Tuesday, June 9, 2020

CHAPTER 23 : A TRUTH!


Bosan mulai menyatroni, aku masih menunggu balasan dari Dimas yang tadi sempat mengajakku untuk ketemuan tapi dia belum memberitahu dimana tempatnya, pesan itulah yang sedang kutunggu karena aku sudah rindu berat untuk bertemu dengannya kendati baru kemarin kami bertemu.

Meski aku baru saja mengetahui hal yang mengagetkan tentangnya tapi itu sama sekali tak mempengaruhi apa-apa terhadap kemantapan hatiku untuk tetap bersamanya, walau memang hal tersebut sedikit membuatku kecewa.




Hari ini aku lumayan santai, tadi pagi aku hanya mampir sebentar ke butik tempat dimana aku bekerja karena sudah lama juga aku tidak kesana padahal aku masih aktif sebagai asisten desainer.

Sebelum WA dari Dimas tadi aku sempat mengkonsultasi beberapa kostumer lalu langsung pamit pulang dengan mbak Anggun selaku pemilik butik tersebut dan memberi alasan ada urusan mendadak.

Agak tak enakan sebenarnya karena dia begitu baiknya padaku juga sudah mengizinkanku menimba ilmu disana dan pengertian sekali dengan kesibukanku sebagai model berhubung memang inilah profesi utamaku.

Padahal dulu biasanya setelah pemotretan aku langsung nongkrong di butiknya demi mendalami dunia fesyen ini secara lebih menyeluruh, jadi aku tak hanya tahu berlenggak-lenggok dan memakai busananya saja.

Tapi semenjak aku mulai menyisihkan waktu dengan kehidupan pribadiku mau tak mau waktuku disini harus berkurang drastis. Mau bagaimana lagi aku juga mesti mencari pasangan untuk menyempurnakan kodratku sebagai seorang wanita yang membutuhkan belaian dari pria.




Entah sudah berapa menit aku tergolek diatas ranjangku sembari merilekskan diri menunggu balasan dari sayangku itu.

Permen karet yang kukunyah juga sudah hambar karena sejak tadi terus kutiup-tiup menjadi balon saking gabutnya aku sekarang.

Bolak-balik kucek ponselku menanti keputusan Dimas tentang dimana lokasi kami akan bertemu dan aku rindu sekali ingin dia belai sekarang.

" Apa gue langsung kesana aja ya?.. " ucapku dalam hati berpikir untuk langsung ke tempat Dimas saja ketimbang menunggu seperti ini.

Lekas aku bangun dari goleranku mengambil HP kemudian duduk bersandar diatas ranjang untuk menelponnya.




Tak sampai beberapa lama telponku dia angkat dan kami pun bercakap.

" Sayang kamu dimana?.. " kataku ketika Dimas mengangkat telponku.

" Masih diluar, lo udah balik belum Ver?.. " jawabnya yang rupanya masih belum pulang.

" Udah, aku udah di apart ini... Ayok yang ketemuan, aku dah kangen banget.. "

" Aku ketempat kamu yah?.. "

" Nanti malem aja Ver, gue juga masih belum tau baliknya jam berapa.. "

" Gpp aku tungguin kok... Boleh kan?.. " kekeh aku ingin menunggu dia dirumahnya.

Dimas diam sebentar, lalu dia pun membolehkanku dan menjadikanku girang sekali.




" Yeyy!!... Makasih sayang... Aku sayang kamu deh... Muaahh... " ciumku padanya mengungkapkan betapa senangnya aku.

" Iya Ver, eh tapi bawa baju seksi lo juga ya... "

" Bukan dipake, siapin aja... " pintanya yang menyuruhku membawa satu stel baju seksi.

Aku bergidik karena jika dia sudah menyuruhku membawa baju seksi seperti ini biasanya dia akan mengajakku bereksib atau menggila diluar lagi.

" Iyaa sayang nanti aku siapin kok... "

" Tapi kamu mau baju yang mana sayang?.. Kan baju seksi aku banyak.. " tanyaku balik dan jadi antusias sekali.

Lagi Dimas diam dan berpikir sejenak, tampaknya dia tak khusus menyuruhku memakai yang mana.

" Hmmm.. Gimana kalo pake mini tanktop yang terakhir gue beliin itu Ver?.. " requestnya yang membuat badanku menggigil terangsang!

" Yang merah itu? Uhh... Dim itu tuh seksi bener!.. "

" Toket aku kayak mau pecah tau kalo aku pake baju itu saking sempitnya.. "

Kugigit bibirku dan mulai kuusap memekku membayangkan aku akan seksi-seksian dengannya lagi di ruang publik menggunakan pakaian tersebut.

" Iya bawa yang itu ya... Bawahannya terserah mau lo pakein hotpants atau rok mini... " tutupnya yang semakin membuatku tak sabar untuk beraksi bersamanya.

Jelas dengan kemauannya kami pun mengakhiri telpon kami dan aku langsung melompat menuju kamar mandi untuk luluran dibawah Shower lalu bersiap-siap pergi ke tempat Dimas.

Aku berdebar-debar sekali dan tak sabar untuk segera mengetahui kali ini apa lagi yang Dimas inginkan!

Aku masuk ke kamar mandi dengan sangat bersemangat, kuguyur badan putih langsing nan padat ini dibawah kucuran air yang terasa menyegarkan. Dan tak lupa aku rekam aksi mandiku dengan HP yang nantinya akan kukirimkan ke Dimas berhubung dia sering meminta rekaman bugilku, baik ketika aku sedang bermasturbasi, atau mandi seperti sekarang.




Aku mendesis begitu kuusap-usap memekku yang jadi gatal sejak mendengar keinginan Dimas tadi dan menjadikan libidoku naik dalam rasa penasaran ini.

Kuambil dildo tempel yang selalu Stand By di pojokan kamar mandiku lalu langsung kutempel di dinding, sebelumnya sudah kubasahi dulu dinding kamar mandinya karena cara kerjanya memang seperti itu, makin basah objek yang ingin ditempel maka semakin lengket pula dildonya mengacung.




Begitu pakem menempel seketika kukulum dildo berbahan karet ini sambil melayangkan tatapan mata indahku ke kamera yang merekam.

Aku mulai mengkhayalkan pikiran-pikiran nakal guna membuatku semakin terangsang sendiri, ucapan-ucapan kotor juga keluar begitu saja dari mulutku yang sangat Dimas sukai apalagi ketika aku bercakap minta dikontoli, minta dihamili, dan diperkosa.

Tapi belakangan dia melarangku menyebutkan namanya dalam setiap ucapan kotorku ketika kurekam sendiri begini, lebih menjurus malah dia sering tiba-tiba mendadak menelponku tengah malam lalu memintaku mulai bermasturbasi menggunakan nama-nama orang lain dan sebutan sayang yang entah apa alasannya.

Kulakukan masturbasiku di depan kamera dengan nama orang yang dia minta itu, mungkin itu Fetish nya yang suka mendengarku bercakap jorok minta dikontoli oleh pria lain.

Aku ikut saja karena yang mana pun tak masalah untukku, asalkan dia puas maka aku juga mendapat kepuasan melakukan apa yang dia minta.




Terus kuguyur badanku sembari tetap melakukan Fake oral dengan dildo ini, sambil menatap layar HP kucakapkan beberapa kalimat yang intinya sengaja kutujukan untuk membuat Dimas terangsang dan gagal fokus lalu ingin cepat-cepat pulang kemudian menambatkan gairah laki-lakinya padaku si pemuasnya.

Melakukan aksi menggoda-goda seperti ini malah menjadikan memekku semakin gatal saja dan membuat kepalaku tambah sakit jika tak segera dicolok sesuatu!

Kuambil satu lagi dildo karetnya, tak buang waktu segera kutempelkan juga di dinding keramik yang berada dibelakangku karena yang satu ini kutujukan untuk segera mengisi memek tebalku guna membuat diriku mendapatkan sensasi disodok depan dan belakang sekaligus.




" AHHHH!!!.... " desahku dalam pejaman mata begitu kontol palsu tersebut langsung masuk di liang peranakanku.

Kugigit bibirku dan mulai kubayangkan kalau aku sedang disenggamai oleh Dimas dibawah kucuran Shower ini, dimana badan kekarnya akan memeluk tubuh putih langsing padatku sembari dia bisiki kalimat cintanya dikupingku.

Sodokan batang besarnya kuat akan keluar-masuk menghujam vaginaku sekuat pegangan tangannya yang pasti akan erat dia letakkan di pinggang atau payudara bulatku yang sebulan lalu dia tindik demi kepuasannya.

Bayangan tersebut nyata terbayang dikepalaku yang sedang disodok dari depan dan belakang, walau hanya sekedar menggunakan dua batang dildo tapi cukup untuk melambungkan gairahku ke titik tertingginya dengan Dimas sebagai objek fantasiku.




" Ummphhh Dim... "

" Entotin aku terus sayang... Terus nikmatin tubuh pelacur pirangmu ini... "

" Ahhh... Iya gitu tabok pantatku say.. Enak bener kontol kamu yang... "

" Panjang dan tebel banget.. Ohh!!... " racauku dalam kuluman ini membuat seolah Dimas benar-benar sedang berada dibelakangku dan menzinaiku sekarang.




" Oghkk.. Oggkk... Ogkkk... "

Kulahap dildonya penuh nafsu hingga mentok ke tenggorokanku, sementara terus kupandangi kamera sebagaimana aku menatap Dimas yang memang sangat menikmati wajah cantikku setiap kali aku memadu kasih dengannya.

Makin kudorong badanku kedepan justru semakin dalam kontol yang menusukku dari belakang, inilah kenikmatan luar biasa ketika melakukan seks dua kontol seperti yang sedang kulakukan sekarang kendati aku lebih memfokuskan bahwa aku sedang bercinta berdua saja dengan cowok tampanku itu.

" Ver aku keluarin dalem ya?... "

" Aku pengen kamu hamil anakku sayang... "

" Kalau anak kita cewek pasti dia sama cantik dan sama pecunnya kayak kamu Ver.. Ahhh!!.. "

Kukhayalkan suara Dimas yang sedang meminta sendiri Creampie padaku dengan menirukan dalam hati bisikan mesra nan nakalnya tersebut, dan itu sangat membuat diriku meledak!

" AUHHH!!!... DIMM!!!... " jeritku lantang yang menggema dalam ruang kaca Shower ku ini.

Seketika kurasakan sengatan itu menjalar dari ujung kaki hingga ujung kepala dan dituntaskan dengan ompolanku yang langsung tersapu oleh derasnya dingin air Shower.

Sambil tegak dengan posisi agak tertungging ini aku kelojotan dalam nikmat! Badanku jadi menggigil namun bukan karena dinginnya air, tapi efek samping dari libidoku yang baru saja kulepaskan dengan membayangkan sekarang memekku sudah penuh sperma dari hasil hubungan badanku dengan cowokku itu.

Kukumpulkan tenaga lalu aku berdiri persis dibawah kucuran air yang makin membuatku tambah Hot jika basah-basahan begini.




Kulihat dilayar yang masih merekam bahwa wajahku sekarang sudah jadi sayu saja, kelopak mataku meredup dan aku benar-benar merasa seksi dalam keadanku yang seperti ini.

Kuakhiri rekamanku yang kurang lebih berjalan selama tujuh menitan ini dan langsung kukirim ke Dimas melalui nomor khusus yang kami gunakan untuk saling berhubungan. Kemudian barulah aku serius mandi dengan menyabuni tubuhku guna memastikan kelak aku berada dalam kondisi terbaik ketika melayaninya.





..............................


Setengah jam aku masih berada di dalam kamar mandiku dan sedang melamun terduduk diatas toilet dengan tubuh penuh lulur sabun.


Untuk yang belum tahu aku memang sangat lama ketika mandi. Seminimal-minimalnya satu jam akan aku habiskan waktuku berada dikamar mandi.

Aku rela merendam tubuhku selama berjam-jam di dalam Bathup kamar mandiku dengan air susu demi menjaga kualitas kulitku, dan seperti sekarang saja dimana aku tengah membiarkan sabun madu lulur yang kuimpor langsung dari Korea ini agar meresap lebih maksimal dikulit putih mulusku.

Bukan apa-apa ini sudah jadi tuntutan profesiku untuk sangat merawat diri, terlebih sekarang aku jadi makin semangat melakukannya setelah aku punya pasangan tetap yang harus kupuaskan dan tentu kulakukan demi membuatnya merasa bangga memilikiku.

Namun sembari melamun pikiranku tetap tak lepas dari Dimas, memikirkan apa-apa saja yang sudah kami lakukan selama sebulanan terakhir menjadikanku gregetan sendiri.

Entah kenapa sedikit saja memikirkan soal dia aku langsung naik birahi, ini sudah kurasakan jauh sebelum hubungan gelap kami dimulai, lebih tepatnya bermula saat aku mengetahui jika ternyata dia memiliki kontol yang sangat memuaskan ketika pertama kalinya kami ngeseks di dapur waktu itu.

Dan kalian tahu sendiri apa yang terjadi setelahnya, aku mulai tergila-gila dengan dia bahkan aku sengaja menjauh dari teman-temanku supaya aku tak memikirkan soal Dimas lagi walau ternyata benang takdir membawanya sendiri kepelukanku.

" Stttssshhh... " dalam desis mulai kuusap memekku yang begitu gampangnya berair.

Kepalaku nyut-nyutan lagi dan aku jadi gelisah sendiri lalu mencari dildoku tadi untuk memulai masturbasiku.

Kuharap kalian tidak kaget lagi karena memang seperti inilah diriku.

Sudah sejak usia-13-14 tahun aku mengenal seks, lebih-lebih di usiaku yang telah matang seperti sekarang aku merasa sangat amat membutuhkan pria sebagai tempat penyaluran libidoku dan kukira ini normal, terlepas dari apapun pandangan yang menganggapku Hyper atau maniak ya terserah saja.

Aku tegak dan melangkah mengambil dildoku tadi yang masih tertempel di kaca kamar mandi untuk kugunakan coli sebentar, tapi dalam langkahku kulihat botol bir Heineken yang belum sempat kubuang bekas Dimas jejalkan ke anusku dua hari yang lewat.




Iseng karena bosan juga dengan dildo kecil tadi kuambil botol ini dan kugunakan saja untuk bermasturbasi sekarang.

Aku kembali duduk di dudukan toiletku, setelah kubersihkan sedikit langsung kumasukkan leher botolnya masuk ke memekku dan aku seketika meleguh merasakan nikmatnya!




" AUHH NGILUNYA!!!... " leguhku panjang dalam pejaman mata saat kudorong botol bir ini keluar-masuk di memekku.

Kubangkitkan bayangan-bayangan tentang aksi nakalku bersama Dimas yang membuat hari-hariku jadi sangat indah dalam sebulan kebelakang.

Ya, selepas kami mulai jalan sendiri-sendiri lagi aku tetap membiarkan Dimas melakukan apapun yang dia mau terhadap diriku.

Ketika dia datang tengah malam aku langsung menyambutnya. Seperti biasa Dimas membiarkanku merangsangnya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia bergerak sendiri 'memainkanku'.

Dia buat aku merangkak dan dia geret leherku dengan tali kekang menjadikanku binatang peliharaan seperti kesukaannya.




Dimas sepertinya sangat terangsang setiap kali melihatku berjalan merangkak, dia selalu bilang bahwa cewek dada besar berambut panjang sepertiku memang pantasnya berjalan seperti ini dan menjadi pemuas pria saja.

Aku diam dan menikmati setiap ucapan kasarnya yang dia tujukan padaku.

Tak ayal ini selalu menjadi aksi wajibnya ketika mulai mendominasiku yang dia variasikan dengan bermacam-macam varian.

Terkadang sambil merangkak, tangan dan kakiku dia perban hingga membuatku murni merangkak dengan hanya menggunakan siku dan lututku saja kemudian menyuruhku berkeliling ruangan dalam keadaan tersebut.




Aku pasrah saja dan mengikuti kemana pun dia tarik rantai di leherku, atau ketika dia meminta aku mengulum kaki-kakinya semua kulakukan tanpa protes sementara dia berdesis-desis mengocoki kontolnya sendiri melihatku patuh dalam ketidakberdayaan.

Setelah puas mempermalukan dan membuatku kelelahan dalam keadaan merangkak, Dimas akan melanjutkannya dengan sesi dimana dia biasanya akan menyiksaku untuk membuat badanku kesakitan terlebih dahulu lalu barulah dia setubuhi diriku untuk mengubah rasa sakit tersebut menjadi kenikmatan.

Meski hubungan kami sudah adem tapi seperti yang Dimas janjikan bahwa dia tetap mempertahankan pola yang sama dengan apa yang dia lakukan ketika dia membawaku kerumahnya itu.

Itu tak berubah, Humiliation-Bondage-Sex adalah pola yang terus kami mainkan sampai sekarang dan aku tak bisa menolaknya karena aku sendiri yang memang meminta dia untuk tetap seperti ini.

Dia ikat diriku dengan mata tertutup ke langit-langit kamarku, membuat aku sama sekali tak bisa bergerak dengan tangan dan kaki yang telah dia matikan pergerakannya. Kemudian enteng dia hubungkan anting-anting di puting susuku dengan seutas rantai yang juga dia cantol keatas hingga menjadikan kondisiku Deadlock sekali.




Dimas tersenyum dan selalu menikmati keadaanku dalam keadaan tersebut sejenak dengan berjalan mengelilingiku.

Dia mengakui bahwa sejak pertama kali kuajak dia bermain ikat-mengikat, entah kenapa dia merasakan sebuah sensasi yang aneh dan dia bilang dia menjadi sangat terangsang. Apalagi ketika melihatku mengerang-erang atau memohon-mohon kepadanya.

Memang ada orang-orang yang punya kecenderungan seperti ini dimana mereka akan sangat terangsang jika melihat pasangannya berada dalam keadaan Helpless yang entah itu terborgol, penuh rantai, atau terikat tergantung tak berdaya. Dan mengetahui jika Dimas mulai menyukainya membuatku senang sekali!

Aku langsung mencium bibirnya lahap ketika mendengar pengakuannya itu yang artinya aku telah berhasil menumbuhkan bibit-bibit dominannya sejak pertama kali kupancing dia melakukannya.

Itu salah satu tujuanku, dan seperti yang kukatakan bahwa aku sengaja menampilkan sisi pasrahku tak lain juga tak bukan adalah untuk membuatnya jadi merasa dominan atas diriku yang akhirnya dia temukan sendiri dalam puncak emosinya padaku atas kejadian sebulan silam.


Panas tamparan juga sabetan ikat pinggangnya tetap mengisi malam-malam kami.

Melirih, mendesah, dan menjerit selalu menjadi ungkapanku dalam meluapkan emosi yang sebelumnya terasa bercampur-aduk, tapi setelah mengetahui jika ini adalah bagian dalam permainan kami aku jadi jauh lebih fokus ke sensasi sakitnya ketimbang rasa takutku akan amarahnya seperti yang waktu itu terus kurasakan.




Meski melakukannya tanpa amarah tapi Dimas tetap memperagakan permainan No Mercy nya yang tanpa ampun itu hingga membuatku meraung-raung kelojotan dalam rasa sakit yang mendera sekujur tubuh.




Gemerutuk gigi dan dengkul yang lemas selalu jadi hasil akhir yang pasti terjadi ketika aku sudah mendapat kenikmatan dari rasa sakitku.

Semakin aku bergetar-getar semakin kuat pula rantai yang tercantol diputingku menariknya makin keatas dan aku mesti tetap menjaga kesadaranku karena jika aku pingsan atau jatuh mungkin putingku sudah tak berada ditempatnya lagi.

Dimas dengan wajah dinginnya mendekat lalu dia cubit puting susuku dengan keras seolah terus memaksa aku menyerah dalam rasa sakitku. Tapi aku sadar jika disinilah ujian yang sebenarnya dimana aku harus menge-Push diriku sendiri!




Aku merasa bersama Dimas aku benar-benar Level Up seperti apa yang kuekspektasikan dan dia pun tampaknya juga sama.

Hanya dalam satu bulan ini Dimas menjadi sangat dominan sekali terhadap diriku, dia seakan jadi terobsesi sendiri untuk makin menyakitiku dengan bermacam-macam cara yang sering dia konsultasikan padaku.

Namun selalu kukatakan bahwa dia bebas melakukan apapun yang dia mau dan tak perlu mengatakannya padaku karena aku suka akan rasa penasarannya.

Kuanggap semua itu kejutan termasuk ketika dia mengikat kaki dan pahaku menggunakan ikatan model Strap lalu dia baringkan tubuhku tergolek diatas ranjang.




