ini kalian jangan kesini lagi.. " lirih Vera menatap Akbar.
Akbar
membalas tatapan Vera namun dia tak menjawabnya.
" Ayuk
entotin dia, pejuin memeknya sampe banjir sperma.. " buka Akbar ke
teman-temannya yang tengah menjamah Vera dan membuat Vera kembali
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku sangat
terkejut, rupanya dia ingin mengulang kejadian di Lightroom sebulan yang lalu dengan teman-temannya sendiri!
Memang benar-benar
ide yang buruk mengenalkan seks ke anak kecil yang belum bisa berpikir matang, mereka hanya akan kecanduan dan seperti inilah jadinya.
Sekarang
tak ada lagi yang bisa disalahkan, entah Krisno, Yanto, tukang-tukangku, Akbar atau Veranya sendiri.
Seorang
bocah mengarahkan kontol tegangnya ke memek Vera yang sebelumnya sudah dipejui
Akbar lebih dulu, dia langsung mendesah begitu merasakan seks pertama dalam
hidupnya.
"
WANJIRR.. Jadi ini rasanya ngentot.. " erangnya kemudian mulai menyetubuhi Vera.
Vera menutup
mata dan mengesampingkan wajahnya menggeleng-geleng kuat, sama seperti tadi dia
tak ingin mereka melihat dia menikmatinya.
Sementara
aku terduduk lemas di meja komputerku melihat Veraku dicabuli gerombolan
bocah-bocah dibawah umur itu.
" Guee
keluarr, Hahh... Ahhhh!!.. " erang si bocah yang belum satu menit sudah
ejakulasi.
"
Pejuin memeknya Fan.. " Akbar menyemangati temannya yang tengah mendiamkan
kontolnya di memek Vera.
"
Gilaaak!! Badan gue kayak kesemutan saking enaknya!!.. " tutupnya kemudian
mundur.
Vera terus
menggeleng, bibirnya dia gigit sendiri, entah apa yang tengah dia rasakan saat
itu.
" Kakak
mau kontol lagi gak?.. " tanya Akbar memalingkan wajahnya yang sejak tadi
menghadap samping.
Vera diam, hanya terdengar suara tarikan nafasnya yang terdengar di kameraku
sementara salah seorang teman Akbar sudah menggesek-gesekkan kepala kontolnya
di bibir memek bergelambir Vera yang lumer peju itu.
"
AHHH!!!!.. " desahnya seperti rekannya yang pertama tadi begitu
mendorong kontolnya masuk.
"
Shhhh!!.. " lirih Vera keras yang membuatku jadi tahu jika tubuhnya memang
tengah menikmatinya meski dia coba ingkari.
"
Sumpah bos ini enak bener!!.. " celetuk si pengentot ke Akbar yang fokus mengelus-elus wajah Vera.
" Enak
kan kak? Kok gak desah sih? Waktu itu kakak histeris bener kayak orang gila.. "
ungkitnya lagi sambil menyibak rambut Vera yang menutupi wajahnya dan
mengenang kejadian bersama Krisno yang kini sedang dia tiru sendiri.
" Iya
bar tahan gitu, gue pengen liat muka cantiknya sambil ngentotin nih tante.. "
dia mempercepat kocokannya dan memandangi gadis dewasa yang tengah dia tiduri
itu.
Vera
membungkamkan mulutnya sadar jika ekspresinya hanya akan menjadi bumbu penyedap
bagi para bocah-bocah yang sakau seks ini.
Bahkan toket putih Vera sudah merah-merah karena tak lepas terus diremas-remas dengan amat kasar oleh mereka sementara dia digilir.
" Ahhh kak bule aku keluuar kak.. Ughh!! " seketika dia menumbuk dalam kontolnya ke memek Vera mengeluarkan spermanya.
" Ahhh kak bule aku keluuar kak.. Ughh!! " seketika dia menumbuk dalam kontolnya ke memek Vera mengeluarkan spermanya.
