Sunday, February 23, 2020

CHAPTER 10 : CITY OF ANGELS


Aku dan Vera sudah bosan dari tadi duduk di ruang tunggu ini, karena bukan penerbangan udara namanya jika tak delay, apalagi jalur internasional begini.

" Hayo ngelamun.. " ujarku pada Vera karena dia dari tadi duduk diam saja sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

" Boseeen.. " jawabnya mulai bete menunggu Boarding Pass kami.

Saat itu di ruang tunggu kami, banyak sekali jemaah Indonesia yang hendak umroh berangkat melalui Doha, Qatar.

Memang aku menyuruh Vera saat booking untuk memilih transit di Qatar saja dari pada di Taiwan, karena pengalamanku dulu saat di bandara Taipei koperku tertukar, belum lagi pelayanannya juga buruk makanya aku kapok memilih rute penerbangan sana.

Perjalanan dengan Qatar Airways cukup menyenangkan, pelayanan ramah dan makanan yang cukup lengkap bisa di dapat diatas pesawat.

20 menit kemudian akhirnya kami sudah di dalam pesawat, aku dan Vera ada di tingkat tengah yaitu tingkat khusus penumpang First Class.

Vera tampak agak grogi karena ini adalah penerbangan lintas benua pertamanya, aku ketawa saja melihat betapa lucunya dia.

" Udah mau take off nih sayang, gih minum antimonya.. " godaku padanya.

Ia langsung mencubit tanganku.

Pesawat sudah Take Off, kami pun berangkat dari Jakarta dengan pesawat Qatar Airways menuju Doha, Qatar.

Dalam perjalanan yang menghabiskan 7,5 jam di atas pesawat kami terbang melewati Malaysia, Thailand, India, kemudian menuju ke Timur Tengah untuk mendarat di Doha.

Perjalanan yang melintasi setengah benua Asia ini, kami lewati melalui udara.

Ketika mendarat di Doha Internasional Airport jam sudah pukul 4 pagi, tidak ada perbedaan waktu yang terlalu jauh dari Indonesia dan Qatar.

Hanya selisih waktu 3,5 jam, untuk skala internasional itu tak begitu jauh.

Matahari baru akan terbit beberapa saat lagi, Vera agak Jetlag karena selama kurang lebih 7 jam tadi dia susah tidur.

" Yang mau ketemu mami-papi kamu gak?.. " tanyanya padaku di saat kami berjalan ke ruang transit.

" Engga usah, aku gak ngasih tau mereka, lagian juga jauh banget dari sini.. " jawabku pada Vera karena ia ingat orang tuaku memang bekerja disini.

Sudah dari dulu dia ingin bertemu dengan orang tuaku, namun aku merasa belum waktunya memperkenalkan Vera ke keluargaku.

Akan ada waktu yang tepat untuk itu yang jelas untuk sekarang aku belumlah siap.

Kami tiba di ruang transit di bandara internasional Qatar yang mewah dan sangat luas, hingga kami harus berpindah dengan menggunakan bus transit.

Setibanya di ruang transit aku dan Vera bersama penumpang lain masih harus menunggu sekitar 3 jam lagi, sebelum benar-benar terbang menuju ke New York.

Vera jadi makin gelisah karena aku tahu dia pasti sudah tidak sabaran untuk segera sampai tapi ya begitulah.

Perjalanan menuju Amerika Serikat yang tepat berada di belakang belahan lain dari bumi Pertiwi adalah perjalanan mengitari bola dunia.

Dulu pun waktu kecil aku juga gelisah dan terus rewel kepada orang tuaku ketika diajak pergi jauh seperti ini, namun mereka mengatakan bahwa aku hanya harus sabar sambil mengelus kepalaku sekaligus mengajarkan bahwa segala sesuatu itu pasti butuh proses yang sampai sekarang terus kuingat.





..............................

Dan setelah melakukan perjalanan udara yang panjang dari Indonesia, akhirnya aku dan Vera sampai dengan selamat di John F. Kennedy International Airport New York.

Kami menginjakkan kaki ke negara yang melegalkan LGBT ini.

Sambil mengantri bagasi aku segera memesan Uber untuk menuju hotel yang Vera booking, sementara Vera sudah kusut sekali wajahnya karena dari tadi dia bolak-balik tidur-bangun.

Demi menghemat waktu karena kasihan Vera sudah lelah juga dan butuh istirahat maka kami pun meluncur ke hotel.

Diperjalanan Vera diam saja, aku agak aneh karena dia terus memandang kosong di sepanjang jalan tampak memikirkan sesuatu.

Mata sendunya itu terus menatap keluar jendela dan tampak berkaca-kaca terlihat seperti sedang mencari seseorang di negara yang berbatasan langsung dengan Kanada ini.



" Gpp sayang?.. " tanyaku.

" Ah.. Gpp kok sayang, cuma lagi nikmatin pemandangan aja.. " ujarnya tersenyum padaku.

Segera kugenggam tangan gadisku ini dan kurangkul bahunya karena aku pun mengerti apa yang sedang dia pikirkan.

Aku hanya bisa menguatkannya dalam pelukanku berharap dia tak larut dalam perasaan sedihnya.





..............................

Singkat cerita, kami tiba di hotel yang berhadapan langsung dengan ikon kota New York yang sangat terkenal itu, Times Square.

Setelah makan malam pun kami beristirahat.

Di hari kedua barulah aku dan Vera berkeliling New York, meskipun kami lebih banyak berjalan kaki menyusuri kota New York namun tak terasa lelah sama sekali.

Berada di tengah-tengah kepadatan lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki, menyatu dengan para pejalan kaki bergelombol di ujung perempatan jalan lalu berbondong-bondong menyeberang saat kendaraan berhenti terasa Fun sekali apalagi bergandengan tangan dengan Vera yang terlihat ceria dan agak alay.

Aku ketawa saja melihatnya yang berlari mengejar burung merpati yang ada di pinggir jalan atau terus mengajakku berfoto.

Semuanya terasa menyenangkan, meski aku sudah sering bepergian keluar negeri baik sendirian maupun dengan keluarga tapi ini pertama kalinya aku pergi bersama pasanganku.

Karena memang ini janjiku padanya sebagai ganti dia kutinggal liburan naik ke gunung dulu, yang baru kesampaian sekarang karena kami pun masing-masing sibuk sekali pasca kelulusan.

Vera terlihat bahagia sekali, dia ketawa-tawa dan enjoy dengan momennya yang juga membuatku merasa senang bisa membawakan kebahagiaan untuknya.

Meski aku tak seaktif dia sekarang yang berlari kesana-kesini dan lepas sekali.

Dia sih enak bisa jalan dengan pede karena parasnya berbaur sekali dengan orang sekitar, ya bisa dibilang Vera sedang pulang kampung sekarang.

Dan malamnya aku bercinta dengan Vera dipenuhi perasaan bahagia.

Hari ketiga kami Check Out hotel dan dengan menggunakan Subway kami pun langsung menuju ke kota para malaikat, Los Angeles.





LOS ANGELES

Lepas bertolak dari kota yang tak pernah tidur itu, akhirnya kami tiba di LA.

Tak mau buang waktu karena Vera ingin ke banyak tempat disini, dan sebagai awal kami langsung mengunjungi Walk of Fame yang sangat terkenal itu sebagai tujuan awal kami di kota Hollywood ini.

Setelah dari sana kami lanjut berkeliling hingga puas, barulah kami memilih sebuah hotel di pinggiran kota yang ada di dekat pantai sebagai tempat kami beristirahat.

Aku sengaja untuk tak memilih hotel yang ada di pusat kota selain karena pemandangan di hotel ini langsung ke pantai, aku bosan saja jika harus melihat gedung-gedung lagi makanya aku memilih tempat yang agak bernuasa pemandangan alam.

Dua hari kami habiskan menikmati indahnya senja di pantai LA yang terkenal dengan komidi putarnya itu.

Rencananya sih besok kami akan bertemu dengan kenalan Vera, karena waktu juga tak banyak, berhubung tiket pulangnya sudah Vera pesan 3 hari lagi.

Siangnya kami langsung menjadwalkan pertemuannya di sebuah Coffe Shop.

Kini kami masih menunggu kenalan Vera itu tiba sambil menyeduh kopi panas, dan ya menu utama serta yang paling dicari bule ataupun turis disini adalah kopi Gayo Aceh.

Bangganya aku sebagai orang Indonesia, karena menu favorit yang berada di luar negeri pun berasal dari tanah airku, tapi saat ini aku sedang menyeduh rasa kopi dari Kansas, sebagai perbandingan saja.

Dan rasanya tak membuatku terkesan, jauh lebih enak kopi Gayo Aceh ataupun kopi Liong di Margonda Depok, sementara Vera karena karena dia tidak mengopi dia hanya memesan lemon tea.

Tak berapa lama Vera melambaikan tangan dan berdiri menyambut seseorang.

Kulihat seorang cewek Asia yang mengenakan pakaian Tart Leopard sedang cepika-cepiki dengan Vera yang menurutku pribadi dia cukup Hot juga dengan gayanya yang agak Hipster.

" Hi, udah lama ya?.. " ujarnya cepika-cepiki denganku juga.

Dia duduk, kemudian memperkenalkan dirinya denganku lalu kami mengobrol santai, jadi rupanya ini Jennet-Jennet yang Vera bilang itu.

Sambil mengobrol kuperhatikan lagi wajahnya yang sepertinya sudah dia rombak seperti memancungkan hidung, melancipkan dagu dan yang paling mencolok adalah bibir tebal hasil Filler yang kini dia miliki.

Jennet bisa berbahasa Indonesia meskipun tidak Fluent dan logatnya juga lucu, makanya sering dia campur-campurkan dengan bahasa inggris.

Dia bercerita bahwa dia cuma 3 tahun sempat tinggal di Indonesia, dan sekarang dia sudah menetap di LA, dia sih asli orang Filipina.

Kami terus ngobrol dan dia bercerita banyak hal akan pengalamannya saat di Indonesia dulu, dia juga mengomentari Vera yang dikatakannya jauh lebih cantik di asli ketimbang saat mereka bertemu Via Face Chat lalu dia balik menanyakan ke kami tentang kesan kami selama di LA.

Jennet tertawa saat kami katakan di LA agak lebih tenang ketimbang saat kami di New York.

Dia mengatakan bahwa itu anggapan yang paling sering ia dengar dari para turis ataupun pelancong seperti kami.

Dijelaskannya bahwa LA ini sebenarnya adalah kota ‘pelarian’ sama seperti Texas.

Kubilang pelarian karena biasanya orang-orang kaya dari berbagai negara akan menghabiskan uangnya di dua kota ini baik disaat libur atau disela aktifitas mereka sebelum berkutat dengan pekerjaan mereka kembali.

Hanya saja kalau di Texas syarat dengan judi serta peredaran Drugs nya yang gila, maka di LA lebih keragam duniawi seperti klub malam dan wanita-wanita prostitusinya, karena itulah dinamakan Los Angeles (City of Angels).

Melihat kami yang tampak tak mengerti dengan penjelasannya, Jennet kembali tertawa.

" Hahaha.. Bingung ya?.. Just forget it.. " ujarnya kemudian menggigit Pizza nya.

Setelah cukup lama kami ngobrol kami pun makin akrab, karena Jennet sendiri orangnya Skuy abis dan sangat ramah, bahkan kami sudah saling tukar Instagram sekaligus telah saling Follow satu sama lain.

Selagi Vera sedang asik mengobrol dengannya, kubuka Instagram Jennet yang dia Private karena aku agak penasaran dengannya apalagi dia punya toket yang tak kalah besarnya seperti Vera yang dari tadi belahan dadanya itu mengganggu fokusku.

Dan terlihat koleksi foto-foto IG nya yang seksi-seksi.










Mereka berdua masih asik ngobrol dan aku terus menelisik Instagram Jennet melihat Body aduhainya yang sepertinya dia dapatkan di meja operasi.

Dan ya, gayanya terlihat sekali berkiblat dari Kylie Jenner yang memang menjadi pedoman bagi cewek-cewek Amerika sekarang ini.

Bahkan aku dan Vera pun sering gaduh karena gadisku itu sering ingin ikut-ikut mem-Filler bibirnya agar tampak tebal seperti Kylie Jenner yang tentu saja kularang.

Bagiku kecantikan Vera ada di wajah imut dan Innocent nya yang membuat dia terlihat natural sekali.

Vera tak perlu polesan Make-Up atau Filler bibir untuk mendapatkan kesan Hot karena dia punya sisi seksinya sendiri dibalik wajah sayunya.

Meski kuakui Jennet sendiri sangat sensual dengan wajah oriental Asianya, terlebih di beberapa foto riasan Make-Up serta pose yang dia tampilkan benar-benar menunjukkan kesan 'Bom Sex' sekali.









Setelah makan dan menghabiskan minum, Jennet pun menawari kami berkeliling lagi.

Kami meninggalkan Coffe Shop itu dan naik ke mobilnya lalu berjalan mengelilingi sudut LA yang indah dan belum banyak diketahui orang.

2 jam tak terasa kami berkeliling di daerah utara LA, kami memilih nongkrong di Rooftop Caffe sederhana.

Posisi bangunan kami sangat tinggi, pemandangan yang di suguhkan luar biasa indah, tulisan Hollywood diatas bukit yang memang menjadi ikon kota ini tampak tidak jauh dari kami.

Tak pelak aku benar-benar bisa melihat keindahan kota Los Angeles dari sini, Vera mencium pipiku dan tersenyum bahagia.

Jennet menawarkan untuk memfotoi kami, dan segera saja Vera memberikan Iphone nya lalu menarik lenganku agar merapat merangkulnya.


Kami pun berfoto berdua.





..............................

Suasana senja sudah mulai terasa.

Cahaya mulai temaram dan langit menguning, padahal jam baru jam setengah 4 sore namun langit di belahan bumi yang jauh dari Indonesia ini memang lebih cepat gelap.

Kami tetap ngobrol dengan akrab bertiga, lalu Jennet tiba-tiba mengatakan tak sabar menanti kami pada acara nanti malam yang langsung membuatku mengernyitkan dahi.

" Acara?.. " tanyaku padanya.

Jennet menoleh kearahku dengan wajah Curious, lalu berganti menatap kearah Vera.

Dia menarik sebatang rokok dari bungkus berwarna merah putih yang cukup laris di Indonesia karena memang di import dari sini.

" Jadi Verani gak cerita?.. " ujar Jennet sambil menghisap rokoknya.

Aku melirik kearah Vera, dan gadis cantikku itu langsung menunduk.

Paham dengan situasi, Jennet segera menjelaskan.

" Gini nan.. "

" Sebelumnya aku ama Vera emang kenalan di sebuah situs, kebetulan aku pengurus klub sekaligus Curator di region Asia.. "

" Vera banyak tanya-tanya soal klub kita ini, aku ngejelasin dan bercerita banyak sama dia.. "

" Dan Vera interest, akhirnya dia minta aku temenin dia secara langsung ke acara nanti malam di klub kita.. " jelas Jennet padaku.

" Klub? Nanti malam?.. " tanyaku dengan alis mengkerut.

" Aduh gimana ya? Vera kamu belum jelasin sama pacar kamu ya?.. " Jennet tampak sulit menjelaskan padaku.

" Gini aja deh nan, nanti jam 8 malem kalian dateng aja kesini, terus bilang tamunya Lady Jen.. " sambungnya sambil menuliskan sebuah alamat dan nomor telepon di sehelai tisu.

Aku mengambil tisu yang sudah tertera alamat itu, Vera terus saja menunduk dan terdiam, entah kenapa dia jadi tak berani menatapku.

Tak lama Jennet mengantar kami kembali ke hotel, lalu mengatakan dengan senang hati menunggu kehadiran kami nanti malam.

Aku iyakan saja sambil tersenyum dan segera masuk kedalam hotel.





..............................

Di dalam kamar kami berdua saling diam.

Aku sengaja mendiamkannya dan menunggu cewek yang gampang sekali terpengaruh lingkungan ini untuk menjelaskan sendiri tanpa perlu kutanyakan.

Aku sih mencoba bersikap biasa saja tapi Vera terlihat gusar dan tak enakan denganku, karena dia sadar dia salah.

Setelah aku mandi, aku membuat secangkir teh hangat terus kuantarkan ke dia yang sedang tiduran melamun di ranjang.

" Ini Ver, teh hangat buat kamu.. Minum gih.. " kataku menaruhnya ke meja yang ada tak jauh dari ranjangnya.



Dia yang sedang melamun pun kaget, kemudian mengangguk.

Diliriknya aku, lalu wajahnya terlihat seperti hendak mengatakan sesuatu dengan ragu-ragu padaku.

" yang... " panggilnya pelan saat aku balik badan akhirnya memberanikan diri bersuara.

Kutatap wajah cantiknya yang kini menatapku.

Dia kembali menunduk, melihat kegelisahannya maka aku duduk di tepi ranjang dan mengelus rambutnya.

" Kenapa sayang?.. " kataku sembari tersenyum.

" Ka..kamu gak marah?.. " ujarnya menatapku dengan polosnya.

Aku diam saja, kuhela nafasku lalu kutatap mata abu-abu kebiruannya yang sedang menyorot kearahku dengan gugup.

" Kenapa kamu gak jujur Ver?.. " aku bertanya dengan nada kecewa.

" Kan kita udah komit mau jujur-jujuran, masa mesti diingetin terus, lupa ya?.. " sambungku tersenyum dan mengelus pipinya.

Vera hanya diam kemudian memelukku, namun aku berusaha beranggapan jika dia lupa saja meski aku tahu Vera sengaja tak menceritakannya padaku.

Dia tahu aku takkan memperbolehkannya mengunjungi klub itu jika dia mengatakan tujuan sebenarnya dia ingin ke LA ini.

Pantaslah Vera ngebet agar kami ke Amerika dan mengunjungi LA ketimbang Paris, kukira karena kecintaannya terhadap dunia Hollywood, namun rupanya dia kesini untuk alasan yang berbeda.

" takut kamu marah.. " jawabnya beberapa saat dengan nada lemah dan memeluk perutku.

Aku menghela nafas dalam-dalam, lalu kudekap dia erat-erat.

" Vera..Vera.. Kenapa kamu sebegini polosnya yang?.. " ujarku mengelus rambut panjangnya.

" Aku gak kan pernah marah, aku cuma kecewa aja kenapa kamu gak jujur sama aku.. "

" Udah ya ini  yang terakhir kamu kayak ini.. Aku gak mau liat kamu nyembunyiin sesuatu lagi dari aku.. "

Kucoba menghilangkan ketakutannya dengan memeluk dan mengelus kepalanya guna memberikan dia kenyamanan.

Ia mengangguk pelan di dadaku, lalu tangannya mencengkram pinggangku dengan erat.

" Tapi aku cuma mau liat aja kok, gak ngapa-ngapain.. " sambungnya lagi.

Aku tak menjawab, aku hanya terus mengelus punggungnya lembut dalam dekapan kami, ia benar-benar lugu dan polos, inilah yang membuatku semakin ingin terus melindunginya.

Aku menarik dagunya dan kupagut bibirnya, kucium dia dengan lembut lalu kemudian kami pun bercinta.





MANSION

Malamnya kami kembali memesan Uber Car untuk mengantarkan kami ke alamat yang Jennet berikan.

Ternyata tempat yang tertera di alamat ini ada di punggung bukit, kami masuk jauh di dalam sebuah Cluster yang rumah-rumahnya berjauh-jauhan dan mobil kami pun berhenti tepat di sebuah Mansion yang besar sekali.

Inilah rumah yang dimaksud, aku dan Vera turun dari Uber pas di depan gerbang megahnya.

Suasana begitu sepi, hanya ada dua Security yang tampak, mereka bernada nyolot menanyakan keperluan kami datang dalam bahasa Inggris.

Setelah kujelaskan bahwa aku undangan dari Lady Jen, mereka langsung lekas membuka gerbang dan meminta maaf kemudian seketika berubah sikap menjadi sangat sopan.

Mereka mengantarkan kami berjalan kearah rumah besar itu, aku tak melihat apa-apa dan siapa-siapa.

Lalu sesampainya di depan pintu dengan gestur menunduk mereka mempersilahkan kami masuk ke dalam.

Pintu pun terbuka otomatis setelah satpam tadi menggesekkan kartu untuk membukanya, betapa kagetnya aku ketika melihat di dalam sudah banyak sekali orang!

Dan yang lebih membuatku kaget ternyata dalam rumah ini adalah sebuah diskotik.

Kerlap-kerlip lampu dan dentum musik sangat kental dengan suasana di dalam, satpam itu pamit dan kembali menutup pintu dari luar.

Jadi ruangan ini betul-betul menggunakan Sound-Proff yang super canggih, sehingga tak terdengar apapun dari luar tadi.

Seorang cewek Asia berpakaian Bunny langsung menghampiri kami.

" Please take a seat.. " ujarnya karena aku tak begitu jelas mendengar suaranya.

Setelah duduk, aku dan Vera bingung harus apa saat ini, di dalam sebuah Hall yang besar dan banyak orang sedang asik ajojing.

Disini aku bisa melihat orang dari seluruh penjuru dunia sedang berkumpul dan saling Have Fun mengikuti suara musik DJ yang begitu keras, meskipun rata-rata banyak orang Asia.