Aku berdebar saat dia kepalkan tangannya yang terus dia tekan-tekankan ke perutku.

" Ughh yang kamu mau apain aku?.. " tanyaku padanya yang tetap mengepal tinjunya menohok perutku sekuat tenaganya.

Dimas tak menjawabnya, terus dia singkirkan tanganku yang bergerak secara spontan menutupi area perutku yang saat itu menjadi fokusnya.

Sensasi mendebarkannya mulai menjalar disekujur tubuhku apalagi Dimas menyuruhku untuk menarik nafas dalam-dalam merilekskan diri.

Kupandangi dengan pasrah sembari menggigit bibirku sendiri, waktu itu aku sudah menduga apa yang akan dia lakukan terhadapku dan ketika dia meninju perutku barulah aku menyadari jika dugaanku benar.




" DUGG!!!... " suara kepalan tinjunya saat mendarat telak diperutku yang membuatku sangat kaget!

Memang tak begitu keras tapi itu sungguh mengagetkan, dan Dimas membentakku mengingatkan agar aku Stay di posisi tadi.

Badanku panas dingin, mataku menunjukkan ketakutan ketika tangannya kembali mengambil ancang-ancangnya, tapi bukannya pukulan kedua yang datang justru pukulan bertubi-tubi seketika menghantam perutku!




Aku menjerit-jerit kesakitan, dengan tangan kucoba lindungi bagian perutku namun Dimas semakin menghardikku dan menyuruhku tetap menahan posisi.

Dalam ketakutan aku berteriak histeris, sekali lagi Dimas menunjukkan permainan dingin nan sadisnya terhadapku sama seperti dia yang sedang emosi.

Tambah aku mengaduh-aduh berontak justru tanpa ampun dia memukul perutku sampai-sampai aku merangkak turun dari ranjang dan menggeleng-geleng menjauhinya penuh tangis.




Aku menangis yang betul-betul menangis! Dimas yang melihatku menangis bukannya menenangkan malah tambah kalap menghukumku.

Seketika dia memaki lalu menampar hingga wajahku sampai terlempar akibat begitu kerasnya tamparan yang dia layangkan!




" DIEM VERR!!... "

" GUE BENCI DENGER TANGISAN LO KAN DAH BERAPA KALI GUE BILANG!!.. " bentaknya saat itu padaku.

Aku terdiam dan berusaha menahan isak tangisku, kejadian tersebut membawaku kembali ke momen dimana dia sedang panas-panasnya terhadapku.


PLAAKK!!!


Disaat aku lengah dan sedang menarik nafas lagi-lagi tangannya melayang dengan sangat cepat!




Aku tertunduk, kupegangi pipiku yang seketika panas bersamaan dengan denging di kupingku. Belum hilang rasa tersedak di perutku akibat tinju dia sebelumnya tapi Dimas sudah kembali mengujiku ke babak berikutnya yaitu dengan tamparannya.

Omongan pedasnya terus dia lontarkan merendahkanku begitu rendahnya dengan perilaku atau kata-katanya yang sangat membuatku tenggelam di Limit ku lagi, Dimas tetap memukulku tak peduli aku menangis atau terkejang-kejang diatas lantai karena dia tahu aku menyukainya.




Jika dia sedang ingin menyabetku dengan ikat pinggang maka dia akan menyabetnya, jika dia ingin menghajar bokongku dengan bet bola pingpong hingga biru-biru maka Dimas betul-betul melakukannya.

Malah akibat permainan kami sedikitnya ada dua kali aku terpaksa tidak ikut ambil bagian dalam pemotretan dan beralasan sakit berhubung badanku memar-memar saking kelepasannya Dimas menyiksaku.






Mustahil aku berfoto menggunakan pakaian dalam jika badanku penuh bekas pecut seperti itu, yang lucunya aku malah ingin tahu apa kata para kru atau bahkan manajerku jika melihat 'Love Mark' ini dimana aku sendiri tak tahu akan menjawab apa jika mereka tanyai.

Jujur aku sedikit terangsang membayangkan ketika aku memamerkan bekas-bekas permainan keras kami ini ke orang lain sekaligus penasaran seperti apa reaksi mereka.

Dan saat dua pola tadi sudah dia lakukan, selayaknya yang sudah kuungkap tadi Dimas pun mulai menggauliku.




Menikmati dua lubang di selangkanganku yang bebas bisa bergantian dia jejalkan dengan kontol besarnya tanpa perlu izin dariku.

Aku mengerang-erang mendapatkan nikmatku setelah sebelumnya berjuang melawan diriku sendiri dan sungguh kenikmatan yang kudapat terasa begitu dahsyatnya ketimbang melakukan seks langsung seperti biasa!




Jika di dua skema sebelumnya Dimas akan melecehkanku dengan kata-kata pedas sembari dia membuatku berkutat dengan rasa sakit, maka di Phase terakhir biasanya dia akan memuji kecantikan atau keindahan tubuhku.

Aku suka sekali dengan pola yang dia mainkan itu, dia selalu menawarkan warna yang berbeda-beda dari hari ke hari hingga membuatku terus penasaran dan setiap kali dia ingin datang ke apartemen atau mengajak ketemuan maka aku sangat bersemangat menyambutnya.

" Ahhh... Dimmm... " leguhku sekarang terus memainkan botol bir ini di memekku sembari mengingat sebagian kecil hari seru yang sudah kami lewati bersama.




Begitu melengos kebawah tak sadar ternyata botol birnya sudah terbenam dalam sekali hingga setengah bagiannya telah ambles di dalam memekku.

Kugigit bibirku dengan mata redupku merasakan sensasinya, ingin aku videokan lalu kurekam untuk kuperlihatkan juga ke Dimas namun HP ku sudah terlanjur kutaruh di atas kasur, jadilah aku tak bisa merekam momen indah ini.

Tapi tak apalah lagipula Dimas lebih sukanya kalau aku memasukkan benda-benda aneh ke anusku bukan memek seperti apa yang kulakukan sekarang.

Sepuluh menit kemudian aku membasuh badan dan menyudahi mandiku, lalu bersiap menghabiskan menit-menit berikutnya dengan terduduk di depan meja rias mulai mendandani diri. Sengaja aku tak orgasme membiarkan coliku tadi menggantung agar aku semakin menggebu-gebu saja ketika berhadapan dengan kontol gedenya.

Kuambil mini Tanktop berwarna merah yang dia minta aku untuk bawa, aku bergidik melihat bentuknya yang sangat ketat sekali. Aku pasti akan diperkosa orang jika nantinya Dimas menyuruhku bereksib di tempat umum menggunakan pakaian ini dikarenakan bentuknya yang nge-Press sekali di lekuk badan padatku.

Oh ya, belakangan atau lebih tepatnya selama dua mingguan terakhir aku dan Dimas tidak hanya mengeksplor permainan kami di dalam ruangan, aku mengajak dia untuk menemaniku bereksib ditempat umum.

Mulanya Dimas tidak mau dan mengatakan jika ideku itu adalah ide gila tapi karena aku terus membujuknya, dia pun mau menemaniku ber-Flashing ria meski awalnya dia hanya mengawasi saja dari dalam mobil aku yang hilir-mudik di depan kerumunan lelaki dengan pakaian seksi tanpa dalaman apapun!

Dimas tak berkedip melihatku berani sekali melakukannya apalagi kami selalu melakukannya di tengah malam menjelang dini hari dimana jam-jam tersebut jam yang sangat rawan untuk anak gadis sepertiku, tentu saja aku tak berani melakukannya jika sendirian padahal sudah sejak dulu aku sangat ingin melakukannya namun dengan adanya Dimas yang mengawasi aku jadi lebih berani karena bagaimanapun dia akan melindungiku jika ada yang sampai nekat.

Tak hanya anak-anak muda yang sedang nongkrong di taman, aku juga menggoda tukang sate, tukang nasi goreng, atau siapa saja yang kiranya potensial untuk digoda semua kugoda tanpa pilih-pilih!

Mata mereka tak lepas dari toket, paha dan puting susu bertindikku yang tindiknya terlihat jelas sekali jika aku tak menggunakan BH.

Dimas yang biasanya berada di dalam mobil atau memantauku dari kejauhan hanya bisa tertegun menyaksikan kegilaan yang kulakukan, apalagi ketika dia menyaksikanku sedang duduk bermasturbasi di parkiran sepi.

Tahu jika aku sedang disaksikan oleh cowokku entah kenapa membuatku jadi sangat nekat sekali! Aku malah mendesah-desah terus mengocok memekku sambil duduk terkangkang menatap ke langit malam tanpa peduli jika bisa saja ada orang yang memergokiku, namun dikejar dengan perasaan cemas seperti itulah sensasi yang ingin kurasakan. Aku semakin berpacu dengan klimaksku dan kenikmatan orgasme luar biasa yang datang seolah tinggal menjadi bonusnya saja.

Terengah-engah aku beranjak dengan langkah gontai kembali menuju mobil meninggalkan kursi yang basah akibat lendir kenikmatanku. Kupeluk Dimas di dalam mobil masih dengan nafas memburu lalu mengucapkan kalimat sayang padanya.

Sejak hari pertama kuajak dia bereksib dia jadi balik antusias. Dimas mulai merequest sendiri pakaian yang kukenakan juga memilih sendiri lokasinya, aku ikut saja dan lagi-lagi aku bersemangat memacu diriku dalam situasi yang berbeda.

Seiring berjalannya waktu tak terasa aksi yang kami lakukan jadi jauh lebih menantang dimana Dimas menyuruhku untuk telanjang yang betul-betul telanjang!

Aku bergidik begitu membuka bajuku di dalam mobil, awalnya Dimas hanya menyuruhku untuk menyeberang jalan sambil merangkak yang harus kulakukan dengan bugil, walau ruas jalan yang dia pilih jalanan yang sudah sepi dan tak ada orang yang lewat sama sekali tapi tetap aku was-was.

Seingatku ketika itu Dimas merekamnya, dia juga memasangkan penyumbat di anusku yang berbentuk ekor kucing lalu mulai dia rekam diriku yang dalam posisi merangkak bersiap menyeberang sesuai aba-abanya.




Dimas menginjak pantatku lalu menghinaku dengan kata-kata kasarnya sebelum kemudian dia berlari masuk kedalam mobil untuk merekamku dari sana.

Jaraknya yang berada sekitar 50 meter dariku membuat aku jadi benar-benar merasa sendirian, kumulai merangkak-rangkak di aspal yang seperti gurun pasir dimana menjadi dingin ketika malam namun begitu panasnya di siang hari.




Dimas menyaksikannya dalam hikmat dan mengabadikannya, aku sama sekali tak berpikiran apapun dalam keadaan itu, semuanya terasa begitu menantang untukku hingga tak terasa aku sudah tiba di seberang jalannya lagi saja.

Dimas mendekatkan mobilnya lalu menyuruhku masuk kemudian kami cabut dari tempat tersebut.

Kami sama-sama tertawa di dalam mobil, ketegangan yang sempat kurasakan langsung hilang, juga aku berkeringat dingin padahal jarak tempuh yang kulalui dengan lututku hanya berkisar 30-40 meter saja, tapi jantungku benar-benar memompa darahku dengan cepat hingga membuat adrenalinku meningkat.

Setelahnya aku jadi semakin kecanduan melakukannya, bersama Dimas kami terus melanjutkan aksi ini sampai sekarang.

Kadang Dimas menyuruhku bermasturbasi sambil telanjang tepat di bibir jalanan atau pengkolan yang sudah kosong, tentu saja kami selalu melakukannya menjelang dini hari sekitaran jam dua dan jam tiga malam dengan pertimbangan jam segitu adalah jam yang paling aman.




Aku pun bermasturbasi persis ditempat yang Dimas suruh, meski kami melakukannya tak jauh dari mobil supaya jika ada apa-apa gampang untuk kami kabur.

Ketahuilah bermasturbasi ditempat umum tak membutuhkan begitu banyak sugesti untuk membangkitkan gairah seksualku, dengan cepat libidoku meningkat tepat ketika kurebahkan diriku.

Dimas terus awas menyaksikan kanan-kiri depan-belakang di dalam mobil yang menyala, sementara aku fokus dengan apa yang kulakukan.




Membayangkan jika ada pengendara motor yang lewat kemudian menyaksikan ada seorang gadis berambut pirang sedang tergeletak telanjang dan memainkan vaginanya sendiri dengan dildo di pinggir jalan membuatku mendapatkan sensasi yang kuinginkan!

Aku menjerit dengan keras disenyapnya malam mendapatkan Squirt ku! Badanku melengkung dan aku kelojotan diatas jalan memercikkan cairanku yang langsung tergenang di dinginnya aspal tersebut.




Melihatku sudah mendapatkan klimaks Dimas tak mau mengambil resiko lebih lama lagi dan segera bergerak menggendongku masuk ke mobil.

Begitulah, aku sangat menikmati hari-hariku sekarang yang sangat membuatku antusias untuk menjalaninya.

Kumasukkan pakaian yang Dimas ingin aku kenakan nanti ketika bereksib bersamanya kedalam tas, tak lupa kubawa beberapa alat rias seperti maskara, lipstik, bedak, dan wewangian.

Sambil menunggu rambut panjangku kering aku sudah senyum-senyum sendiri mengingat hal-hal tadi yang sudah kuceritakan tapi itu belumlah puncaknya.

Sudah kubilang bahwa baik aku dan juga Dimas seolah ingin terus Level Up menjajaki diri dengan hal baru, kemarin tiga harian lewat kami benar-benar nekat melakukan hal yang lebih gila lagi.

Sama seperti tadi, Dimas memberitahu bahwa dia ingin ketemuan denganku. Dia menyuruhku memakai gaun tidurku yang bermodel kancing kemudian singkat cerita pergilah kami ke sebuah sudut sepi di ujung ibukota yang terkenal rawan dengan begalnya.

Awalnya kupikir Dimas hanya menyuruhku berjalan telanjang, menyeberang atau bermasturbasi seperti malam-malam sebelumnya namun rupanya tidak.

Dimas menutup mataku lalu dia borgol diriku disebuah tiang lampu jalan dengan tangan keatas hingga membuatku berdiri tegak dalam keadaan terikat hanya berbalut gaun tidurku yang sudah dia singkap!




Aku menggeleng dan ketakutan sekali namun Dimas hanya tersenyum, lalu dia ambil mobil dan pergi meninggalkanku begitu saja!

Mendengar mobilnya menjauh ketakutan mulai menjalar dalam tubuhku, dan itu bukan ketakutan yang biasa karena ini menyangkut soal keselamatan!

Aku panik dan tak ada yang bisa kulakukan dengan tangan terborgol selain pasrah, aku benar-benar dia tinggal sendirian nyaris bugil dilengangnya jalan yang sangat amat sepi dalam keadaan tak berdaya. Terlebih aku berada persis di bawah lampu jalannya yang ketika itu seolah bak lampu sorot yang tengah menyorot seorang seniman disebuah panggung opera.

Tak pelak ketakutanku pada saat itu berada dalam titik paling tingginya menyadari bagaimana jika ada orang lewat yang melihatku atau malah para begal itu sendiri yang menemukanku!

Entah apa jadinya jika di malam itu aku benar-benar disamperi mereka, kendati mereka tak bisa melarikanku berhubung tanganku yang terborgol tapi pastilah aku akan mereka gilir ditempat dalam posisi tersebut!

Dimas bilang dia mendapatkan ide tersebut dari film porno Jepang yang diperankan Rei Mizuna dimana sang gadis berwajah sendu itu diperkosa dalam keadaan yang kurang lebih posisinya sama sepertiku.

Dia menceritakan jika Rei Mizuna itu benar-benar 'disapu habis' oleh siapapun yang lewat entah gembel, pengemis, gelandangan semuanya memperkosanya hingga memeknya banjir sperma.

Terakhir Dimas bilang jika mata sayup nan senduku ini sangat mirip sekali seperti mata si Rei tadi, dan bahkan dia menambahkan beberapa nama seperti Rina Ishihara, Ameri Ichinose dan juga Miyabi alias mata cewek-cewek yang sangat cocok untuk diperkosa.

Aku diam saja ketika mendengarnya, aku tak begitu tahu nama-nama yang dia sebutkan itu berhubung aku kurang suka menonton film porno Jepang, selain penis cowoknya yang kecil-kecil juga karena sensor dan banyak bulu-buluan.

Aku lebih prefer ke Western sementara Dimas memang lebih sukanya yang Jepang, tapi tentu saja aku tahu Miyabi, karena aku pun sangat suka aktingnya yang terlihat Flow sekali seolah-olah dia memang benar-benar sedang diperkosa, apalagi ketika dia mulai menggeleng-geleng sambil menangis dalam kepasrahan, bagiku itu sangat luar biasa dan bahkan aku sendiri tak bisa menirunya.

Penasaran dengan sisanya membuatku kepo lalu mencari tahunya. Rupanya nama-nama yang Dimas sebutkan itu termasuk Miyabi merupakan bintang-bintang porno Jepang yang memang spesialisasinya diperkosa atau jadi budak seks yang dipermalukan dulu sebelum dipakai bergilir-gilir.

Dan ya Dimas memang benar, ketika pasrah mataku sangat mirip sekali dengan mereka.

Kembali ke kejadiannya. Sekitar setengah jam membiarkanku terikat di tiang Dimas kembali lagi, aku sempat panik karena kukira itu suara mobil orang lain yang berhenti, tapi begitu mengetahui itu Dimas seketika ketakutan juga kepanikan luar biasaku langsung hilang.




Dia tak serta merta membukakan kunci borgolku namun malah dia mencubit puting susuku lalu melecehkanku dengan kalimat pedasnya.

Aku tersentak dan meringis merasakan pedih ketika dia cubit sekuat tenaga putingku, setelah puas di puting dia mengusap-usap sebentar tubuhku kemudian beralih ke memekku yang sudah gatal sejak dia tinggalkan.




" Liat meki lo... "

" Dalam keadaan gini memek lo sampe segini parah basahnya... "

" Ngarep bener diperkosa lo ya?.. " ucapnya seperti biasa dengan dingin sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya ke memekku.




Aku mendesah menikmati gesekan yang dia lakukan, sebelumnya selama dia tinggal aku berkutat dengan perasaanku sendiri, aku hanya bisa menggesek-gesekkan pahaku karena dalam ketakutan juga rasa was-was justru memekku makin berkontraksi dan malah lumeran cairannya sampai turun menetes ke pahaku.

" Gausah keenakan Ver!.. "


PLAK!!


Taboknya berkali-kali ke wajahku yang membuatku kaget sekali!




" Kalo ada yang lewat tadi lo udah diperkosa tau gak?! Sekarang aja lo ngedesah-desah keenakan.. "

" Lo tau arti kata diperkosa gak sih bule bego?.. Heran gue!.. " umpatnya terus menampari wajahku yang menjadikanku diam menikmati sensasi yang naik.

Aku tak menyangka jika dia akan memainkan permainan kasarnya disaat seperti itu yang biasanya hanya akan dia mainkan di kamar apartemenku atau di rumahnya, namun ternyata tak ragu juga dia tunjukkan diruang terbuka tapi jujur sensasi yang terasa amat luar biasa.




Terus Dimas menghajarku dengan tangan dinginnya seolah dia sedang menghukumku di tempat umum dan sayang sekali tak ada orang yang melihat.

Dari kejadian itu aku terlintas ide untuk mencoba sensasi bagaimana rasanya jika kami melakukan permainan ini di depan orang banyak! Aku ingin Dimas menghukumku dengan menampari wajahku, melecehkan menggunakan kata-kata kasarnya atau malah mengencingiku yang ditontoni orang.

Aku penasaran saja dengan sensasi dipermalukan di depan orang apalagi melakukannya bersama Dimas, pastilah aku bakal banjir Squirt selama kejadian. Sayangnya aku tak sempat dan juga lupa terus ketika ingin mengatakannya, mungkin nanti akan kuutarakan hasrat liarku itu.




Tak hanya mukaku yang jadi sasaran layangan tangannya, toket bulatku yang selalu bikin dia gemas sama halnya akan kegemasannya dengan bokong montokku juga jadi bulan-bulanannya.

Malah Dimas mencengkram sangat kasarnya dada putihku, memelintirnya seperti sedang memetik buah kelapa hingga membuatku orgasme ditempat tanpa stimulasi apapun dan murni mendapatkan klimaks dari sensasi sakit yang kudapat!




Lagi-lagi aku mendapatkan sebuah sensasi segila itu dari Dimas, dia selalu bisa 'mengantarkanku' menuju sesuatu yang tak pernah kucapai sebelumnya dan kusadari takkan pernah bisa kudapatkan jika kulakukan dengan orang lain yang menganggapku aneh.