"
Hehehe banyak gak kak semprotan sperma temenku?.. " goda Akbar ke Vera
yang wajahnya sudah merah.
Tak lama
puas ejakulasi di dalam, temannya mencabut penisnya guna memberi Slot ke rekannya yang lain.
Melihat
wajah Vera yang pasrah dengan mata sayu khasnya membuatku kembali harus
berseteru lagi dengan perasaanku.
Tanpa jeda
dan tak membuang waktu, bocah berikutnya segera menaiki Vera.
"
Shhhs... " ringis Vera dengan tangan dipegangi Akbar saat memeknya kembali
ditembus kontol selanjutnya.
" Gimana
Ton enak gak nih meki cewek gue?.. " tanya Akbar ke temennya yang dia panggil
Ton itu.
"
Mantap Bar, ini nih yang bilang orang surga dunia.. Huuhh!! " dengusnya keras
mempercepat penetrasinya.
"
Jangan lupa luh pada, masing-masing utang rokok sebungkus ma gua.. "
lanjutnya yang membuatku sakit hati.
Bisa-bisanya
bocah tak tahu di untung ini menjual tubuh Vera kepada teman-temannya dengan
hanya bayaran sebungkus rokok.
" Beres
cuy, samsu kan?.. " jawab salah seorang yang tadi sudah memakai Vera
dengan mengangkat jempolnya ke udara.
Vera
mendesah mendengar itu dan menggelinjang, entah karena sadar jika dia dia
tengah dijual dengan sebungkus rokok atau desahannya tersebut akibat penetrasi dari bocah
yang tengah mengentotinya.
" Gu..
gue keluaa..ARGH.. " teriak si Ton tadi dengan tubuh menggigil dan
bergetar diatas tubuh Vera.
" Gak
maen-maen nih tante hotnya! Abis peju gua bangsat!.. " dia mengumpat
sambil memerah kontolnya lalu mencabutnya.
Setelah ini
aku benar-benar memberi pelajaran ke bocah kurang ajar ini! Habis sudah
kesabaranku mendengar mereka membacoti Vera seenak jidat mereka.
" Udah
Bar.. Udah.. " suara pelan Vera terdengar di Headphone ku ketika Akbar menyuruh temannya langsung bermain cepat
mengentotinya.
" Kakak
kok gitu? Enak kan kak? Kakak bilang sama aku dulu kalo kakak suka memek kakak
di hangetin ma peju.. " jawab Akbar manja mengelus-elus kepala Vera yang ada
di pahanya.
"
Uhhh.. Pe..pelan-pelan... " desah Vera saat teman Akbar yang satu ini
buru-buru langsung tancap gas menghujam kontolnya kuat-kuat persis orang yang
pertama kali ML.
Kulihat Vera
mulai mendesah dengan lepas, dia memegang telapak tangan Akbar yang terus
mengunci tangannya dengan kuat, pertanda dia pun akan segera orgasme lagi.
Jujur saja,
saat ini aku malah ingin menyuruh Vera menikmatinya saja, aku tak tega
melihatnya menahan-nahan diri lagi yang malah membuatnya tersiksa.
Bagiku dia mengingat nasihatku dan mulai membatasi diri saja sudah membuatku senang, Regardless.
Bagiku dia mengingat nasihatku dan mulai membatasi diri saja sudah membuatku senang, Regardless.
Aku pun
memahami jika dia tak bisa instan berubah dan ujug-ujug langsung menjadi cewek
‘baik-baik’ seperti yang kuharapkan, mengingat libidonya yang memang di atas
normal itu.
Desahan Vera
makin kuat, dia melengkungkan tubuhnya lalu mulai menggelinjang.
Aku sangat
tahu jika ini adalah gejala orgasmenya, dan selang beberapa detik kemudian dia
pun melepaskan orgasmenya.
Badannya
bergetar-getar sembari terus pergelangan tangannya dipegangi oleh Akbar,
sementara yang mengentotinya sedang mendiamkan sejenak kontolnya entah dia kaget
dengan orgasme Vera barusan atau mereka klimaks berbarengan.