Aku langsung ingat ditisu yang diberikan Jennet ada sebuah nomor ponsel, maka segera saja kuhubungi.

Tak sampai 10 menit aku melihat Jennet muncul dari kejauhan berjalan menuju sofa kami, ia terlihat seksi sekali dengan memakai Corset semi Dress ketat berwarna hitam dan Stocking jaring.




Begitu sampai di sofa kami dia tersenyum lalu menunduk menyapa kami, namun bukan memberikan cepika-cepiki atau uluran tangan, dia mencium bibir Vera, dan melakukan hal yang sama juga kepadaku!

Aku yang tak biasa dengan sebuah 'Say Hi' seperti ini sontak kaget, apalagi Vera karena Vera bilang dia paling tak suka lesbian meski sudah banyak yang men-DM Instagram nya untuk mengajak kencan sesama wanita.

" Akhirnya datang juga kalian.. " ujar Jennet yang duduk di sebelahku.

" Yaudah sini follow aku, disini susah ngobrol.. " ajaknya berdiri karena memang musiknya keras sekali.

Aku dan Vera mengikuti Jennet pergi masuk ke pintu yang bertuliskan 'Staff Only' di salah satu sudut Hall lalu berjalan masuk di sebuah lorong.

Perlahan suara keras musik semakin hilang menjauh hanya berganti dengan suara High Heels dari langkah Jennet yang berderap di lantai marmer ini.

Dia membuka kunci sebuah ruangan lalu mengajak kami masuk kedalam.

Di dalam terlihat seperti ruang kerja, banyak lukisan-lukisan artistik dan ornamen-ornamen yang bertema Vampir-Drakula begitu.

Namun lukisan yang paling besar yang paling menarik perhatianku adalah lukisan wanita bertaring, bermata putih dan bertanduk melingkar seperti Baphomet.

" Vera are you okay?.. " tanyanya saat kami sudah duduk.

Vera hanya mengangguk karena sejak tadi dia agak diam.

" Jen, ini tempet apa sih?.. " aku langsung bertanya saja karena aku bingung.

" Ini klub kita.. Oh iya aku belum menyambut kalian.. "

" Welcome to our club.. " ujarnya membuka kedua tangannya menyambut kami dan tersenyum. 

Melihatku yang tampaknya akan segera melancarkan pertanyaan lagi Jennet langsung menyambung ucapannya.

" Ini club pecinta BDSM yang membernya memang tergabung dari seluruh dunia, dan disinilah pusat aktifitas kita.. " lanjutnya lagi dengan ramah.

" Aktifitas? Tapi aku gak liat apa-apa selain orang-orang dugem di Hall tadi.. " tanyaku yang semakin bingung.

Jennet tersenyum.

" Sebentar lagi kalian bakal liat kok, kebetulan malam ini kita dapet request branding.. " jelasnya kemudian yang tak kumengerti.

" Berhubung Vera member, jadi kalian bisa ngeliat langsung.. Lagian Verani kayaknya udah gak sabar tuh.. " Jennet tertawa.

Lalu dia berdiri dan mengajak kami kembali mengikutinya.

Kali ini kami berjalan menuruni tangga besi yang melingkar, aku terus melihat Vera yang terus menunduk dan tampak gugup.

" Kenapa sayang?.. " tanyaku sambil merangkulnya berjalan.

Vera hanya menggeleng dan tersenyum seolah memberitahu bahwa aku tak perlu kuatir dengannya, yang kubalas kecupan kecil dikepalanya.

" Nan.. Kebetulan aku lagi tugas sekarang, jadi nanti kalo aku mampir-mampir sebentar gpp ya?.. " kata Jennet sambil menuruni tangga.

Aku iyakan saja padahal aku tak mengerti apa maksudnya.

Kami tiba di aula lagi tapi di depannya ada sebuah lorong, aku merasa jika ini sudah berada diruang bawah tanah, karena sejak tadi kami terus menuruni tangga.

Dan di sepanjang jalan banyak sekali lilin yang membuat suasana jadi redup dan menguning, namun aku malah merasakan suasana dingin menyelimuti Chamber yang seluruhnya terbuat dari besi.

Tak ada unsur air dan tanah sama sekali di tempat ini.

Darahku berdesir dengan suasana lengang yang ada tapi lamban-laun aku mendengar samar erangan-erangan yang menggema.

Feeling ku tak baik dengan ini.


Namun baik aku dan Vera tetap mengikuti Jennet berjalan kearah depan.



Kearah suara-suara itu.



Catatan : Mulai kebawah, cerita yang disuguhkan akan sepenuhnya mengandung adegan kekerasan, bagi yang tidak suka dengan BDSM diharapkan tidak melanjutkan membaca dan bisa menunggu part selanjutnya.





..............................

Jennet membuka sebuah pintu dan lagi-lagi sebuah lorong yang panjang menyambut kami.

Tapi aku sangat kaget ketika menyadari ternyata di kiri dan kanan lorong ini adalah sebuah penjara! Yang di masing-masing selnya sedang dikurung wanita-wanita telanjang dalam keadaan terikat.

Ada yang sedang terikat tiduran, ada yang terikat di tiang, dan ada yang terikat terduduk dengan lilin dibawahnya, pokoknya tiap mereka diikat dalam keadaan yang berbeda-beda.

Namun satu yang tampak sama, kepala mereka semua ditutup!





Aku mendapati sebuah penampakan yang sangat membuatku terkejut, jujur aku merasa seperti sedang berada di kamp tawanan pemberontak saja rasanya.

Sementara Vera juga tampaknya tertegun dan kaget.

" Ini yang lagi di karantina.. " Jennet tiba-tiba menerangkan pada kami sambil menunjuk salah satu sel.

Kami terus berjalan menyusuri lorong sel yang panjang ini mengikuti Jennet, suara lengkingan dan desahan tampak sudah semakin dekat dengan kami di depan sana.

Lalu kami tiba di pertigaan cabang lorong jalan, disana dijaga oleh 4 laki-laki bertopeng, mereka menunduk memberi salam kepada Jennet.

Kemudian Jennet mengajak kami masuk ke salah satu lorong, dimana di lorong inilah suara-suara jeritan itu berasal.

Aku dan Vera masuk, di dalam ruangan seperti aula yang diterangi cahaya redup dari lilin, lantainya tampak sengaja ditabur jerami.

Dan aku kaget karena di dalam aula ini kulihat sudah banyak orang yang sedang duduk mengarah ke sebuah panggung, dimana di panggung tersebut ada banyak wanita telanjang yang sedang berbaris!

Mereka terlihat seperti sedang menonton sebuah opera saat ini.

Tangan para wanita-wanita yang ada di panggung sudah diborgol kedepan, dan dileher mereka dipasang Collar berwarna hitam dengan nomor yang tampaknya adalah sebuah nomor urut.

Aku dan Vera bingung harus melakukan apa sekarang.

" Kalian duduk aja, and enjoy the show.. "

" Aku kesana dulu.. " ujar Jennet mempersilahkan kami duduk di kursi yang kosong.

Jennet menghampiri 2 orang laki-laki bertopeng hitam yang hanya bagian mulut dan mata saja yang dibiarkan terbuka, mereka berdiri di sekitar tiang salib sambil telanjang dada, Jennet tampak ngobrol sejenak dengan mereka.

Vera memegang tanganku, dia sepertinya penasaran sama denganku, karena saat itu ada 3 orang wanita yang sedang baris, tampaknya kami datang di penghujung acara.

Jennet menarik tangan seorang wanita yang ada di baris paling depan yang dari fisiknya sih sepertinya wanita ini berasal dari Amerika Latin.

Kemudian 2 orang penjaga bertopeng tadi mengikat tangan gadis berambut hitam itu melebar menyamping, menjadikan posisinya kini jadi seperti huruf T membelakangi kami yang menontonnya.




Setelah tubuh gadis itu terkunci dengan tangan terbentang lebar, Jennet yang sudah membawa rotan langsung melecutnya ke tubuh si gadis!

Aku dan Vera yang baru bergabung tercengang menyaksikan ini, tapi pengunjung yang lain tak bergeming malah terlihat biasa saja melihatnya.

Wanita itu melolong dengan keras, karena rasanya pasti pedas sekali dikulit!


CTARR!! CTARR!!!!


Jennet melanjutkan pecutan rotannya lagi ke tubuh si gadis, aku masih tak bisa berkomentar melihat Jennet yang tadinya ramah sekali dengan kami, sekarang terlihat begitu dinginnya.

Jadi ini yang dia maksud tadi bahwa sekarang dia sedang bertugas.

Gadis itu tampaknya sengaja dibiarkan mengerang lepas ketimbang dibekap mulutnya, mungkin erangannya yang menggema di ruangan ini terdengar seperti nyanyian merdu untuk mereka yang menonton diantara kami.

Kira-kira 10 pecutan telah dilayangkan, lalu sebuah kode dari Jennet membuat penjaga-penjaga langsung mempersiapkan sesuatu untuk gadis yang tubuh belakangnya sudah merah-merah itu.

Penjaga datang sambil membawa sebuah Flame Torch dan sebongkah besi yang segera mereka serahkan ke Jennet.

Menerima itu Jennet memanaskan besinya dengan api biru dari Flame Torch nya.



Menyadari deru api yang ada dibelakangnya membuat si wanita langsung berusaha memberontak namun ikatan yang membelengu dirinya terlalu kuat.

Jennet berjalan ke depannya, lalu ia membakar lagi ujung besi yang ada ditangannya depan dihadapan wanita itu.

2 menit Jennet terus membakar ujung besi yang seperti ada hurufnya, hingga kini ujungnya tampak merah menyala, lalu ia memutar kembali dan berada di belakang wanita yang terikat itu.

" Change your mind?.. " bisiknya ke wanita tersebut yang terdengar oleh kami.

Wanita itu menangis, namun jawaban yang dia berikan sungguh tak kuduga.

" Just fucking do it! Pleasee!!... " jawabnya sambil seunggukan dalam tangis.

Jennet tertawa, ia menyibak dan menjambak rambut gadis itu keatas, lalu mengelus-elus tengkuk belakangnya yang sontak membuat si gadis gelisah dan panik.




Sejurus kemudian Jennet pun menempelkan ujung besi yang panas menyala itu tepat di kuduk si gadis Amerika Latin!




Aku tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat!

Human Branding!


Lolongan gadis itu benar-benar terdengar lirih menggema dan tak bisa kugambarkan, tapi iringan tepuk tangan para tamu yang menonton serta sorak-sorakkan riuh terdengar menikmati jerit sakit dari erangan si wanita.

Aku bengong dan tak percaya bagaimana bisa aku berada diantara orang-orang seperti ini sekarang.

Mungkin hanya aku dan Vera saja yang tak ikut memberikan tepuk tangan.

Gadis berkulit coklat itu masih menggelepar sambil berdiri dalam ikatannya dan terlihat sangat histeris, aku tak bisa membayangkan seperti apa sakitnya dicap dengan besi panas tepat di kuduk seperti yang dia rasakan.

Dan terang saja di kuduknya kini sudah ada bekas cap dari besi panas itu yang terlihat seperti sebuah kata tapi tak bisa kulihat karena aku berada di bangku paling belakang.

Vera mencengkram tanganku kuat, wajahnya tampak meringis seolah turut merasakan sakit dari si wanita.

Kemudian seorang penjaga pun melepaskan dan memapah wanita latin itu kepanggung belakang, sementara penjaga yang satunya lagi tampak mempersiapkan sebuah set baru.

Jennet melanjutkan tugasnya.

Kali ini dia menarik salah seorang dari 2 orang wanita terakhir yang mengantri ketengah panggung.

Di panggung kini sudah ada semacam Device, Jennet menarik rambut wanita yang tampaknya berasal dari Jepang dengan kasarnya ke Device.

Penjaga dengan sigap langsung memasung kepala wanita itu merunduk hingga posisinya kini dalam posisi menungging dengan kepala terpasung di dalam Device kayu.

Jennet mengambil secarik kertas lalu tampak mulai membaca, setelahnya barulah ia menyuruh penjaga mengambil alat yang dia sebutkan.

Alat pun datang, bukan tongkat cap besi dan Flame Torch seperti tadi, hanya sebuah alat yang tak kutahu apa, hanya saja bentuknya mirip Scanner harga seperti yang ada di supermarket.




Dia memencet sebuah tombol, hingga terdengar bunyi ‘Ngiiing’ di alat yang seperti pistol itu dan menyala bulatan kuning.

Lalu dia meraba-rabai pantat wanita Jepang itu, setelah bunyi denging alat tadi menghilang warna tombol yang tadinya kuning pun berganti menjadi merah.

Jennet kembali memberikan pertanyaan seperti wanita pertama tadi kepada wanita yang kepalanya sedang dibekap di dalam Device itu.

Lagi-lagi jawaban mereka sama!

" Yes lady!.. "

Segera Jennet menempelkan alat itu ke pantat atas si wanita dan langsung memencet pemicunya.




Dan membuat wanita tersebut seketika kejang serta mengerang keras!

Kejadiannya begitu cepat hingga membuat cewek Jepang ini tampak klenger dan rontaannya sampai membuat Device kayu itu bergoyang ingin roboh.




Meskipun kepalanya dibekap namun erangannya tetap terdengar keras.

Penonton kembali bertepuk tangan ketika Jennet mencabut alat itu dari pantat sang wanita yang kulihat langsung berbekas hitam seperti hangus!

Dan terlihat semua yang duduk menikmati suguhan ini, sementara aku hanya bisa berkeringat dingin.




Jennet segera beralih ke antrian terakhir, ia biarkan cewek Jepang itu meronta menikmati sakitnya di Tag dengan laser.

Kini gadis berambut pirang yang akan mendapat gilirannya.

Ia menyuruh penjaga menarik gadis pirang itu ketengah, lalu setelah wanita tersebut direbahkan ke lantai, kepalanya langsung dipasang topeng Latex.

Alhasil wajahnya kini sudah tertutup topeng karet ketat berwarna hitam.

Kakinya dikait ke rantai lalu penjaga itu mengatrolnya menggantung dengan kepala dan rambut terjuntai kebawah.

Selagi gadis yang menurutku cukup seksi ini dikatrol menggantung tinggi, kulihat yang sedang dipasung tadi masih terus saja meronta.

Dia terus menangis kesakitan dan meracau tak karuan, aku tidak mengerti apa yang ia katakan karena selain kepalanya masih dipendam di dalam kotak kayu, dia juga ngoceh dalam bahasa Jepang.

Namun di pantat atasnya sudah tercetak cap luka bakar bertuliskan ‘SLUT’ di kulit sawo matangnya yang terlihat jelas dari tempat duduk kami.

Gadis berambut pirang tadi sudah tergantung terbalik dengan kaki mengangkang, juga kepala yang berada di bawah telah ditutupi Latex hitam, rambut pirangnya jatuh kebawah tak kuasa menolak gravitasi bumi.

Tubuhnya yang sedang menghadap kami terlihat menggiurkan juga, toketnya besar dan bulat namun sepertinya hasil silikon, tangannya diikat dengan tali tambang yang ada di cantelan lantai tepat di bawah kepalanya.

Penjaga memberikan kode ke Jennet pertanda si cewek kulit putih dan berambut pirang ini telah siap untuk segera di eksekusi.

Jennet kembali membaca sesuatu dikertas, lalu meminta disiapkan lagi alat kepada penjaganya yang sepertinya alat-alat tersebut telah ditulis dikertas yang Jennet pegang.

Penjaga kembali mempersiapkan alat yang diminta, kemudian tak lama datang membawa tongkat besi lagi namun berbeda dengan yang tadi.

Sementara seorang penjaga yang satunya mendorong tong dari seng dengan api menyala ditengahnya, tong itu di dorong menggunakan troli kayu beroda empat.

Seisi ruangan hening, aku dan tamu yang menonton berdebar dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Hanya terdengar suara isak tangis cewek Jepang tadi yang masih kesakitan dan samar bunyi rontok kayu yang sedang dilahap api.

Percikan bunga api pun bertebangan dihembus angin di ruangan yang dingin ini.

Jennet langsung mengarahkan ujung besi itu ke lidah api yang menari-nari dan segera dia memanaskannya.




Kulihat ekspresi Vera yang sudah berbeda dari tadi, dimana sekarang alisnya terlihat tajam dan dia tampak serius sekali mengamati setiap proses yang akan terjadi pada cewek dari ras yang sama dengan dirinya itu.

Yang ditunggu pun datang.

Bara api sudah menyala diujung besi itu, Jennet berjalan kearah gadis pirang yang tengah terikat tergantung tak berdaya, sambil menenteng besi panas yang di ujungnya sudah merah membara!



Mendengar derap langkah High Heels Jennet di atas panggung gadis pirang itu pun mulai panik, namun ia tak bersuara dan hanya melakukan rontaan.

Jennet mengitari tubuh putih telanjang korbannya yang juga sudah dipenuhi bekas cambukan, yang sepertinya tadi sudah mereka cambuk di saat kami belum tiba .

Dia mengelus memek botak gadis itu lalu melemparkan pertanyaan yang sama dengan kedua rekannya yang sudah lebih dulu di ‘beri tanda’ tadi.

Ia menjawab dengan suara yang kurang begitu jelas, karena memang tampaknya yang satu ini benar-benar dibekap sangat ketat oleh topengnya.

Boro-boro bicara mungkin bernafas saja dia sulit sekarang.

Jennet pun langsung menusukkan besi tapal kuda itu ke perut bawahnya.

" CEESSSSS!!!... " terdengar bunyi seperti besi panas yang direndam ke air.

Wanita itu mengejang, tubuhnya meronta ke kiri dan ke kanan dengan sangat hebat! Serta asap seketika mengepul di titik yang Jennet tempelkan besi panasnya.

Aku bergidik dan menutup mata dengan tanganku tak kuasa untuk melihat betapa sakit yang harus dirasakan gadis itu sekarang.

Jangankan dia, kuda saja pasti akan meringkih keras ketika di Branding dengan cara primitif begitu.



Kulirik kembali Vera, dia sama sekali tak bergeming dan pandangannya semakin bertambah tajam seiring suara rantai yang berbunyi akibat rontaan si gadis yang baru saja merasakan panasnya besi langsung dikulitnya.

Erangannya tak jelas namun rontaannya benar-benar hebat, bahkan dua penjaga harus memegangi tubuhnya menahan agar dia tak bergerak dengan liar.

Jennet terus menancapkan ujung bulat besi yang tertera huruf di tengahnya agar tercetak sempurna di pinggul atas gadis itu.

Asap makin pekat keluar dari besi yang ditancapkan ke tubuhnya menggambarkan panas sedang meresap kedalam kulit putihnya dan membentuk sebuah tanda yang takkan pernah bisa hilang di sisa hidupnya.

Akhirnya setelah dirasa cukup, Jennet pun mencabut besi itu.

Gadis tersebut pingsan tepat di saat asap yang menyelimutinya perlahan menghilang, hingga akhirnya kami bisa melihat sebuah luka bakar bertuliskan kecil ‘Anthony’ tercetak dengan jelas dikulitnya yang putih pucat.

Penonton riuh bertepuk tangan, aku melihat kearah Vera yang diam saja sambil menggigiti jarinya, pandangannya kosong kearah kedua wanita yang sedang dilepaskan dari masing-masing ikatannya oleh dua penjaga.

Itu menjadi Show terakhir rupanya, karena kulihat tamu mulai banyak yang berdiri dan keluar meninggalkan tempat.

Aku dan Vera bingung tak tahu mau kemana, namun tak lama Jennet mendatangi kami kemudian mengajak kami keluar.





..............................

Di pertigaan tamu tampak bergerak menyebar, aku dan Vera terus mengikuti Jennet.

Kemudian di sebuah ruangan Jennet menghentikan langkahnya di depan seorang penjaga.

" Who’s in training room now?.. " tanya Jennet ke penjaga bertopeng yang berjaga di depan pintunya.

" Madison’s schedule, Lady!.. " jawab penjaga itu tegas sambil menundukkan tubuhnya.

Mendengarnya Jennet langsung berlalu diikuti dengan kami.

" Kebetulan, karena jadwal aku udah beres, sekarang aku ajak kalian liat sesuatu yang menarik lagi.. " ujarnya beberapa saat kemudian.

Kami masuk ke lorong lagi, lalu Jennet membuka pintu dan mengajak kami masuk kedalam.

Sesampainya di dalam aku dan Vera kaget melihat ada seorang wanita sedang di setubuhi dalam keadaan terikat di leher!

Laki-laki yang ada dibelakangnya terus menyentak-nyentak menarik tali di leher sang gadis bagaikan sebuah tali kekang untuk menungganginya.




Posisi kami hanya terhadang sebuah dinding kaca, seolah ruangan ini memang di khususkan untuk menjadi ruang tonton.

Juga di ruangan yang berbeda ada seorang wanita yang sedang dikelilingi 5 orang laki-laki dan satu orang wanita berambut pirang yang dikuncir kuda sedang memegang cambuk.

Dia memakai pakaian yang sama seperti yang sedang dipakai Jennet sekarang.

" Ini yang lagi training.. " Jennet mencoba menjelaskannya singkat pada kami.

Vera kulihat mulai blingsatan menyaksikan masing-masing wanita di depannya sedang digilir 5 orang dan yang satunya juga sedang ditunggangi dengan kasar sekali berlingkarkan tali jerat di lehernya.