Mereka tidak tahu arti dari No Pain No Gain! Mereka tak paham arti Applying Pressure To Push Forward! 

Selamanya orang-orang seperti itu hanya akan bercokol di zona nyamannya lalu dengan senyum remehnya menganggap apa yang orang lakukan adalah sebuah hal yang aneh, padahal dia tak tahu jika inilah cara orang-orang sepertiku bersenang-senang melalui tantangan!

Ah maaf, aku selalu terbawa perasaan jika sudah menyoal ke yang satu ini, aku benci saja jika dianggap menyimpang oleh orang lain.


Kuingat ketika aku memberanikan diri mengajak para pasangan Date ku yang dulu-dulu untuk bermain ikat-mengikat. Reaksi yang kudapat dari mereka amat beragam, ada yang tadinya sudah bernafsu lalu seketika wajahnya menjadi ilfil begitu kuminta dia mengikatku diatas ranjang.

Bahkan ada yang langsung lari keluar dari kamar hotel padahal waktu itu aku baru mengeluarkan borgol juga cambuk ekor kuda dari tasku tapi dia kabur begitu saja dan tak pernah lagi membalas pesanku ketika kucoba untuk menjelaskannya. Dia sudah terlanjur menganggapku maniak.

Semenjak itulah aku trauma, aku mulai berpikir jika aku sendirian di dunia ini. Aku jadi pilih-pilih juga tak lagi berani untuk langsung menunjukkan hasratku itu yang padahal tujuanku mencari pasangan ranjang demi menyalurkan sisi Submissive ku ini, bukan main seks cinta-cintaan seperti yang terjadi pada Bimo dahulu.

Hingga akhirnya kuberanikan diri melakukan hal yang sama ke Dimas dan berakhir dengan sebuah respon positif!

Karenanya wajar jika aku sampai sebegitu bertekuk lututnya malah aku rela mengkhianati sahabat karibku sendiri demi Dimas, dan aku mantap semantap-mantapnya atas keputusanku tersebut tak peduli ternyata selama ini dia menyembunyikan sesuatu yang sangat membuatku terkejut ketika mengetahuinya.





..............................


" FIUH!... "


Untuk yang satu ini bagaimana ya menceritakannya, masih begitu jelas di ingatan ketika dia mengungkapkan soal itu yang persisnya aku lupa kapan tapi yang jelas masih di minggu ini.

Aku tidak tahu harus mulai dari mana dan kurasa ini akan jadi cerita yang sedikit panjang.

Terkadang, banyak hal yang kutanyakan pada diriku sendiri, beberapa darinya tak pernah kutemukan jawabnya, aku hanya merasa kerdil sebagai seorang manusia ketika aku tak bisa memahami dan menebak perasaan orang lain.

Dulu ketika pertama kali kuinjakkan kakiku ke Jakarta aku selalu memperhatikan apa yang orang lain lakukan, bagaimana cara mereka bergaul dan seperti apa cara mereka bersikap ke orang yang lebih dewasa atau sepantaran semuanya kuperhatikan.

Aku selalu mencoba memahami psikologis seseorang dan mencoba mencari apakah ada yang bisa kupelajari untuk kuterapkan pada diriku karena sejak kecil aku dilarang bergaul oleh orang yang mengasuhku.

Banyak sekali moral yang kudapat dalam prosesnya ketika mulai kucoba memahami dunia yang kutinggali ini. Kepura-puraan adalah hal yang paling umum kusaksikan secara langsung.

Aku setidaknya bersyukur bahwa kehidupan masa kecil hingga remajaku yang keras membentukku menjadi aku yang apa adanya. Aku tak punya niat apa-apa dan hanya ingin bersenang-senang sesuai caraku.

Jika kalian tahu lingkunganku yang sekarang baik itu di kalangan teman sesama model, atau malah sahabat gengku sendiri hampir semuanya selalu pansos dan gila Framing di media sosialnya demi menaikkan kelas sosial mereka.

Aku geleng-geleng kepala saja saat mereka ajak aku makan malam di sebuah hotel mewah dimana dalam semalam itu kami menghabiskan sekitar selawe juta hanya demi seuprit makanan diatas piring yang sama sekali tidak membuat kenyang, tapi yang penting bagi mereka adalah postingannya.

Entah kenapa aku tidak betah dengan kehidupan yang hingar-bingar seperti itu, percayalah uang sama sekali tidak membutakanku, atas alasan inilah aku tak pernah mau meladeni ajakan kenalan dari cowok-cowok tajir bahkan teman-teman cewekku sering komplain kenapa aku tidak mau membalas ajakan kenalan dari temannya yang ingin berkenalan denganku.

Mungkin sifat ini secara tak langsung kudapatkan dari cowokku dulu yang tak pernah pamer dan hidup amat sederhana kendati dia punya segalanya.

Dia sangat rendah hati, senyum ramahnya yang selalu tercetak di wajah gantengnya seolah menjauhkannya dari sifat sombong. Malah dia sangat peduli dengan orang yang membutuhkan dan hampir pasti dalam sebulan dia akan membuat acara amal di panti-panti asuhan yang mana semua itu dia lakukan tanpa pansos-pansos atau memberitahukannya ke orang lain.

Bahkan dia melarangku ketika ingin mengupdatenya ke IG ku dengan alasan hal yang seperti itu tak perlu orang lain ketahui dan mungkin itu pulalah alasannya kenapa dia tak pernah menyinggungnya ke kalian.

Namun sayangnya sifat ini tak dimiliki oleh Dimas, malah dia sudah terjelembab di lubang yang sama seperti teman-temanku.

Ya, tak seperti yang selama ini terlihat, ternyata Dimas sama sekali bukan orang kaya.

Tapi ada hal lain yang jauh lebih membuatku kecewa ketika dia membuka dirinya di depanku, jujur aku tak peduli mengenai hartanya karena itu sama sekali bukan poin ketika aku mulai mendambakannya, aku hanya tak habis pikir kenapa dia harus memalsukan statusnya.

Mood ku di malam itu yang ingin bercinta berdua di kamarnya langsung berubah menjadi kekecewaan begitu mengetahui satu lagi kenyataan yang sangat tak kusangka-sangka sebelumnya!

Malam itu aku berada di rumah kecil kami lagi, setelah dia memulangkanku ke apartemen Dimas masih sering membawaku kesana.

Seperti biasa dia menyuruhku merangkak berjalan ke kamarnya dan menunggunya diatas kasur. Sambil menunggunya mulai kuusap-usap memekku lalu memikirkan pikiran-pikiran nakal demi menaikkan libidoku sendiri.

Cukup lama hingga Dimas masuk ke kamar, dia masuk bertelanjang dada koloran saja. Memamerkan tubuh kekarnya dan juga tonjolan kontolnya di baliknya yang langsung membuat mataku meredup dalam desis.




Melihat badan gagahnya yang sangat seksi itu selalu membuat klitoris dan puting susuku mengencang! Membayangkan tubuhnya akan kembali menunjukkan hierarkinya diatas badanku menjadikanku sangat siap untuk dia preteli.

Ketika itu Dimas membawa beberapa alat bantu seks yang ingin dia mainkan denganku, dia melirikku yang tengah terduduk dengan set Lingerie dan Stocking di atas ranjang menunggunya untuk segera mengeksekusiku. Aku balas tatapan dinginnya dengan mata sayuku sambil menggigit bibirku sendiri, secara tak sadar aku mulai mengelus leher dan pahaku seerotis mungkin untuk memikat pejantanku itu.

Melihat tonjolan kontol gedenya yang ada di balik celana pendeknya dan akan segera dia masukkan di seluruh lobang ditubuh seksiku membuatku tak bisa berpikir rasional lagi.

Namun sayangnya rasa berdebar-debar yang kurasakan di malam itu seketika berubah jadi rentetan rasa kecewa.

Ketika dia meletakkan peralatan yang dia bawa di meja komputernya aku masih belum ngeh, tapi saat kuperhatikan aku baru menyadari bahwa Dimas tak hanya membawa Sex Toys melainkan juga beberapa alat hisap khas yang seperti sering ada di lab-lab fisika.

Duduk dia dengan cueknya di meja komputernya, tak berapa lama ia membuka laci meja dan mengeluarkan sesachet bungkus obat bening menyusul kemudian peralatan seperti pipa cangklong, bong kaca dan sebungkus rokok dari tempat yang sama.


Note: Hanya Sebuah Ilustrasi

Tidak salah, apa yang kalian duga sama persis seperti apa yang kupikirkan ketika itu. Ya, Dimas ternyata adalah seorang pemakai!

Aku mendelik dan langsung menunduk begitu menyadarinya, aku tahu benar dengan alat-alat tersebut karena di pergaulanku dulu ketika SMA aku pernah berada di lingkaran hitam itu, juga aku sempat kenal namun beruntungnya aku menolak akrab dengan obat-obatan terlarang tersebut terkhusus sabu seperti yang Dimas konsumsi.

Dulu aku 'hanya' sempat menggunakan ganja, dan psikotropika sejenisnya sebagai media mencari kesenangan atau rekreasi saja, mungkin akibat efek pergaulan dan juga aku masih begitu labilnya hingga mau-mau saja dicekoki begituan oleh cowok-cowok yang menggandengku ketika di klub malam.

Hidupku nyaris rusak akan hal tersebut, aku hampir tidak tamat sekolah karena kehidupan dunia malamku dulu, untungnya aku lelah dengan efek kesenangan semu dari psikotropika tersebut dan aku bersyukur aku menemukan kesenangan lain ketimbang harus bergantung dengan Drugs lagi sebagai media senang-senangku.

Setidaknya kini aku kecanduan dengan hal yang lebih alami sekaligus yang jauh lebih menyenangkan, aku lebih memilih merasakan ungkapan 'Surga Dunia' yang sebenarnya dan ungkapan itu bukan igauan belaka ketimbang harus membohongi diri dengan mengkomsusi barang haram.

Ketakutan kembali muncul, Dimas melirikku ketika dia menabur sabu-sabu tersebut siap meraciknya seolah sengaja memperlihatkannya padaku. Aku hanya tertunduk tak tahu harus berbuat apa.

Dimas tegak dari duduknya, dia berjalan menghampiri aku yang masih terduduk pasrah di atas ranjang, dia bungkukkan tubuhnya begitu berada tepat di depanku, aku membuang muka dari tatapan matanya, jujur saja ketika itu aku begitu merasa kecewa terhadapnya.

Entahlah, aku hanya merasa tak banyak pria yang bisa membuatku kelojotan di atas ranjang dan membuatku puas, Dimas adalah satu dari sedikit pria itu.

Aku menghela nafasku, diakui atau tidak kontol gede dan kegagahannya inilah yang menjadi canduku terhadapnya hingga membuatku rela melakukan hal sejauh ini untuk dirinya. Jika bukan karena dia, aku tak mungkin mau dikekang atau diatur lelaki begini.

Oh ayolah, itu terlalu bertolak belakang dengan prinsip kebebasanku, dan lebih jauh bahkan aku berani mengambil resiko mempertaruhkan hubunganku dengan sahabat baikku Nova hanya untuk berhubungan seperti ini bersamanya.

Namun ternyata sosok lelaki sempurna, perlente yang kuidam-idamkan dengan segala keperkasaannya itu ternyata tak lain dan tak bukan merupakan hasil doping semata.

Aku seperti seorang kolektor guci yang mengagung-agungkan sebuah guci emas antik tapi yang tak kutahu bahwa guci tersebut hanya imitasi belaka, klise!

Dimas mengangkat daguku dan mendekatkan wajahnya tepat di depan mataku, kami pun bertatapan mata dari jarak dekat, hidung mancung kami saling bersentuhan, wajahnya datar saja ketika menatapku sebelum tersungging senyum tipis di ujung bibirnya.

" Kenapa sayang? Kaget?.. " ujarnya yang begitu kuingat.

Aku tak menjawab kemudian kembali membuang mukaku darinya.

" Gue tau pasti lo punya segudang pertanyaan kan?.. "

" Ver, karena sekarang lo udah milik gue, jadi gue ngerasa gak perlu nutupin banyak hal lagi di depan lo.. " lanjutnya dengan dingin.

" Pertama, lo pasti bingung rumah kecil ini sebenernya tempet apa.. "

" Ini tuh tempat gue tinggal Ver… "

Aku mengernyitkan dahiku seolah menanyakan apa maksudnya ketika dia mengatakan itu, Dimas tersenyum kemudian melanjutkan.

" Iya kontrakan kecil inilah rumah gue yang sebenernya... "

" Pasti lo mikir kalo selama ini gue orang yang tajir, karena lo pernah nemenin Nova kerumah gue dulu.. Gue yakin lo inget.. "

Ya aku memang ingat, dulu saat pertama kali mereka jadian Nova memang mengajakku kerumah Dimas yang sangat besar dengan kolam renang dan ada Lounge serta ruang karaokenya sendiri.

" Lo tau berapa banyak duit yang gue habisin dan gue sampe ngutang sana-sini ke orang cuma buat nyewa tuh tempat?.. "

Aku semakin tak mengerti arah ucapannya, Dimas pun menyadari ketidakmengertian tersebut dari tatapan mataku lalu menyambung lagi ucapannya.

" Gue tau butuh usaha lebih buat dapetin Nova… Kalo gue jujur bilang gue tinggal ngontrak dan seorang pengangguran emang lo kira Nova bakal mau??.. "

" Gue gak sebodoh itu buat PDKT ama cewek.. Apalagi cewek sekelas Nova.. "

Sampai disana aku mencoba mencerna sesaat ucapannya, barulah disaat aku mulai memahaminya aku pun terperanjat dan aku mengerti!

Rupanya selama ini Dimas berbohong soal statusnya, dia sengaja berbohong dengan mengaku bekerja sebagai seorang asisten manager di perusahaan keluarganya kepada kami dan bahkan sampai menyewa rumah mewah lalu mengajak kami untuk mampir kerumahnya pada satu kesempatan itu hanya untuk menyakinkan Nova bahwa dia benar-benar anak orang kaya demi bisa menggaetnya.

" Damn!!.. " aku benar-benar kecele juga rupanya.

Aku tak menduga ini sama sekali, kukira dia membawaku ke rumah kecil yang sangat sederhana ini sebagai tempat menyembunyikanku saja karena aku memaklumi jika dia takut ketahuan Nova. Pantaslah ketika kubilang ke dia bahwa aku bersedia ikut ke rumah besarnya agar bisa melayani segala kebutuhannya secara lebih leluasa dia tak pernah mau melakukannya, padahal dia bisa dengan mudahnya menyembunyikanku di salah satu kamar di rumah besarnya terlebih tak mungkin Nova akan mengeceknya satu persatu.

Juga pantas dia sering meminjam uang dariku hingga berjuta-juta dengan beralasan bahwa dia sedang ribut dengan orang tuanya hingga ATM nya diblokir.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, sungguh aku tak pernah menaruh curiga sedikit pun soal ini. Lagipula selama yang terlihat, Dimas tampak seperti orang kaya sungguhan, jika Nova mengajak kami makan malam bersamanya biasanya Dimas yang akan membayari, belum lagi dia sering menjemputku dengan bergonta-ganti mobil yang biar kutebak pasti itu mobil rental.

Kekecewaanku semakin kental terasa terlebih fakta bahwa dia adalah pemakai itu, kupikir selama ini gayanya yang sangat rapi, perlente juga pembawaannya yang ramah, tenang dan tak serampangan merupakan pembawaan aslinya, tapi siapa sangka ternyata dibaliknya ada banyak kebohongan!

Dimas tersenyum ramah begitu melihat wajahku yang seketika terperangah mengetahui itu semua.

" Hahahaha gak usah kaget gitu dong cantik, lo mesti terbiasa sama ini, dan inget… Jangan pernah lo coba-coba ngasih tau sama orang apalagi Nova, ngerti?!.. "

" Gue udah ngasih tau ini ke lo itu artinya gue udah anggap lo jauh lebih penting dari Nova Ver.. "

" Lagian lo gak ada hubungannya kok sayang, urusan kita cuma diatas ranjang, yang penting gue bisa muasin lo terus kan cewek gue yang cantik?.. " kekehnya kemudian memegang daguku yang terus memaling dari wajahnya lalu mencium bibirku.

Saat itu aku terus bungkam, aku terlalu kaget dan sulit mempercayainya, kami benar-benar dibohongi oleh buaya darat ini, dia memanfaatkan wajah gantengnya hanya untuk menjadi penipu ulung.

Dimas mengelus pipiku dan terus berusaha mencium bibirku dengan penuh perasaan, aku menutup mataku lalu mencoba membenarkan perkataannya bahwa aku memang tak ada hubungannya dengan semua kebohongan yang dia lakukan untuk mendapatkan Nova.

Kembali aku berusaha membangun Mood ku yang sempat surut dalam rasa kecewa, melihatku yang mulai membalas ciuman bibirnya membuat Dimas menatapku sejenak kemudian mundur dan menyuruhku segera beraksi dengan dildo besar berbentuk Cone.

" Ayok Ver sekarang hibur gue... Skotjam diatas dildo itu dan hitung ya... " ujarnya melemparkan sebuah dildo duduk setelah mengoleskannya dulu dengan pelumas.

Aku menatapnya masih dengan wajah kecewaku segera melakukannya, turun aku dari ranjang mengambil posisi jongkok lalu mulai kuarahkan dildo yang berukuran besar tersebut ke anusku.




Dimas kembali duduk di atas kursi komputer dan menyalakan pengapian di salah satu bongnya. Sementara dia sedang mempersiapkan ritual 'Fly' nya sesekali dia melirikku yang sudah menaik-turunkan badanku seperti yang dia minta.

" Desah dong sayang, kok diem aja gitu sih?.. "

" Kan tadi aku juga bilang sambil dihitung, kamu gak sayang aku lagi emang?... " celetuknya melihatku yang pasif tak seperti biasa.

Terang saja aku pasif setelah mengetahui fakta mengejutkan tentangnya, meski aku takkan meninggalkannya karena hal-hal tersebut tapi benar jika kekagumanku terhadap performanya yang ternyata tidaklah murni itu berkurang.

" Ayo sayang, mulai hitungannya sambil julurin lidah lo kayak anjing betina seperti biasa.. " sambungnya lagi.

Melihat dia yang sudah mengulangnya dua kali maka segera aku melakukan skotjam sambil melakukan hitungan dengan lidah terjulur.

" 1… " lantang aku bersuara melakukan skotjam sembari menduduki dildo besar yang menusuk anusku.

Dimas tersenyum, kemudian dia fokus lagi mempersiapkan urusannya sementara aku tak memalingkan pandanganku darinya. Kukunci pandangan memelasku kearah dia dimana dia sedang mencampurkan sabu tersebut dengan tembakau rokok lalu digabungkan di alat hisapnya yang berbentuk seperti botol yang sering dijumpai di lab fisika.

Dimas menatapku setelah tampak dia akan memulai hisapan pertamanya, kekecewaanku benar-benar terasa memuncak ketika dia memamerkan botol bening tersebut padaku seakan sedang bersulang kemudian menghirupnya.


Note: Hanya Sebuah Ilustrasi


Aku bergidik, itu adalah pertama kalinya aku melihat Dimas menghisap rokok, dia memang tak pernah merokok baik di depanku atau pun ketika bersama yang lainnya. Sungguh dia yang selama ini memiliki citra baik dan jauh dari kesan Bad Boy jadi berbeda sekali dari yang tampak dihadapanku, rupanya inilah Big Secret pribadi sekaligus The Truth mengenai dirinya, lagi-lagi aku geleng-geleng kepala tak habis pikir.

" 7… " lanjutku terus melakukan skotjam sambil menatap Dimas yang duduk di kursi komputernya sedang nyabu sembari menikmati aksi yang kulakukan.

Dia terlihat begitu meresapi setiap hisapannya, aku tetap mengunci Eye Contact ku kendati mata dia terpejam dan entah apa yang sedang dia rasakan saat itu dengan bahan-bahan kimia tersebut.

Memasuki hitungan ke 16 kakiku mulai pegal juga lidahku kering karena terus terjulur, hingga aku memutuskan untuk berhenti menarik nafas sejenak namun Dimas malah mengamuk lalu meng-Cursing ku dengan kata-kata kotor.

" SIAPA YANG SURUH LO BERENTI HAH PIRANG?!.. "

" CEPET LAKUIN LEBIH SEMANGAT DAN SAMBIL NGOMONG JOROK!!.. "

" JANGAN BIKIN GUE MARAH VER!!.. " teriaknya begitu kerasnya sembari melotot yang membuat aku takut setengah mati.

" iya... ma..maaf sayang... "

Segera kulakukan titahnya kemudian memulai skotjamku lagi yang kulakukan sambil bermasturbasi dan bercakap merendahkan diriku sendiri.