"
Barusan kayak di gigit kontol gua bro.. Kerasa bener memeknya denyut-denyut.. "
dia pun mencabut kontolnya yang rupanya juga menyuntikkan spermanya tadi
serentak dengan orgasme Vera.
Wajah Vera
begitu terlihat merah, matanya sudah sangat redup, desahannya juga terdengar
pelan sekali.
Aku jadi
terenyu melihat ekspresi pilunya itu, dia sudah benar-benar memaksakan dirinya
mencoba bertahan sekuat yang dia bisa, namun pada akhirnya Vera tetap tak bisa melawan kehendak alam yang sepertinya
memang sudah dia bawa sejak lahir.
Kini aku benar-benar ingin gadisku ini cepat pulang dan menuruti apapun yang dia minta
nanti jika dia kembali lagi di sampingku, aku tak mau lagi memarahinya seperti
kemarin yang justru malah menyiksa dirinya.
Belum pernah
kuhabiskan energiku dalam satu waktu hanya demi seseorang seperti ini
sebelumnya.
Entah
mengapa baru Vera yang bisa membuatku begini.
"
Eghh.. " erang Vera terdengar pelan.
Rupanya
masih ada satu orang terakhir yang belum meng-Creampie nya, dan kini tengah mengambil tongkat terakhir tersebut.
"
Akhirnya aku bisa ngentotin kakak juga.. Ahh.. "
" Biar
bekas peju yang laen juga tapi tetep aja enak.. " racaunya dengan
gerakannya yang cepat tampak sudah tak bisa menahan diri lagi.
"
Iyalah, jablaynya gue nih.. Muaah.. " bangga Akbar kemudian mencium kening
Vera.
Akbar pun
mulai mengocoki kontolnya sendiri yang rupanya dari tadi sudah tegang juga, aku baru
menyadarinya karena tertutup kepala Vera yang sengaja dia dudukkan di
selangkangannya.
"
Buruan bego.. Gue pengen mejuin kakak cantik gue ini lagi.. " Akbar sudah
tak sabar.
" Ini
niih mani guee!!.. AHHHH!!!.. " dia langsung menghentikan genjotannya mendadak dari tempo cepat sebelumnya.
Vera memejamkan
matanya, dan meringis tanpa suara, tampaknya dia tengah merasakan siraman
hangat air mani bocah yang sedang setubuh dengannya ini.
Lelehan
spermanya yang bercampur sperma rekan-rekannya yang tadi langsung mengucur
keluar persis kejadian waktu itu.
Akbar pun terpukau dan terlihat sangat bangga bisa mengulangi hal tersebut pada Vera yang tentu saja kali ini sebagai pemeran utamanya.
Akbar pun terpukau dan terlihat sangat bangga bisa mengulangi hal tersebut pada Vera yang tentu saja kali ini sebagai pemeran utamanya.
Dia berdiri
lalu dia minta temannya gantian memangku dan memegangi Vera, karena dia ingin
mengambil jatah keduanya sebagai penutup.
Vera tak
bisa berbuat banyak begitu Akbar langsung melesakkan penisnya yang sudah tegang
melihat tubuh putih yang sejak tadi dia pangku terus digilir teman-temannya.
"
Alamak kak... Enak sama kakak gak abis-abis.. " ujarnya menggeber
nafsunya dengan intensitas tinggi.
Vera sudah
benar-benar pasrah, tidak ada gerakan apapun yang dia lakukan, entah dia sudah
menyerah atau dia kelelahan aku tak tahu pasti, yang jelas dia sudah membiarkan
saja bahkan hingga Akbar mulai meleguh dan akan ejakulasi.
" AHHH
KAKK.. AKU KELUAR!.. " erangnya kemudian mengunci kontolnya di dalam memek
Vera.
" ENAK
BANGET BANGSAAT!!.. " racaunya saat menarik mundur persenjataannya bersama
mengalir keluar pula semua akumulasi sperma mereka yang sudah bercampur jadi
satu.