" Ini kan Ver yang mau kamu liat? Tapi ini udah mau selesai juga.. " sambung wanita keturunan Filipina ini.

Aku terus melihat ekspresi Vera yang seperti memandang lain kejadian di dalam sana.

Wanita yang berpakaian sama dengan Jennet itu terus memberi komando ke 5 orang laki-laki di dalam sana, Jennet benar, tampaknya mereka sudah mau selesai, karena si gadis yang matanya mereka tutup itu sudah tak bertenaga dan tak bisa apa-apa lagi selain mendesah.

" Yaudah yuk ke ruanganku.. " Jennet mengajak kami keluar.

Sepanjang jalan kembali ke ruangan Jennet, teriakan dan desahan masih terdengar membahana disetiap ruangan yang kami lewati yang entah apa yang sedang terjadi di dalam tiap-tiap ruangan itu.





..............................

Dalam Office pribadinya, Jennet membuka kulkas dan menuangkan Smirnoff  ke Bucket berisi batu es yang tadi sudah ia siapkan.

Lalu menawarkannya ke kami namun aku tolak karena aku memang tidak minum alkohol.

Aku dan Vera hanya bisa duduk diam saja terlebih setelah menyaksikan kejadian-kejadian tadi.

" Kalian pasti bingung kan?.. ” ujarnya membuka obrolan lalu duduk di depan kami.

" Tapi yang kalian liat barusan, gak seperti yang kalian pikirin kok.. "

" Jen, sumpah aku masih kaget dan aku bener-bener gak habis pikir.. " kataku tak mau menutupi kebingunganku.

Jennet tertawa.

" Hahahaha, Welcome to our community, this is FetLife club.. " Jennet mulai menyilangkan kakinya dan meminum minumannya.

" Nan, apa yang kamu liat barusan itu bukan paksaan, semua yang kami lakukan murni berdasarkan request dari member kami.."

" Karena kami akan menyervis dan mengutamakan apa yang member kami inginkan.. "

" Thats why our community is the biggest.. ” jelasnya padaku.

Aku terkejut, ini terdengar tak masuk akal.

" Mak..maksud kamu itu semua berdasarkan request mereka?.. " tanyaku dengan nada kaget.

" Yes.. Semua berdasarkan request, kami cuma menyiapkan set dan peralatan yang dibutuhkan.. " jawab Jennet.

" Jadi yang branding tadi mereka yang mau sendiri?.. "

" Dan mereka bayar?.. " 

" Iyap!.. " Jennet pun mengangguk menjawabnya dengan mantap.

" Gila!.. " ujarku dalam hati duduk tertegun.

Bagaimana bisa ada orang yang membayar untuk mendapatkan rasa sakit seperti itu? Ini betul-betul sudah gila!

" Jika kamu perhatikan tadi aku sempat baca secarik kertas, itu isinya request yang sejak awal ditulis oleh masing-masing wanita itu.. "

" Seperti yang aku jelaskan tadi, pada dasarnya yang kami lakukan memang mengikuti fantasi mereka, mereka semua yang minta hal itu ke kami.."

" Dan kamu pasti berpikiran jika kami menculik kemudian menyiksa mereka kan?.. "

" Tenang, kami bukan human trafficking community yang memperjual belikan manusia untuk dijadikan sex slave.. "

" Memang banyak tawaran itu dari para raja minyak dan Syekh bersorban di timur tengah sana yang minta dicarikan gadis-gadis berkulit putih yang berambut pirang seperti Vera ini untuk dijadikan budak seks.. "

" Tapi kami menolak!!.. "

" Karena kami yang ada disini adalah mereka-mereka yang ingin mewujudkan fantasi tanpa batas kami bukan sebaliknya, itu malah bertentangan dengan arti kebebasan yang kami percayai.. "

" It’s all about fantasy, so kalau ada adegan yang di luar nalar, jangan aneh dengan itu.. " terang Jennet dengan serius menceritakan sekilas komunitas mereka. 

Aku yang awam ini masih diam mendengar penjelasannya.

“ Denger nan, di dunia ini begitu banyaknya orang suka sesuatu yang sifatnya menantang, dan itu udah menjadi human nature.. "

" Bagi kami seks adalah seni, jika seni kehilangan makna tanpa batasnya maka intisari dan esensi dari seni itu sendiri hilang, kami tak ingin tersekat-sekat ataupun diatur oleh aturan tak tertulis diluar sana.."

" I’d rather die, than live so fucking bored like that!.. " tiba-tiba Jennet jadi sangat emosional.

" In real life, kami dianggap gila oleh masyarakat tentang orientasi kami, kami diantar ke psikolog, kami mengikuti terapi kejiwaan.. "

" Omong kosong!.. "

" Kami tidak gila, ini cuma salah satu bagian dari ekspresi kami tapi mereka terus menganggap ini salah!.. "

" Karena itulah kami membuat sebuah komunitas tertutup dan mewujudkan semua mimpi serta fantasi kami disini dengan bebas.. "

" Dan aku yakin Vera punya pendapat yang sama soal ini, karena sejak awal aku liat di kafe, sorot matanya sama seperti kami.. " ujar Jennet lalu menatap Vera.

Aku tahu benar apa yang dikatakan Jennet ini, karena segala yang dia ucapkan barusan sangat sejalan sekali dengan sisi Vera yang gila itu.

Jujur aku jadi merasa tersudutkan dengan kata-kata Jennet yang justru benci dikatakan 'sakit' oleh Society.

Karena 'mereka' beranggapan jika ini hanyalah sebuah variasi saja yang bagi aku dan masyarakat awam lain akan menganggapnya menyimpang.

Aku melihat gadis cantikku yang dari tadi terus diam, dia menunduk setelah mendengar penjelasan panjang lebar Jennet barusan.

" Aku tahu sekarang pasti badan kamu panas dingin kan Ver? And your pussy turn wet right now? Isn’t it?.. " tebak Jennet.

Vera tak bersuara hingga beberapa saat kemudian ia pun mengangguk.

" Hahahaha, sesama wanita kita takkan bisa berbohong sayang.. " lanjutnya tertawa dan kembali menenggak Smirnoff nya.

" Then kenapa kamu gak coba training? You part of us.. "

" Kamu pasti bakal dapat pengalaman dan sensasi yang sungguh luar biasa.. " tawar Jennet pada Vera.

" Training?.. " tanya Vera langsung menatap Jennet bangun dari diamnya.

" Yea, yang tadi kita lihat itu seorang turis juga, kalau aku tidak salah dia minta di caning sebelum akhirnya dientoti 5 orang laki-laki kayak tadi.. "

" So, kenapa kamu tidak mencoba fantasimu sendiri dan biarkan kami mewujudkannya?.. " kembali ditatapnya Verani Julieku dengan pandangan penuh sambutan.

Aku bergidik mendengar Jennet memberi kesempatan ke Vera untuk mewujudkan fantasinya yang selama ini hanya bisa dia khayalkan.

Dan itu membuat Vera melirik kearahku, seolah mengatakan sekarang semuanya terserah padaku.

Jennet menyadarinya maka dia pun balik melirikku.

" C’mon nan, biarkan Vera sekali ini saja merealisasikan fantasinya.. " kini kata-kata itu dia tujukan padaku.

Rupanya si Jennet ini benar-benar pandai membaca situasi dan gerak-gerik hingga ke bahasa tubuh orang.

" If you want her treat you like as a King, then treat her like your Queen.. " 

Aku pun menatap lagi ke gadisku, dan kulihat wajahnya benar-benar menatapku penuh harapan tanpa berkata-kata, tapi dari raut wajahnya jelas tergambar kata-kata untuk kali ini saja biarkan dia merasakan fantasi-fantasi yang setiap saat selalu dia bisikkan padaku.

Seumur-umur aku bersama Vera baru kali ini kulihat pandangannya begitu dalam mengharapkan sesuatu dariku, yang tak pernah kulihat ketika kubelikan dia mobil, tas mahal dan kebutuhan lainnya.

Dia terus melihatku, mata sayunya seolah menanti jawaban agar aku memperbolehkannya, tapi aku benar-benar tak rela jika gadis luguku ini diperlakukan seperti wanita diruangan Training tadi apalagi di panggung yang kami saksikan sebelumnya.

" Request nya dari kami kan?.. " aku memastikan aturan main itu pada Jennet.

" Everythings as you wish sir!.. " jawab Jennet melegakanku, karena setidaknya aku bisa menyuruh Vera Request hal yang ringan saja.

Jennet segera berdiri, dia mengambil dua carik kertas di lacinya dan pulpen, lalu menyuruh Vera mengisinya, rupanya itu semacam License agreement atau kuasa persetujuan.

" Isi form itu dulu.. Nanti kalo bingung just ask me.. " ujar Jennet ke Vera kemudian juga menyerahkanku kertas satunya lagi yang merupakan Form pembayaran.

Jennet pun duduk lagi lalu menyalakan rokok sambil menunggu kami saling mengisi Form tersebut, dimana Vera mengisi data-data dan aku mengurusi bagian pembayarannya.

Selagi aku dan Vera mengisi data-data persetujuan itu, Jennet menceritakan bahwa rata-rata turis Asia yang banyak datang kesini karena memang Website nya sangat terkenal di wilayah Asia.

Bahkan Jennet bilang tak jarang dia kedatangan member dari Jakarta juga dan baru sekitar dua mingguan yang lewat dia mendampingi kliennya sama seperti yang dia lakukan padaku dan Vera saat ini.

Jennet juga menyarankan kami untuk join di sebuah klub yang mirip dengan ini di Jakarta, ia menjanjikan kelak akan memberikan kartu nama ketuanya agar ketika di Jakarta kami bisa menghubunginya.

Lalu Vera menyerahkan kertas dan pulpen itu kepada Jennet, Jennet pun segera membacanya.


Do Anal, Yes.

Do Gangbang, Yes.

Do Bondage, Yes.

Drink Piss, Yes.


" Wow Vera you’re really nasty bitch!.. " ujarnya mengomentari kolom yang Vera Checklist barusan.

Tapi kemudian Jennet terlihat mengangguk-angguk sedang membaca apa yang Vera inginkan.

" Hahahahahaha, you’re really extraordinary women, i see.. You want something special right?.. "

" OK... Let's do this tomorrow.. " Jennet tertawa lalu menyimpan formulir yang tadi Vera isi.

Aku terdiam dan kemudian melirik kearah Vera, aku tak sadar karena tahu-tahu dia sudah selesai mengisinya malah dia main langsung menyerahkannya saja ke Jennet tanpa berkompromi dulu padaku.

Kini jujur aku tak tahu fantasi apa yang dia tulis disana karena aku pun sedang mengisi Form pembayaran hingga tak bisa mendampinginya. 

Vera menatapku kemudian tersenyum manis dengan imut seperti biasa, seolah tak ada apa-apa.

Dan ini membuatku cemas sekaligus takut sekali karena bisa-bisanya aku kecolongan dengan membiarkan dia menuliskan sesuatu yang dia inginkan itu begitu saja.

Kupikir tadinya Form yang diberikan Jennet ke Vera itu hanya berisi data-data pribadi dan untuk seputar skenario yang diinginkan akan ditanyakan di sesi yang berbeda, namun tak kusangka jika di lembar yang sama jugalah Request tersebut ditulis.

Kini aku jadi takut dan parno sendiri karena aku yakin pastilah Verani ini menuliskan sesuatu yang aneh-aneh mengingat dia sering membisikiku dan mengkhayalkan hal yang tidak-tidak jika sedang kumat padaku.





..............................

Dini hari menjelang subuh waktu USA, aku dan Vera sudah sampai ke kamar hotel, Jennet menyuruh kami beristirahat karena besok Vera akan di Training.

Terkhusus Vera, dia juga menyuruh agar Vera tidak makan apapun 6 jam sebelum Training dimulai dan dianjurkan minum air putih yang banyak.

Vera langsung memelukku setelah melihat aku terduduk stres di pinggir ranjang memikirkannya.

" Aku bakal baik-baik aja sayang.. " ujarnya memelukku dari belakang mencoba menenangkanku.

Aku diam saja, karena sejak di mobil aku tanyakan apa yang dia tulis namun Vera tak mau mengatakannya dan hanya tersenyum.

Entah kenapa malah aku yang jadi lebih cemas dari pada Vera saat ini, kesalahan besar membiarkan dia menulis kertas itu tanpa kuawasi.

Padahal harusnya kami bisa me-Request hal yang ringan saja, sekarang aku jadi malah tak tahu apa yang akan terjadi padanya besok.

Tapi Jennet bilang aku boleh mendampinginya besok ketika permainan dimulai, setidaknya aku jadi sedikit tenang juga.

Saat ini Vera mengajakku bercinta namun aku tolak, karena perasaanku sedang was-was dan jadi tak Mood.





..............................

Kami tiba kembali di Mansion sore hari.

Aku sebenarnya tak bisa benar-benar tidur semalam memikirkan hari ini.

Di Hall sekarang berbeda sekali dari yang kemarin malam.

Tak ada musik gaduh dan pesta seperti kemarin, mungkin karena masih sore makanya mereka hanya duduk berkumpul-kumpul sambil menikmati hidangan makanan dan minuman menunggu malam tiba.

Aku dan Vera diantar oleh pelayan berpakaian Bunny ke ruangan Jennet lagi.

Di dalam Jennet sedang duduk tampak menulis sesuatu di meja kerjanya, Jennet mempersilahkan kami duduk sembari dia menyelesaikan pekerjaannya.

Ia mengomentari penampilan cantik Vera yang memakai kemeja ketat berwarna biru dan rok mini berwarna hitamnya.

Lalu setelah membuat kamu menunggu sebentar Jennet akhirnya selesai dan kemudian mengajak kami untuk melakukan Medical Check dulu.

Kami masuk ke sebuah ruang klinik masih dilorong yang sama dimana di dalam sudah ada satu orang dokter dan seorang perawat wanita.

Mereka langsung meminta Vera untuk membuka pakaian atasnya termasuk membuka BH.

Vera agak canggung tapi karena sudah prosedur mau bagaimana lagi maka dia pun segera melakukannya.

Dokter mengambil stetoskop kemudian menyuruh Vera membelakangi mereka.





" OMG Vera, you have such beautiful and perfect body, nice shape!!.. " ujar Jennet begitu melihat Vera yang kini telah Topless itu.

Vera hanya diam dan mengesampingkan rambut lurus panjangnya kesamping sambil tersipu mendengar pujian dari Jennet barusan.

Aku dan Jennet duduk saja di sofa melihat langsung bagaimana prosedur medisnya berjalan, meski kulihat Vera sedikit grogi saat si dokter mulai menempelkan stetoskop tersebut ke punggung mulusnya.





Kemudian sambil diarahkan suster, Vera ditidurkan ke ranjang pasien lalu si dokter mulai melakukan pengecekan di tubuh Vera yang dimulai dari mengecek mulutnya.




Beberapa kali dia menyuruh Vera membolak-balikkan lidahnya yang bertindik itu sambil menanyakan apakah Vera sering susah menelan atau tidak.

Setelah mendapat jawaban dia pun mulai melakukan pengecekan ke bagian tubuh.

Suster menyuruh Vera membuka rok mininya terlebih dahulu karena bagian yang akan di cek berikutnya adalah bagian perut dan sekitaran paha.

Vera kompeten agar semuanya berjalan lancar kemudian membaringkan lagi tubuhnya yang kini hanya tinggal memakai celana dalam saja di ranjang.




" Wow sexy girl! I really love your navel piercing.. " celetuk Jennet memuji tubuh langsing Vera sekaligus mengomentari tindikan di pusarnya.

Dokter mulai memeriksa perut Vera dengan telaten, dia mengetuk-ngetuk dan memencet perut Vera sambil menanyakan apakah sakit atau tidak ke gadisku ini.




Vera tidak merasakan apa-apa dan tidak mengeluh sakit, sepertinya pengecekan ini untuk memeriksa apakah ada tonjolan atau bengkak dibagian dalam tubuhnya.





Pun saat si dokter memasukkan jarinya ke pusar Vera yang bertindik itu, membuat Vera hanya menggigit bibirnya sendiri menahan geli karena jari tersebut menekan kuat-kuat dan sedikit menggelitiki pusarnya.




Setelah bagian perut dipastikan aman cek berlanjut ke bagian berikutnya yaitu bagian dada.

Sebelum di mulai, si dokter menanyakan ke Vera apakah dia memakai silikon atau tidak, namun Vera menggeleng yang membuat mereka agak kaget termasuk Jennet.

" Wait what? Jadi dada kamu itu asli Ver?.. " kaget Jennet kemudian mendekat lalu meremas toket bulat Vera memastikannya sendiri.

Aku pun dulu juga menyangka seperti itu, karena memang selain besar, bentuk toket Vera benar-benar bulat sempurna tegak tanpa kendor sama sekali.

" Yeah.. She's not implanted her boobies, this is natural boobs.. " ujar si dokter usai menyenteri dan melakukan Scan ke buah dada Vera dengan sebuah alat.


" Waw Vera! You’ve a gift from heaven.. "

" Kamu beruntung sekali.. " komentar Jennet seolah tak percaya kemudian duduk kembali di sebelahku.

Aku pun lega dan senang sekali dengan ini, syukurlah Vera tak pernah membohongiku.

Padahal jika tak benar-benar dicek seperti ini, dalam hati aku akan terus berpikiran jika Vera memang mengimplan silikon toketnya seperti yang digosipkan.

Tapi aku diam saja dan tak mau membahasnya, karena memang sudah standar sebuah operasi kecantikan yang biasanya hanya pihak keluarga saja yang boleh diberi tahu.

Kupikir yasudahlah mungkin Vera mematuhi kode etik antar dokter dan pasien itu hingga dia tetap tak mau mengakuinya bahkan denganku.

Namun setelah dikatakan dokter bahwa toketnya asli aku sangat lega, karena artinya kecantikan dan kesempurnaan Vera benar-benar alami merupakan berkah dari langit.

Pemeriksaan pun kembali dilanjutkan.

Dokter meminta Vera untuk duduk dengan rileks, kemudian suster segera merapikan rambut Vera ke belakang dan mengangkat sebelah tangan Vera keatas.

Barulah si dokter mulai memencet-mencet payudara Vera sama seperti perutnya tadi untuk mengecek apakah ada tonjolan aneh di bagian tersebut.




Vera diam saja, posisinya yang menghadapku membuat mata kami saling bertatap-tatapan.

Namun wajah cantiknya tampak serius sekali dan fokus dengan pemeriksaannya, berhubung tangan dokter sedang menjamah seluruh areal buah dadanya tak ingin ada bagian yang luput dari pemeriksaannya.




Pandanganku tersita ke ketiak mulusnya yang entah kenapa selalu membuatku terangsang ketika melihatnya.

Awalnya sih aku tak begitu menaruh perhatian ke ketiak Vera, karena aku lebih fokus ke toket dan juga pantat montoknya, tapi akibat sering membaca komentar-komentar di Instagram nya dimana banyak sekali lelaki yang meminta Vera untuk lebih sering berpose sambil mengekspos ketiaknya membuatku jadi suka juga dengan ketiaknya.

Aku jadi mulai sering menjilati ketiak wanginya yang terasa asin nan gurih itu, juga sering aku memejuinya kemudian menikmati ketika kulihat spermaku tergenang di bagian tersebut.

Vera pun menyukainya dan menyadari ketertarikanku dengan ketiaknya, dia lantas pernah memintaku memborgol tangannya ke besi ranjang dalam keadaan tergolek di ranjang lalu menyuruhku meneteskan lilin ke ketiaknya yang terekspos itu.

Aku bergidik mendengar sekaligus membayangkannya bagaimana jika ketiaknya yang super mulus dan putih itu benar-benar kuteteskan lilin.

Pastilah dia akan menggelepar-gelepar dalam ikatan borgolnya merasakan panas di area yang termasuk area sensitif juga.

Namun kutolak dan tak kulakukan karena saat itu dia sedang kumat jadi wajar jika dia bicara yang ngawur-ngawur.




Dokter berpindah ke bagian payudara yang satunya, dan si suster pun kali ini turut mengganti mengangkat tangan Vera juga.

Kulihat Jennet terus memperhatikan Vera, wajahnya terlihat antusias sekali mendampingi kami melakukan cek medis ini.

Tak hanya di bongkahan payudaranya, rupanya si dokter juga turut memeriksa sensitifitas puting susu Vera.

Dia memilin dan sesekali menjentik-jentikkan jarinya ke puting susu merah muda gadisku sambil menyuruh Vera mengatakan reaksinya.




Dan setelah kurang lebih 5 menit melakukan pengecekan di bagian dada, dokter menuliskan sesuatu ke catatannya yang nantinya akan menjadi Result atau hasil laporan pemeriksaan secara keseluruhan ini.

Dia menyuruh suster mengambil meteran yang biasa digunakan tukang-tukang jahit untuk mengukur badan orang kemudian Vera harus melepaskan celana dalam yang menjadi satu-satunya benang terakhir di tubuhnya.

Tanpa ragu Vera segera menurunkan celana dalam pink yang dia kenakan tadi hingga kini dia pun telah telanjang bulat di hadapan kami berempat.

Jennet mencolek lalu membisikiku mengatakan jika aku benar-benar beruntung mendapat cewek cantik seimut dan seaduhai Vera.