" 27... Ahh.. aku pelacur kotor yang, aku cewek bispak... "

" 28.. Ker..kerjaku cuma diento..entotin cowok-cowok doang.. Ahhh... "

Bermenit-menit aku terus melakukannya sambil dia saksikan bagaikan seorang bos mafia, kakiku masih pegal sementara dia menyuruhku orgasme dalam keadaan tersebut. Dan barulah setelah aku terkejang-kejang orgasme Dimas menyuruhku mengambil posisi siapku yaitu dalam duduk bersimpuh.

Dia ludahi wajahku sekali lalu melanjutkan hisapan sabu-sabunya hingga selesai dimana matanya terus menatapku yang memelas pasrah siap untuk dia gunakan.

Sungguh syahdu sekali hidupnya setelah puas nyabu kemudian langsung tersaji dihadapannya sesosok gadis pirang bertubuh seksi yang tinggal dia nikmati saja sesukanya.

Setelah hari tersebut semuanya seolah terasa jelas untukku tentang darimana asal stamina luar biasanya itu, yang kukira awalnya akibat gaya hidup sehat dan disiplinnya tapi ternyata dia adalah seorang pemakai.

Pantas saja aku melihat beberapa kejanggalan ketika tinggal bersamanya seperti dia yang selalu menyuruhku ke kamar duluan lalu menyusulku dengan sudah berbau rokok, juga air seninya yang terasa pekat seperti rasa amonia atau obat-obatan dan selama aku berada dikontrakannya, tak pernah sekalipun kulihat Dimas tidur, dia selalu terlihat segar meski dia pergi seharian beraktifitas.

Aku tahu bahwa sabu-sabu memang digunakan untuk doping stamina, tapi biasanya ini digunakan mereka untuk mendompleng diri terhadap tuntutan pekerjaan yang super padat.

Dari cerita temanku yang masih seorang pengguna aktif, obat jenis ini mempunyai efek kecanduan yang sangatlah luar biasa, sekali ketagihan maka akan sangat sulit untuk lepas dari sabu. Ketika High biasanya efek delusinya akan membuat tubuh kita ingin terus bekerja bak robot, bahkan kata temanku itu sehabis dia pulang lembur bekerja larut malam, dia akan membereskan kamar dan melakukan hal-hal yang tak penting seperti mengepel lantai berulang-ulang, mengelap kaca atau melakukan apa saja saking tak ada lagi yang bisa dia kerjakan.

Beberapa teman modelku juga banyak sekali yang menggunakannya, di industri hiburan yang kulakoni ini sudah jadi mainan lama dan lumrah sekali terutama ganja. Mereka bilang untuk menambah kepercayaan diri ketika di foto syur, memang mereka berubah enerjik juga seakan tak kenal malu sama sekali setelah menggunakannya, tapi aku tak begitu menyangka jika efeknya ternyata betul-betul akan seluar biasa itu jika menilik betapa 'supernya' Dimas selama aku bersamanya.

Sampai detik ini aku masih penasaran apa yang melatar belakangi Dimas hingga mau menggunakan sabu, kurasa tak mungkin dia menggunakannya hanya untuk gaya-gayaan atau sebagai penambah kepercayaan dirinya.

Atau mungkinkah dia menggunakan sabu-sabu atau juga yang disebut Crystal Meth semata hanya untuk menjaga performa seksnya? Aku ragu dengan itu, karena aku tak tahu apakah Dimas sebenarnya aktif di dunia malam juga atau tidak.

Lagipula aku belum pernah mendengar orang menggunakan sabu-sabu atas alasan seks, entah apapun alasan dimas menggunakannya, aku sungguh ingin tahu.

Setelah menyudahi aksi hisap sabunya yang kusaksikan langsung di depan mataku Dimas tegak kemudian mulai menargetkanku sebagai pelipur dahaga berikutnya.

Dia kalungkan leherku seperti biasa namun di malam itu bukan dengan Collar anjing melainkan kalung yang bertuliskan 'FUCK ME'.




Aku diam saja menatapnya dengan pandangan kecewaku ketika dia mengangkat daguku yang terus menunduk, lalu Dimas membuka semua Lingerie yang kukenakan menelanjangiku hingga menyisakan Stocking karetku saja.

Dia angkat aku berdiri diatas kasur ranjangnya kemudian mengikatku dengan tangan terpasung rel besi yang dia kait di eternit langit-langit kamar.

Sambil menggerai rambutku dalam senyum Dimas menatapku yang sudah terikat tegak tak berdaya diatas ranjangnya.

Dia membuka celana pendeknya sendiri dan mulai mengitariku dengan kontolnya yang sudah menegang.

" Ayo Ver sekarang goyangin badan lo... "

" Hibur gue, gue pengen liat lo nari telanjang di depan gue sekarang... " perintahnya yang masih kuingat dengan jelas.

Aku tersentak mendengarnya! Kekagetan dan perasaan kecewaku sebelumnya langsung hilang entah kemana berganti dengan gairahku yang membumbung.

Aku tak serta merta melakukannya namun menikmati proses naiknya libidoku sejenak, membayangkan aku akan menari dalam keadaan telanjang di depan cowokku sendiri demi membuatnya puas sungguh membakar diriku amat cepatnya, apalagi melihat kontol gedenya yang telah terhunus.

" Cepet bego!!... " serunya mencambukku dengan dengan cambukan model rumbai ekor kuda lalu segera duduk begitu kumulai goyangan pertamaku.





Dengan gemulai sambil menatapnya aku menari-nari diatas ranjangnya, Dimas diam dalam duduknya fokus menyaksikanku yang sedang menari-nari sensual dihadapannya.

Aku sangat sejalan dengan apa yang dia minta ketika itu karena dulu pun aku sering melakukannya, hanya saja aku tak pernah melakukannya dengan tangan terikat terlebih melakukannya di depan seorang pria yang sedang teler sabu.




Kupikir saat itu Dimas tak akan sadar dengan apa yang dia lakukan, seperti mulai tak nyambung, bicara ngasal atau euforia berlebih seperti orang mabuk pada umumnya, tapi sepanjang malam dia justru sangat fokus!

Aku tak begitu tahu bagaimana efek sabu ketika baru saja di konsumsi karena aku tak pernah memakainya, dari apa yang kulihat Dimas sepenuhnya normal, tak ada yang aneh dari dirinya kecuali staminanya yang seperti mesin dan dia sadar seratus persen.

" Ahhh Verr... Terus goyangin badan seksi lo... "

" Bayangin lo lagi ngegoyang kontol gue sayang... " racaunya mulai mengocoki kontolnya sendiri.




Melihat itu aku makin semangat melakukannya! Benar-benar kubayangkan jika aku sedang menservisnya yang telentang dibawahku dengan goyangan mautku.

Dimas yang terima beres pasti akan meleguh-leguh nikmat sementara aku meliuk-liukkan tubuhku dan menjambak rambutku sendiri diatas badan kekarnya.

Semua racauannya kuserap dan kutampung sebagai bumbu penyedap dalam aksi yang kulakukan, aku sangat suka mendengar seorang pria sedang meracau kotor sambil dia coli memfantasikanku, apalagi dilakukan persis di depanku.

Dan ya, memekku sungguh amat basah saat itu bahkan mulai mengucur disela-sela pahaku.




Sekian lama menyaksikanku menari telanjang di depannya Dimas kemudian tegak, masih sambil menggenggam cambukannya mulai mengitariku.

Waktu itu aku merasa sangat Hot sekali! Apalagi aku sedang memakai semua tindikan dibadanku baik di lidah, dan tentu saja puting susuku yang dia tindik sendiri.

Terus kulanjutkan tarianku, kukunci mata redupku ke dia yang berputar mengelilingiku seolah ingin memberi nilai dari aksi yang kulakukan.




Sayangnya ucapan nakalnya sudah berhenti dan dia tak lagi mengocoki kelaminnya, dia lebih fokus kepadaku sambil sesekali memecutku pelan entah gemas atau menyuruhku makin erotis melakukannya.

" Auw sayang!!... " kataku pura-pura kesakitan untuk membuat situasi tambah panas padahal cambuk model itu sama sekali tidak membuat sakit.

Dimas diam, dia terlihat biasa saja sementara wajahku telah memerah sekali dan aku terus menggigit bibirku sambil menggesek-gesek paha dalam goyanganku yang sudah tak tahan untuk dia setubuhi.

Berulang kali melakukan putaran akhirnya dia berhenti persis dibelakangku, kutunggingkan pantatku yang sudah kuduga sebelumnya jika dia akan menghentikan langkahnya disana berhubung pria dewasa yang sedang berada di usia paling produktifnya ini sangatlah tergila-gila dengan bokongku apalagi dalam keadaanku waktu itu.

Dimas mendesis namun tak ada sentuhan darinya, sekilas kulihat dari cermin besar yang ada di samping kami jika dia sedang mengendus-endus pantat putih yang selalu jadi sasaran Bully nya.




" AHHH MASS... " erangku seketika saat dia benamkan wajah gantengnya digundukan memekku yang menyembul dari posisi tersebut.

Dimas dengan rakus melahap memekku dengan sangat gemas, aku sampai merintih-rintih merasakan gelinya karena dia mengunyah-ngunyah labiaku seperti orang gila.

Kepalaku langsung pening begitu libidoku mulai merangsek menjalar ke otak, ini selalu menjadi fase 'pembuka gerbang' yang terjadi padaku dan entah juga dirasakan oleh wanita lain atau tidak.

Sontak ingatan akan betapa kecewanya diriku terhadap berbagai kebenaran mengenai dirinya termaafkan begitu saja, bahkan aku melengking ketika Dimas mengangkat tubuhku dengan kekuatannya yang baru terdoping itu!




" Hyaa Dimm!!!... " lengkingku keras terbakar nafsu yang luar biasa merasakan Rimming yang dia lakukan rata di memek ataupun di lubang anusku.

Dan aku dia buat melayang tak hanya secara ril tapi juga secara kesadaran! Sungguh sensasinya benar-benar mengesankan karena baru sekali itu aku mendapatkan sebuah aksi yang memang dilakukan spontan namun berdampak signifikan dalam Build-Up permainan yang dia mainkan.

Aku menjerit-jerit menggila apalagi sembari melakukannya si ganteng juga mencambukku, hingga akhirnya seperti biasa dia mulai menunjukkan dominasi permainannya terhadapku dengan menjambak rambut dan membentakku.




" DIEM VERA!.. "

" LO EMANG BENERAN HARUS DIENTOTIN TERUS YA BIAR DIEM?.. "

Hardik Dimas dengan jenggutan yang amat kuatnya di rambut panjangku sambil dia naik keranjang.

Ia sumpal mulutku menggunakan cambuknya dan tanpa basa-basi dia jejalkan kontol tegangnya masuk ke anusku setelah melumurinya dengan ludah saja.




" AHHH DIMMM PANTEETKU.... " erangku seketika dengan mata melotot merasakan lubang anusku ditembus kontol besarnya.

Badanku melengkung merasakan nikmat sensasi permainan yang kami mainkan, Dimas memulai penetrasinya langsung di tempo sedang berhubung dia sudah amat terangsang ketika aku menghiburnya dengan menari-nari telanjang di depannya.




" Keenakan lo ya di entot kayak gini pelacur?.. " bacotnya sambil menepuk pantatku tak ragu bermain Rough seperti biasa.

" Iyaaa, akwu sukaa.... " balasku nyaring sambil mendesah dengan menggigit cambukan yang dia taruh dimulutku.

Saat itu fokus aku larut dalam sensasi permainan kami, dimana aku terus memasrahkan diriku yang tengah disebadani di anus oleh tuanku dari belakang dan berharap dia semakin membacotiku.




" Lo cocok banget sayang nari bugil kayak tadi Ver... "

" Apa jangan-jangan lo sering ngelakuinnya di depan orang lain sebelumnya ya? Gue liat lo enjoy bener soalnya.. "

Aku diam tak menjawabnya daripada harus berbohong lagi, terpaksa tak kujawab pertanyaan panasnya tersebut ketimbang membuat dia marah saja.

" Jawab Ver!!.. "


PLAKKK!!


Taboknya amat keras yang bunyinya terdengar nyaring di dalam ruang kamar yang masih berbau bekas hisapannya.



" AWWW.... " jeritku lantang melengkungkan tubuhku tetap memilih tak menjawabnya.

Untungnya Dimas tak memperpanjangnya, dia hanya menguatkan jenggutannya di rambutku atau menjadikan cambuk yang ada dimulutku sebagai pegangannya memastikan wajahku tetap terdongak sementara lubang pantatku dia sodomi dari belakang.



Aku kurang begitu mengingat detil-detil sederhana aktifitas seks kami dikejadian di malam pengakuannya tersebut, yang kuingat hanyalah kenikmatan yang kudapatkan karena Dimas begitu Owning sekali terhadapku di malam itu.

Habis badan putih mulusku jadi sasaran tamparannya terutama di pantat yang memang selalu jadi area pasti layangan tangannya.




Kalau tak salah aku orgasme dua kali ketika dia sodomi dalam keadaan berdiri itu.

Aku melirih dan langsung roboh tapi tanganku yang dia pasung keatas membuat posisiku tak bisa jatuh ke bumi, yang ada justru membuat posisiku semakin tertungging dan menjadikan Dimas semakin lapar saja melihat pantat bohayku.

" Liat pantet lo Ver... "

" Lobangnya dah mekar banget.. Anjingg gue sangek terus liat pantet lo tiap nganga gini!.. " umpatnya membuka pantatku lebar-lebar dengan dua tangannya.




Dimas terus mendesis mengintipi dua lubang berdekatan yang sudah begitu terbukanya dimana yang satunya sering dia jejalkan paksa benda-benda berukuran ekstrim yang membuat pantatku semakin rusak dan ini masih sering dia lakukan padaku.

Bahkan dalam sehari-hari saja dia sering menyuruhku untuk tetap menggunakan Butt Plug yang tak boleh aku lepas tak peduli aku sedang beraktifitas atau sedang bersantai-santai di apartemen, dan dia akan menelponku sewaktu-waktu untuk mengeceknya.

Memang, Dimas seperti terobsesi untuk terus mengekspan lubang anusku mungkin lebih tepatnya kukatakan merupakan sebuah Fetish yang membuat dia akan terangsang hebat jika melihat anusku menganga, itu termasuk ketika dia 'membolongi' pantatku dimana dia akan menikmati prosesnya.

" Muka lo aja imut tapi puting bertindik, pantat lo juga udah rusak!!... "

" Jujur gue aja ketipu sama muka lo, gak taunya lo sebinal parah ini... Mau jadi selacur apa lagi lo pirang?!... "


PLAKK!!!


Tabok dia lagi ke pantatku sambil meludahi lubang anusku yang jelas kembali dia nikmati.




Aku diam saja dan memejamkan mata berhubung aku baru orgasme ketika itu, tapi Dimas tak mau menunggu terlalu lama mungkin saking terangsangnya dia melihat keadaanku yang kuakui amat menggiurkan dalam keadaan tegak terikat tak berdaya seperti itu.




Kontolnya kembali masuk dengan mudahnya di lubang pantatku dan si ganteng mulai menyodomiku dari tempo pelan ke sedang untuk menaikkan birahiku lagi.

Aku pun memejamkan mata dan fokus akan penetrasi yang dia lakukan, dalam waktu singkat saja jelas aku mulai menikmati nikmat kontol tebal dan besarnya yang keluar-masuk di pantat montokku dengan suara sodokan yang khas.




" SLEP.... SLEPPP... SLEEPP... " suara itu terdengar begitu sensualnya dalam fokus kami berdua mendalami kenikmatan anal seks.

Namun tak lama suara tersebut juga disertai jerit kesakitanku karena Dimas mulai menyelinginya dengan layangan tangannya kemana lagi jika bukan di bongkahan pantat putihku.




" AHHHH YANGG!!!.. "

Seketika badanku melengkung merasakan panas akibat tamparannya namun itu semakin membuatku terangsang dan mendekatkanku ke orgasme kedua.

" Iya Ver... Terus ngedesah sayang... "

" Desahan lo kalo lagi kesakitan bikin gue tambah konak aja Ver.. Oahh!!.. " Dimas mengerang dan menambah intensitasnya menjadi lebih tinggi.




Dalam kepasrahan aku terus mendesah-desah, membiarkan tuanku menikmati diriku yang betul-betul tiada berdaya itu dari belakang.

Aku merasa benar-benar menjadi miliknya dan merasa satu dengannya. Dimas tahu jika semakin pasrah diriku maka artinya semakin ingin aku di dominasi olehnya, tak peduli apapun yang dia lakukan aku pastilah akan pasrah dan mengerang-erang.

Bahkan ketika Dimas berimprovisasi dengan menjepitkan kakinya di pahaku lalu mengentotiku bak menaiki kuda desahan nikmatku pecah sepecah-pecahnya!




Aku menjerit dengan keras, Dimas benar-benar menunggangiku secara harfiah dan itu amat berkesan sekali untukku!

Dia menggelayut di rel besi yang membelengu tanganku, sambil melayang dia mengendarai anusku dengan penuh nafsu.

Berulang kali aku menyaksikan dengan jelas ekspresi nikmatnya dari pantulan cermin yang ada dikamarnya.




Pedas mulutnya meracau yang kulupa persisnya apa yang dia ucapkan, namun yang jelas saat itu aku mendapatkan Squirt keduaku, yang memercik-mercik lebih deras dari yang pertama.

Jika klimaks pertamaku Dimas masih mau menunggunya maka yang kedua itu dia sama tak mau menghentikan enjotannya!

Masih dengan nafas hasil dopingnya dia gagahi diriku tetap sambil berdiri meski sudah tak lagi mengambang seperti sebelumnya yang membuat pertahananku jebol seketika.




Dengan lemas terus kubiarkan dia menggauliku, aku sudah tersandar rapat di badan kekarnya, jika tanganku tak diikat sudah pasti aku tumbang karena dengkulku lemas sekali.

Tapi malah disaat seperti itulah justru Dimas men-Treat ku dengan semakin ganas tanpa ampun sama sekali!




Rambutku dia jambak dan begitu kepalaku terdongak dengan cepat tangannya mengayun ke pipiku!

" Enak lo ya hah perek? Ranjang gue lo basahin lagi.. " racaunya penuh nafsu sembari terus memukul wajahku bahkan dia ludahi dan dia cekik.




Sontak dibuat seperti itu membuat kepalaku sulit lagi menentukan perasaan mana yang lebih kurasakan karena semua terasa begitu berkecamuk dalam diriku.

Meski lemas pasca orgasme hebat tapi tetap aku menikmati apa yang dia lakukan, terlebih rapalan-rapalan kotor juga tamparan sekaligus cekikannya.




Tak ayal aku dia buat seperti boneka seksnya lagi seperti biasa. Dimas mainkan diriku sesuka hatinya! Kokoh sodokan kontolnya terus menghajar bokongku dengan suara tumbukan yang saling bersahut-sahut bersama erangan kerasku.

Dan penetrasinya itu sama sekali tak berkurang hingga bermenit-menit! Yang kini kutahu jika hal tersebut memang mustahil dilakukan oleh pria manapun tanpa menggunakan bantuan dari senyawa kimia.




" AHHHH DIMMM... SAKITTT!!... " aku meraung-raung dalam ganas perlakuannya yang menyetubuhiku tanpa ampun!

Jelas wanita lemah tak berdaya sepertiku sama sekali bukan tandingan seorang pria dewasa bertubuh kekar yang sedang berada dalam titik 'supernya', membuatku merasa seperti sedang diperkosa oleh banyak pria saja.

Begitu jeritanku tambah keras seiring orgasme ketiga yang akan datang Dimas seketika membekap mulutku lalu menghentikan aksinya sepihak.




Dengan terhentinya aksi Barbar yang dia lakukan aku pun ikut terdiam, Dimas terus membekap wajahku dan mengesampingkan wajah ini demi menatapnya.

Aku terengah-engah selain karena berusaha mati-matian mengimbangi permainannya juga kesulitan mengambil nafas dalam keadaan dia sekap dengan telapak tangannya.




Tubuh kami masih menyatu, Dimas menatapku penuh nafsu melihat wajah cantikku dengan matanya yang telah menyayu dan sama sekali tak ada engah-engahan darinya.

Semua suara tarikan nafas yang terdengar berasal dariku, Dimas terlihat tenang setenang-tenangnya tanpa bergeming sedikit pun meski dialah yang lebih banyak mengeluarkan tenaga tapi sama sekali dia tak kelelahan.

Sungguh luar biasanya bubuk tersebut hingga mampu memanipulasi daya tahan seseorang jadi benar-benar melampaui kondisi normalnya.