Anak yang
tadi menggantikan Akbar memangku Vera berdiri dan ikut mengamati dari depan
bersama teman-temannya.
Mereka semua tengah menikmati kucuran sperma yang terus meleleh keluar dari memek merah Vera yang tadi habis mereka nikmati bersama kini terlihat berdenyut-denyut.
Mereka semua tengah menikmati kucuran sperma yang terus meleleh keluar dari memek merah Vera yang tadi habis mereka nikmati bersama kini terlihat berdenyut-denyut.
Mereka
tertawa-tawa saling klaim sperma siapa yang paling banyak keluar tadi,
sementara mereka begitu, fokusku mengarah ke wajah cantik Vera yang tergolek
terkapar kelelahan akibat perang batin yang dia alami melawan gejolak
birahinya.
Bocah-bocah
itu segera memakai seragam mereka lagi dan tampak akan meninggalkan Vera yang
masih tergeletak di karpet menutupi wajahnya.
Beberapa
saat disaat kukira mereka akan cabut pergi, namun aku salah.
Akbar
membangunkan Vera dan menyuruhnya merapikan pakaiannya, dia lap memek Vera
dengan tisu lalu memapahnya berdiri.
"
Baar.. Apa lagi?.. " lirih wanita yang sangat ingin kupeluk itu ketika
sadar Akbar menginginkan sesuatu lagi darinya.
" Udah
pake aja bajunya kakak.. " katanya membantu mengancingkan sendiri kemeja
Vera.
Setelahnya
pakaian Vera terpasang lagi dengan ala kadarnya, dia memapah Vera yang sudah
gontai sekali ke teras depan dekat garasi, dimana disana teman-temannya sudah
duduk di atas motor menunggu.
Disini aku
kehilangan suaranya, namun mereka tampak berdebat, Akbar mengatakan sesuatu ke
Vera dengan gaya manjanya itu, dan Vera menggeleng-geleng menolak gestur Akbar
yang seperti ingin mengajaknya pergi.
Aku
terperanjat, inilah kepingan yang hilang tentang kejelasan situasi dan kemana perginya Vera saat
ini!
Akbar terus
membujuk Vera dengan memeluknya, awalnya Vera kekeh menolak namun entah apa
yang diucapkan Akbar hingga Vera pasrah ketika tangannya ditarik naik ke salah
satu motor mereka.
Mereka
bonceng tiga dengan Vera mereka dudukkan di tengah dan Akbar memeluknya dari belakang sambil menggrepe-grepe toket bulatnya.
Lalu 3 motor
itu berjalan keluar dari pekarangan rumahku dengan Vera yang turut mereka bawa pergi.
Entah kemana.
Entah kemana.
..............................
Aku terduduk
di sofaku, kini jelas sudah bahwa Vera tengah di culik anak-anak brengsek itu.
Seketika
otakku buntu, dan aku kehilangan tenagaku.
" Den
kenapa den?.. " celetuk mas Krisno yang sedang ada di dapur membuat kopi
melihatku begitu lemas berjalan menaiki tangga.
Aku diam
saja dan terus berjalan ke kamar.
Kuambil
Handphone ku dan kutelpon lagi Vera berharap dia benar-benar baik-baik saja
namun kali ini nomornya bahkan tidak aktif.
Aku sungguh
panik, pandanganku gelap dan aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih.
Kalut, resah
dan gundah gulana kurasakan semuanya, malah aku ingin lapor ke polisi
saking tak tahunya apa yang harus kuperbuat.
Aku merasa
bertanggung jawab dengan Vera, dia adalah satu-satunya hal yang bisa
membuatku gila.
Kucoba
bertahan dengan menenangkan diri dan tetap menunggu bahkan sampai pagi
sekalipun.
Mendekati
jam 12 malam kudengar ada motor berhenti di depan rumah seketika itu juga aku
berlari turun ke bawah.
Dan benar,
saat aku di bawah Vera sudah ada di ruang tamu tampak akan berjalan ke atas.