Aku hanya ketawa saja mendengar bisikannya yang membuat Vera sebentar tadi melirik kami berdua penasaran apa yang sedang kami bicarakan.

Namun Jennet tidak tahu jika wajah imut, polos dan lugu yang sedang Vera tampilkan ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi monster jika dia sudah mulai panas apalagi kumat.

Suster pun langsung melingkarkan meteran ke payudara Vera untuk mengetahui berapa lingkar dadanya.




Kebetulan sekali aku pun ingin tahu berapa ukuran toket Vera, berhubung selama ini Vera hanya mengaku tak tahu pasti berapa Size buah dada bulatnya itu.


Dari BH nya sih Vera memakai Cup yang ukuran 36.

" 36 DD.. " ujar suster ke dokter yang segera ditulis ke catatannya oleh si dokter.

Dan kini aku jadi tahu berapa ukuran dada Vera, supaya tak malu lagi ketika ditanya orang.

Habisnya banyak sekali teman-temanku yang sering menanyakan berapa Size payudara cewek buleku ini.




Mereka tetap melakukan pengukuran, baik lingkar pinggang, berat badan dan juga tinggi badan Vera.

Semuanya ikut di data di Check-Up yang menurutku sangat profesional ini.




Setelah mendapatkan pendataan Physique, kali ini mereka masuk ke pemeriksaan yang lebih spesifik lagi, begitulah kata Jennet barusan padaku saat Vera mereka suruh tiduran di ranjang pasien lagi.

Suster mengambil sebuah botol lalu menuangkan cairannya ke jarinya yang langsung dia oleskan di bagian samping leher Vera.




Vera diam saja yang bila diperhatikan sejak tadi dia memang manut dan koperatif sekali, mungkin saking inginnya dia mewujudkan fantasi yang tak kutahu apa yang akan dilakukannya kelak hingga membuat dia rela melalui prosedur kesehatan yang ribet serta makan waktu seperti ini.

Dokter menempelkan sebuah alat yang sepertinya merupakan alat pendeteksi ke leher Vera yang tadi sudah dioleskan sesuatu oleh suster.




Dia mengecek dan mengontrol data yang masuk ke benda mirip Scanner yang sedang dia genggam.

Sepertinya itu adalah alat pendeteksi Radio Sonic untuk mengecek apakah ada pembuluh darah yang tersumbat dalam bentuk sonar yang tengah si dokter perhatikan.

" Beeep... Beeeppp... Beeeppp... " suara itu terdengar dari alat tiap kali corong yang berbentuk selang dokter tempelkan ke leher Vera.

Aku tak tahu apa artinya, sekolahku tak sampai kesini untuk mengetahuinya karenanya kubiarkan saja toh mereka semua adalah profesional yang kompeten dibidangnya.

Begitu juga Verani yang tampak amat tenangnya dan diam membiarkan tubuh telanjangnya diperiksa mereka.




Dokter menyusuri lagi tubuh Vera dengan alat yang sama, dimana sebelum alat pendeteksinya di tempelkan ke tubuh, maka suster akan mengoleskan minyak tadi ke titik-titik yang akan diperiksa.




Ini lebih lama dari pemeriksaan sebelumnya, karena terhitung banyak sekali titik-titik yang mereka periksa, seperti siku, perut bagian bawah, paha dan bahkan ujung kaki hingga sendi-sendi tak luput dari pemeriksaan mereka.




Vera bahkan memejamkan matanya dan sempat ketiduran beberapa saat tadi karena dinginnya AC.

Namun saat dokter meminta Vera memposisikan diri menyamping, segera gadis cantikku kembali melakukan apa yang dokter suruh.




Dokter mengesampingkan sebelah kaki jenjang Vera yang amat mulus itu lalu meminta ke suster untuk diambilkan sarung tangan.

" Ini mulai ke organ intim nan.. " bisik Jennet padaku.

Selagi dokter memasang sarung tangan medisnya dan juga suster yang tampak tengah mempersiapkan sesuatu, Vera yang posisinya sekarang menghadapku terus melirikku.

Vera menatapku dalam sekali dan tak tak berkedip, aku pun membalas tatapan mata indah dari satu-satunya gadis yang sangat kusayangi ini.




Dia terlihat melamun menatapku, entah apa yang ingin dia siratkan dalam pandangannya itu tapi yang jelas aku menikmati kepolosan wajah cantiknya yang sangat digila-gilai banyak lelaki di luaran sana.

Beberapa lama kemudian suster datang, membuyarkan lamunan Vera yang menatapku.

Dia memberikan sebuah termometer ke Vera dan menyuruhnya mengemut benda itu di mulutnya.




Vera segera mengemutnya dan membiarkan benda tersebut mengecek apakah suhu dalam mulutnya normal atau tidak.

Namun rupanya bukan hanya di mulut!

Ketika dokter dan suster itu melebarkan kaki Vera, Jennet memberi tahu bahwa vagina dan anusnya juga akan dimasukkan termometer untuk di cek juga.




Dokter yang dibantu suster pun segera membuka bibir vagina Vera lalu memasukkan termometer tersebut ke vagina Vera.




Vera diam saja dan tak bereaksi, dia kembali menatapku namun tak selama tadi karena beberapa kali dia memejamkan matanya.

Seperti yang Jennet katakan, suster mempersiapkan satu termometer lagi untuk dimasukkan juga di anus Vera.

Dan dokter pun bersiap memasukkan termometer tersebut ke anus Vera sambil mengolesinya lebih dulu dengan pelumas agar tidak membuat kaget liang dubur cewek berkulit putih mulus ini.




Dengan sebuah tusukan yang pelan namun pasti, termometer itu pun merangsek masuk semakin dalam ke anus Vera hingga akhirnya mentok sama seperti yang ada di vaginanya.




Kini ketiga termometer tersebut telah berada di tiga lubang Vera, sedang mengecek apakah suhu di masing-masing tempat itu normal karena memang tiga titik inilah yang paling sering menjadi area lalu lalang kami dalam berhubungan intim.




Vera terus diam saja dan tak bergeming sama sekali, bahkan ketika tadi si dokter menusukkan termometer tersebut ke anusnya, cewek cantikku ini sama sekali tak meringis ataupun membuat sesuatu ekspresi yang berarti.

Kurang lebih 3 menit Vera menghisap dot termometer yang ada di mulutnya dan dua yang menancap di masing-masing vagina juga anusnya, akhirnya si suster mencabutnya dan mendapati jika suhu di tiap tempat itu normal serta tak ada masalah.

Dokter menyuruh Vera balik badan dan memintanya membuka kaki hingga mengangkang seperti kodok lalu kembali meminta suster menyiapkan alat-alat yang dia minta.




Aku yang sudah biasa melihat memek tebal Vera tentu biasa saja namun tidak dengan Jennet, dia terlihat tersenyum kecil dan terus menatap ke gundukan merah Vera.

Aku sih menduga jika Jennet ini mungkin seorang biseksual yang tertarik dengan laki-laki juga perempuan, atau malah dia seorang lesbian.

Hanya sebatas spekulasiku saja karena tatapan matanya yang menatap Vera itu terlihat seperti tatapan orang yang tengah jatuh cinta.

Kembali ke ranjang pasien dimana dokter melebarkan bibir labia Vera menyibaknya hingga klitoris Vera yang berwarna merah muda langsung terlihat.

Dia mengulurkan jari telunjuknya ke suster yang segera melumuri jari dokter itu dengan sesuatu yang mirip salap.

Dan si dokter pun mengoleskan salap yang ada di ujung jarinya tepat di klitoris Vera!




Aku agak cemas karena sama sekali tak tahu apa yang sedang dia usap-usapkan ke titik paling sensitif cewekku ini.

Tapi melihat ekspresi Vera yang biasa-biasa saja dan tak menunjukkan raut kesakitan maka aku bisa tenang.




Sekitaran dua menit namun dokter tetap menggosok-gosoki klitoris Vera sambil menatap wajah Vera memperhatikan ekspresi yang dia buat.


Terang saja, mendapat stimulasi di pusat rangsangan di tubuhnya membuat Vera mulai gelisah.

Dia mulai memejamkan mata dan memangapkan mulutnya sesekali menggigit bibir sendiri tak kuasa mengindahkan gejolak libidonya meski konteks saat ini untuk keperluan medis.




Kemudian dokter memasukkan dua jarinya kedalam memek Vera yang membuat gadisku itu agak mendesah.

Dia menekan-nekan perut Vera sambil jarinya mengucek-ngucek vagina tersebut dan si dokter terus menatap raut wajah Vera menyuruhnya mengatakan jika terasa sakit.




Alih-alih sakit malah aku yakin pastilah Vera sekarang tengah keenakan, apalagi saat dokter itu mencabut jarinya yang terlihat sekali dari sarung tangan yang dia gunakan tampak sudah mengkilat basah menunjukkan jika libido Vera sudah naik hanya saja sedang dia tahan.

Suster membantu Vera memposisikan dirinya agar menungging sesuai arahan dokter, karena jika melihat urutan termometer tadi maka yang berikutnya akan di cek sepertinya adalah anus Vera.



Dugaanku benar, dokter sudah mulai mengolesi dubur Vera dengan salap tadi.

Dibantu suster perlahan dia masukkan jari telunjuknya dengan pelan menembus anus Vera hingga akhirnya jarinya ambles dan mulai memutar-mutarkan telunjuknya di dalam sana.




Vera menggigit bibirnya sendiri sambil memejamkan mata, dia berusaha menahan diri dan membiarkan dokter bersama suster ini melakukan tugasnya.

Bahkan aku pun merasa agak keberatan melihat anus cewekku sedang digobel-gobel oleh dokter tepat di depanku, namun karena sudah prosedur ya mau bagaimana lagi.

Tak lama dokter itu menyudahi pengecekan di masing-masing organ Genital Vera, suster menyuruh Vera duduk rileks sebentar di ranjangnya sambil memberikannya segelas air putih.

Vera meminumnya dan melirikku, aku melihatnya dengan wajah khawatir menanyakan apakah dia baik-baik saja.

Vera sadar ekspresi cemasku itu dan memberikanku sebuah senyuman kemudian mengangguk mengatakan jika dia tak apa-apa.

Setelah meminum air putihnya suster menuntun Vera untuk duduk di kursi Gyno yang ada tak jauh di sebelah sofa yang aku dan Jennet duduki.

Segera Vera mendudukkan dirinya di kursi dan menempatkan kaki jenjangnya di masing-masing penyanggah hingga kini membuat si cewek cantik ini sudah terduduk mengangkang dengan lebar.




Suster menuntun agar Vera meletakkan ujung pantatnya tepat di bibir kursi agar memeknya berada di ujung kursinya

Barulah kemudian dokter yang telah siap dengan alat-alatnya mulai jongkok dan tampak akan memasukkan sebuah alat ke memek Vera.




" Ini proses sterilisasi nan.. " kata Jennet yang membuatku menoleh kearahnya.


" Sterilisasi?.. " tanyaku padanya.

" Iya, itu dalem vagina Vera bakal di airin sama water yang udah di campurin alkohol khusus supaya membunuh bakteri-bakteri gitu.. "

" Pokoknya tenang aja.. A hundred percent safe.. " tutupnya kembali membuatku penasaran untuk melihat prosesnya.

Dan ya saat dokter mencabut alat itu terlihat air langsung keluar dari dalam memek Vera pertanda tadi air tersebut membasuh organ intimnya dari dalam.




Selepas proses Drainase barusan dokter memasukkan besi Speculum ke vagina Vera dengan perlahan sekali tak ingin Vera merasa tak nyaman atas prosesnya.





Vera hanya diam saja, wajahnya terlihat datar meski sekarang bagian dalam memeknya tengah terekspos akibat alat yang membuka memeknya dengan lebar guna memudahkan dokter untuk mengecek organ intimnya.

Dokter menyenter-nyenter dan terlihat mengintip isi dalam vagina Vera.

Selanjutnya dia mengambil alat pembersih yang mirip korek kuping biasa, dan segera mengorek-ngorek memek Vera dari dalam.




Sesekali Vera menahan nafas dan sesekali juga dia menghembuskannya kuat-kuat merilekskan dirinya sendiri.

Bahkan dia pun masih agak grogi meski dari raut wajah dia berusaha tenang.




Cukup lama dokter ini membersihkan bagian dalam vagina Vera dengan alat pembersih tersebut lalu tak lama dia melepaskan Speculum dan menggantinya dengan alat yang serupa fungsinya namun berbeda.

" Now lets check your cervix.. Are u ready Ms. Julie?.. " tanya si dokter yang Vera jawab dengan anggukan.




Mendapat anggukan dari pasiennya dokter pun bersiap melakukan tugasnya.

Sebelumnya dia mengganti Speculum tadi dengan alat berbentuk tabung bening yang kini membuka memek Vera lebih lebar.

Yang membuat isi dalam vagina Vera terlihat dengan jelas sekali sekarang bahkan dari posisiku, karena disenteri menggunakan senter kabel yang dicantolkan di ujung benda tersebut.

Aku terdiam melihat gadisku sekarang tengah terduduk terkangkang di kursi Gyno dengan memeknya yang benar-benar terekspos dan siap untuk di cek cerviksnya.

Dokter memasukkan alat mirip korek kuping tadi hingga masuk ke lubang sel telur Vera, lalu melihat ekspresinya untuk melihat apakah Vera sakit atau tidak.




Vera terus menarik nafasnya dalam-dalam, aku tak tahu apa yang dia rasakan selama proses tersebut berlangsung.

Namun hingga proses pengecekan cerviks selesai, semuanya berjalan lancar dan tak ada masalah sama sekali dengan mahkota wanita Vera itu yang tadi sampai kebagian terdalamnya telah dicek.

Saat dokter dan suster tengah mempersiapkan pengecekan berikutnya Jennet tegak kemudian menghampiri Verani ke kursi Gyno.

Dia elusnya rambut gadisku yang dibalas Vera dengan senyum, Jennet kemudian menyuruh Vera untuk orgasme di pengecekan berikutnya sebelum dijelaskan lebih detil oleh si dokter.

Dokter mengatakan jika di tes kali ini untuk menguji sensitifitas rangsangan Vera apakah benar-benar berfungsi dengan baik atau tidak.

Jennet pun meminta Vera tak grogi dan tak menganggap kami ada.

Dia ingin Vera menikmati rangsangan dari vibrator yang akan di gesekkan dokter ke vaginanya guna membuatnya cepat orgasme, lalu wanita keturunan Filipina ini kembali duduk di sofa.

Vera mengerti lalu menarik nafasnya dalam-dalam, sementara si dokter mulai menggesekkan alat perangsangnya ke belahan bibir memek Vera, dan suster bertugas menempelkan stetoskop mengecek degupan jantung Vera ketika prosesnya berlangsung.




" Drmmm..... " suara alat ketika dokter mulai menyalakan vibrator nya ke memek Vera.

Wajah cantik dan natural Vera yang masih grogi sontak langsung merasakan efek getaran yang saat ini terfokus di kelamin gatalnya.

" Huuhh!!.. " Vera menghembuskan nafasnya merasakan stimulasi tersebut.

Aku tahu benar jika dia paling tak kuat jika ada gesekan di memeknya, apalagi sekarang sedang digetari vibrator getar.




Dokter justru menyuruh Vera mengkhayalkan sesuatu yang bisa merangsangnya, Vera segera melirik kearahku dan menggigit bibirnya sendiri.

Aku jadi grogi ditatap Vera dengan matanya yang mulai meredup seperti itu dan dengung getar alat yang tengah menstimulasikan memeknya terdengar tambah keras.




Tak sampai satu menit, Vera makin gelisah dan bibir tipisnya yang berwarna merah muda itu terus mangap-mangap menahan gejolak besarnya yang mulai merangsek keluar.




Dalam hatiku mengatakan jika dokter dan suster ini salah pilih lawan, karena Vera dengan gejolak libidonya yang abnormal tentu akan dengan mudahnya orgasme, apalagi ditonton banyak orang begini.




" Uhh.... " desah Vera lepas di menit kedua.

Dia mulai tak ragu sama sekali untuk menunjukkan wajah sayu terangsangnya yang selalu kukatakan jika dia akan terlihat cantik dan Hot sekali kalau sudah begini.

Inilah sisi terseksi Vera menurutku yang tidak dimiliki Jennet dengan segala permak hasil operasinya.




Kami semua membisu dan pandangan kami tertuju kearah Vera melihat dirinya yang tengah bergejolak dari dalam.


Bahkan Jennet, dokter dan suster yang mestinya sudah biasa menangani urusan begini jadi tampak serius menatap ekspresi Vera yang makin menjadi-jadi mendesah sambil meremas dadanya sendiri dengan lepas.




Vera seperti mendapat panggungnya di kesempatan kali ini, entah dia betul-betul mencoba koperatif atau dia memang sedang menikmatinya stimulasi di vaginanya aku tak tahu.

" Uhh... More on my clit please doc.. " racaunya dengan mata terpejam dan tubuhnya tambah melengkung-lengkung.




Dokter yang terdiam itu melakukannya dan memfokuskan stimulasinya di klitoris Vera yang sekejap terlihat membengkak membesar pertanda dia sudah luar biasanya terangsang!

Satu menit berikutnya Vera mengangkat tubuh dan melengkungkannya bak busur panah kemudian dengan remasan kuat di toket beserta desisan keras Vera pun orgasme!




Dari memek Vera jelas mengucur cairan bening yang terlihat dari sofa tempatku dan Jennet duduk.

Aku tak bisa berkata-kata setiap kali melihat ekspresi wajah Vera saat dia mendapatkan klimaksnya seperti ini.

Rasanya aku beruntung saja bisa berkesempatan melihat bidadari orgasme jika melihat kecantikannya yang benar-benar keluar ketika dia mendapatkan kepuasan tertinggi seksualnya.

" Uhh fakk!!.. " desis Vera masih meremas-remas toketnya sendiri meredakan orgasmenya yang kira-kira tak sampai 4 menit sudah dia dapatkan.




Vera melirik kearahku yang menatapnya dengan wajah datar, dia kemudian tersenyum sebelum kembali melihat ke dokter yang juga sedang mengamati lendir cairan orgasmenya turun dari memek merahnya.




Dan dokter serta suster ini pun menyudahi proses stimulasinya karena hasilnya sudah terlihat dengan amat jelas bahwa Vera bisa orgasme bahkan jauh lebih cepat dari cewek-cewek kebanyakan.

Lalu dokter meminta suster menyuntik nadi di tangan Vera untuk diambil darahnya.

Jennet bilang bahwa proses tes medisnya telah selesai.

Aku pun menarik nafasku lega, rasanya lama juga mungkin ada sekitar satu jam proses ini berlangsung.

Kini Vera tinggal disuruh buang air kecil saja untuk diambil sampel air seninya.

Segera gadis cantikku yang masih telanjang itu berjalan menenteng gelas ke toilet khusus masih di ruangan yang sama.




Vera mendudukkan dirinya di pinggiran tempat duduk dengan menempatkan memeknya tepat di ujung bagian kursinya.




Aku pun penasaran dan ingin melihat prosesnya, karena selama ini aku tak pernah melihat Vera kencing tepat di depanku.




Tak lama mulai mengucur air pipis dari memeknya yang merembes keluar.

Aku tak bergeming hanya terus melihatnya, meski yang lain sudah masing-masing berdiri dan tak memperhatikan Vera lagi yang kini tengah pipis tersebut.

Dokter sibuk dengan berkas-berkas membuat Result pemeriksaannya, sementara suster sibuk merapikan alat-alat medis yang tadi digunakan, begitu pun Jennet.

Tak ada yang memperhatikan Vera sekarang kecuali aku.




Vera mulai menampung dengan gelas air seninya sendiri, dia sadar aku tengah memperhatikannya dan hanya tersenyum saja.


Dia mungkin aneh kenapa aku ingin melihatinya pipis yang sebenarnya aku hanya penasaran untuk mengetahui apakah bidadari akan kencing dengan cara yang sama seperti manusia pada umumnya.


Setelah Vera keluar dari toilet dan menyerahkan sampel air seninya, dokter pun mengatakan jika proses Check-Up nya telah selesai kemudian Vera sudah boleh berpakaian kembali sambil menunggu hasilnya yang akan keluar sebentar lagi

" Ini untuk keamanan, karena kami harus mengecek dengan ketat siapapun untuk mencegah HIV/AIDS.. " ujar Jennet pada kami berdua.

Aku sangat setuju, mereka benar-benar profesional, pantaslah mereka menjadi yang terbaik karena tingkat keamanan dan juga kenyamanannya disini sangat luar biasa.

Sementara Vera yang sedang memakai kembali pakaiannya tak berkomentar dan hanya diam saja.



Selagi menunggu hasil sampel darah dan urin Vera, Jennet menyuruh untuk segera membuka baju juga.

Seketika aku kaget karena rupanya aku juga harus di tes medis.

Vera yang sudah berpakaian lengkap dan duduk di sofa hanya terkikik melihat aku yang gantian gugup karena mesti telanjang di depan mereka.

Tapi aku turuti saja toh ini aturan mainnya.

Setelah telanjang aku disuruh tiduran ke kasur yang sama dengan Vera tadi.

" Hmmmm.. Not bad.. " ujar Jennet sambil melirik kearah kontolku yang membuat Vera bete mendengarnya.

Tes medis untukku lebih ditujukan ke mendeteksi penyakit dalam saja dan tak sedetil Vera tadi.