Tak lama Dimas akhirnya melepaskan bekapannya, kontolnya pun yang lebih-kurang berada di dalam anusku selama 15 menitan juga dia dia lepaskan.

Begitu berbalik badan Dimas langsung mencium bibirku penuh kasih, dengan nafas tersengal kutatap dia yang memagutku mesra seolah menenangkanku dari panasnya permainan yang dia buat.




" Sutt...sutt... sutt.. Terus tarik nafas sayang... Kamu baik-baik aja kok.. Ada aku disini.. "

" Kamu cantik bener Ver, beruntung bener aku dapetin kamu.. "

" Kamu juga sayang aku kan manis?.. " ucapnya menyingkap rambut yang menutup wajahku lalu terus dia kecup mesra diriku.

Aku mengangguk sambil menatapnya dengan mata redupku, manuver permainannya yang dari keras ke lembut sungguh selalu membuatku beraktrobatik secara perasaan.

Dan untungnya meski dia punya stamina yang seakan tanpa batas itu Dimas tetap mentoleransiku, maksudku dia tak pernah memporsirku meski dia bisa melakukannya toh dia takkan kelelahan.

Dimas tahu aku tak mungkin mengimbanginya karenanyalah ketika menjalani masa hukuman bersamanya dirumah kecil itu dia terus menyuruhku beristirahat sebelum atau sesudah mengentotiku.

Dia juga memprioritaskan aku mendapat kepuasan, tak ada artinya jika dia mengentotiku belasan jam dimana akunya sudah pingsan, itulah yang kusuka darinya.




Setelah memanjakanku dengan terapi perasaannya Dimas kembali ke gaya permainannya. Dia ludahi wajahku lalu dia ratakan ludahnya dengan tangannya.

Aku tetap mengunci pandanganku mendongah menatapnya dalam posisiku yang sudah menggantung berhubung kakiku sudah amat lemasnya di dua klimaksku sebelumnya.




" Ahhh Verr... Telen ludah gue sayang... " seru Dimas meludahi tangannya kemudian dia tuangkan sendiri ke mulutku.

Aku membuka mulutku lebar-lebar dan membiarkan dia menuangkan ludahnya kedalam mulutku untuk setelahnya kutelan.

Dimas tersenyum dan terus memegang wajahku dengan dua tangannya seolah sangat senang memiliki budak pemuasnya yang begitu nurutnya dengan apapun yang dia kehendaki.

Bahkan saat dia bekap wajahku di ketiaknya aku sama sekali tak proses malah kujilati penuh nafsu ketiaknya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis itu.




Kemudian setelah tenagaku lumayan terkumpul barulah Dimas mulai bersiap menyetubuhiku lagi.

Dia turunkan aku dari belengu pasung yang mengunci tanganku untuk membuat gerakanku lebih dinamis, dan kalau tak salah berikutnya kami bermain di sofa kamarnya.




Dimas mendudukkanku di punggung sofanya, dia pakai terlebih dahulu mulutku menikmati servis oralku yang sedang menggunakan Piercing itu sebelum nantinya kontolnya akan dia cucukkan lagi di pantatku.




Sesekali kupandangi wajahku sendiri dari pantulan cermin ketika melahap kontolnya karena sofa tersebut berada persis di depan cermin besar di kamarnya.

Kulahap penuh nafsu kelamin jumbonya yang sayangnya harus kubagi juga dengan orang lain, melihatku yang tampak begitu menikmati ekspresiku sendiri di depan cermin membuat Dimas berimprovisasi lagi.

Dia cabut kontolnya dari mulutku lalu dia ludahi cermin tersebut dan menyuruhku menjilat bekas ludahnya.




Aku melakukannya dan entah kenapa aku merasakan sensasi aneh lagi, karena seakan aku sedang menjilat diriku sendiri akibat bayangan yang dihasilkan di cermin tersebut.

Dimas menatapku saja menikmati pemandangan yang seolah membuat aku sedang berlesbi dengan diri sendiri.

Dia tersenyum kemudian tiba-tiba saja langsung dia jambak rambutku dan menghardikku sembari menamparku hingga membuatku kaget!




" Sekarang bilang kalo lo pengen di entotin lagi Ver!!.. Cepet!!.. " bentaknya yang balik kasar lagi.

" Iya sayang, entotin aku lagi.. Memekku udah gatel pengen kamu coblos yang.. " kulakukan seketika karena jujur aku sungguh terangsang waktu itu.

" Memek? Siapa juga yang mau make memek lo.. Mending gue pake anus lo biar tambah rusak!.. "

Setelah mengucapkannya Dimas berpindah ke belakang, dia sibak pantatku kemudian dia ludahi dan dia jilati lubang di anusku tersebut.




" Ahhhh mass.... " erangku memejamkan mata merasakan nikmat ketika lidahnya bergoyang-goyang menggelitik anusku dari dalam.

Rasanya sungguh luar biasa, permainan mulut pria baik itu dilakukan di memek ataupun di anus memang terasa sangat nikmat berbeda sekali dengan kocokan jari sendiri.

Makanya aku sering uring-uringan jika tak mendapat belaian dari pria karena bermasturbasi dengan jari atau dildo terasa tak cukup sebab sensasi dari sentuhan lelaki itulah yang kuinginkan.




Tak perlu waktu lama bagi Dimas untuk mulai menunggangiku lagi.

Aku dia buat merangkak memeluk punggung sofa tersebut sementara anusku lagi-lagi dia jebol, uniknya ketika itu kami ngeseks di depan cermin dimana kami bisa saling melihat ekspresi kami sendiri-sendiri dalam posisi itu.

Dimas benar-benar menunjukkan dominasinya lagi terhadapku dengan menjambak rambut membuatku terus menatap diriku sendiri di depan cermin.

" Coba liat cewek yang lagi gue entotin ini Ver... "

" Dia pelacur kotor yang pantesnya jadi pemuas.. "

" Cuuhh... " racau Dimas lalu meludahi diriku yang ada di pantulan cermin tersebut.




Aku bergetar lirih, rasanya melihat diriku sendiri sedang dientoti membuatku merasakan sebuah perasaan yang lain.

Mataku terus kukunci ke cermin itu, kemudian secara tak sadar entah kenapa mulutku meracau sendiri seakan ingin merendahkan sosok wanita pirang yang berada di depanku.




" Sttthhhh... Dasar kamu pelacur murahan!!... "

" Kamu cuma cewek yang emang pantes banget dientotin dan dinikmatin cowok-cowok... Ahh!!.. " ceracauku pada diriku sendiri.

Dimas diam dan tampak tersenyum melihat aksi spontanku itu, dia menaikkan menggempurannya seolah memberiku semangat untuk melanjutkan aksiku.

" Liat betapa hinanya diri kamu Ver.. Cewek gak tau malu yang cuma bisanya terkaing-kaing dikontolin!.. "

" Cuih!!... "

Bahkan aku meludahi diriku sendiri dan seketika aku merasa ingin meledak seiring sensasi yang kudapat.




Dimas yang sadar dengan datangnya orgasmeku makin menggila mengentotiku!

Persis seperti apa yang kukatakan sebelumnya dia benar-benar membuatku terkaing-kaing seperti anjing betina yang tengah dikawini oleh jantan birahi.




Dimas pun memburu ejakulasinya yang dia pacu dengan intensitas tertingginya, bahkan sofa yang menjadi tumpuan kami sampai berderit dan terus maju saking gilanya dia membabatku.

Kepalaku langsung dipenuhi hormon rangsangan hingga aku tak bisa berpikir apapun lagi, juga ucapan-ucapan kotor saling kami lontarkan bersama-sama hingga membuat suasana seketika jadi sangat panasnya.




Tapi bukan Dimas namanya jika dia langsung ejakulasi begitu saja ketika baru sebentar menaikkan tempo hujamannya.

Bermenit-menit dengan nafas panjangnya dia sodok diriku dengan RPM maksimal hingga membuatku amat keteteran menahan klimaksku agar bisa berbarengan dengannya.




Aku menggeleng-geleng dan seperti biasa menyerah menahan klimaksku, wajahku telah sangat memerah ingin meledak namun dia tak kunjung tiba. Maka aku pun klimaks lebih dulu yang kemudian barulah dia susul sekitar 6 menit setelahnya.

Ya, berjarak enam menit dari klimaksku! Itu bahkan waktu yang cukup untukku mendapatkan orgasme berikutnya.

Sontak dalam enam menit itu sebelum dia ejakulasi aku sudah pasrah saja seperti boneka terus dia hantam dengan kecepatan tingginya yang begitu stabil.

Dimas meleguh keras saat dia keluar di anusku, lalu setelah badai orgasmenya reda dia turun dari tubuhku dan menyodorkan kontolnya ke mulutku seperti normalnya lelaki yang minta di bersihkan kontolnya dari bekas spermanya sendiri setelah Creampie.




Ekspresi nikmatnya terlihat ketika kepala kontolnya kujilati, apalagi ketika kusentuhkan tindikanku tepat di lubang pipisnya yang sangat dia sukai hingga membuat cowok gantengku itu menggigil dalam sensasi ngilu yang dia rasakan.

Ronde pertama dihari itu ditutup dengan aksi jilatanku di cermin yang dia ludahi lagi dan harus kubersihkan dengan lidahku.




Malam itu aku benar-benar habis berzina dengan Dimas dari tengah malam hingga pagi, seperti yang kubilang jika dia tidak kasihan padaku yang sudah klenger-klenger aku rasa dia masih akan menggauliku hingga tengah hari.

Sepanjang malam itu pula Dimas menyetubuhiku dengan beragam variasi malah sambil dia videokannya. Aku meladeninya tetap sepenuh hati dan berusaha menikmati permainannya walau stamina kami tidaklah imbang.




Aku pasrah saja saat berikutnya dia setubuhi anusku sambil mengikatku tak berdaya diatas ranjang.

Dimas mencengkram kuat pokok leherku sambil mengerang-erang menikmati sodokan kontolnya yang begitu lancarnya keluar-masuk dilubang favoritnya tersebut, sementara aku melirih merasakan sakit sekaligus rasa nikmat yang seakan tak pernah terpisahkan jika dia sudah memulai dominasinya.




Inilah ruginya menjadi seorang wanita, hanya bisa pasrah diperlakukan seperti apapun demi kepuasan pasangannya, terlebih aku yang sudah dia tetapkan menjadi budak seksnya.

Tak peduli sekuat apa dada kami diremas, sedalam mana mulut kami dicekok kontol, atau sebesar apa anus kami dibolongi kami tetap harus melakukannya untuk kepuasan pejantan kami.

Belum lagi ketika kami dibenihi dimana kami jugalah yang harus mengandung selama sembilan bulan, sungguh beruntung sekali bagi kalian yang terlahir sebagai seorang laki-laki yang hakekatnya mendapatkan kepuasan ketika diatas ranjang.




Dimas yang baru saja 'isi bensin' itu tentu sangat bersemangat mengentotiku, terus dia cucuk-cabutkan kontolnya di duburku menyodomiku ganas dengan paduan kata-kata kasarnya.

Dan aku semakin lama semakin kehabisan tenaga, tentu saja mustahil bagiku mengimbanginya yang sedang dalam pengaruh sabu itu. Juga dalam keadaan terikat aku hanya bisa pasrah sekaligus menyesuaikan peran Submissive ku.




" Pantet lo udah rusak banget Ver… Ohh… "

" Malem ini lo bakal gue full anal Ver... Gak ada cerita lo minta di pejuin memek hari ini.. "

" Mau gatel-gatel terserah deh ama memek lo, yang jelas gue bakal entotin terus lobang pantet dol lo yang beneran nagih banget!! Ahhh!!.. " ujarnya di ronde kedua itu mem-Bully ku secara verbal.

" Auuhh Dimmm… Ter..terserah kamu yangg... Uuhhh.. " lirihku sendiri pasrah yang tengah di dominasi olehnya.

Padahal memang memekku telah amat basah dan gatal sekali! Sejak ronde pertama aku tak bisa menggunakan jariku untuk menggaruknya seperti biasa berhubung tanganku nyaris selalu dia ikat-ikat.

Tapi aku mendapatkan orgasmeku biarpun aku tak melakukan pancingan dengan kocokan, semuanya murni kudapat dari penetrasinya di lubang anusku yang dia bantai habis-habisan!




Leleran lendir bening juga kucuran spermanya di anusku sebelumnya bahkan terus lumer ketika Dimas naikkan intensitas sodokannya dititik terkuatnya. Membuatku sampai melolong-lolong saking edannya dia hantam pantatku!

Mengingat ronde pertama yang dia mainkan begitu tingginya tapi tetap di ronde kedua dia mampu mempertahankan sodokan ganasnya itu diatas 5 menit hingga dia berejakulasi di dalam anusku.

Luar biasa bukan?




Sedalam-dalamnya dia benamkan kontolnya di dalam duburku sama seperti sebelumnya untuk menyuntikkan air maninya yang terasa masuk langsung ke perutku hingga membuatku mual dan juga kembung saking banyaknya semburan yang dia hasilkan.

Dimas merapal melayangkan sumpah serapahnya yang mengiringi kenikmatan yang tengah dia rasakan, terasa sekali jika dia amat puas menjadikanku sebagai wanita pemuasnya dan jadi sarana penampungan pejunya saja.




Ronde kedua itu juga dia akhiri dengan mengentoti mulutku yang sama buasnya seperti dia mengentoti anusku!

Tak peduli aku keselek atau wajahku telah memerah saking sesaknya mulutku tetap dia jejalkan dengan kontol besarnya yang selalu tegang sepanjang malam dan terus melanjutkan aksinya hingga menyisakan aku yang nyaris tak bisa bergerak di paginya.





..............................






Tak terasa dua puluh menit aku sudah berada di depan cerminku ini, menyempurnakan kembali penampilanku agar terlihat Stunning nanti di depan cowokku itu.

Walau hampir menghabiskan setengah jam hanya untuk mengevaluasi hasil Make-Up ku saja di depan meja riasku ini tapi rasanya aku tak puas-puas.

Aku merasa benar-benar harus tampil sempurna hingga tak mau membiarkan ada sedikit celah entah itu bedak yang ketebalanlah, lipstik yang terlalu menor atau detil-detil kecil yang bisa merusak penampilanku.




Terus kupoles wajahku demi kesempurnaan itu, sebenarnya aku sudah siap dan tinggal berangkat saja tapi aku tak mau buru-buru walau aku sudah sangat ingin bertemu dengan si gantengku.

Lagian juga dia pastilah belum pulang karena sekarang masih jam setengah empat sore dan aku tahu Dimas biasanya akan pulang ketika menjelang malam makanya aku santai saja.




Barulah setelah merasa penampilanku sempurna aku pun tersenyum. Kukibaskan rambut panjangku yang habis kucatok hingga terlihat lurus dan halus sekali.

" Perfectoo!!.... " ucapku dalam hati puas dengan hasil kerjaku.

Aku merasa sangat percaya diri sekali sekarang dengan dandananku, padahal dulunya aku paling malas berdandan dan justru lebih suka berada di dapur untuk menyenangkan cowokku dengan masakanku, tapi Dimas berbeda, dia ingin aku merawat diriku juga mewajibkanku tampil seksi untuknya.




" Huuhh!!... "

Kuhela nafasku masih menatap wajah cantikku di depan cermin, memang sudah sepatutnya aku sombong dengan semua kesempurnaanku ini.

Tak ada yang menyangkal juga takkan ada yang tak tergoda denganku, tapi sayangnya aku tak bisa lagi menggunakan kecantikan dan keseksian tubuhku untuk menggoda-goda orang karena sekarang sosok yang ada dalam pantulan cermin ini sudah menjadi milik seseorang.

" Emang gak ada lawannya gue, bye-bye deh Nov.. " senyumku sarkas ke cermin sambil melempar rambutku angkuh.




" Hihihi.... "

Segera aku berbalik badan dan mengambil kunci mobilku lalu meluncur ketempat cowok gantengku, siapa lagi jika bukan Dimas.





..............................


Senja menjelang dan ketika aku sedang membersihkan rumahnya kudengar bunyi pagar terbuka, sesuai dugaanku Dimas pulang.

Aku membukakannya pintu, Dimas masuk dan kuberikan dia senyuman manisku, dia menatapku saja dingin seperti biasa lalu pergi ke rak sepatu.

Melihat dia yang tak berbicara sepatah katapun membuatku kembali membersihkan meja saja, aku harus tahu Mood nya dulu seperti apa dan tak boleh sembarangan bersikap, salah-salah aku bisa dipukulinya lagi karena setiap kembali dari luar dia terlihat selalu membawa banyak masalah pulang.

Selagi dia membuka sepatunya kulihat Dimas terus melirik kearahku dan memperhatikan pakaian yang aku kenakan.




Aku jadi salah tingkah melihatnya melirik-lirik kearahku, sesekali juga kubalas tatapannya demi membaca Mood nya itu.

Sekian lama dia tegak di tembok hanya menatapku yang tertunduk membersihkan meja dengan kemoceng yang kugenggam sebelum akhirnya dia bersuara.

" Seksi bener kamu Ver.. " ucapnya yang membuatku semakin tertunduk dengan wajah memerah.




Aku tersenyum kearahnya ketika mata kami saling bertemu, dia pun tersenyum dan membuatku tahu kalau suasana hatinya sedang bagus.

" Sini Ver.. " panggilnya menyuruhku menghampirinya.

Aku mendatanginya dengan riang lalu langsung kupeluk cowok tampanku ini melepaskan kerinduanku padanya tak peduli dia seorang pemakai atau bukan.

" Udah makan sayang?.. " katanya mengangkat daguku dengan lembut.

Aku menggeleng manja padanya, Dimas terlihat menatapku dari ujung kepala ke ujung kaki dan berhenti di dada montokku.




" Aku suka pakaian kamu Ver, kamu nakal banget pake itu sayang.. " pujinya yang membuatku senang sekali.

Aku jadi berani, aku menaruh kemoceng yang kupegang lalu aku memeluknya. Begitu sampai tadi memang langsung kupilih pakaian ini sambil menunggunya tiba.

" Dari mana kamu mas? Aku bikinin kamu kentang goreng itu.. " kataku mengelus dadanya yang tegap.

Dimas hanya tersenyum, dia mengecup pipiku mesra, aku mencoba lebih jauh dengan meletakkan tangannya di kedua toketku, Dimas meremasnya pelan sambil memandangi wajahku, tak mau tanggung aku buka pengait resleting yang ada di bagian belakang Dress semi korsetku ini lalu membuka pakaian atasku.

" Wow… Buru-buru banget, udah sange ya?.. " celetuk Dimas melihat aku sudah Topless saja di depannya.

Aku tak menjawabnya, dilihat dari mataku yang meredup pun dia sudah mendapat jawabannya.

Kudekatkan wajahku ke dagu Dimas berharap dia segera mengecup bibirku dan memulai pemanasannya, namun dia masih memandangiku saja kemudian menaruh tasnya ke kursi. Memang aku begitu buru-buru melihat Mood nya yang sedang bagus padahal dia baru saja pulang dan belum sempat menarik nafas.

" Bentar sayang.. Aku beres-beres dulu.. " katanya berjalan ke ruang tengah.

Aku tak mau kasih kendor! Terus kupepet dia sambil menatapnya berjalan dari samping menggodanya.




Selagi dia menaruh Handphone dan dompetnya ke meja kugandeng dirinya sambil kubantu dia melepaskan jas yang dia kenakan.

Dimas diam saja dan membiarkanku memperlakukannya seperti seorang istri yang sedang melayani suaminya ketika baru pulang.




Tak hanya jasnya turut kubuka juga kaosnya agar badan gagahnya itu segera terlihat, Dimas mengangkat kedua tangannya seolah memudahkanku untuk melepas kain di badannya.

Kugigit bibirku sendiri dan aku seperti kerasukan setiap kali melihat tubuh atletisnya ini, Dimas menoleh kearahku lagi yang seketika membuatku mengunci pandangan mautku kearahnya. Tanganku mulai mengelus perut kotak-kotaknya sambil kami bertatap-tatapan dari jarak dekat.




Nafas kami saling berhembus, aku sama sekali tak berkedip memandangnya, lembut jariku menyusuri sekitaran perut juga dada bidang yang membuat bara birahiku nyala dengan cepat.

" Ver, kamu cantik bener sayang… " katanya terbius akan kecantikanku.

Kuredupkan mataku dan mendesis mendengar pujiannya, pahaku mulai kugesekkan pertanda aku ingin segera bercumbu dengan cowokku ini.

" ML yuk mas, aku nafsu bener sayang.. "

" Pengen kamu tembak dalem...Boleh?.. " pintaku dengan suara lembut nan manja sambil mengusap memekku yang berdenyut ingin sekali dia benihi sekarang.