Dia tersenyum
melihatku, seketika langsung kupeluk gadis yang sangat membuatku kuatir ini dengan
erat.
Pakaiannya
masih yang tadi namun sudah basah, rambutnya pun basah padahal sedang tak hujan di
luar.
"
Verr!!.. "
" Kamu
kemana aja sayang? Aku bisa gila karena kamu Ver.. " ujarku memeluknya
erat seerat-eratnya!
" Maaf
ya bikin kamu kuatir.. " jawabnya
membalas pelukan eratku.
Saat ini,
demi apapun aku tak pernah merasa selega sekarang melihatnya baik-baik saja.
" Kamu
gpp kan sayang? Astaga Ver, kenapa muka kamu pucat gini?.. " langsung ku
tatap wajahnya yang terlihat begitu kelelahannya dan bibirnya pun putih pucat
sekali.
" Iya
aku baik-baik aja kok.. Aku sayang kamu.. " katanya dengan senyumnya yang
membuatku benar-benar ingin terus bersamanya ini.
" Iya Ver, aku juga!.. " pelukku kembali padanya.
" Iya Ver, aku juga!.. " pelukku kembali padanya.
Kuangkat
Vera dan kubawa dia ke kamar dalam gendonganku.
Di kamar
Vera langsung berganti baju, saat dia melepaskan pakaiannya tampak dalamannya
sudah hilang entah kemana, dan yang lebih bikin kaget lagi di sekitar toket dan pahanya
penuh merah-merah bekas cupangan.
Saat kutanya Vera tersenyum dan bilang hanya digigit nyamuk.
Vera tampak masih belum mau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dan dibawa kemana dia pergi.
Vera tampak masih belum mau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dan dibawa kemana dia pergi.
" Ver
cerita sama aku.. " langsung kuangkat dagunya yang menunduk tak
berani menatapku.
"
Enggaa, aku gak dari mana-mana.. " jawabnya tersenyum palsu.
" Kamu
dibawa kemana sama Akbar dan temen-temennya itu Ver?.. " aku tak ingin
berpura-pura tidak tahu lagi agar semuanya jelas.
Vera
tersentak saat tahu jika aku sudah tahu, terus kutatap wajahnya yang lari dari
tatapanku itu.
"
Cerita Ver, aku gak akan marah, kenapa kamu terus nyembunyiin ini dari aku?.. "
" Aku
mau kamu terbuka, kamu gak perlu nutupin apa-apa lagi dari aku.. "
kataku serius di hadapannya.
Dan seketika
Vera memelukku erat, dia mengucapkan maaf dan sangat takut jika aku marah.
Kubalas
pelukannya dan kubelai rambutnya yang tengah basah, kuberikan dia kenyamanan
seperti aku yang biasa melupakan semua kekecewaanku yang kemarin padanya.
Malam itu Vera menceritakan semuanya padaku.
Vera bilang Akbar dan teman-temannya membawa dia ke tengah hutan di pinggiran Jakarta lalu kembali menggilirnya di semak-semak dengan beralaskan koran.
Aku marah
sekali mendengarnya dan berniat akan melapor ke polisi namun Vera melarangku,
dia bilang dia mau melakukannya supaya Akbar tidak datang lagi kerumah
makanya dia menuruti kemauan terakhir bocah itu.
Vera tidak
begitu menceritakan detilnya yang jelas mereka terus menggilirnya, apalagi
setelah menemukan gubuk tak terpakai yang langsung mereka jadikan sebagai
tempat mesum mereka.
Makin malam Vera terus mendengar suara motor berdatangan, dimana rupanya Akbar mengajak teman-temannya yang lain untuk turut mencicipi nikmat montok tubuhnya di dalam gubuk itu.
Dan alasan Vera tadi tak mau menceritakannya padaku karena dia takut aku marah kemudian memukuli atau bahkan malah membuangnya jika sampai aku tahu.