Baru setelah diambil darah, dan urin aku sudah boleh memakai pakaianku kembali, lega karena tadi suster bule itu mengecek sekujur penisku dan menyenteri dengan tangannya.

Aku grogi dan malu juga tadi kalau sampai tegang, sementara si eneng cantikku hanya menutup mulut menahan tawanya melihat wajahku yang meringis-ringis kegelian karena aku memang penggeli sekali orangnya.

Singkatnya dalam 20 menit hasil darah kami keluar, dan baik aku maupun Vera dinyatakan sehat dan bersih dari penyakit apapun.

Segera sehabis proses panjang itu berakhir kami mengikuti Jennet lagi menuju ruang bawah tanah kemarin, untuk memulai Training Vera.





..............................

Aku dan Vera berpisah, Vera dibawa keruang transit bersama Jennet.

Sementara aku dibiarkan menunggu di sebuah ruangan yang akan menjadi ‘gelanggang tarung’ untuk Vera nanti.

Sebelum berpisah Vera memelukku mengisyaratkan bahwa aku tak perlu khawatir, ia akan baik-baik saja dan mengatakan jika dia sayang padaku.

Kubalas pelukannya dan kubelai rambut panjangnya, sudah habis kata-kataku untuk mengungkapkan betapa dia selalu menjadi pikiranku setiap saat.

Maka kami pun berpisah.

Sebenarnya mereka yang mengikuti Training diharuskan di karantina selama 1 hari penuh, namun karena kami tak punya banyak waktu, maka Jennet memberi pengecualian.

Kini aku terduduk sendiri dikursi tribun ini, menunggu cewekku akan disiksa sesuai fantasinya.

Terdengar aneh kan?

Aku pun juga tak tahu harus bilang apa karena aku sudah keringat dingin saja sekarang terlebih melihat di ruangan ini begitu banyak alat-alat mengerikan yang membuatku jadi tambah Nervous mengingat apa yang kusaksikan kemarin.

Belum hilang lamunanku akan hal-hal apa yang akan terjadi pada Vera, Jennet tiba-tiba datang mengecekku.

" Nan, ready ya?.. " dalam beberapa menit lagi Vera siap kita training.. " ujarnya mengatakan bahwa kesiapannya sudah seratus persen.

" Jen.. " kupegang tangannya lalu kutatap Jennet dengan wajah serius.

Jennet kaget karena tiba-tiba aku memegang tangannya seperti ini.

" Tolong jangan perlakukan Vera terlalu berlebihan Jen, Vera itu lugu.. "

" Dia emang bakal bilang apa aja bakal dia lakukan, dan dia bakal bilang enak, lagi, atau terus tapi tubuhnya sebenernya nahan sakit.. "

" Pliss Jen aku mohon.. " pintaku pada Jennet menggenggam tangannya lebih kuat karena dia nanti yang akan menjadi 'Madam' nya.

Jennet membalas tatapan mataku yang serius ini beberapa saat sebelum kemudian tertawa.

" Hahahaha Nanda.. You’re kind guy... "

" Kamu betul-betul sayang sama cewekmu rupanya ya?.. Tapi aku profesional.. "

" Ketika semuanya udah start, maka aku benar-benar akan melakukan apapun seperti yang diinginkan klienku.. " ujarnya yang makin membuatku dingin dalam ketakutan.

" But don’t worry, biar aku kasih kamu bocoran tentang apa yang Vera pingin lakukan.. "

Aku pun penasaran apa yang sebenarnya Vera ingin lakukan dibalik Deepest Fantasy nya itu.

" Hmmm.. Yang jelas gak ada branding, gak ada tindik-menindik, gak ada mentato bagian tubuh, dan gak ada menggunduli rambut.. " kata Jennet padaku.

" Just trust me, I’ve do this thousand times.. Pokoknya kamu duduk yang tenang dan biarkan cewekmu merasakan fantasi liarnya sekali dalam seumur hidupnya.. " tutupnya kemudian tersenyum.

Aku mencoba mempercayainya saja, karena jujur bocoran dari Jennet tadi sedikitnya agak membuatku tenang.

Jennet pun mencium bibirku sambil memejamkan matanya dan kemudian berlalu keluar.





LADY JEN

Beberapa menit selepas keluarnya Jennet, pintu terbuka.

Dua orang laki-laki bertopeng berbadan besar masuk, dia menuju kearahku lalu berdiri tepat di belakangku.

Aku hanya melirik ke mereka dengan aneh, namun mereka tak bergeming dan hanya tegak memandang kedepan tepat di kiri-kananku.

Mereka sepertinya bertugas menjadi Bodyguard selagi proses Training ini dimulai, yang aku tak tahu kenapa pula aku harus dikawal-kawal segala.

Tak lama setelah dua Bodyguard yang ada dibelakangku ini masuk, pintu pun kembali terbuka.

Seorang laki-laki menarik Vera masuk dengan pergelangan tangan menyatu diikat tali kearah belakang.

Mata dan mulut Vera di plester lakban berwarna abu-abu, ikut pula masuk 2 orang laki-laki bertopeng yang telanjang dada mengiring di belakangnya, mereka semua berbadan kekar-kekar dan besar.

Mereka tampak seperti algojo dengan masing-masing dari mereka terdiri dari dua orang bule dan yang satunya berkulit hitam.

Tak jauh dari mereka Jennet mengikuti dari belakang lalu menutup pintu.

Darahku berdesir melihat fisik ketiga orang laki-laki yang sedang mengiring Vera, dimana yang satunya menarik rantai Vera yang sudah telanjang bulat di tangannya itu seperti menarik seekor kerbau.

Dan pakaian Jennet pun tak kalah seksi seperti kemarin, hanya saja kali ini dia mengenakan warna serba putih.




Jennet mengintruksikan algojo itu segera mengikat Vera.

Seorang laki-laki dengan tubuh dihiasi tato naga langsung mengikuti instruksi Jennet, Vera diikat menungging sambil berdiri sementara tangannya digantung terikat kebelakang.

Kakinya juga diikat satu sama lain agar tidak bisa dilebarkan ataupun dirapatkan.

Disisi lain dua algojo lain Jennet tampak datang sambil mendorong meja roda seperti di rumah sakit lengkap dengan alat-alatnya.


PLAAK !!


Satu ayunan punggung telapak tangan dari algojo bertato itu ke wajah Vera membuka Training nya!



Aku yang melihat Vera digampari orang langsung mendelik, dan belum apa-apa darahku mendidih melihatnya, karena aku saja tak pernah memukulnya seperti itu!

Sementara dua algojo segera mendekati Vera, mereka meremas-remas toket Vera yang tergantung dalam posisinya sekarang.

Jennet turut mendekati Vera juga, dia mengambil alat kecil di meja yang tadi dibawakan dua algojonya dan mencantolkannya dengan cepat ke puting susu Vera yang besar.

Vera langsung mengejang badannya seperti cacing kepanasan, aku panas dingin melihat ekspresi dan rontaan Vera yang mulai merasakan sakit di tubuhnya.

Kulihat penjepit yang tercantol di putingnya bukanlah penjepit biasa, penjepit itu berbentuk seperti cakar yang ujungnya melengkung runcing.



Aku membayangkan jangankan ke puting susu, dijepit ke kulit lengan saja pasti rasanya sakit sekali, dan sekarang Vera harus membiarkan benda itu tergantung-gantung di puting susunya.



Gadis berambut panjangku mulai meringis, terdengar ringisannya meski mulutnya sedang disekap plester merasakan dua jepitan itu kini menggigit puting susunya.

Bahkan aku pun yang melihatnya saja bisa merasakan betapa pedasnya benda tersebut yang kini bergelayut di toketnya.

Laki-laki bertato yang berada di depan Vera menjambak rambutnya, membuat agar kepala gadis itu terdongak lalu kembali menampari wajahnya sekali lagi!

Dua orang algojo lain juga mulai bekerja, mereka mengambil vibrator dan menggosokannya ke vagina Vera.

Tubuh Vera kembali menggelinjang, merasakan rasa yang bercampur aduk antara rasa pedih di putingnya dan juga memeknya kini dihajar dua vibrator getar sekaligus!

Dan hanya dalam kurun waktu satu menit saja Vera tak kuasa menahan orgasmenya, dia pun langsung mendapatkan orgasme pertamanya!

" Hahahaha you like this?.. " ujar Jennet membuka plester dimulut Vera dengan satu tarikan.

" Yeeess, Lady!!.. "

" I like this!!.. " racau Vera dengan lepas saat mulutnya tak lagi dibekap lakban abu-abu yang sejak tadi membungkam mulutnya.

Aku diam saja mendengar Vera lantang mengucapkan rasa sukanya diperlakukan begitu.

Kemudian wanita yang perkiraanku berusia 28 tahunan yang itu langsung melahap bibir Vera!

Aku kaget karena yang kutahu Vera tak suka sekali dengan ini tapi kenapa dia memasukkan adegan lesbian ke fantasinya? Aku pun aneh.

Atau mungkin ini hanya improvisasi dari Jennet saja karena tak tahan melihat wajah cantik Vera dan yang sesuai dugaanku bahwa dia seorang biseksual.

Apalagi tipe cewek yang polos seperti Vera ini sangat disukai untuk dijadikan teman tidur oleh para lesbian.

Verani meladeni ciuman penuh nafsu dari Jennet, yang mungkin Vera tak sadari jika sekarang yang sedang berciuman dengannya adalah Jennet karena matanya yang tertutup.

Bisa saja dia pikir yang melakukannya salah seorang dari algojo itu.

Puas mencium bibir Vera, Jennet melepaskan ciumannya lalu memerintahkan algojonya untuk bermain-main dengan anus Vera.

" Stretch her ass!.. " seketika dia menjadi ketus.

Salah seorang algojo yang tadinya berjongkok di bawah kaki Vera yang sedang asik menggetarkan vibrator nya langsung berdiri mendengar perintah dari Jennet.

Algojo berkulit agak coklat tersebut mengambil sesuatu ke meja dan kemudian membawa sebuah mangkuk bedah dari besi yang sudah ia tuangkan pelumas hingga setengah bagiannya tadi.

Kulihat dari jauh di mangkuk itu dipenuhi bermacam-macam dildo dari beragam ukuran.

Ia berbagi tempat dengan algojo berkulit hitam yang masih bertugas menstimulasikan memek Vera, lalu mulai menjejalkan dildo yang sudah basah dengan pelumas itu ke anus Vera.

Sementara algojo yang bertato naga kini sedang mencolok jarinya kemulut dan tenggorokan Vera sambil sesekali menarik-narik lidah Vera.

Jennet mengitari ketiga algojonya, terus memantau mereka untuk mengerjakan tugasnya dengan baik.

Vera beberapa kali tersedak karena algojo di depannya kini sedang mem-Fisting mulutnya, memaksakan tangannya masuk kedalam tenggorokannya!

10 menit Jennet membiarkan Vera seperti itu hingga dia kembali menginstruksikan algojonya merubah posisi Vera.

Seperti sudah terorganisir, tanpa arahan yang detil algojo-algojonya sudah paham dengan setiap perintah Jennet.

Kedua algojo tampak menyiapkan sebuah meja ke tengah ruangan, meja tersebut berbentuk setiga yang dari bawah keatas semakin tipis, dimana di bagian paling ujungnya sekaligus bagian paling tipisnya dilapisi besi plat yang terlihat tajam.

Sementara algojo bertato melepaskan Vera dari ikatan sebelumnya.

Dia bertugas mengikatkan kembali Vera ke posisi yang baru, sekarang tangannya dia ikatkan ke sebuah Device yang ada di langit-langit ruangan.

Dalam sekejap Vera yang tadinya terikat dengan tangan kebelakang kini menjadi terikat menjinjit seperti huruf X dengan tangan masing-masing terkunci lebar keatas.




Si algojo berdiri di belakang Vera, iseng sambil menunggu rekannya mempersiapkan meja itu, tangan kanannya memiting leher Vera dengan siku dalamnya kemudian tangan kirinya menjambak rambut hingga membuat Vera terdongak.

Dan dengan dinginnya laki-laki itu mencekik Vera dalam posisi tersebut tepat di leher Vera yang terdongak!

Vera langsung meronta-ronta dibuat begitu, namun karena tangannya yang terikat dan kuatnya Headlock yang dilakukan si algojo bertato naga rontaan Vera terasa sia-sia.



Aku rasanya ingin melompat turun untuk menerjang laki-laki yang sepertinya seorang Psychopath ini!

Wajah Vera sudah memerah dan ketika Vera mulai mengeluarkan suara mendengkur, barulah dia lepaskan cekikannya.

Seketika Vera langsung terbatuk-batuk dan menarik nafas berat karena tadi dia benar-benar tak bisa bernafas.

Bersamaan dengan itu aku juga menarik nafasku, aku mulai merasa sepertinya aku takkan sanggup melihat Vera dibuat begini lagi.

Dua algojo yang mempersiapkan meja tampak akan selesai, cukup makan waktu bagi mereka mengeset meja prisma ini untuk mengunci rodanya agar nanti tidak bergerak-gerak.

Laki-laki bertato tadi masih terlihat penasaran dengan Vera, dia menjambak Vera sementara tangan kanannya memegang dagu gadis yang sudah pasrah itu dan memelitukkan kepala Vera ke kiri dan ke kanan dengan pelan.

Terlihat seperti teknik bela diri yang biasa kita lihat di film-film laga saat mematahkan kepala lawan dari belakang.

" Hang her up!.. " perintah Jennet beberapa saat kemudian setelah meja prisma tersebut siap untuk dinaiki.

Barulah si algojo bertato langsung menuju sudut ruangan, ia menekan sebuah saklar di dinding lalu beberapa saat kemudian terdengar suara alat menyala dan perlahan-lahan Vera pun mulai melayang menggantung di angkat Device yang mengikat tangannya.




Vera diangkat dan diarahkan berada tepat di atas meja prisma besi tadi.

Lalu setelah posisinya benar-benar pas gadis seksi itu pun diturunkan lagi.

Vera perlahan diturunkan ke meja segitiga pipih yang ternyata ujung besi tipis di pucuk meja itu mereka posisikan tepat membelah vaginanya!

Begitu kira-kira 2 cm lagi memek Vera akan mengenai besi itu, algojo bertato mematikan saklar hingga Device tadi berhenti untuk menahan posisi Vera.

Jennet langsung ke meja alat, dia mengolesi dua jarinya dengan semacam minyak lalu mengoleskannya rata ke memek Vera sebelum nanti berat badan Vera akan bertumpu di titik ini.

Sepertinya untuk mencegah agar kelamin Vera tidak lecet ketika kelak bergesekan dengan ujung lancip meja itu.

Dari ekspresi dan rintihan Vera tampak minyaknya terasa dingin ketika mengenai memeknya.

Selesai mengoleskan pelumasnya Jennet mengkode agar Vera kembali diturunkan, hingga memek tebalnya mulai dibelah dengan besi pipih tersebut!

Vera meringis sakit namun belum selesai rasa sakitnya, kedua algojo dengan sigap mengeluarkan dua pemberat dari besi yang telah tersambung rantai.

Mereka mengikatkan rantainya ke masing-masing kaki kiri dan kanan Vera!

Setelah melingkarkan Strap nya di pergelangan kaki Vera, dua algojo ini menunggu Jennet memberi kode kepada kedua mereka yang masih menahan pemberat itu dengan kedua tangan mereka.

Lalu ditandai satu teriakan dari Jennet mereka pun serentak melepaskan pemberat tersebut hingga seketika itu pula kaki Vera langsung tertarik lurus kebawah.

Vera menjerit sejadi-jadinya saat beban tubuhnya memaksa dia tertarik kearah bawah, dan tumpuannya hanya bertumpu di ujung sudut tumpul yang makin membelah memeknya di meja yang disebut Wooden Horse itu!

Aku tak bisa menyembunyikan kepanikanku melihat Vera yang kini terikat duduk diatas meja prisma pipih yang membelah vaginanya, dimana masing-masing kakinya dipasangi pemberat yang makin menambah beban tubuhnya saat ini.



Vera terlihat sangat kesakitan, namun Jennet benar-benar mempersiapkan setiap rencananya dengan sangat rapi.

Olesan minyak tadi di kelamin Vera yang awalnya kukira untuk mencegah lecet rupanya salah.

Itu adalah Dragon Breath Salve, atau sebuah merek balsem luar negeri yang terkenal dengan panasnya yang baru terasa setelah 1 menit dioles!

Sekuat tenaga gadis bernama Verani Julie itu meronta-ronta dan menjerit di atas Wooden horse yang tengah dia duduki.

Sampai-sampai kedua algojo Jennet langsung menahan meja tersebut agar tidak roboh saking hebatnya rontaan gadis yang kupanggil sayang ini.

Jennet memberi isyarat lagi yang membuat ketiga algojonya kembali bergerak.

Selagi Vera masih kelojotan merasakan panas luar biasa dan juga pedih irisan di memeknya, algojo-algojo Jennet mendekat dengan menenteng alat sentruman listrik di masing-masing tangan mereka.

Vera menjerit ketakutan setengah mati mendengar bunyi percikan listrik birunya di alat itu, sampai-sampai dia terkencing-kencing saking takutnya!


Aku sama sekali tak bisa berkata-kata, entah kenapa tubuhku membeku dan hanya bisa mematung saja saat ini.

Salah seorang algojo mendekat, dia menempelkan Stun Gun itu ke lempengan plat yang melapisi ujung pipih meja yang tengah membelah vagina merah muda Vera.






Sontak aliran listriknya langsung menyambar dan merambat melalui besi tersebut yang membuat tubuh Vera terhentak-hentak melepaskan sebuah lengkingan keras merasakan sengatan listriknya turut menjalar ke tubuhnya.

Dan bagian yang sedang bersentuhan langsung dengan besi plat itu adalah bagian paling sensitif di tubuhnya, yaitu kemaluannya!




Mereka bertiga segera berbarengan bersama-sama menempelkan masing-masing alat penghasil listrik kejut yang sedang mereka genggam itu ke besi yang Vera duduki.

Vera makin terkejang-kejang dan menjerit keras sekali merasakan listriknya benar-benar terhantar ke tubuhnya.

Apagi posisi tumpuan tubuhnya sedang sepenuhnya tertumpu di memeknya yang saat ini sedang dibelah oleh besi yang tengah dialiri listrik oleh mereka baik dari depan maupun bagian belakangnya.




Beberapa menit mereka memainkan alat tersebut dengan masih terfokus di besinya.

Vera mengerang-erang, air matanya mulai menetes dari pinggiran matanya.

Kadang mereka beri nafas gadis itu dengan membiarkannya tenang beberapa saat sebelum kembali menyalurkan listrik ke besinya mengulang lagi seperti tadi.

Tapi rupanya aksi mereka tak sebatas di besi itu saja.

Peluh dan keringat dingin langsung kuyup membasahi tubuhku seketika mendengar jerit kuat Vera saat seseorang menyentrumi tubuhnya secara langsung!




" AHHHHHH!!!.. " erang Vera sekuat tenaganya ketika pantatnya tersengat listrik biru yang menyala dari alat itu.

Jennet mengambil komando ke para algojo-algojonya.

Mereka kini menahan gerakan dan menunggu instruksi dari Jennet selaku pemegang Rule dalam Game mereka ini.

Jennet melirik kearahku yang mematung dikawal dua Bodyguard yang masih setia menjagaku.

Lalu dengan sebuah instruksi dari Jennet, para algojonya tanpa ampun menempelkan setruman listrik itu berkali-kali ke tubuh Vera hingga membuat Vera menggelepar tak karuan!




Vera panik dan tambah histeris!

Terang saja karena tubuhnya tengah disengat listrik secara langsung tanpa perantara lagi yang saat ini sedang terfokus di bongkahan pantat montoknya yang benar-benar menjadi sasaran empuk bagi algojo Jennet.

Dan posisi Vera benar-benar serba salah, kejut sengatan listrik ini mengharuskan tubuhnya untuk klenger sementara beban berat yang sedang membelenggu kakinya memaksa tubuhnya terpatri di meja prisma itu.

Apalagi makin banyak dia bergerak makin dalam pula memeknya terbelah dan teriris-iris oleh sudut tajam yang sedang dia duduki.




Vera tak punya pilihan selain menangis dan menjerit dengan keras, sementara Jennet tersenyum melihat algojonya yang amat enteng menempelkan percikan kilau biru yang menyala-nyala itu ke pantatnya.

Sungguh, pekik keras Vera betul-betul menggambarkan betapa tubuhnya yang terikat tak berdaya itu merasakan pedih sengatan listrik yang tengah dia rasakan.

Namun ini belumlah seberapa.

Jennet menyuruh algojonya maju bertiga sekaligus dan memilih bagian mana saja yang mereka ingin setrum dari tubuh putih montok mangsa mereka yang sedang menangis seunggukan ini.

Tiga orang algojo sontak langsung menyeringai Vera yang ketakutan setengah mati mendengar itu.

Vera memohon-mohon ampun dimana wajahnya telah basah dengan air mata ketakutan, apalagi jika mendengar bunyi percikan ketika alat setruman itu dinyalakan yang terdengar begitu kerasnya dan mengerikan sambil memercikkan percik arus listriknya.