Dimas tak menjawabnya, matanya tetap menatap mata biruku terpesona akan keindahannya ketika sedang menyayup seperti sekarang.

Tak tahan aku memejamkan mataku dan menjinjitkan diri lalu meraih bibirnya, kulepaskan semua perasaanku terhadapnya dengan kecupan mesra. Dimas membalas ciumanku, dia memagutku lembut penuh perasaan, jiwa kami saling merasuk satu sama lain.




Aku suka sekali memulai Foreplay dengan penuh perasaan seperti ini, dan Dimas tahu itu. Dia tahu cara memuaskanku tanpa perlu kukatakan apa yang kuinginkan, sodokan kontol besarnya yang dia sertakan dengan permainan panasnya seolah sudah menjadi pakem baru untukku.


Kurasa sekarang jika aku ngeseks dengan pria lain dengan permainan yang biasa-biasa saja aku takkan mendapatkan apa-apa lagi berhubung standard permainanku dalam beberapa waktu kebelakang bersama Dimas sudah tinggi sekali.

" Ahhhh… Shhhhhh… " desisku saat dia mengendus leherku.

" Puting kamu udah ereksi aja cantik… Muaaah.. Muaaah.. " balasnya mengulum dan menjilati puting susuku yang sedang kupasang tindiknya.

Saat ini aku memang tengah memasang semua Piercing ku baik yang di lidah, disamping kuping, pusar dan tentu saja putingku meski sebenarnya Dimas sudah menyuruhku untuk tak lagi memakai tindikan yang diputing dan membiarkannya tertutup karena waktu itu dia bilang aksinya menindik putingku hanyalah aksi spontannya saja.

Tapi ya aku lebih memilih untuk tetap memasang tindikanku ini selain terlihat jauh lebih Hot dan Slutty juga entah kenapa semenjak putingku ditindik sensitifitasnya terasa jadi lebih sensitif dari sebelumnya. Kentara sekali perbedaannya.

Beberapa saat kami bermesraan sambil berdiri, aku mengajaknya rebah di sofa dan segera ML, tapi Dimas menolak halus ajakan hubungan badanku itu.

" Nanti ya Ver, sekarang kamu santai-santai aja dulu.. "

" Aku pengen ngajak kamu keluar.. Pulangnya baru deh kita ML.. " katanya mesra sembari mengelus pipiku lalu mengecup dahiku.

Aku memanyunkan bibirku merajuk karena aku sudah terlanjur nafsu berat, tapi apa boleh buat kami pun bubar.






..............................


Jam delapan malam setelah kami saling bersiap-bersiap Dimas mengajakku pergi, dan aku sudah mengenakan pakaian yang tadi dia suruh aku bawa.


Begitu melihat dandananku yang sedikit kupoles ulang membuat Dimas tertegun, terlebih dengan mengenakan pakaian yang dia inginkan hingga membuatku benar-benar terlihat seperti seorang pelacur saja saking ketat dan terbukanya busana yang kukenakan ini sekarang.

Sebelum kami keluar gang menuju ke mobilku yang kuparkir di pinggir jalan besar tak jauh dari rumah ini Dimas memfotoku beberapa kali.

Dimas yang seakan tak tahan melihat lekuk tubuhku segera mengabadikan penampilanku yang seperti cewek nakal ini sekarang, dia memintaku berpose dengan seksi beberapa kali lalu menjepretnya, malah dia menyuruhku berfoto sendiri di depan cermin dengan Handphone nya.

Aku ketawa saja melihat betapa ngebetnya dia akan penampilanku kemudian kulakukan requestnya itu dengan sebuah selfie memberikan pose terbaikku di depan cermin.




Setelah melihat hasilnya Dimas tersenyum lalu memujiku, dia layangkan kecupan di pelipis mataku dan akhirnya kami pun segera beranjak.





..............................


Mobil melaju mulus di tengah semaraknya ibukota di malam hari, sembari menyetir Dimas mengelus-elus paha mulusku yang memang sangat terekspos sekarang, sesekali kubuka kakiku lebar-lebar barangkali dia mau memainkan memekku.


Aku berdebar-debar tentang kemana dia akan membawaku karena ini tak seperti biasanya dimana kami baru akan keluar beraksi di jam-jam dini hari, namun juga seperti biasa aku tak menanyakannya demi menikmati sensasi dari rasa penasaran tersebut, dan Mood Dimas sendiri tampak begitu bagusnya di malam ini.

Tak lama, kami masuk ke pelataran sebuah hotel mewah di kawasan Jakarta Selatan, Dimas memberhentikan mobil tepat di depan lobinya, kemudian dia menoleh kearahku.

" Sayang.. " panggilnya dalam wajah yang penuh senyum.

" Sekarang kamu turun, terus tunggu cowok yang namanya Hendri ya.. " sambung dia lagi lalu memainkan ponselnya.

Aku mengernyitkan dahiku tak paham apa maksudnya.

" Cowok?.. Maksud kamu apa dim?.. " disini aku mulai merasa janggal.

" Iya kamu tunggu aja di lobi pokoknya, ntar dia yang nyamperin kok… " jelasnya enteng.

Aku merasa curiga, dia menyuruhku menunggu seorang lelaki di lobi disebuah hotel yang sangat terkenal sebagai hotel esek-esek di seantero Jakarta ini.

" Ntar dulu Dim, ini maksudnya apa? Aku nunggu, terus disamperin apa maksudnya?.. " kataku seketika menjadi serius.

Dimas tak menjawab dia tampak fokus di HP nya seperti sedang balas-membalas pesan dengan seseorang.

" Udah Ver gak usah banyak tanya, sekarang lo turun terus ke lobi dan puasin aja cowok yang namanya Hendri tadi.. "

Darahku seketika berdesir mendengar kata-katanya yang bagaikan sambaran petir untukku!

" Lo ngejual gue Dim? Brengsek lo emang!!.. " tak bisa lagi kutahan betapa terkejutnya aku dengan ini.

" Jadi lo nyuruh gue dandan yang cantik cuma buat ini? Buat orang? Gue kira kita mau seneng-seneng berdua kayak biasa tapi nyatanya lo malah ngorderin gue sama orang?.. "

" Gak ada otak lo tau gak!!.. "

Aku sangat syok sekali mengetahui Dimas ternyata benar-benar menjualku! Kupikir dia menyuruhku berdandan seperti ini untuk melakukan aksi eksib kami ditempat umum seperti biasa.

Dimas balik melirikku yang tak mau turun dari mobil.

" Gue gak mau ngejual diri demi duit Dim!!.. "

" Gue bakal lakuin apa aja yang lo mau Dim, tapi jangan kayak gini! Kurang apa sih gue ngelayanin lo?... " kukeluarkan semua unek-unekku tak peduli ribut-ribut sekalian dengannya karena ini menyoal ke prinsip!

Sungguh, aku lebih baik dia gilirkan aku ke pengemis-pengemis atau preman jalanan yang dia tonton demi kepuasannya ketimbang melayani satu orang tapi sebagai seorang pelacur! Sejak dulu aku tak sudi melakukan seks atas nama uang.

" Jadi lo minta gue ngomong jorok sambil masturbasi dan nyebut nama cowok-cowok itu juga lo jualin rekamannya ke orang-orang ya?.. "

" Atau malah yang pas lo nyuruh gue buat ngelayanin temen lo yang gimbal itu jangan-jangan lo juga udah ngejual gue kan?.. " cecarku ke dia yang jadi balik diam tak bersuara.

" Jawab Dim!.. Gue butuh penjelasan.. "

Dimas menatapku dalam diam, mungkin dia kaget melihatku yang begitu bereaksinya dengan ini dan pastilah dia tak menyangka jika cewek lugu seperti aku pun bisa marah, tentu saja karena ini adalah pantangan yang tak sudi kulakukan sejak dulu.

Aku sungguh tak menyangka jika dia setega ini, aku harusnya sudah curiga ketika dia tiba-tiba mengajakku ikut dengannya semingguan yang lewat dengan alasan ingin mengenalkanku ke teman bisnisnya.

Saat itu Dimas membawaku ke sebuah hotel dimana temannya itu sudah menunggu di sebuah kamar, Dimas mengenalkanku ke temannya yang bernama Frans tersebut lalu mulai mengobrol.

Awalnya sama sekali tak ada yang aneh karena mereka saling bercakap akrab seperti layaknya teman ke teman dan aku sesekali saja nimbrung obrolan mereka atau hanya sekedar ikut tertawa.




Namun setelah bercakap cukup lama tiba-tiba Dimas menyuruhku tetap di kamar itu sementara dia bilang akan menunggu di parkiran. Dan kuingat sebelum keluar kamar dia sempat berkata pada temannya untuk Have Fun.

Aku tak mengerti juga tak berpikiran apa-apa, kupikir Dimas hanya ingin mengambil sesuatu kemudian kembali lagi, ditinggal berdua saja di dalam kamar lantas membuatku mau tak mau mengobrol dengan Frans dan kurang ajarnya dia mulai berani memegang-megangiku.




Aku berusaha menolaknya karena aku takut Dimas marah melihatku genit-genit dengan lelaki lain, tapi si Frans terus merayuku.

Entah sudah menjadi kelemahanku sejak dulu atau memang beginilah pembawaanku yang sangat gampangnya di-Speak membuatku jadi luluh juga, kubiarkan dia memegang-megangku sambil kukatakan ke dia jika Dimas kembali masuk aku tak ingin dia menyentuhku lagi.




Frans sama sekali tak peduli, juga dia tak terlihat was-was seolah sudah mengetahui bahwa Dimas memang takkan kembali.

Kalut aku dalam perasaanku sendiri, aku sadar jika aku tak boleh mengulangi kesalahanku lagi tapi badanku melemas dalam dekapnya.




Jika sewaktu-waktu Dimas masuk lagi dan melihat cewek bulenya ini sedang digerayangi oleh temannya sendiri maka sudah pasti dia akan marah besar! Itulah yang ada dibayanganku ketika itu.

Aku mendesis ketika Frans tak hanya sekedar menciumku saja, namun mendengar pujiannya yang terus mengatakanku cantik, seksi dan wangi membuatku terbang melayang, apalagi ketika dia mulai mengocoki memekku dari balik celana dalam dengan tangannya yang membuat kesadaranku tambah membias.




" Basah bener memek kamu sayang... Kata Dimas kamu gampang kerangsang ya?.. " ucap dia sambil mencium tengkukku lalu semakin mengangkangkan pahaku.

Aku diam saja dalam ringisanku, terus aku bolak-balik menatap pintu amat takut jika Dimas mendadak masuk dan terasa sekali memekku memang basah waktu itu terlebih kocokan jarinya juga lembut tidak kasar.




Tapi ditengah kenikmatan yang sangat sulit kutolak itu aku menemukan lagi kesadaranku kemudian mendorongnya pelan.

" Ja...jangan kak... Udah, nanti Dimas masuk... " seruku merapikan pakaianku lalu tegak menjauhinya.

Saat aku tegak lelaki seumuran Dimas yang berambut gimbal itu kembali memelukku, kemudian barulah dia menjelaskan padaku bahwa dia melakukan hal tersebut sudah atas izin Dimas.

Aku kaget tak mau percaya begitu saja, namun benar apa yang dia ucapkan, tak lama dari ponselku Dimas mengirimiku pesan yang intinya memintaku untuk melayani dan menservisnya sebaik mungkin.

Ketika membacanya aku jadi kembali membiarkan Frans memelukku dan mendudukkanku di ranjang lagi, sama sekali tak ada pikiranku bahwa Dimas ketika itu sebenarnya melakukan transaksi atas tubuh seksiku seperti yang saat ini kucurigai.

Yang kupikiran ketika itu ya bersenang-senang sebagaimana aku bersenang-senang dengan pria, memang benar aku berulang kali bilang ke dia jika dia ingin melihatku melayani temannya maka aku siap melakukannya namun yang kumaksud adalah konteks fantasi, bukan uang!

Karena aku pribadi punya fantasi itu dan aku suka sekali ketika aku di-Share oleh cowokku ke teman-temannya dimana dia menontoniku disetubuhi mereka.




Terang saja setelah mendapat lampu hijau dari Dimas setan itu pun keluar dari kerangkengnya. Segera kulayani Frans dengan penuh nafsu!

Kami berciuman buas bagaikan sepasang kekasih yang sedang 'ngamar' dan dilarut rindu mendalam, aku selalu antusias ketika ngeseks dengan pria 'baru' lagi berhubung selama ini terutama setelah insiden dengan Dimas aku sama sekali tak berani coba-coba Hunting cowok lain lagi.

Kendati Dimas sudah sangat memuaskanku diatas ranjang tapi tetap saja yang namanya manusia pasti butuh penyegaran juga.




Kami terus berpagutan, aku sama sekali tak tahu asal-usul lelaki yang menjadi lawan mainku itu karena kami baru berkenalan sekitar setengah jam saja.

Yang ada dalam kepalaku hanyalah rasa penasaran akan permainannya yang seperti apa.




Dan ya, perkenalanku dengan teman Dimas itu pun berakhir dengan sebuah hubungan seks.

Meski permainannya biasa saja dan ketika ML dia juga memakai kondom hingga bisa dikatakan secara pribadi aku tak puas karena seperti yang kubilang sebelumnya jika permainan Dimas yang tinggi itu seolah sudah jadi standard sendiri dalam kepuasanku.




Tapi karena membaca WA dari Dimas yang memintaku untuk menservisnya sebaik mungkin maka aku pun melakukannya sebagaimana perintah cowokku itu.

Tentu konteks yang kupikirkan tidak sama sekali mengarah kearah apa yang kucurigai sekarang.

Frans berejakulasi di dalam kondomnya ketika dia menyetubuhiku dengan Doggystyle. Sayang sekali dalam permainanku ketika itu aku harus berpura-pura keenakan agar tak membuatnya kecewa.




Setelahnya Frans mengantarku ke parkiran dimana Dimas memang telah menunggu disana seperti yang dia katakan sebelum meninggalkanku berdua bersama temannya itu.

Sesaat sebelum berpisah sempat kudengar Frans memujiku ke Dimas lalu mereka membicarakan soal transfer-transferan yang kukira menyoal ke bisnis mereka karenanya aku biasa saja dan tak berpikiran apapun.

Di mobil Dimas sangat semringah, dia juga menanyakan padaku bagaimana permainan Frans yang kujawab sama sekali tak memuaskan bahkan aku ingin segera pulang dan ngentot dengannya sebagai penebusan rasa gantungku ketika itu.

Dimas tertawa mendengarnya dan segera memacu mobil semakin cepat membawaku pulang untuk merealisasikannya.

Kini semuanya seakan jelas bagiku atas kejadian waktu itu, Dimas masih dalam diamnya tak berani bersuara sementara aku menunggu klarifikasinya dengan wajah seriusku.

" Vera, udahlah… "

" Ini bukan saatnya kita ribut, plis jangan di kontes lagi argumen gue, kalo lo emang bakal lakuin yang gue mau, mestinya lo lakuin ini juga buat gue.. "

" Lo bilang lo sayang gue Ver?.. Gimana sih?.. " akhirnya si penipu ini bersuara.

" Ya tapi gak kayak gini Dim!!… "

" Apa aja asal jangan ini, aku bakal puasin kamu kayak biasa… Sekarang ayok kita pulang, aku gamau kayak gini.. " kuajak dia pulang dan segera melupakan ide ini.

" Ver… " Dimas merangkulku dari samping dan memegang tanganku.

" Ini udah terlanjur deal dan orangnya udah nge-DP, plis Ver aku minta tolong sama kamu sayang, cuma buat kali ini aja kok... "

" Kamu bakal baek-baek aja, lagian aku jamin kamu bakal suka kok… " katanya mendekapku dengan erat.

Aku terkejut dia memilih pendekatan seperti ini ketimbang memaksaku dengan nada tinggi, padahal kukira dia akan membentakku atau malah memukul wajahku seperti biasa tapi yang terlihat dia seperti sedang memohon padaku

" Tolong aku Ver, aku mohon ini gak bisa dibatalin.. " lanjutnya masih memelukku sambil mengiba.

Aku diam, seketika emosiku yang tadi membara langsung surut dan aku bingung kenapa dia bisa sampai sebegini memohonnya padaku, aku betul-betul dapat merasakan nuansa yang berbeda dari Dimas yang sekarang.

" Gak mau Dim, aku maunya sama kamu doang… Aku sayang kamu.. " kataku menggelengkan kepala dalam peluknya.

" Aku juga sayang banget sama kamu Ver dan aku gak akan kemana-mana kok sayang, aku bakal nungguin kamu di parkiran lagian cuma sejam doang terus juga pake kondom kok… "

" Plis ya Ver sekali ini aja.. "

Dia lepaskan pelukannya lalu dia pegang wajahku, wajahnya yang mengiba ini menunjukkan jika dia punya alasan lain melakukannya terhadapku, tapi aku terus terdiam, entah kenapa hatiku goyah dalam pandangan matanya yang terasa begitu menusuk perasaanku sekarang.

" Heeh…"

Hingga kemudian aku mengangguk begitu saja, membuat Dimas tersenyum dan makin memelukku lagi semakin erat.

Aku tak ada kata-kata untuk memperjelas hatiku yang kacau ini, perasaan sayangku terhadapnya terlalu sulit kukalahkan bahkan dengan sebuah prinsip.

" Sekali ini aja ya sayang?.. " ujarku memeluk pinggangnya dan makin mendekap wajahku di dadanya karena bagaimana pun dia adalah orang yang sangat berarti bagiku sekarang.

" Iya Ver.. You’ll be alright honey.. Ini demi aku kok sayang.. Yah?.. " balasnya kemudian mencium dahiku mesra.

" Nah sekarang aku tunggu di parkiran ya?.. " Dimas melepaskan pelukannya dan memegangi pipiku.

Aku menunduk menatap matanya sejenak, Dimas tersenyum membalas tatapanku, seperti tersihir dengan perasaanku sendiri lalu kubuka pintu mobil dan berjalan turun melangkah ke lobi sambil diarahkan seorang Security nya yang dari tadi sudah menunggu sejak kami berdebat.

Bunyi High Heels ku terasa mantap sekali mengiringi langkahku, simpang-siur keraguanku terasa lenyap begitu mendengar kata 'demi aku' yang dia ucapkan.

Tak pernah terbesit di pikiranku bahwa aku akan menjual diri demi orang lain, tapi setidaknya aku tak melakukan ini untuk diri sendiri atas dasar finansial, aku melakukan ini sepenuhnya demi Dimas!





FIRST COSTUMER


Aku tiba di ruang tunggunya, sudah banyak om-om dan PSK-PSK berpakaian seksi yang menunggu di lobi yang sama. Pastinya mereka saling menunggu yang punya order menghampiri mereka masing-masing.

Hotel berbintang 5 ini sendiri memang sudah sangat terkenal sebagai surganya Short Time elit di kalangan dunia malam, karenanyalah cewek yang bermain disini pastilah bukan ecek-ecek dan berharga mahal semua, apalagi para prianya sudah pasti orang-orang berada seperti orang bisnis atau kalangan pejabat-pejabat.

Satpam tadi kemudian menyuruhku untuk duduk menunggu di lobi ini dimana mata orang-orangnya telah tertuju kearahku. Malah sempat-sempatnya si satpam meremas pantatku sekali lalu terkekeh kembali ke posnya di depan lobi.

" Brengsek… " umpatku dalam hati karena bisa-bisanya dia ambil kesempatan.

Aku berjalan melewati mereka mengambil tempat di salah satu kursi yang kosong, aku cueki saja pandangan para PSK-PSK dari ras rambut hitam ini yang seperti menatapku iri, jelas dari pandangan mereka yang seakan menganggapku sebagai ancaman takut jika aku menjadi primadona baru disini. Sementara para pelacur-pelacur bookingan itu menatapku iri tapi tidak bagi para lelaki hidung belangnya, mereka justru melotot melihat rupaku yang beda daripada yang lain.

Belum sampai dua menit aku duduk tatapan tersebut semakin menjadi-jadi, dari atas kebawah mereka menatap tubuh langsing padatku yang hanya berbalut pakaian super ketat, jelas jika kini aku benar-benar menjadi mangsa empuk para lelaki hidung belang itu disini.

Aku malah beberapa kali memergoki mereka yang menodongkan kamera HP nya seolah sedang memfotoku diam-diam!




Aku jadi risih! Mungkin jika dilakukan dilingkungan netral aku justru akan senang mendapat perhatian seperti ini, tapi lingkungan ini adalah lingkungan yang sangat kubenci jadilah aku merasa amat terganggu.