Dan alasan Vera tadi tak mau menceritakannya padaku karena dia takut aku marah kemudian memukuli atau bahkan malah membuangnya jika sampai aku tahu.
Langsung kupeluk ketika dia mengucapkan itu, aku mau menangis rasanya dengan kepolosan sifatnya ini.
Kuelus dan kukecup dahinya yang kini benar-benar lelah sekali, Vera mengakui jika itu murni kesalahannya karena dia yang membuat Akbar jadi begitu.
Kuelus dan kukecup dahinya yang kini benar-benar lelah sekali, Vera mengakui jika itu murni kesalahannya karena dia yang membuat Akbar jadi begitu.
Aku sama sekali tak marah, sedikit pun tidak!
Aku hanya merasa jika akulah yang kurang menjaganya dan lengah dalam mengawasinya, Vera adalah gadis yang sangat lugu karena itulah dia hanya perlu di awasi dan diberikan perhatian dan jika sudah begitu aku yakin semua akan baik-baik saja.
Terlepas dari semuanya, yang jelas aku sangat lega karena sebelumnya sempat aku berpikir jika Vera memilih kabur meninggalkanku dan memikirkan hal tersebut sungguh membuat tubuhku jadi lemas.
Malam itu, Vera kubiarkan tidur pulas dalam pelukanku, meski dia ingin menceritakan semua mengenai dirinya.
Namun kusuruh dia tidur dan beristirahat saja lebih dulu karena dia jauh lebih membutuhkannya saat ini, aku tak mau membebani pikirannya dulu dengan sesuatu yang lain.
Makin kesini entah kenapa aku hanya merasa ingin terus membuat Vera merasa nyaman dan aman bersamaku, tanpa peduli apapun yang telah terjadi di masa lalunya.
Meski mungkin di saat dia bangun nanti dia tetap akan menceritakannya padaku.
..............................
Wadidadu femdomnya mendidih!
ReplyDeletePutingnya berasa bner2 pengen tak gigit sampe lepas
ReplyDeleteBikin cerita dari awal mula kenal seks dong kak..
ReplyDeleteKalo yg ngewek secantik itu gw juga mau jadi slavenya.. haha
ReplyDeletemantap ceritanya
ReplyDeletePlis pukulin si akbar, masukin ke penjara
ReplyDeleteOh pantes di forum gak di update cerita ini, kalo di semprot kan gak boleh cerita dibawah umur.
ReplyDeleteMantap deh sis, disini emng lebih bebas, ga sbar sama cerita fira sama yg masa lalu vera sama bencong kyak yg pernah disinggung di season 2
Ayo Sis Vera nya disiksa di bdsm in...
ReplyDeleteDamn.....
ReplyDeleteWhat an excellent remake, Sis....
I love it so much
Cheers...
Pimp Lord
Anjir veranya diculik sama anak kecil trus diperkosa rame2 digubuk,auto muncrat
ReplyDeleteAyo Hu di bsdm in..., disiksa sampe orgasme, kayak di LA dulu...
ReplyDeletejangan bdsm min wkwkwk slave soft ajaa
ReplyDeleteWelcome to WAKANDA POKER!!!
ReplyDeleteKami menyediakan permainan Poker,Domino,Ceme , Ceme Keliling,Capsa Susun, Super10 dan Omaha
1. Min Deposit hanya 10rb
2. Bonus New Member 15% / maks 300.000
3. Bonus 10% Setiap Deposit / maks 25.000
4. Bonus Referral 15% Seumur Hidup
5. Bonus TO 0.4% / Setiap Minggunya
6. Promo Bonus T.O / 3 bulan barhadiah Ratusan Juta
bandar poker uang asli
agen poker uang asli
bandar Ceme uang asli
Judi Poker Online Domino QQ
judi ceme online
Untuk informasi lebih lanjut :
Line : wakapoke
WA : +855 96 250 8220
Selamat siang Bos ��
ReplyDeleteMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"
Balas
Moga aja dibikin cerita pas vera di culik sama akbar
ReplyDeletePuass bacanya!!
ReplyDelete