Dan komando dari Jennet pun akhirnya membuat mereka 'menciumkan' picu listrik yang ada di tangan mereka kembali ke tubuh Vera sekaligus!

Aku menundukkan kepalaku, tak kuat melihat mereka menyentrumi seluruh tubuh Vera mulai dari paha mulusnya, betis, pinggang, dada, punggung, perut, leher dan telapak kaki bahkan hingga ketiaknya.

DRETT!!! DREETTT!!! DREEETTT!!

Suara sengatan listrik itu terdengar begitu nyaringnya bersahut-sahutan di dalam ruangan ini saling menggema.

Bahkan keringat yang membasahi tubuh Vera makin membuat ketiga algojo Jennet kesetanan menyentrumi setiap bagian tubuh telanjang gadis itu, sadar jika air adalah konduktor terbaik bagi listrik.

Aku tak kuasa mendengar raungan Vera dan rontaannya yang tambah histeris seolah dia tak peduli jika rontaan liarnya malah makin mengiris memeknya dari besi pipih yang sedang menjadi tumpuan duduknya.

Vera kembali terkencing-kencing ketika salah satu dari mereka memaksanya membuka mulut dan menarik lidahnya keluar kemudian langsung menyentrumi bagian yang terjulur itu tanpa ampun!

Aku masih menunduk, dan terus menunduk!

Aku menyembunyikan wajahku dipaha dan aku sama sekali tak kuat mendengar raungan membahana gadis yang sangat kusayangi ini.

Badanku gemetar ketakutan dan peluh terus menetes dengan derasnya, bahkan Vera yang Masochist pun tak sanggup menahan siksaan yang saat ini tengah mereka lakukan ke dirinya.

" Apanya yang pelindung Vera!.. "

" Dan apanya pula yang bakal menjaga Vera!!.. " aku mengumpatku mengutuk diriku sendiri yang kini malah bersembunyi diantara pahaku sambil mencengkram celana sekuat tenaga dalam gemetar hebat yang kurasakan.

Teringat olehku suara manjanya yang memanggilku ‘sayaaaang’ di setiap pagi, namun kini berganti dengan tangisan dan jerit paraunya yang menggema lirih!

Ingin kuhentikan semua ini, tapi tubuhku tak bisa bergerak, kakiku lemas.

Aku sangat menyayangi Vera! Kulakukan apapun serta akan kuturuti apa saja yang dia inginkan dan kini aku sama sekali tak tahu harus melakukan apa!

Aku kalut sekalut-kalutnya! 

Beberapa saat kemudian ketika mereka akan memilin-milin puting susu panjang Vera yang seperti puting sapi itu dengan jari basah mereka, Vera pun panik!

Dia saat sadar jika mereka kini menargetkan puting susunya untuk menjadi titik sengatan listrik mereka.

Tangisannya makin pecah dan dia memohon-mohon dengan histeris kepada mereka untuk tak melakukannya.

Hingga akhirnya dalam rasa takut yang berlebih itu, seketika otaknya men-Shut Down tubuhnya memaksa dia pingsan.

Jerit parau itu pun menghilang tak lagi kudengar, aku langsung terhenyak dan kembali melihat ke tengah ruangan.

Vera pingsan, tubuhnya yang terikat itu terkulai tak lagi berdaya, pergelangan tangan Vera sudah memerah karena berontakannya tadi sangat luar biasa.

Jennet memberi kode untuk menurunkan Vera, segera mereka memapah tubuh lunglai tersebut turun dari meja prisma keparat itu.

Melihat gadisku terkulai tak berdaya aku spontan bergerak secara naluri dan langsung beranjak dari kursiku untuk menghampirinya.

Namun saat aku baru tegak berdiri dan hendak berlari menghampiri Vera, dua orang penjaga seketika menarik lenganku tak membiarkannya.

Aku sudah tak peduli dengan semua ini!

Sambil memberontak kulawan mereka berdua yang mencengkram tanganku, tapi aku bukan tandingan mereka hingga aku merasa tengkukku dipukul dan tiba-tiba aku kehilangan kesadaran kemudian ambruk.





..............................

Aku terbangun, rupanya aku pingsan dan entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri.

Kini tubuhku terikat di kursi dengan tangan yang terborgol kebelakang, mulutku disumpal dengan kain yang mereka plester.

Dua orang Bodyguard berkaca mata hitam yang membuatku pingsan tadi masih ada di kiri dan kananku.

Tapi pandanganku langsung tertuju ke Vera ditengah ruangan sedang terduduk terikat di kursi kayu tak jauh beda seperti keadaanku.

Bedanya dia diikat dengan tali di masing-masing tangan, kaki dan lehernya, sementara matanya kembali ditutup menggunakan lakban.

Melihat aku yang sudah siuman dan meronta-ronta dengan suara tertahan, Jennet langsung berjalan mendekatiku.

Cewek yang di lingkungan Mansion ini di panggil 'Lady Jen ' pun merundukkan tubuh hingga wajahnya kini persis di depanku.

" Sorry ya nan aku harus mengiket kamu juga, just in case.. " katanya mengelus rambutku yang masih meronta ini.

" Don’t worry... Your Angel’s gonna be okay.. " tutupnya lalu mengecup dahiku dan kembali ke Stage.

Entah aku masih percaya dengan Jennet atau tidak, yang jelas aku ingin menghentikan semua ini tapi aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.

Kulihat Vera sudah sadar dan set panggung juga sudah berubah, Jennet memberi kode kepada salah seorang algojonya yang bertato naga untuk memulai lagi permainannya karena aku telah sadar.

Dia kembali ke meja peralatan yang ada disebelah kursi Vera dan mengambil sesuatu.

Wajah Vera langsung dipukulinya begitu dia mendekat ke Vera yang membuat wajah Vera seketika memerah bekas jeplakan tangannya.

Vera meringis namun algojo yang tampaknya paling kasar ini tak memperdulikannya.

Kini dia terlihat menggenggam tang, dia memasang sebuah Gag Mouth besi di mulut Vera, hingga mengharuskan Vera tak bisa menutup mulutnya dan terus menganga membentuk O.

Lalu dengan tang tadi laki-laki itu menjepit dan menarik lidah Vera agar terjulur dengan pelan.

Dia menyenteri lidah Vera tampak mencari sesuatu dipori-pori lidahnya, tak lama dia mengambil dan membuka bungkus jarum yang masih steril.

Amat teliti serta hati-hati sekali si algojo ini menusukkan jarum tadi kelubang tindikan di lidah Vera yang dia tindik sendiri tanpa persetujuanku saat berada di Singapura.



Vera tidak meringis atau apapun, tampaknya algojo itu memasukkan dengan mulus tepat dilubang tindikannya.

Namun Vera jadi tak bisa menarik lidahnya kedalam karena jarum itu menghadang masuk dan memaksa lidahnya untuk terus terjulur.

Dua orang algojo turut mendekat, kali ini mereka membawa deretan alat baru yang sedang mereka dorong dengan meja beroda yang sama seperti sebelumnya.

Kode kembali diberikan Jennet untuk membuka ikatan Vera yang terikat terduduk, algojo bertato memapah tubuh Vera lalu membiarkannya duduk bersimpuh.

Dia pergi kemeja alat, kemudian kembali sambil membawa bungkus kulit berwarna hitam.

Disingkirkannya rambut lurus Vera yang memang sangat panjang sampai menyentuh pantatnya sendiri, lelaki bertato itu mendorong kepala Vera agar ia menunduk dan membuang rambut coklat panjangnya kearah depan hingga tergerai menutupi wajah terjuntai mengenai pahanya.

Barulah ia menarik kedua lengan Vera dan menyarungkannya menggunakan bungkus berbahan kulit itu, yang menjadikan posisi Vera kini jadi tertunduk menyedihkan dengan tangan terkunci kebelakang.




Seorang algojo yang berkulit hitam jongkok dan menghampiri gadis berkulit putihku, dia sibak rambut yang menutupi wajah Vera kemudian ditatapnya wajah cantik yang masih merah bekas tamparan si algojo bertato tadi.

Algojo yang satu ini tersenyum lalu memasangkan sebuah penjepit dengan pemberat besi di masing-masing ujungnya ke puting susu Vera, hingga puting susu Vera yang berwarna merah muda itu seketika tertarik karena berat.

Vera menunduk saja dan meringis dalam keadaan mulut mangap dengan lidah terjulur yang sedang tertancap jarum.

Lady Jen segera memerintahkan algojo yang berkulit coklat untuk beraksi.

Dia duduk kedepan Vera yang tertunduk merasakan sakit karena putingnya tengah diberi pemberat, kemudian algojo ini meremas toket putih Vera sambil sesekali ia menjentik-jentikkan bola pemberat di putingnya hingga membuat benda tersebut bergelayut.

Lalu dia mengeluarkan sesuatu disaku celananya, algojo bertato dan algojo berkulit hitam langsung memegangi Vera di kedua arah baik dari kiri maupun arah kanannya.

Vera tampak bingung karena ia tiba-tiba ditahan dengan kuatnya oleh mereka dalam posisi dia yang masih duduk bersimpuh.

Algojo berkulit coklat yang saat ini mendapat tugas sebagai eksekutor segera mengeluarkan timah besi berbentuk seperti paku, lalu sebatang lilin dan korek api.

Dia nyalakan lilinnya, kemudian menjepit timah itu dengan pinset dan mengarahkan ujung timahnya ke lilin guna membuat panas si timah tersebut.

Aku membeliak kembali berontak! Ingin kubuat patah kursi kayu yang menahan gerakanku ini, namun dua penjaga di sebelahku menahanku untuk tetap diam.

Vera yang matanya tertutup tak bisa melihat timah itu sudah memerah panas, jika dia melihat pasti dia sudah akan ketakutan.

Saat ini aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan namun yang ada dalam benakku adalah yang terburuk.

Menggunakan pinset algojo itu menarik lidah Vera agar tegang, kepala Vera ditahan dari belakang dengan sebuah jambakan rambut oleh algojo lain.

Darahku berdebar tak karuan, si algojo menatap ke Jennet yang dibalas anggukan oleh si pemegang Rule.

Dan algojo itu pun segera menempelkan timah yang memerah panas itu ke jarum yang menancap dilidah Vera!

3 detik timah tersebut menempel di jarum, Vera seketika berontak menggelengkan kepalanya dan meringis.

Hukum konduksi berlaku, dimana zat panas akan berpindah dan menghantar melalui benda padat yang dalam hal ini adalah besi selaku konduktornya.

Alhasil lidah Vera merasakan panasnya karena menjadi perantara langsung antar dua benda itu!

Berkali-kali si algojo menempel-lepas timah panasnya ke jarum dilidah Vera, dan berkali-kali itu juga Vera berusaha menarik lidahnya namun panasnya jarum malah mengenai bibir atas dan bawahnya.

Vera terus menggeliat dalam ikatan yang menyarungkan tangannya kebelakang, bahkan dua algojo Jennet masih tetap memegangi tubuhnya agar dia tak berontak dan menikmati saja panas dari lidahnya yang tengah mereka siksa.

Puas dengan lidah, algojo kali ini mengarahkan lilinnya ke ujung bola pemberat yang juga berbahan timah, dan memanaskan bola timah yang tergantung di puting susu Vera.

Belum reda berontakannya karena panas yang dia rasakan di lidah namun cewek bernama IamSleepless di forum mereka ini kembali menggelinjang karena panasnya mulai terasa ke puting susunya.

Algojo berganti memanaskan ke putingnya yang sebelah lagi agar Vera mendapat kerataan dalam siksaannya.

Mereka tampaknya sangat senang membuat Vera kelojotan dan kulihat Vera sampai terkencing lagi yang entah betul-betul kencing karena ketakutan atau Squirt aku tak punya ide sama sekali. 

Vera ambruk, mulutnya yang menganga dengan lidah terjulur tampak berusaha mengumpulkan nafasnya dalam keadaan tersebut.

Akhirnya algojo itu membuka plester di matanya, Gag Mouth, serta menarik dengan hati-hati jarum di lidah kramnya, putingnya pun dibebaskan dari pemberat timah tadi.

Aku agak lega sebenarnya, karena ketika melihat besi paku dipanaskan hingga menyala memerah pikiranku sudah kemana-mana, untunglah kemungkinan terburuk yang aku pikirkan tak terjadi.

Namun aku harus kembali cemas begitu melihat dua algojo lainnya tengah mempersiapkan peralatan untuk siksaan berikutnya.

Seorang algojo meletakkan bantalan berwarna merah berbentuk segitiga siku-siku di bawah perut Vera.

Vera yang tangannya masih terikat dengan Leather Arm itu dipapah dan diposisikan menungging di atas bantalan tersebut, hingga membuat posisi anus Vera berada lebih tinggi dari bagian tubuhnya yang lain.

Vera dalam posisi yang menggoda sekali, aku sangat suka menyodomi Vera dalam posisi ini karena kontolku terasa masuk dalam sekali ke lubang anusnya dalam keadaan menungging seperti itu.

Tapi ini bukan waktunya memikirkan itu karena Jennet sudah mendekat kearah Vera selagi para algojonya mempersiapkan peralatannya.

" Are you ready for your ass gorgeous princess?.. " tanya Jennet membuka pembicaraan dengan Vera sambil mengelus rambut lurus Vera.

Berhubung sejak awal dimulai memang tak banyak Conversation yang terjadi baik dari Jennet ataupun para algojonya ke Vera.

" Yes Lady! I’m ready.. " jawab Vera lemah.

Tampaknya tadi diruang karantina Vera sudah di Brieffing untuk memanggil Jennet 'Lady' selagi proses Training ini berlangsung.

Mendengar itu Jennet senyum lalu mengecup pipi Vera yang sedang menungging dan melirik kearahku kemudian tersenyum pula padaku dengan wajah binalnya.





..............................

Persiapan telah siap.

Para algojo Jennet sudah siap berdiri mengelilingi Vera yang terikat menungging tak berdaya itu.

Jennet langsung mempersilahkan mereka bertugas, masing-masing algojo mengambil suntikan besar tanpa jarum, lalu mengisinya dengan cairan berwarna putih di ember yang tadi mereka bawa, kemudian mengarahkannya ke anus Vera.

Aku menyadari apa yang akan mereka lakukan karena Vera sering mengajakku menonton film porno dimana anus si ceweknya disuntikan cairan seperti yang akan mereka lakukan.

Emema atau Enema aku sendiri lupa saat Vera bilang namanya.

Dan ya dia pernah meminta padaku untuk mencobanya, namun aku hanya mendiamkan saja ocehan aneh-anehnya itu.

Vera mendesah saat ujung tanpa jarum itu masuk kedalam anusnya, dan hanya sekali dorongan algojo bertopeng berkulit hitam ini langsung menghabiskan penuh satu suntikan berisi cairan putihnya masuk kedalam anus Vera!




Vera membeliak melotot!

Ini mungkin pertama kalinya dia di Enema, dan dari ekspresinya Vera tampak menyukainya.

Setelah kosong, algojo yang berkulit coklat bergantian menusukkan dan menyuntikkan suntikannya ke anus Vera hingga habis juga, kemudian segera berganti dengan algojo yang bertato.

Mereka yang sudah menyuntikkan cairan putihnya mundur kebelakang dan kembali mengisi ulang ke mangkuk bening yang penuh cairan putih tersebut, lalu kemudian antri lagi.

Begitu terus putarannya.




Suntikan ke tujuh, anus Vera mulai menyemprotkan cairan itu keluar, pertanda bahwa kapasitas yang dia tampung sudah melebihi daya.

Jennet mengambil sebuah suntikan yang lebih besar dari mereka, dia mengisinya dengan cairan bening, bukan putih seperti para algojonya.

Dan si cewek bertoket besar hasil silikon itu langsung menyuntikan cairan bening tersebut ke anus Vera yang sepertinya lebih bersifat sebagai penetral.

Karena suntikannya yang sangat besar, otomatis volume airnya pun sangat banyak hingga bertabrakan dan memaksa cairan putih yang ada di dalam anus Vera mengucur keluar.

Jennet tertawa melihat ekspresi Vera yang mengerang lirih ketika dia 'menguras' cairan putih mirip susu itu keluar dari perutnya, namun dia mengatakan jika ini masih belum apa-apa dan hanya pemanasan saja.

Mangkuk bening yang tadi penuh cairan putih pun kembali diisi ulang, kali ini para algojo membuka botol minuman kaleng berwarna merah dan menuangkannya ke mangkuk yang kosong itu.

" PEESSHH!.. " bunyi soda yang khas langsung terdengar begitu kaleng itu dibuka dan dituang.

Melihat air yang tumpah berwarna hitam pekat, seketika membuat aku sadar jika yang sedang dituang ini adalah Cola!

Mereka akan memasukkan minuman yang dikatakan mampu membersihkan kloset itu ketubuh Vera dari anusnya? Yang benar saja!

Aku kembali berontak dikursiku dan berusaha berteriak meski mulutku tengah disumpal kain dan dibekap plester.

" Egggh...Egghhhh!!!.. " ujarku berontak dan terjatuh dari kursiku.

Kedua penjaga yang menjagaku benar-benar tak membiarkanku mengganggu proses yang terjadi dan mereka mendudukkanku lagi kemudian menahanku.

Jennet melihat ketika aku jatuh dari kursiku, namun dia hanya tersenyum saja dengan mengerlingkan matanya.

Dan entah kenapa Vera sama sekali tak bereaksi, ia tak terlihat takut sama sekali!

Mangkuk itu pun penuh, sodanya sampai lumer tumpah saking penuhnya.

Lalu sama seperti tadi, ketiga algojo itu mengisi suntikan mereka masing-masing kemudian berjejer ke belakang pantat Vera dan tanpa berlama-lama satu per satu mereka mulai menyuntikkannya Cola tersebut ke anus Vera!

Mereka menyuntikkannya dengan sebuah tolakan yang kuat, hingga dalam sekejap saja cairan hitam itu langsung raib dari suntikan bening mereka berpindah masuk kedalam anus Vera dan berganti giliran dengan cepat.

Ketika 3 suntikan berukuran sedang itu sudah bergiliran disuntikan masuk oleh para algojo, Vera tak langsung merasakan efeknya.

Dia baru mendapatkan efeknya sekitar 1 menit kemudian yang membuat dia seketika menjerit keras dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gadis cantikku itu mengerang sekuat tenaganya!

Bahkan Vera berguling dari dudukan yang menahan perut bawahnya dan kakinya yang tidak diikat menendang-nendang ke segala arah.

Pun urat leher dan urat pelipisnya langsung keluar pertanda dia tengah merasakan soda tersebut bereaksi di dalam anusnya.

" AHHH LADY!!... IT'S BURNINGG!! STOOPP.. "

" I CAN'T RESIST THIS ANYMOREEE!!... " teriaknya sambil berguling-guling dan kejang-kejang dengan tangan masih terikat kebelakang.

Ketiga algojo dan Jennet membiarkan Verani berguling-guling diantara kaki-kaki mereka yang tengah berdiri, sementara Vera berusaha sekuat tenaga ngedan agar soda itu keluar dari duburnya.

Aku kembali memejamkan mataku dan ingin menangis rasanya melihat gadis yang sangat kusayang ini sedang Struggle melawan rasa sakit yang tengah dia rasakan.

Namun aku sama sekali tak bisa berbuat apa-apa! Sama sekali!

Sekitar 2 menit Vera tampak mulai kehabisan tenaga akibat terus mengedan, dia masih menggeliat lemah dan Cola itu pun masih mengucur-ngucur tampak belum benar-benar habis keluar dari Rectum nya.

Lady Jen mengambil suntikan besarnya, mengisinya lagi dengan cairan penetral bening dan segera menyuntikkannya ke anus Vera.

Vera sudah diantara sadar dan tidak, matanya hanya bersisa putihnya saja.

Setelah anusnya di netralkan, algojo menarik lagi tubuh Vera kembali memposisikannya menungging, mereka tak perduli dengan kondisi Vera yang tengah tak sadar itu.

Jennet mendekati Vera, dipasangnya sebuah alat seperti corong dari alumunium yang persis seperti yang di tes medis beberapa jam tadi.

Dia memasukkan ujung corongnya ke anus Vera, Vera agak mendesis meskipun dalam keadaan setengah sadar saat dinginnya ujung alumunium itu masuk dalam sekali keliang analnya.

Lalu Jennet memutar-mutarkan ujung baut menyetel ukurannya, alat ini pun melebar di dalam anus Vera.

Sontak saja anus Vera sekarang ukurannya bisa diatur sesuka hati dengan Jennet bahkan Vera terus mendesis saat anusnya terus di ekspansi semakin lebar, lebar dan lebar oleh Jennet.

Telah membuat anus Vera terbuka lebar seorang algojo memberikan Jennet senter, Jennet pun menyenteri isi dalam lubang tak berdasar itu.

Dia tersenyum lalu meludahi liang dubur cewekku kemudian juga menyuruh ketiga algojonya saling bergantian meludahi anus Vera yang kini telah menganga dengan begitu amat tereksposnya.

" Your ass really tight, Kamu betul-betul sempurna Vera.. " ujar Jennet mengelusi bongkahan pantat Vera yang memang sangat bundar dan montok itu.

Jennet melirikku untuk mengecek reaksiku, namun aku yang kini tengah terduduk terborgol dan dipegangi dua orang Bodyguard nya benar-benar tak bisa melakukan sesuatu yang berarti.