Semakin lama menunggu, mereka-mereka mulai melakukan aksi nyata, banyak sekali laki-laki yang mendekatiku, aku sampai lelah menolak dengan halus ketika mereka ingin duduk disebelahku demi hanya mengobrol denganku.

Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku bahkan tak tahu rupa dan bentuk lelaki yang janjian dengan Dimas itu.

Namun tak lama seseorang mendekatiku, ketika kupikir dia laki-laki yang sama seperti yang tadi, aku pun segera membuat gestur menolak dengan tanganku, tapi lelaki itu kemudian memanggil namaku.

" Vera kan?.. " ujarnya.

" Ehh.. iya, kamu Hendri?.. " balasku seketika ingat dengan nama yang tadi Dimas sebutkan di mobil.

Dia mengangguk lalu langsung mencium pipiku dan menggandeng tanganku berjalan.

Aku kaget dengan sambutannya itu, batinku seakan menjerit! Aku benar-benar tak percaya aku melakukan ini, hal yang sejak dulu selalu aku benci.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang terdekatku apalagi manajerku jika mengetahui Vera yang sekarang tengah berjalan digandeng seorang lelaki sebagai seorang pelacur bayaran!

" Fak!.. " hatiku kembali berkecamuk ketika melihat tatapan orang-orang yang kami lewati melongo seakan tak percaya menyaksikan wanita secantik diriku sedang digandeng pria tua.

Di dalam Lift lelaki yang perkiraanku berusia lebih dari 50 atau malah sudah 60 tahunan ini mulai memeluk dan mencium-cium pipiku dengan mesra seolah tak sabar untuk segera mencicipiku.

Dan kami pun masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup mewah, dinginnya AC langsung menyambutku yang sedang mengenakan pakaian yang amat terbuka. Hendri melempar tasnya keranjang dan memelukku dari belakang, aku merasa sangat Awkward sekali karena ini pertama kalinya untukku ada di posisi ini.

Aku menggeliat ketika hembusan nafasnya menerpa tengkukku, aku masih berada di persimpangan jalan dan sangat bingung dengan perasaanku sendiri, karenanya aku kikuk sekali sekarang.

" Ahhhh… Kamu jauh lebih cantik dari yang di foto sayang.. " ujarnya membisiki kupingku yang membuatku bergidik.

Aku meliuk-liuk dalam pelukannya, perut buncitnya membuatku tak bisa menggesek-gesekkan pantatku ke selangkangannya.

Kucoba terus untuk bermain seperti biasa, namun tak bisa! Kalimat 'pelacur bayaran' itu terus hinggap di pikiranku, Hendri membalik tubuhku kemudian langsung menyosor bibirku, aku ladeni sambil melingkarkan tanganku ke lehernya dan menutup mataku seolah menghayatinya, kubuang jauh-jauh pikiran tersebut sebisa mungkin, kulirik kearah jam yang menunjukkan pukul tepat 10 malam dimana aku masih harus bersama lelaki tua ini selama satu jam kedepan.

Hendri mengesampingkan sebelah tali Tanktop lalu menurunkan BH ku dan dia pun terpukau melihat bongkahan toket besarku.

" Wah gila buletnya… " komentarnya kemudian menyambar puting susuku yang sedang tak kupakaikan Piercing karena sebelum berangkat tadi Dimas melarangku menggunakannya.

" Ahhh… " aku mendesis sambil memejamkan mata membangun Sex Mood ku sendiri.

Sebelah tangannya bergerilya ke toketku yang sebelah lagi, hisapannya terasa tak beraturan sekali, dia menyeruput puting susuku dengan amat tak sabarannya, dan juga remasannya terasa kasar seakan gemas dengan dadaku.

Dia menjinjit dan kembali mencium bibirku sambil membuka kemejanya sendiri, aku agak malas sebenarnya meladeni ciuman bibir dari pria tua ini tapi terpaksa kuikuti. Kubuka High Heels ku dulu agar perbedaan tinggi badan kami tak sebegini jauh, aku agak kasihan juga melihat dia kesulitan meraih wajahku karena tingginya badanku.

Aku melepaskan ikat pinggang dan melolosi celana panjangnya, setelah membuat dia hanya menggunakan kolor saja aku beralih ke diriku sendiri, tapi saat aku akan membuka Hotpants ini Hendri seketika langsung jongkok, dia duduk berlutut kemudian meraba-rabai dan menjilati paha putih mulusku.

" Mppphmm.. Halus mulus dan jenjang banget kaki kamu sayang… " racaunya sambil terus menjilati pahaku.

Aku menggeliat merasakan gelinya, dari posisinya sekarang cowok ini seperti tengah memujaku saja, dengan berlutut dihadapanku sambil menjilati kaki jenjang ini dari ujung ke ujung, dalam sekejap saja pahaku langsung mengkilap basah karena jilat ludahnya.

Dia membuka cantelan pengait di Hotpants yang kukenakan lalu menurunkan sendiri bawahanku itu, sambil mendesis dia tampak menikmati aksinya yang dia lakukan amat perlahan, aku sedikit mengangkat dan menekuk kakiku untuk memudahkannya.

Tak lupa sembari menurunkan celanaku dia endus pahaku penuh penghayatan seperti seorang maniak saja, sedikit membuatku jadi agak bergidik.

Bermenit-menit kemudian dia kembali berdiri, dia mencium bibirku lagi, kali ini dia mengangkat Tanktop ku dan melolosinya ke tanganku, diikuti berikutnya dengan dia pelorotkan pula dalamanku hingga menjadikanku telanjang bulat dihadapannya!

Dia kembali takjub dengan Body seksiku yang dibayar untuk dia nikmati. Jujur, ketika kami bertatap-tatapan aku sama sekali tak bisa memberikannya tatapan binalku, sungguh tak bisa. Aku sama sekali tak bisa berperan sebagaimana diriku yang padahal dalam keadaan ini sangat diperlukan untuk memuaskan kostumerku. Wajahku maunya hanya ingin terus tertunduk menghindari kontak matanya.

Dan begitu kuberanikan menatapnya aku sangat kaget melihatnya malah sedang mencium-cium dalamanku tadi dengan wajah penuh haru! Wajah penuh kenikmatannya tergambar jelas dari setiap ekspresi yang dia buat ketika dia endus-endus celana dalamku.

Aku terhenyak berhubung ini pertama kalinya kulihat yang begini di depanku sendiri. Setelah dia menyudahi aksi anehnya itu dia kembali mengalihkan perhatiannya padaku.

Seketika kucoba dorong diriku dengan sugesti lagi, aku mendekati dia lalu tanganku mulai kugerakkan untuk meraba-rabai tubuh gendutnya, putingnya kuelus-elus dengan jempolku, dan dia pun meleguh kegelian.

Semakin kulanjutkan aksiku, kuarahkan telapak tanganku ke pipinya, tingginya yang hanya seleherku membuat aku merasa lebih superior dalam posisi ini ketika aku menunduk menatapnya dari jarak dekat.

Hendri tampak sangat menikmati Flirting yang kulakukan, sebelah tangannya sudah berada di dalam kolornya sendiri mengocoki kontolnya yang masih belum kutahu ukurannya, tapi siapa peduli, aku hanya ingin menyelesaikan ini secepatnya!

Aku semakin turun menjilati leher, bahu juga putingnya, kuhisap-hisap kedua putingnya sama rata di kiri dan kanan sambil meliriknya, dia meringis-ringis merasakan lidahku yang berputar-putar di sekitar lingkaran putingnya yang berbulu itu.

Kutelusuri lagi semakin kebawah, perut buncitnya tak luput dari kecupanku, kuikuti jalur bulu yang ada di garis pusarnya dengan lidahku, semakin mengarah kebawah tambah dia mendesis merasakan sensasi gelinya.

Terlihat cetakan kontolnya sudah begitu menyembul dari luar celana dalamnya, aku tersenyum lalu mulai jongkok, kucengkram pinggiran tali kolornya dan meliriknya dari bawah memberikan dia kontak mata sebelum kubuka kolornya. Pria tua yang sudah berambut putih ini terus menatap wajah luguku sambil jarinya memilin diputing susu panjangku tampak tak sabar untuk melihat aku bermain dengan kelaminnya.

Sesuai keinginannya kutarik turun kolornya hingga ke mata kakinya, pandanganku langsung tertuju kearah kontolnya yang tak disunat dan berukuran amat memalukan, yang bahkan tetap kecil walaupun sudah di ukuran paling tegangnya.

Aku sudah menduganya dan jujur aku tak merasakan kekecewaan sama sekali, malah aku senang karena aku tahu jika kontol seperti ini apalagi orang seusia dia takkan bisa bermain lama-lama.

" Harusnya sih ini jadi satu jam yang mudah... " ucapku dalam hati.

" Ssstthh… Udah tegang aja sayang… " kupandangi dia dan mulai aku berkomentar.

Aku tak langsung mengulum kontolnya, aku cium-cium sekitar selangkangannya dan dia jadi makin kegelian tak tahan ketika paha dalamnya jadi sasaran lidahku. Puas memberikan salam kenal barulah selanjutnya kuarahkan jari lentikku ke kelaminnya menjadikan dia tambah mendesis, terus kutatap matanya sambil kukocoki pelan.

Melihat dia yang sudah tak sabar akhirnya kubuka mulutku dan mencaplok kontolnya, leguh lantang bapak bernama Hendri ini pun lepas keluar ketika bibirku mulai menghisap-hisap batang kejantanannya.

" Ohhhh!… Enak banget hisepan kamu cantik! Uuhh… " leguhnya sambil memejamkan mata.

Aku terus beraksi, dengan tanganku terus kuraba-raba pahanya yang berbulu lebat itu, sementara kuberikan dia kuluman terbaikku yang malah sengaja kulakukan agar dia keluar sekarang juga.

Dia merem-melek keenakan, sedikit dia membungkukkan tubuhnya dimana tangan kanannya tetap berada di toketku dan terus memilin puting susuku. Melihat tangan kirinya yang menganggur segera kugenggam kemudian kuarahkan kebelakang kepalaku, Hendri mengerti lalu dia memaju-mundurkan kepalaku berlawanan dengan arah hujamannya di mulutku.

Aku terus pertahankan keadaan ini sembari berusaha menjaga pandanganku dan membiarkan dia mengentoti mulutku.

" Ngilu sayaaangg… Huhh…Huhh.. " ringisnya saat baru saja kumulai mencucup ujung kulup kepala kontolnya yang belum disunat itu.

Dan kemudian dia mendorong tubuhku menjauh dari penisnya dengan nafas tersengal-sengal, aku terduduk dan melihatnya dengan pandangan sayuku karena tadi betul-betul sengaja kuincar agar dia keluar.

" Gila sepongan kamu sayang!... " gelengnya dengan penuh nikmat lalu mengangkatku tegak berdiri.

Hendri kembali menatapku dari ujung kaki ke ujung kepala sambil berdecak kagum dengan tubuhku, aku menunduk lagi dan terasa mataku mulai menyanyu seiring libidoku yang ikut naik tak peduli dalam hatiku enggan melakukan ini.

Sama seperti tadi pria tua ini mengambil posisi sujud persis di depanku dan yang membuatku lebih kaget lagi saat dia jilat tubuhku yang dia mulai dari jari kaki perlahan naik keatas.

" Stttsshh... " desisku merasakan jilatannya yang sungguh dia lakukan dengan penuh perasaan di sekujur kulit putih bersihku.

Apalagi saat dia mengulum dua putingku yang dia bilang begitu merahnya dan terlihat amat menggoda sekali. Hendri mengocoki kontolnya sendiri selagi dia menyusu di masing-masing dadaku ini.

" Bagusnya badanmu dik.. Gak percuma saya bayar mahal-mahal buat cewek muda berkualitas kayak kamu... " pujinya ditengah gejolak nafsunya sendiri.

Aku tetap tertunduk, sebisaku menjaga kesadaranku bahwa aku tak boleh larut dalam seks atas nama uang ini. Setidaknya aku tak ingin ditertawakan diriku sendiri.

Hendri mengangkat tanganku keatas lalu menyilangkannya, dia tatap sejenak wajahku kemudian beralih menatap ketiakku yang sangat terekpos dalam keadaan tangan keatas seperti ini. Dia endus perlahan yang membuatku mulai menggigit bibirku sendiri karena paling tak tahan jika ketiakku menjadi target jilatan seorang lelaki.

" AHHHH... " leguhnya berdahaga penuh kenikmatan menikmati aroma dari titik yang juga termasuk titik paling 'rawanku' ini.

" Mulus dan wangi betul dik ketiakmu.. Ini sama putihnya dengan pahamu... "

" Ohhh!!.. Pastilah rasa gurihnya luar biasa.. " celetuk dia meracau sendiri dengan aksen Chinesenya yang kental.

Dan seketika saat dia membenamkan wajahnya tepat di ketiak yang sangat kurawat itu aku pun meringis dengan keras merasakan sentakan gelinya sebelum berganti ke rasa nikmat.

" Auuhh pakkk!!... " kupejamkan mataku persis waktu dia seruput penuh nafsu ketiakku!

Pria ini betul-betul seperti membuatku menggelinjang kegelian dengan permainan mulut yang dia lakukan. Dia jilat, dia kecup dan dia hirup masing-masing bagian tersebut, kuat dia pegangi diriku agar tak terlalu bergerak liar sementara habis ketiakku dia santap!

Kini jelas bagiku jika dia seperti punya Fetish aneh, berhubung sejak awal sudah kulihat tatapan matanya yang menatap diriku dari atas kebawah seperti seorang maniak, juga dia tampak amat menikmati saat dia mengendus dalamanku, malah sampai bersujud dia menjilati seluruh lekuk tubuhku hingga membuat badan putihku sekarang jadi mengkilat basah dengan ludahnya apalagi bagian puting dan yang paling baru ketiak.

Beberapa menit dia hanya fokus di ketiakku saja meracau dengan kalimat kenikmatannya sembari mempercepat kocokannya sendiri sedangkan aku hanya bisa memejamkan mata menahan geli luar biasanya.

Saat Hendri mengakhiri derita geliku, dia tatap lagi bagian yang entah sudah seberapa basahnya itu sekarang, bahkan terasa jelas air ludahnya turun mengalir dari ketekku dan dia terlihat menikmatinya.

" Huhhh!!... " hela dia menarik nafas masih menatap ketiakku dengan tangan yang terus dia tahan keatas.

" Oke deh.. Yuk sekarang kita seneng-seneng sayang... Muaahhh... " kecupnya di ketiakku sekali lalu berjalan menuju tasnya.

Aku diam saja dan tertunduk ketika si pria tua membongkar tasnya tampak menyiapkan sesuatu, sambil menunggu apa yang ingin dia lakukan aku jadi merasa agak tak nyaman karena bagian ketiakku sungguh terasa amat basahnya dengan ludahnya.

Hendri mendatangiku lagi, kulihat ditangannya dia menenteng satu set tali berbahan statis yang langsung dia pakaikan ke tubuhku, aku tak berkomentar atau menanyakan terkait hal ini karena aku tidak berada di posisi untuk berpendapat sebagaimana tugasku yang hanya dibayar untuk dipuaskan.




Dengan telaten pria tua ini memasang set tali tali tersebut hingga melekat dibadanku, hingga membuatku sekarang seperti sedang memakai baju dari tali saja.

Setelah membuat tubuhku berbalut tali ketat berwarna merah, dia tegak lalu menatapku dari ujung ke ujung dengan pandangan maniaknya tadi lagi, dia mengambil jarak kemudian mengocok kontolnya mendesah-desah dengan hanya memandangiku saja!

Dari gelagatnya aku langsung sadar jika orang yang Dimas pilih ini bukanlah orang 'biasa' karena perilakunya juga aktifitasnya terlihat sangat Weird dan aku juga jadi merasa bahwa ini tidak akan menjadi satu jam yang mudah.

" Ahh.. se..sekarang naik keranjang dikk... Dan ngangkang ya.. Ahh..ahh... " suruhnya padaku untuk mengambil posisi di ranjang masih ditengah-tengah coliannya sendiri.




Dengan langkah gemulai mulai kutempatkan diriku naik keranjang, lalu dengan wajah pasrah nan sayuku yang khas segera kulakukan keinginannya yang ingin melihatku mengangkang.

" OHHH!!!... " erangnya melihat gundukan memek tebal merah mudaku yang terselip ditengah selangkangan ini.

Aku bergetar dalam perasaan tak menentu melihat seorang lelaki sedang mengocok tepat di depanku dimana aku memamerkan sendiri kewanitaanku yang mulai berkontraksi.

" Anjing!!.. " kesalku dalam hati merasakan bahwa aku harus berseteru dengan diriku sendiri lagi.

Pria tua ini terus mengocok kontolnya dengan raut muka yang begitu keenakannya melihatku tengah membuka kakiku lebar-lebar, tak lama malah dia mengambil kamera analognya dan turut memfotoiku beberapa kali.




Aku diam dan pasrah saja saat Flash kameranya menyambar diriku, entah ini termasuk dalam kesepakatan yang dia buat dengan Dimas atau tidak yang jelas semakin lama aku semakin kesulitan mengontrol diri.

Kekalutanku semakin menjadi-jadi ketika dia mulai naik keatas ranjang menyamperiku. Dengan tangannya dia elus kaki, paha, perut dan sekujur tubuhku lagi amat perlahan hingga berakhir remasan di toket putihku.

" Ohh dik Vera... Dadamu kenceng dan bulat banget... Silikon kan?.. " tanyanya yang kubalas dengan anggukan saja karena malas panjang lebar untuk mendebatnya.

" Putingmu juga besar dan betul-betul pink.. Sekali gunting putus ini dik.. " tatap dia ke dadaku lalu mengucapkan kalimat yang membuatku bergidik ngeri.




Mulai jarinya memilin dan mencubit putingku yang kubalas dengan ringisan geli, sesekali dia ludahi jarinya kemudian dia poles kesana hingga membuat bagian tersebut semakin terlihat basah menggoda.

Pak Hendri melakukannya dengan telaten, hingga perlahan libidoku terasa semakin membumbung terlebih saat mulai dia pencet lebih kuat putingku.




" Auhh saa..sayang... " ringisku yang mau tak mau memanggilnya dengan sebutan itu agar membuat situasinya tidak terkesan terlalu formal.

Dia tatap wajahku yang meringis ketika terus dia cubit dengan kuat putingku yang seolah selalu memancing kegregetan kaum pria akan bentuknya yang panjang dan berwarna merah muda ini.

Akibatnya sejak dulu pula putingku ini selalu jadi sasaran gigit, disentil atau ditarik dengan kuat yang tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah saja.

" Kamu cantik banget Vera, muka dan erangan kamu bikin saya gemas!!.. " ujar si Hendri menarik lagi putingku yang sebelahnya dengan semakin kuat.




Seketika aku meringis, dia mencubitnya dengan keras lalu membuat gerakan memutar yang terasa begitu pedihnya apalagi seperti yang kukatakan bahwa semenjak putingku ditindik entah kenapa aku jadi merasakan area itu terasa berkali-kali lipat menjadi lebih sensitif.

Bahkan aku mulai percaya dengan yang namanya Nipple Orgasm setelah merasakannya sendiri. Padahal selama ini kukira itu hanya mitos saja namun tak lama setelah Dimas menindik putingku aku benar-benar mendapatkan orgasmeku dengan hanya memilin-milin putingku sambil mengingat-ngingat seks panasku bersamanya.




" Ahhhhh!!!!... " erangku ketika pak Hendri akhirnya melepas pencetan kuatnya diputingku setelah nyaris membuatku orgasme dengan rasa sakitnya.

Dia siapkan penutup mata lalu mengambil posisi kebelakangku, kupercayakan saja tubuh mudaku agar tertopang di badan rentanya.

Hendri tersenyum melihat betapa pasrahnya diriku, dia elus sebentar tubuhku untuk merasakan betapa halusnya kulit tangan juga bahuku yang padahal tadi sengaja kululuri hingga berjam-jam demi Dimas namun justru berakhir ditangan bandot tua sepertinya.

Kemudian barulah dia menutup mataku menggunakan penutup mata hitam yang sudah dia pegang.




" uhhh... " lirihku pelan merasakan sentakan gejolak libido tahu bahwa penglihatanku akan di malfungsikan.

Wajar jika aku bergejolak karena seingatku setiap kali aku melakukan seks dengan mata tertutup semuanya tak pernah berjalan dengan normal.

Ada-ada saja hal menegangkan yang terjadi dan itu terasa jauh lebih mendebarkan berhubung dalam keadaan mata tertutup otak kanan manusia terasa akan sangat dominan dalam memvisualisasikan sesuatu. Itulah kenapa dalam disiplin ilmu psikologi yang namanya meditasi selalu dilakukan dengan mata tertutup.