Dia kembali menyuruh seorang algojonya bekerja, yang langsung dikerjakan dengan mendekat ke Verani.

Seorang algojo datang menenteng sebotol susu kemudian dengan entengnya dia menuangkan susu tersebut ke lubang anus Vera yang tengah menganga itu!



Vera yang sedang menungging hanya bisa mendesis saja merasakan dinginnya susu itu memenuhi anusnya.

Tak seperti sebelumnya dimana dia mencak-mencak ketika di suntik Cola tadi, mungkin karena sifat Cola memang jauh lebih keras dibanding susu.

Lambat laun Vera kembali mendesah, dia bahkan menggoyang-goyangkan pantat super semoknya yang membuat susu yang tertampung di anusnya berguncang dan sedikit tumpah.

Entah kenapa melihat ini aku jadi ereksi, jujur saja aku sendiri memang kecanduan dengan anus Vera, meski aku sudah tak terlalu sering menyodominya karena takut nanti anus gadisku ini jadi dol.

Melihat Vera yang sudah mulai menikmati kembali permainan Jennet memerintahkan algojonya melepaskan semua ikatan yang masih membelenggu tubuh Vera agar gadis itu makin lepas menikmati sensasi Anal Insertions nya ini.

Setelahnya barulah dia menyuruh lagi para anak buahnya untuk segera memasukkan berbagai macam benda ke anus Vera yang terbuka itu.

Meski perasaanku tengah ketakutan dan cemas tapi aku tak bisa menghindari jika diriku kini telah terangsang melihat pantat Vera seenak jidatnya mereka masukkan benda-benda.

Mereka melepas Speculum untuk memanfaatkan kembali sifat anus yang akan merapat ketika dimasuki benda asing.

Ada seorang algojo yang memasukkan berpuluh-puluh Marble Ball ke pantat Vera lalu memaksa Vera kembali mengedan mengeluarkan sendiri biji-biji kelereng tersebut.

Seorang algojo lagi tak mau kalah, dia membawa sebuah dildo kecil dengan motif beruas-ruas mirip bor Drill namun panjang sekali hingga lebih terlihat seperti penis alien ketimbang sebuah dildo.

Dan dia menepak-nepaknya ke bongkahan pantat putih Vera yang terlihat amat menantang itu.




Menyaksikan bentuk dildo yang tak dia miliki sebagai koleksinya dirumah ternyata langsung membangkitkan gairah dari gadis berbuah dada besar ini.

Vera memang hobi mengkoleksi dildo, Meanwhile cewek normal lain akan mengkoleksi tas, sepatu atau lipstik Vera justru lebih suka menambah koleksi alat bantu seksnya.

Tiap bulan pasti ada-ada saja Sex Toys baru yang dia beli secara Online, dan asal kalian tahu koleksi dildo-dildo Vera sekarang sudah satu rak penuh!

Mulai dari dildo berbentuk telur, berbahan keramik dan bahkan dildo kontol kuda pun dia miliki!

Seketika sifat liarnya keluar dan Vera terlihat terangsang sekali menyadari jika algojo ini bersiap memasukkan dildo tersebut ke lubang anusnya.

" Put it in my ass sir... Pleasee... " pintanya mulai menunjukkan wajah sendu khasnya yang hanya akan muncul jika dia sudah terangsang berat.

Bahkan dia melebarkan sendiri lobang anusnya saking tak sabarnya mencicipi rasa dildo itu.



" Please sir.. I want it!!.. " lirihnya dengan wajah yang sudah merah padam bak udang rebus.

Algojo Jennet ini tampak tak langsung menurutinya, dia menikmati penampakan Vera yang sudah terangsang berat itu sambil sesekali menepuk-nepuk pantat montoknya dengan lubang anusnya yang kelihatan sekali sudah lebar akibat sering dipakai.




Setelah sekian lama membuat Vera mengemis-ngemis akhirnya dia mulai mengambil ancang-ancang dan bersiap mencucukkan 'Penis Alien' tersebut ke lobang pantat Vera yang bahkan tanpa Speculum tetap terlihat menganga.

" AHHH FAKKK!!... " erang Vera keras sekali ketika si algojo langsung menusukkan dildo panjang itu masuk ke anus Vera!




Aku terdiam menyaksikan Vera menengadahkan kepalanya dan terlihat mendapatkan kembali tenaganya yang sebelum habis dia gunakan untuk berjuang menahan rasa sakitnya ketika disiksa oleh mereka tadi.

Dan benar seperti dugaanku, akumulasi rasa sakit sebelumnya yang dia rasakan langsung membuat dirinya berada di level lain dalam tahapan seksualnya, dan ini seperti membuat dirinya menjadi orang lain.

Yang kini kulihat di depanku sudah bukan Vera yang lugu dan polos seperti sehari-hari yang selalu manja denganku.

Vera mulai menepuk-nepuk pantatnya sendiri, bersama rapalan dan kata-kata kotor yang terlontar dari mulutnya yang bahkan membuat Jennet mengernyitkan dahi melihat perubahan psikologis Vera secara ekstrem tersebut.

" IT'S SO DEEP!! DAMN IT I LIKE THISS!! OHH!!!.. " erangnya dengan mata super sendu makin menggila ketika si algojo menusukkan sampai mentok dildo panjang itu.




Aku makin terbawa erangan dan kata-kata kotor Vera.

Agak tak percaya aku jika dildo tersebut bisa masuk seutuhnya kedalam anus Vera, karena bentuknya yang panjang sekali.

Aku yakin jika sebagian ujung dildonya pasti menyeruak masuk hingga menyentuh usus besarnya yang anehnya malah membuatku semakin terangsang!




Melihatku yang mulai tenang dua orang Bodyguard yang tadi memegang bahuku tak lagi menahanku.

Aku terdiam melihat Vera menggoyang-goyangkan pantat seksi dengan kondisi dildo tersebut tertancap seutuhnya di anusnya.

Jennet tertawa melihat kegilaan Vera, dia lalu menyuruh Vera mengedan dan mengeluarkan sendiri dildo itu keluar dari liang anusnya.

Tanpa berpikir panjang Vera segera melakukannya.

Dengan segenap tenaganya dia mengedan dan memfokuskan otot-otot anusnya yang untungnya masih belum kehilangan daya tolaknya.

Hingga akhirnya dildo tersebut keluar dengan mulus di anus yang sudah sangat sering disodomi oleh laki-laki di masa lalunya itu.




" PLOOPP.. " suara ketika dubur Vera menjatuhkan dildo itu kelantai yang diiringi dengan leguhan keras darinya.

Kontolku sudah sepenuhnya menegang dari balik celana jeansku, tapi tanganku yang masih terborgol kebelakang tak bisa memanjakannya.

Aku hanya bisa terdiam menelan ludah begitu melihat pantat Vera yang makin menganga akibat beragam aktifitas yang terjadi di pantatnya.




Menyaksikan lobang dubur yang sudah 'bolong' itu membuat Algojo Jennet gemas dan terus memasukkan dildo yang dia genggam kembali masuk hingga ke relung terdalam di pantat Vera.

Vera terus menyemangati si algojo untuk melakukannya dengan cepat, yang segera mendapat persetujuan dari Jennet.

Algojo pun mulai menggeber tusukannya sekuat tenaga!

Gerakannya amat Barbar terlihat seperti ingin menghancurkan pantat montok gadisku itu, membuat lubang anusnya kini benar-benar makin bolong di bor oleh dildo panjang tersebut!

" AARRRRGHHHHHH!!!!!!... " erang Vera dengan keras yang menggema di ruangan ini sebelum akhirnya dia Squirt!




Cairan kental langsung keluar dan mengucur dari memek Vera, semua yang ada di ruangan terdiam.

Hanya ada suara engah-engahan Vera dan lirihan joroknya yang masih mengumpat setelah barusan mendapat sensasi gila yang dia rasakan.

" HOLY SHITTT!!!!.... " lirih Vera yang matanya memutih dan gigi gemetar menggambarkan entah kenikmatan seperti apa yang tengah terjadi dalam dirinya itu.

Si algojo yang sudah makan asam garam dengan pekerjaannya tak mau membuang momentum, dia tahu jika Vera saat ini sedang sangat sensitif dan pertahanannya pun kendor.

Segera dia tusukkan dua jarinya sendiri ke lobang dubur Vera dan mulai mengocokinya yang membuat Vera kembali bangkit dan mengerang lagi.




Erangan keras Vera menyiratkan jika kocokan brutal tersebut membuat dia ingin orgasme lagi.

Algojo ini mengetahuinya dan memang itulah rencananya,

Dengan kocokan terkuatnya dia kocok sekuat tenaga anus Vera menggunakan dua jarinya yang bahkan bunyi kocokannya terdengar nyaring sekali!

" ARRRGGGHHHH SIIIIRRR!!!.. " pekik Vera keras yang kemudian mengucur dengan deras cairan bening yang bersumber dari memeknya.




Si algojo masih membetotnya dan tak memberhentikannya begitu saja, yang memaksa Vera untuk terus mengucurkan cairan beningnya hingga ke tetes terakhirnya.

Dua menit terus dipompa seperti itu dua menit pula memek Vera terus mengeluarkan cairan klimaksnya!

Gila! Ini benar-benar sudah gila!

Tak pernah kulihat Vera orgasme hingga terkencing-kencing selama ini dan ini sungguh membuatku bertanya-tanya sebenarnya dimana batas libido gilanya itu!

Jennet pun terdiam dan terperangah melihat Vera sanggup orgasme selama itu yang aku yakin para algojonya juga sama kagetnya.

Algojo yang bertugas segera meng-Gaping lubang anus Vera lebar-lebar dengan kedua tangannya, memamerkan lubang yang telah menganga itu hingga terlihat jelas dari posisiku yang kira-kira 20 meter dari posisi panggung eksekusi mereka.




" Grazy... Vera ur Grazyy.. " Jennet menggeleng-gelengkan kepalanya setelah dari tadi diam baru menyaksikan sisi lain Vera yang hiper.

Dia menghampiri Vera dan dielus-elusnya wajah cantik Vera yang sudah tak menentu itu kemudian mencium bibirnya.

Vera yang tengah menarik nafasnya tak bisa memprotes aksi Jennet yang gemas dengan kecantikannya.

Tanpa mau menunggu Vera memulihkan tenaganya, Jennet segera menunjuk algojo ketiganya untuk beraksi.

Seperti sudah tahu Run Down acaranya, algojo tersebut mengambil bola Ping-Pong ke meja peralatan.

Dia mengolesi dan merendam dengan pelumas bola Ping-Pong berwarna kuning itu lalu bersiap menjejalkannya ke anus Vera yang masih menungging membuat posisi anusnya menjulang ke atas.




Vera diam saja dan tak bisa bereaksi banyak karena tenaganya benar-benar telah habis akibat multi orgasmenya barusan.

Ketika si algojo menjejalkan bola Ping-Pong tersebut Vera hanya bisa membuka pantatnya dengan tangannya seolah tak mau menyulitkan si algojo meski dia tak tahu benda apa yang akan dimasukkan ke duburnya.




" Ahhhhh.... " desahnya pelan ketika merasakan bola Ping-Pong tersebut telah berada di pintu masuk anusnya.




Butuh waktu dan beberapa kali percobaan untuk benar-benar memasukkannya kedalam anus Vera.

Jennet sempat mengomentari jika anus Vera tergolong sangat rapat untuk ukuran cewek yang sudah sangat sering disodomi, dan itu memang benar.

Bahkan dulu aku mesti bersusah payah 'membuka ulang' lubang anusnya ketika pertama kali melakukan anal seks dengan Vera.




Dan setelah usaha serta beberapa kali harus dilumuri ulang dengan minyak, akhirnya bola Ping-Pong tersebut masuk juga ke lubang anus Vera.

Saat bola Ping-Pong itu telah berada di dalam pantat Vera, lubang anusnya pun otomatis kembali mengatup mencegah bola Ping-Pongnya keluar kembali.

Vera mengerang menikmati ketika proses bola itu tertelan dan larut kedalam lubang pantatnya yang selanjutnya akan masuk semakin dalam.

Aku terdiam dan menelan ludah.

Aku yakin setelah ini lubang anus Vera pasti akan kehilangan daya tolak dari otot-otot anusnya dan mengakibatkan anusnya jadi dol serta rusak.

Bahkan lebih buruk Vera bisa saja jadi sering berak di celana karena memang anusnya sudah kehilangan kemampuan untuk menahan buang air besar itu dikarenakan ototnya yang telah kendor.

Setelah beberapa lama Jennet akhirnya kembali menyuruh Vera mengedan dan mengeluarkan sendiri bola Ping-Pong tersebut.

Sekuat tenaga cewek yang salah jalan dalam memilih orientasi seksualnya ini berusaha mengedan dan mengeluarkan benda asing yang berada di dalam duburnya, namun dia kesulitan.

Ini bukan cairan seperti yang tadi mereka suntikkan, ini benda padat!

3 menit Jennet dan para algojonya menikmati pemandangan Vera yang Struggle dengan muka letihnya namun si bola tadi tak kunjung keluar karena ukurannya yang terlalu berbeda jauh dari lubang masuknya.

Vera mulai panik takut jika bola tersebut tak bisa keluar dari anusnya dan dia terus mengedan-ngedan seperti orang buang air besar.

Sadar jika Vera mulai kehabisan tenaga akibat ngedan, Jennet menyuruh anak buahnya segera membantu Vera.

Si algojo memasukkan jarinya ke memek Vera dan berusaha mendorong bola tersebut turun dari ‘sekat’ yang bersebelahan dengan anusnya.

Yang bahkan setelah dibantu pun tetap sulit dikeluarkan.

Namun akhirnya Vera yang mengedan sekuat tenaga dan dibantu oleh algojo membuat bola Ping-Pong itu keluar dengan mulus dari lubang anusnya setelah melalui proses yang sangat menghabiskan tenaga bagi Vera.




PLOOPP!!

Vera kembali ambruk dan nafasnya jadi semakin berat, dia benar-benar kehabisan tenaganya.

Jennet lagi-lagi tertawa dan masih tak ingin membuang waktu dia suruh anak buahnya untuk lanjut saja ke sesi berikutnya.

Algojo bertato naga memasang lagi alat aluminium yang tadi membuat anus Vera jadi terbuka dengan lebar, lalu setelah Speculum tersebut terpasang dan pantat Vera kembali menganga dia mencolok selang berbentuk pipa sedalam mungkin hingga membuat Vera ngilu karena merasa selang itu masuk dalam sekali hingga menyentuh dinding perutnya.

Dan setelah berhasil membuat selang tersebut masuk jauh kedalam lubang anusnya, seorang algojo lain meletakkan corong di atas selang itu.

Darahku berdebar menanti apa lagi yang akan mereka lakukan.

Vera yang masih menungging dalam keadaan tak bertenaga tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah, karena dia benar-benar telah berada dibatasnya.

Kemudian seorang algojo terakhir datang membawa sebuah mangkuk bening dan ember.

Ember itu sebagaimana ember normal yang berisikan air namun entah mengapa airnya berciprat-ciprat keluar seperti ada sesuatu yang hidup di dalamnya.

Rasa berdebar-debar di dalam tubuhku makin menjalar dan Jennet hanya tertawa melirikku kemudian tersenyum binal kearahku.

Mangkuk bening tadi diciduk oleh si algojo terakhir kedalam ember dan seketika pula aku langsung terperanjat begitu melihat mangkuk tersebut sudah dipenuhi belut!




Mereka tampak akan menuangkan belasan mungkin puluhan belut itu ke corong yang langsung mengarah ke anus Vera!

Vera meronta-ronta sadar belut-belut yang berkecipak di dalam mangkuk tersebut akan dimasukkan kedalam anusnya namun dua orang algojo Jennet dengan sigap menekan dan menjambak rambut Vera agar tetap rebah diposisinya.

Algojo yang memegang mangkuk itu sempat mengampiri Vera lalu dengan sengaja dia memperlihatkan belut-belut yang terus menggeliat seakan sudah tak sabar untuk segera membuat sarang di dalam anusnya.

Vera sangat ketakutan! Sebisanya dia meronta sambil menangis namun tetap kalah tenaga.

Melihat ekspresi wajah cantik Vera yang ketakutan algojo itu kembali ke belakang dan bersiap.

Jennet memberikan aba-aba ke si algojo dengan hitungan detik yang terdengar bagaikan hitungan kematian untuk Vera.

Hingga ketika detik itu sampai, si algojo pun menuangkan semua belut-belutnya kedalam corong!



Badanku kembali bergetar panas dingin setelah tadi sempat terangsang melihat keliaran Vera, namun kini semua surut dan berganti dengan kekhawatiran mendengar kembali tangis serta jerit ketakutan dari gadis kesayanganku.

Vera yang sudah dilumpuhkan hanya bisa mengibas-ngibaskan kakinya ketakutan hingga membuat algojo yang satu lagi harus memegangi mata kakinya agar ia berhenti memberontak.

Sementara belut-belut itu mulai berebut masuk satu persatu ke lubang di corong dan beberapa sudah meluncur dipipa untuk selanjutnya menuju anus Vera!

Vera membeliak ketika belut pertama meluncur masuk kedalam lubang anusnya dan langsung berenang kedalam Rectum nya diikuti belut kedua, ketiga dan seterusnya.



Gadis bermata seperti bola kristal itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menjerit histeris merasakan anusnya terus dimasuki belut-belut yang terus meluncur melalui selang.

Melihat para belut sudah tak bisa masuk lagi, si algojo bertato mencabut selang sekaligus Speculum alumuniumnya, otomatis anus Vera kembali mengatup dan mengurung belut-belut itu di dalam!

Beberapa ada yang masih meluncur keluar menandakan betapa sudah sesak dan penuhnya anus Vera menampung hewan melata tersebut.

Jeritan Vera makin keras! Dia bahkan memukul-mukul matras merasakan belut-belut itu kini menggeliat dan bergerak-gerak berenang di dalam pantatnya.

Yang sudah menjadi sifat alami belut untuk terus menerobos dan menggali 'lubang' sebagaimana mereka hidup di habitatnya.

" Ohhh Lady!! This is so good, they try to go deeper!!!.. " teriak Vera yang seketika membuatku kaget.

Aku bengong dan tak bergerak, bukan karena tubuhku yang terborgol di kursi ini tapi karena aku tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.

Vera mengatakan jika dia menikmatinya, ini jelas membenarkan jika aksi ini pun memang berdasarkan apa yang Vera Request ke Jennet.

Jennet kembali melirikku yang kini sedang bengong melihat pasanganku tengah menikmati fantasi gilanya yang sama sekali tak pernah Vera singgung-singgung padaku sebelumnya.

Dan beberapa saat berikutnya dia pun kembali terkencing-kencing dengan sangat derasnya!

Beberapa lama Jennet dan algojonya membiarkan Vera menikmati sensasi ketika lubang analnya dimasuki belut hidup.

Hingga dia menyuruh seorang algojonya memasukkan sebatang pipa lagi ke anus Vera dan menusuknya jauh kedalam.

Lady Jennet membawa sebuah Gadget tablet lalu mendatangiku.

Dua orang penjaga langsung mengunci bahuku ketika sang Mistress mendekat yang aku tidak tahu aku akan diapakan olehnya.

Begitu sampai di depanku Jennet merundukkan dirinya, dia mengelus wajahku kemudian memandangiku yang terus menatap wajah cantiknya.

Jennet lalu menjilati pipiku sambil tersenyum dan dia menunjukkan sebuah video di tablet tadi.

" See?.. " ujarnya menunjukkan padaku sebuah rekaman gambar yang tidak begitu jelas.

Aku melihat gambar buih, dan terlihat sesuatu sedang bergerak berdesak-desakan meringkuk menggeliat di video itu.

Saat kulihat yang bergerak itu adalah belut, aku langsung sadar jika pipa yang saat ini sedang ditohok ke anus Vera rupanya adalah sebuah Minicam.

Dan yang tengah kusaksikan sekarang rupanya adalah kondisi dalam anus Vera yang berisikan belut-belut tersebut!




Perasaanku makin menjadi-jadi apalagi melihat belut-belut itu memutar-mutarkan tubuh licinnya di dalam pantat Vera.

Mungkin sekitar 6-8 belut kini sudah bersarang di dalam liang anus Vera yang semakin lama mereka makin bergerak makin dalam lagi!

Jennet tersenyum melihat ekspresiku yang sudah seperti mayat hidup, tubuhku lemas selemas-lemasnya dan tak bisa berkata-kata.

Wanita keturunan Filipina ini pun mencium pipiku yang hanya bisa diam saja kemudian dia kembali ke panggung dan menyuruh algojonya mengeluarkan belut-belut itu dari anus Vera sebelum mereka beranak-pinak di dalam sana.

Vera yang dipegangi oleh algojo bertato dan algojo berkulit hitam segera dilepaskan, seperti biasa dia dibiarkan mengedan mengeluarkan sendiri benda yang ada di dalam duburnya.

Beberapa belut pun meloncat keluar dan menggeliat-geliat di lantai.

Aku benar-benar tak pernah menyangka jika aku akan melihat ada hewan hidup yang keluar dari organ tubuh Vera! Tidak dalam fantasi liar, tidak pula dalam mimpi paling burukku sekalipun.

Setelah Jennet menanyakan pada Vera apakah masih ada belut yang bersisa dan memastikan semuanya telah benar-benar keluar, dia pun langsung menyuntikkan suntikan bening tadi ke anus Vera guna menetralkan organ dalamnya itu dari lendir-lendir yang ada di kulit belut.

Jennet terus melakukan Enema hingga cairan yang keluar dari anus Vera bening dan tak lagi keruh.

Vera di dudukkan kembali ke kursi, Jennet memerintahkan algojonya mengeset ulang Stage nya.

Terlihat tubuh Vera sudah lunglai sekali, sesekali ia bergetar-getar dengan matanya yang bersisa putihnya saja, ini sudah melampaui jauh dari batasnya.

Selagi para algojonya membersihkan Stage, Jennet mengelus wajah sayu Vera yang sangat kusukai itu dan lagi-lagi dia mencium bibir Vera.

" Ini yang terakhir sesuai keinginan kamu, and i hope kami bisa memberikan kesan yang sesuai dengan fantasimu.. "

" So enjoy this sleepless girl.. " ujar Jennet mengecup lagi bibir tipis Vera yang sudah terengah-engah tak sadar itu.

3 menit kemudian Stage pun sudah siap.

Kali ini Device kayu di set di tengah panggung yang terbagi dalam tiga tiang setinggi lutut.

Algojo berkulit hitam yang berbadan besar menggendong Vera, lalu merebahkan tubuh molek putih mulus si gadis ketiang di tengah.

Pinggul belakang Vera dia taruh di salah satu tiang, sementara kepalanya juga disanggah tiang yang lebih rendah dari yang menahan perutnya.

Kaki dan tangan Vera mereka ikat rantai di masing-masing ujung Device nya memastikan dia benar-benar tak bisa bergerak.

Vera lagi-lagi harus terikat terkunci seperti huruf X diatas bilah kayu itu, dari posisiku Vera tampak sedang terikat melayang.

Dua orang algojo membawa ember dan corong lagi, tapi kali ini bukan dipasangkan di anus melainkan di mulut Vera, yang membuat jantungku kembali ingin lepas karena tak tahu akan diapakan lagi Veraku ini.

Jennet mengitari tubuh telanjang Vera yang terikat tak berdaya itu, lalu mendekati dan mengelus rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai jatuh.

Dia membelai pipi Vera yang di mulutnya sudah dipasangi corong, mata Vera yang sayu hanya menatap lemah saja wanita yang dikenalnya lewat dunia maya ini.

" Matamu benar-benar indah.. You’ve angelic beauty Vera.. " ujarnya sambil menatap mata Vera yang memang semua orang bilang jika matanya sangatlah indah.

" Ready? Remember just drink.. " sambung Jennet lagi.

Verani mengangguk pelan.

Jennet segera mempersilahkan dua orang algojo yang berada di sebelah Vera langsung bertugas.

Dia mengambil sebuah kendi dari tanah liat, lalu menciduk air di dalam ember tadi kemudian menuangkan air di kendi itu ke mulut Vera.

Vera pun meminumnya, sementara algojo satu lagi juga menyendok air di ember dan meminumkannya juga ke mulut Vera menggunakan besi berbentuk gayung kecil seperti sendok.

Bergantian mereka melakukan itu, dan Vera terus menelan air tersebut.

Tak ada yang aneh dari apa yang mereka lakukan bahkan Jennet pun duduk di sebuah kursi dan menyalakan rokoknya terus membiarkan proses itu terjadi.

Menit terus berlalu dengan cepat, semilir angin terasa berhembus di ruangan seiring pandanganku yang terus mengawasi gadis yang tak pernah tidak membuatku cemas ini karena perangai menyimpangnya.

Sekitar belasan menitan kemudian, aku mulai merasa perut Vera semakin lama makin membesar seiring berjalannya waktu.

Karena sejak 15 menitan ini dia terus meminum air yang mereka tuangkan di mulutnya yang bercorong itu.

Jennet mulai tersenyum tipis melihat keadaan Vera dengan perut mulai membuncit membesar sekarang.



Aku jadi berontak lagi dan mengerang dalam keadaan mulutku yang masih disumpal kain.

Tapi Vera terlihat biasa saja dan mantap sekali meminum air yang dituangkan para algojo meskipun kini perutnya dibuat kembung oleh mereka!





BELLY INFLATION

Belakangan kuketahui namanya Belly Inflation, atau lebih akrab dalam bahasa kita dikenal dengan ‘gelonggongan’.

Entah masih ada di dalam buku kedokteran atau tidak, yang jelas ini merupakan sebuah metode mencuci perut di jaman Romawi kuno di abad pertengahan dulu.



Awalnya dianggap sebagai obat menyembuhkan sembelit dimasa itu, dengan memasukkan air kedalam perut hingga kembung dipercaya bisa mempercepat proses sampai membantu melancarkan pencernaan.

Entah benar entah tidak, namun di literatur yang kubaca sama sekali tidak ada hubungannya dengan situasi Vera sekarang ini, maksudku Belly Inflation tidak ada korelasinya dengan seks.

Dan entah apa dasar Vera meminta Jennet melakukan ini kepadanya sekarang, aku gagal memahaminya.

Tapi aku merasakan sesuatu yang lain dalam diriku ketika melihat Vera dengan perut besar kembung seperti ini.

Kulihat mereka mundur saat perut Vera sudah agak besar, dan menyudahinya.

Lalu mereka melepaskan corong di mulut dan ikatan yang membelengu Vera di atas Device tadi, seorang algojo menggendong Vera dan menaruh tubuh bulenya berbaring dimatras kulit empuk.

Vera segera merangkak dengan perut kembungnya itu, ia sengaja menghadap kearahku.

Ini adalah kontak mata kami lagi setelah dari tadi dia tak melirikku dan tampak fokus sekali dengan aktifitas yang terjadi padanya.

Para algojo tadi kompak pergi kebelakang, aku tertegun melihat gadis cantikku itu dalam posisi sekarang.

Aku dan Vera bertatapan mata, anehnya Vera menatapku dengan tatapan dingin dan tajam, sebuah tatapan benci yang penuh amarah kepadaku!

Aku bingung, namun dia terus melihatku seperti itu dengan ketus.

Tak berapa lama ketiga algojo tadi masuk lagi, kali ini mereka sudah telanjang bulat, hanya topengnya saja yang masih bersisa.

Sementara kontolnya sudah mengacung keras, aku kaget dengan ukuran kemaluan mereka yang berukuran tebal dan besar-besar!

Seorang algojo yang berkulit coklat langsung duduk dibelakang Vera yang tengah merangkak, lalu dia memasukkan penisnya ke memek Vera.

Dua orang algojo lain merunduk di kiri dan kanan Vera menyodorkan kontolnya ke wajah Vera, Vera mulai di dorong maju-mundur pelan oleh algojo yang menggagahi dia dari belakang.

Vera meraih kedua penis di samping mukanya dan menghisapnya bergantian, namun anehnya matanya terus menatapku yang masih duduk terborgol di kursi ini.

Aku benar-benar tak tahu kenapa Vera marah padaku sekarang, aku sangat tahu sifatnya baik dari gelagat ataupun secara pandangan aku sudah memahaminya karena dia selalu berada di dekatku setiap waktu.

Tentu aku bisa membedakan yang mata tatapan menggoda, tatapan binal dan tatapan marahnya seperti yang sekarang tengah dia perlihatkan padaku.

Namun yang jelas kini Vera tengah disetubuhi oleh ketiga orang algojo itu dengan perutnya yang berisikan berliter-liter air yang tadi dicekoki mereka.

Jennet tertawa menyeringai sambil menghabiskan rokoknya melihat Vera memberikan tatapan sinisnya kepadaku, yang kuyakin ada sesuatu disini.

Vera mengulum kontol hitam besar dari algojo negro itu, sementara tangan kirinya mengocoki kontol bule bertato yang juga sangat besar dan keras.

Meski pipinya menonjol-nonjol disodoki kontol hitam yang ada di dalam mulutnya tapi tetap saja matanya terus melihatiku sinis.

Sesekali dia mengelus-elus perutnya yang buncit itu sambil melirikku dengan nanar, dan algojo yang mengentoti dia terasa makin ganas menyetubuhi Vera.

Perasaanku tak menentu, ini pertama kalinya aku dipaksa menonton Vera disetubuhi lelaki lain, dan tak tanggung-tanggung aku langsung melihatnya dientoti 3 orang laki-laki dengan kontol besar-besar.

Mereka berganti-ganti posisi, dan ya Vera mulai mereka gilir bertiga.

Algojo berkulit hitam kali ini mengambil posisi menyetubuhinya, kulit Vera yang putih bersih itu benar-benar kontras dan berlawanan sekali dengan warna kulit penunggangnya.

Vera menggigit bibir bawahnya dan memejam lalu mendesah saat kontol besar algojo itu masuk ke memeknya.

" Ooohh enaknya!!!.. " ujar gadis itu keras dengan bahasa Indonesia yang sepertinya memang erangannya dia tujukan kearahku.

Dia melirikku yang terdiam menyaksikannya mendapat kenikmatan biologis dari lelaki lain.

Dua orang algojo yang dari tadi bergantian disepong oleh Vera kali ini mengambil posisi tiduran tepat di masing-masing puting susu Vera dan mereka mengemut puting panjang Vera seperti anak sapi yang tengah menyusu dengan induknya!

Melihat keadaan Vera yang tengah merangkak dientoti dari belakang dengan perut buncit dan sedang menete'i masing-masing pria lain dengan putingnya membuat aku seketika terangsang dan penisku menegang kembali!

" Ahhh yes just like that.. Drink my milk Honey.. Its all your's.. " racau Vera menggigit bibirnya dan menatapku sinis.

Aku tercekat dan merasakan perasaan yang aneh seiring racauan serta lirikkan mata Vera yang terus tertuju kearahku.

Tak lama Vera digenjot dalam posisi itu dimana algojo negro sebagai eksekutornya, aku melihat tiba-tiba Vera kembali menjerit histeris dan dia langsung Squirt!

Perasaanku semakin kalut, entah kenapa rasanya nyesek sekali melihat Vera mendapatkan Squirt dalam keadaannya yang sekarang.

Meski bergitu aku sangat terangsang dan ini aneh, aku bahkan tak bisa mengendalikan perasaanku melihat Vera yang telanjang itu digarap ketiga laki-laki bule ini.

Perutnya yang membuncit besar dan sedang disusui itu entah kenapa memberikan sugesti bahwa dia tengah hamil!

Melihatku gelisah Jennet tertawa, dia menekan rokoknya ke asbak dan mendekat ke tempatku, lalu diangkatnya daguku hingga mata kami langsung saling bertemu.

Seolah membaca isi hatiku, ia kembali senyum.

" Bring his girlfriend here.. " perintah Jennet merujuk ke ketiga algojonya yang tengah bergantian menzinai Vera.

Algojo yang sedang menyetubuhi Vera memberdirikannya, namun dia tidak melepas kontolnya.

Perlahan mereka berjalan sambil tetap satu badan menghampiriku.

Vera yang disetubuhi dari belakang langsung menundukkan kepalanya tepat di depanku, tangannya memegang bahuku, matanya yang sayu masih saja memandangku dengan nanar.

Wajahnya sudah basah kuyub dan nafasnya terasa dekat sekali denganku.

Kami saling bertatapan hingga kemudian gadis cantik itu mendekatkan wajahnya kesamping tepat di kupingku.

" Gimana enak ngeliat aku dihamilin orang?!.. " bisiknya di kupingku yang sekejap membuatku melototinya.

Jennet yang mendengar dan melihat ekspresiku itu tertawa puas.

" Errrrr...erraaa..nghhh.. " aku mencoba berkomunikasi dengannya tapi mulutku yang di sumpal ini membuatku tak bisa melakukannya!

Sinis tatapan Vera tetap tak berubah sebelum kemudian dia dituntun kembali ke matras dan membiarkan dirinya disetubuhi bergantian oleh mereka bertiga.

Aku langsung teringat.

Vera memang sering memintaku untuk menghamilinya, namun aku yang belum siap menolak dan mendiamkan ocehannya itu.

Dan dia terus merayuku di setiap kesempatan, Vera pasti marah dan merajuk setiap kali kudiami bahkan pernah saking jengkelnya dia berkata :

" Yaudah deh, ntar kalo aku dihamilin orang baru tau rasa!.. " umpat kekesalannya saat itu padaku.

Dia bilang dia ingin dihamili hanya karena dia ingin melihatku menyetubuhi dirinya dalam kondisi perutnya yang sedang hamil besar.

Saat itu aku geleng-geleng kepala karena fantasinya sudah terlalu jauh dan ngawur sekali.

Tak kugubris dan hanya kudiamkan saja karena aku tahu ke ngawurannya jika kumat, tapi aku sama sekali tak menyangka jika si Vera ini benar-benar serius menginginkannya.

Rupanya aku baru menangkap, disesi terakhir ini dia sengaja meminta kepada Jennet untuk menerapkannya untuk melihat seperti apa respon dan ekspresiku ketika melihatnya malah mewujudkan Fetish gilanya itu dengan orang lain, bukan denganku.

Dia seolah-olah sedang memberikan pelajaran kepadaku jika aku terus menolak dan mendiamkan apa yang dia inginkan maka dia akan melakukannya dengan orang lain!

Vera betul-betul sudah gila! Dan dia membuat skema seperti ini membiarkan dirinya di setubuhi orang lain dalam keadaan perut besar, membuat seakan-akan dia benar-benar telah dihamili orang.





..............................

Satu jam, Vera berkali-kali orgasme, para algojo itu mempertontonkan padaku bahwa beginilah cara membabat Vera dan melakukannya bergantian bertiga dengan bermacam gaya.

Bahkan tadi Vera sempat dientoti oleh Jennet menggunakan Belt dildo, meskipun dulu Vera pernah bilang bahwa dia sangat benci dengan lesbian, karena dia adalah seorang pecinta laki-laki sejati.

Namun dalam momen ini Vera benar-benar melepaskan sekat dan batas yang menghadang seperti di awal Jennet jelaskan pada kami.

Vera tak lepas memandangiku yang kini melihatnya sedang diarahkan Jennet untuk melakukan Triple Penetrations.

Algojo berkulit hitam yang sudah memasukkan kontol hitamnya di anus Vera menggendongnya mengangkang menghadapku, sementara dari sisi kiri dan kanannya dua orang algojo berkulit coklat dan putih segera menyelipkan penisnya ke memek Vera yang sudah basah kuyub akibat orgasme dan Squirt berkali-kalinya tadi.

Dan masing-masing kepala penis mereka pun masuk ke memek tebal Vera dari samping, sementara di anusnya penis hitam negro itu kokoh menancap!

Vera pun mendapatkan Triple Penetrations pertamanya dalam posisi di gendong mereka.



Aku semakin tak kuasa menahan gejolak ereksiku, dalam posisi itu juga ketiga algojo Jennet ejakulasi di dalam tubuh Vera secara bersamaan!

Penisku seakan juga ingin segera meledakkan spermaku, Vera terus menatapku binal, tubuhnya yang seksi itu kini dimasuki 3 kelamin sekaligus, meskipun penis yang di memeknya hanya bisa masuk di bagian kepalanya saja, tapi tetap mereka sudah sebadan dan bahkan telah berejakulasi bersamaan.

Melihatku yang sudah seperti orang gila Jennet langsung jongkok di depanku, dia membuka resleting celana lalu mengeluarkan kontolku.

Dia tersenyum melihat ukurannya yang sudah maksimal dan tegang dengan keras.

Jennet segera menghisap penisku dan mengocokinya dalam mulutnya, hisapan Jennet dahsyat sekali!

Aku merasa sensasi yang berbeda ketika di oral olehnya apalagi bibir tebal Filler super seksinya itu betul-betul terasa tebal ketika menyedot kemaluanku.

Vera melototiku ketika melihat Jennet tengah menghisap kontolku yang sepertinya tidak masuk dalam skrip yang dia rencanakan.

Jennet melakukannya begitu saja entah sebagai bonus atau apa yang jelas aku sudah sangat terangsang dari tadi melihat Vera, dan tak lama aku pun segera klimaks.

Lirikan mata Jennet yang binal itu mengiringi ledakan spermaku yang muncrat di dalam mulut sensualnya.

Dia membiarkan aku terus menyemprotkan spermaku di dalam mulutnya, spermaku terasa banyak sekali keluar, dan rasanya sungguh luar biasa.

Setelah badai ejakulasiku reda Jennet berdiri, dan berjalan ke panggung sambil terus menampung spermaku dengan mulutnya.

Lalu dia hampiri Vera yang terduduk sendirian di atas matras, para algojo tadi sudah pergi selepas menyemprotkan sperma mereka berbarengan di dalam tubuh Vera.

Kemudian aku disuguhkan sebuah pemandangan langka dimana Jennet melakukan Cum Swap ke mulut Vera sambil mereka berciuman!

Vera membalas ciuman Jennet dengan ganas, dia meminta dan tampak berusaha merebut spermaku yang ada dimulut Jennet seolah tak rela jika spermaku diminum oleh gadis lain selain dirinya.

Jennet pun menuangkannya ke mulut Vera yang menganga, Vera memperlihatkannya padaku dari kejauhan dan menelannya.

Jennet kemudian tersenyum.

" Hahaha.. Aku benar-benar suka kalian berdua, especially you Vera.. " celetuknya sambil menatap wajah Vera yang kembali lagi menjadi cewek polos yang selalu menatap lugu ke orang-orang.

" Untie him.. " ujar Jennet menunjuk kearahku kemudian dia tegak dan melenggok berjalan keluar.

Dua orang penjaga yang dari tadi Stand By di sebelahku pun langsung melepaskan borgolku.

Seketika aku membuka baju dan celanaku kemudian setengah berlari kearah Vera yang sudah menungguku di atas matras.

Kudorong tubuh Vera agar menungging dan kumasukkan penisku dalam tubuhnya.

Vera mendesah lirih.

" Auh sayaaaang... " erangnya kembali manja setelah tadi melihatku dengan penuh kebencian.

Dua orang penjaga itu juga keluar.

Kini hanya ada aku dan Verani Julie di ruangan ini, aku yang sudah dipenuhi nafsu terus menyetubuhi Vera dengan perutnya yang masih agak kembung, meskipun sudah hampir normal karena sepanjang dia digilir oleh ketiga algojo tadi air di dalam perutnya sudah berangsur keluar dari anusnya.

" Ini fetish kamu kan sayang?.. " ujarku mengesampingkan wajah cantiknya sambil kugagahi dia dari belakang.

" Hu...uh.. Aku sayang kamu.. " jawabnya dengan suara pelan kemudian mengecup bibirku.

Tak lama setelah itu aku pun ejakulasi di memek Vera, Vera juga mendapatkan orgasmenya lalu ambruk.

Kami berpelukan sambil menghimpun tenaga, terutama Vera yang telah mendapat pengalaman yang sangat luar biasa.





..............................

Setelah Training itu, sebelum pulang, aku dan Vera diharuskan cek medis lagi seperti sebelumnya.

Untuk mengecek apakah ada yang iritasi di organ dalamnya atau ada gangguan lain dan untunglah baik aku dan dia tidak apa-apa maka kami pun pamit dengan Jennet.

Di akhir Jennet mengatakan padaku bahwa kami benar-benar pasangan yang unik.

Aku pun berterima kasih karena dia benar-benar melakukan servisnya pada Vera dengan baik, meskipun di awal-awal aku benar-benar ketakutan setengah mati akan perlakuannya pada gadis luguku itu.

Namun pada akhirnya semuanya berjalan dengan baik dan kami pun mendapatkan pengalaman yang takkan pernah kami lupakan, terutama Verani.

Gadis yang dipanggil Sleepless Girl di forum karena matanya yang sayu tampak benar-benar menyukai pengalaman yang baru dia dapat.

Jennet hanya tersenyum karena itu memang pekerjaannya, tak lupa sebelum kami meninggalkan Mansion dia memberikanku kartu nama anak buahnya yang ada di Jakarta.

Jika kali-kali Vera ingin mewujudkan fantasi-fantasi lainnya nanti namun tak bisa ke LA maka dia bisa menghubungi anak buahnya yang ada di Jakarta sebagai alternatif, begitu yang Jennet katakan.

Aku hanya tersenyum sarkas mendengar tawarannya itu, karena satu kali ini saja sudah cukup bagiku.

Jennet meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan kami ke kereta menuju New York karena besok dia ada ‘Schedule’.

Aku pun memakluminya.

Singkat cerita setelah hari gila itu, aku dan Vera langsung pulang ke hotel kemudian kami beristirahat penuh seharian.

Esoknya kami sudah di pesawat Qatar Airways bersiap kembali pulang ke Jakarta dengan membawa pengalaman liburan yang takkan pernah aku lupakan.

Di pesawat Vera sedang tidur dengan damai di bahuku, meskipun dia mengeluh beberapa kali mules, tapi ujar dokter di Mansion itu normal.

Aku jadi tak sabar untuk pulang kembali kerumah dan hidup normal lagi seperti kami yang biasa.

Sebelum ikut memejamkan mata tidur di perjalanan udara panjang ini aku langsung teringat kartu nama yang diberikan Jennet saat kami pamit.

Kubuka dompetku dan mengecek isi kartu nama itu.

Dan di kartu nama tersebut tertera nama Dean – Jagerti (Jakarta Swinger Community).

..............................