" Rileks aja dik... "

" Nanti kamu bakal suka kok... " bisik Hendri setelah berhasil membuat duniaku jadi hitam legam dan mengelus-elus wajah Innocent ku.

Aku mulai menarik nafas dalam-dalam, rasa berdebar itu muncul meski yang kuhadapi bukanlah Dimas tapi aku patut waspada dengan pria tua ini, apalagi aku sudah melihat keaneh-anehannya diawal tadi.




" Sttttshhhh... Pak... " aku mendesis ketika mulai dia remas-remas payudara bulatku kasar seperti tadi.

Sembari tangannya bermain di dadaku mulai dia cium-cium wajah sampingku bak maniak lagi. Ingin aku menghindarkan wajahku dari serangan mulutnya itu tapi tentu tak enak juga pasti akan dia anggap sebagai sebuah gestur yang tidak sopan.

Jadilah aku berusaha sekuat tenaga menahan geli juga basah yang terasa memenuhi pipi kananku dengan ludahnya.

Dan aku semakin bertambah kewalahan saat Hendri kembali memilin putingku menariknya dengan kuat hingga membuatku sampai kejang-kejang merasakan sakitnya.




" Auuwww pakkk.... " desahku selalu lupa untuk memanggilnya sayang.

Kakiku yang sedianya diam sekarang jadi lasak bergerak kesana-sini demi mereduksi rasa sakit yang kudapat, tapi anehnya semakin aku merasakan sakit semakin kupasrahkan diriku bersandar dalam peluknya.




" Iya dik... Terus ngeringis sayang... Kamu suka kan?.. " bisiknya di kupingku semakin memelintir puting susuku dengan lebih kuat.

Rasa sakit yang kurasakan semakin membuat gejolak libidoku meningkat! Kini aku merintih dengan bertambah nyalak mengiringi sensasi nikmat yang kurasakan.




Aku murni sekarang mendaki gairah seksku dengan rasa sakit ini saja, memekku terasa berkontraksi dan mengeluarkan lendir beningnya secara masif.

Sama seperti Dimas, pak Hendri benar-benar menikmati jerit sakit dan eranganku hingga dia terus 'menjewer' puting panjangku dengan lebih semangat lagi menjadikanku meregang tersandar dalam peluknya.


Kufokuskan tenaga besar itu dalam balutan penutup mataku, dan dalam waktu singkat aku merasakan reaksinya.

" pa..pak lebih kuat pak... Ve..vera pengeen Ahhh!!!.... " pintaku yang tak bisa meneruskan kalimatku karena aku berada di ambang orgasmeku.

Untungnya pria tua ini mengerti dan sejurus dia langsung memutar putingku seperti membuka kunci pintu yang menjadikanku terlontar-lontar kemudian apa yang ditunggu pun terjadi.

Aku terkencing-kencing dengan iringan jerit kerasku! Cairan penuh kenikmatan yang selalu menumbalkan stamina tersebut menembak-nembak selama beberapa kali dan membuatku klenger-klenger tersandar di dada pria yang menyewaku ini.

Melihatku yang telah tak berdaya membuatnya meracau tak karuan sementara aku berbalik diam dengan mulut menganga dan kepala terdongak.

Inilah yang dinamakan Nipple Orgasm seperti yang kubilang tadi karena sekarang aku benar-benar bisa mendapatkan orgasme murni dari permainan yang terasa di puting susuku tanpa stimulasi sama sekali di area kewanitaanku.

Pak Hendri tetap memelukku dari belakang selagi aku memulihkan diri dari Squirt ku barusan, dadaku masih dia remas-remas dengan kuat malah tak ragu dia tabok membuatku tersentak-sentak akan rasa sakitnya.




Tak mau membuang waktunya berhubung dia hanya punya satu jam kuasa atas diriku pak Hendri membaringkanku diatas ranjang.

Terasa dia turun dari ranjang dan mungkin mengambil sesuatu di tasnya lagi, kumanfaatkan waktuku untuk menstabilkan nafas yang tersengal-sengal ini.

Kemudian terasa olehku rasa geli disekujur badan seperti ada sesuatu yang sedang dia mainkan.




Namun tak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari jika yang sedang dia genggam itu adalah cambuk model rumbai yang biasa digunakan dalam permainan Soft Bondage.

Pak Hendri hanya memainkan untaian rumbainya seolah membuatku kegelian dengan itu walau sesekali juga dia lecutkan pelan.




Jika perhatiannya selama beberapa menit terakhir berada di toket dan putingku maka sekarang terlihat dia terasa mulai memantek memekku.

Keluar pujian dari mulutnya memuji memekku yang dia katakan seperti milik perawan karena bentuknya yang sangat bagus dan merah sekali. Hembusan nafasnya terasa di sekitaran sana yang lagi-lagi dia endus dengan ekspresi nikmatnya.

Kepalaku langsung pusing, gejolak birahi tetap saja naik meski sudah kutekan sekuat tenaga, Hendri menindihku dan aku memejamkan mata saja saat mulai dia cium bibirku, terpaksa kuladeni ciumannya dengan pasrah padahal aku enggan melakukan kontak emosional dengannya, karena bagiku ciuman, pelukan, dan belaian adalah salah satu bentuk Love Bonding yang seharusnya aku hindari untuk saat ini tapi aku tak ada pilihan.

" Kamu betul-betul yahut dik Vera.. Kapan lagi saya bisa nyicipin model seksi kayak kamu.. "

" Nah sekarang siap ya, kamu pasti suka kok cantik... Muahh... " ujarnya menciumku sekali lalu beranjak turun ke ranjang dan tetap menyuruhku mengangkang.

Aku penasaran mendengar komentarnya barusan, aku tak tahu dari mana dia tahu bahwa aku seorang model, namun aku yakin pastilah Dimas yang memberitahukannya dan menjadikan itu sebagai salah satu poin untuk menaikkan nilai jualku! Bahkan kini aku mengerti alasan tadi dia memfotoi atau menyuruhku berselfie dengan seksi, rupanya untuk diberikan ke orang ini seolah mengatakan :

" Ini barangnya bos… Ready to use.. Otw ke lokasi... "

Sialan! Aku jadi kesal sendiri lagi memikirkannya.





..............................

Si pria tua kemudian naik lagi keranjang, aku diam dan sedikit mendesis saja saat dia menyibak labiaku seolah mengamati isi dalam memekku.

Decak kagum keluar lagi dari mulutnya, namun ditengah racauannya tubuhku agak terperanjat kaget ketika terasa Hendri mengoleskan sesuatu yang sangat dingin seperti odol ke memekku, aku tak begitu tahu apa karena mataku masih tertutup dan dia meratakan krim tersebut dengan jarinya.

" Uhhh.. Apa itu pak?… " tanyaku dalam rasa penasaranku.

" Tenang aja kamu bakal suka kok… " tukasnya simpel.

Aku hanya mematung pasrah, padahal dalam hatiku berujar bagaimana bisa aku membiarkan organ intimku diolesi sesuatu dari orang yang bahkan hanya kutahu namanya saja, tapi justru memasrahkan diri begini selalu membuatku terangsang.

Memekku kini penuh dengan olesan yang sudah diratakan oleh Hendri terutama di bagian klitorisku, rasanya dingin sekali seperti Foam cukur.

Si lelaki tua turun dari ranjang, terdengar derit kursi ditarik juga tercium aroma rokok, tampaknya dia tengah duduk ngaso dulu sambil membiarkanku tergolek terkangkang.

Bermenit-menit kemudian aku merasakan sesuatu yang sangat bertolak belakang dari yang tadi, rasa dingin itu tiba-tiba menghilang dan berganti jadi rasa panas yang teramat!

Aku mulai menggelinjang diatas ranjang, memekku serasa panas sekali, aku meronta-ronta tapi anehnya aku sama sekali tak mau menyentuh memekku yang luar biasa gatalnya untuk menggaruknya atau untuk mengusir rasa panas tersebut.

Kepalaku seakan tersentak dengan sensasi gila yang kurasakan sekarang dan itu membuat aku makin histeris berteriak!

" Panas paakk!!…. Oohhhhhh!!.. " desahku menggeliat.

Aku terus merintih merasakan panasnya, tak ada komentar yang keluar dari mulut Hendri dia hanya mendesis dan mendesah-desah juga terasa jika dia sekarang seperti sedang berdiri di depan ranjangku menontoniku yang menggelepar-gelepar ini.

Dugaanku benar! Tak lama Hendri merapal dalam bahasa Chinesenya dan akhirnya aku tahu dari apa yang dia ucapkan ternyata yang dia poles ke memekku adalah balsem! Dia sengaja melakukannya untuk membuatku terkejang-kejang seperti ini yang jadi sumber kepuasannya sekarang.

Aku melotot terkejut, pantas rasanya sangat panas, kuyakin dia sekarang pastilah amat menikmati pemandangan dimana aku tengah meronta-ronta merasakan panasnya balsem ini sambil mengocok kontolnya sendiri.

" Auww… Panas banget!! Oahh… " lirihku seperti cacing kepanasan.

Lendir bening terasa mengalir sendiri dari memekku dan sungguh, meski badanku terlontar-lontar tapi aku merasakan sensasi yang luar biasa dalam permainannya ini!

" Ahhh kontol saya makin tegang liat kamu meringis gitu sayaang… UHHH!!… " rapal si pria tua yang semakin liar coli melihat gerak kesakitanku yang tampak sensual di matanya.

Beberapa menit Hendri terus menjadikan tubuh seksiku yang terikat ini sebagai tontonan Fetish nya. Aku tahu bahwa rontaan dan jerit kesakitanku inilah yang jadi sumber nikmatnya, tapi aku terus meronta-ronta bukan untuk membuatnya semakin terangsang, tapi karena aku benar-benar merasakan panas yang teramat dikemaluanku apalagi di bagian klitorisnya!

Klitorisku langsung membengkak dan terasa berdenyut-denyut sekali, aku mau menangis rasanya karena ini terasa amat berlebihan untukku.

" Ahhh.. Dikk saya keluar… Ahhh.. " leguhnya seketika melompat naik keranjang.

Aku merasakan semburan hangat air maninya dipahaku, tampaknya dia sengaja menumpahkan air maninya dipaha mulusku.

Dia meracau tak karuan setelah ledakan ejakulasinya itu, aku tak begitu menggubrisnya karena konsentrasiku sedang sepenuhnya menahan rasa panas yang tak kunjung mereda ini!

Setelah menstabilkan nafasnya beberapa saat, Hendri buru-buru melanjutkan aksi berikutnya.

" Nah, sekarang saya mau coba mainin dildo yang saya olesin balsem ini ke memek kamu dik.. "

" Saya mau liat liukan badan seksi kamu dengan lebih erotis... " ucapnya yang membuatku bergidik melotot!

Belum hilang rasa panas akibat olesan yang dia lakukan diluaran memekku dan sekarang dia ingin panas balsem ini menggerogoti dalam vaginaku melalui sebatang dildo!

" Ja..jangan pak, Ve..vera ga akan kuat kayaknya... " lirihku menggeleng-geleng takut namun dia tak menjawab dan menyuruhku melebarkan memekku sendiri.

Dalam gemetar rasa takut yang sangat menyelimuti tetap kulakukan karena aku kembali mengingat posisiku. Jika aku tak membuatnya puas maka Dimas juga akan kecewa denganku, sementara aku melakukan semua ini demi dirinya bukan atas namaku sendiri.




Pak Hendri diam dan terasa dia sedang melakukan sesuatu persis di depan memekku yang sekarang kubuka lebar-lebar dengan jariku sendiri. Kuyakin jika dia sedang mengolekan balsem super panasnya tadi di dildo yang akan dia colok ke memekku.

Badanku masih melenting-lenting merasakan panas yang sebelumnya dan terus kutahan saja dalam gemetar tubuhku yang betul-betul gemetar!

Kugigit bibirku sendiri terbayang bagaimana rasa panasnya jika balsem tersebut sampai masuk di vaginaku berhubung dibagian luaran ini saja rasanya sudah amat menggigit.

Tapi sekali lagi diriku yang suka tantangan membiarkannya terjadi dan justru tak sabar sejauh mana aku bisa bertahan dengan level berikutnya dalam permainan yang harus kulalui sekarang.

Sensasi ketakutan itu sangat terasa ketika pak Hendri menanyakan kesiapanku dimana dirinya sudah siap menjejalkan dildonya ke memekku.

Dan akhirnya momen tersebut tiba. Dengan sebuah sentakan kuat pria tua ini langsung mencolok dildo yang telah berlumur balsem itu telak ke memekku!





Aku menggeleng-gelengkan kepala dan menjerit histeris saat dia menekan dengan kasar batang dildonya tanpa ampun!

" AUUHH JANGAN PAKK!!... " desahku dengan lantang sambil mencoba menutup selangkanganku dengan paha dalamku namun dia tahan.

Pak Hendri tak bergeming, tetap sekuat tenaga dia sumpal hingga mentok benda tersebut sambil dia buat gerakan memutar memastikan balsemnya masuk dan teroleskan rata di dinding paling dalam di kewanitaanku ini.





Mulutnya meracau namun sayangnya tak bisa terlalu kudengar karena aku lebih kalut dengan rasa takut dan panik dalam diriku sendiri.

Hingga dia rasa cukup Hendri pun mencabut dildo tersebut lalu kembali mengambil jarak melihatku bereaksi.

Aku tak langsung merasakannya berhubung saat ini aku lebih dicekam oleh rasa takutku sendiri, barulah sekitar satu menit kemudian reaksi yang sama terjadi dimana rasa dingin tersebut perlahan berubah menjadi panas yang teramat!

Rupanya rasa panas itu datang dari dalam dengan lebih cepat dari yang diluar tadi, dan serius ini terasa 10x lebih panas dari yang sebelumnya!

Aku meraung-raung menahan panasnya, keringatku mulai mengucur dari pori-porinya, dinding dalam vaginaku berkedut-kedut dan berkontraksi hebat! Sungguh aku tersentak-sentak juga mulai menendang-nendang tak karuan.

Mataku seketika memutih dari balik penutup ini dan badanku bolak-balik melengkung bersama mangap mulutku yang terus menganga, aku merasa justru disetrum terasa lebih baik ketimbang merasakan permainan balsem ini apalagi sumber rasa panasnya ada di memekku!

" OUUHHH.. PAAKK!!!... " teriakku keras seperti orang gila.

Hendri tak menanggapinya, pastilah dia sekarang mulai mengocok lagi menyaksikanku menggelepar-gelepar dan menikmati pemandangan ini.

Kukerahkan semua tenagaku dengan menendang-nendang dan menggoyang-goyangkan tubuhku hingga ranjang ini berderit-derit.yang intinya bereaksi seliarku untuk membuang rasa panasnya yang terasa membuat otakku gosong!

Tapi semakin lama panasnya justru semakin menjadi-jadi tak berkurang sama sekali. Ini membuat permainan lilin atau cambukan Dimas jadi terasa tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang ini.

Tak kuat aku mulai kehilangan kesadaranku, pandanganku membias dan aku tahu ini adalah langkah paling akhir yang dilakukan otakku untuk melindungiku yaitu dengan melakukan Shut Down atas tubuhku.

Namun aku selalu menolak menyelesaikan 'duelku' dengan diriku sendiri menggunakan cara tersebut, maksudku tidak ditengah laga yang sedang penuh intensitas tinggi lalu tiba-tiba aku pingsan, itu adalah pernyataan kekalahan untukku dan tentu saja aku mencoba bertahan karena inilah ujian sebenarnya bagiku.

Sebisaku terus bertahan, tanganku mencengkram sprei ini dengan sangat kuatnya juga aku sudah tak menghitung berapa kali aku terkencing-kencing yang disertai Squirt derasku sendiri, aku sama sekali tak tahu.

Dan Hendri amat meresapi tontonan dari tubuh telanjang wanita muda yang sedang 'menari-nari' dan melolong di depannya, berjuang mengalahkan dirinya sendiri sementara perjuangan tersebut menjadi sumber kenikmatan dari seorang pria tua yang sengaja mendesak si wanita di situasi itu.

Sekitar 10 menit setelah Hendri membiarkanku berjuang dan meronta sendiri melawan rasa panas dari balsemnya dia kembali naik keranjang.


Aku sudah tak bergetar kehabisan tenaga, tapi aku sama sekali tidak pingsan. Aku berhasil memenangkan pertarungan lagi atas diriku sendiri yang selalu bersengketa dari dalam.

Rasa panasnya juga sudah mereda, kini Hendri memujiku yang terengah-engah ini sambil mengelus-elus cambuknya tadi ke tubuhku dan tampak siap untuk memakaiku.

" Gimana enak kan cantik? Kan saya sudah bilang kamu pasti suka.. " ucapnya dengan intonasi tertawa lalu mencambuk pelan tubuhku.




" Sttsshh... "

Aku menggelinjang dan mendesis merasakan sabetan cambuknya yang perlahan-lahan menaikkan libidoku lagi.

Memang tenagaku sudah terkuras habis akibat perjuanganku melawan panasnya balsem tadi, malah sebenarnya sekarang masih terasa panasnya hanya saja tidak menggigit seperti sebelumnya yang begitu terasa hingga keubun-ubun. Justru sensasi panasnya yang sekarang terasa enak dan nyaman sekali di vaginaku.

" Ahhh pak!!.. " desahku tak pelak mulai mendapatkan gairahku lagi seiring juga bersemangatnya Hendri mencambukku.




Badanku meliuk lagi, kubangun sugesti seksualku seperti yang biasa kulakukan di awal agar aku bisa menikmati permainannya nanti.

" A..ayo sayang... Nikmati aku... " ucapku berperan sebagaimana seharusnya dalam tugasku memuaskannya.

Hendri tersenyum, dia menghentikan pecut cambuk manjanya lalu menindihku, tubuh gendutnya mulai menguasaiku dari atas.




Pertama yang dia terkam adalah puting susuku yang semakin bertambah runcing ketika aku naik birahi dan tentu saja hal itu membuatnya gemas dengan menggigitnya amat kuat!

" Ahhh sayang pe..pelan-pelan aja... ohh!!... " erangku meringis sakit karena dia gigiti tanpa ampun.




Hendri sama sekali tak memperdulikan ringis sakitku, terus dia arahkan putingku tepat dibawah gigi taringnya lalu dia tekan sekuat yang dia bisa hingga menjadikanku terpaksa berontak karena jika diteruskan bisa-bisa putus putingku dia buat.

" Uhh ja..jangan pak pu..puting Vera sakit... " ucapku pelan sambil mengesampingkan tubuhku.

Pak Hendri tetap saja tak menggubrisnya, malah semakin dia kekep diriku dalam peluknya kemudian dia benamkan wajahnya tepat di gundukan dada putihku dan kembali menggigit putingku tambah beringas dari yang tadi!

" OHHHHH PAAAKKK!!!!... " erangku keras ketika puting pinkku harus berakhir dibawah susunan giginya lagi.

Aku memejamkan mataku pasrah menikmati rasa sakitnya berharap otakku akan menjadikannya kenikmatan seperti biasa, dan benar disaat aku membusungkan dadaku seolah mengikhlaskannya untuk dia santap bahkan hingga lepas sekalipun aku mendapatkan orgasmeku.




Terasa percikan kecil menyembur dari memekku persis saat pak Hendri melepas putingku dengan emutan terkuatnya.

Aku menggeliat dengan kepala terdongak dan aku yakin pasti putingku yang sebelah kiri ini sekarang telah menghitam memar akibat dia siksa dibawah gigi-gigi tajamnya itu.

" AHHH DIKKK... " ucap si pria tua betul-betul menikmati geliat lemah yang kulakukan sekarang.

Aku tetap pasrah dalam gerak tak berdayaku, setelah panas di memek aku juga harus merasakan pedih di putingku dan untungnya dia tak mengoleskan balsem itu juga ke kedua puting panjangku ini karena bisa-bisa aku akan pingsan jika dia melakukannya. Sudah cukup rasa panasnya masih begitu terasa di klitoris juga di isi dalam memekku sekarang.

Pria yang umurnya terpaut jauh dariku ini kembali memelukku dan membenamkan wajahnya di leherku.

Aku balas dengan memeluknya dan sedikit melakukan cakaran mesraku di sekujur punggungnya selagi dia santap tengkuk seksiku.




Aku sempat bergidik ketika dia jilat-jilat leher juga kupingku karena takut akan dia gigit seperti putingku tadi, terutama daun kupingku yang sekarang dia emut-emut lahap dan aku patut waspada berhubung tulang rawan dibagian tersebut sangat empuk sekali jika harus digigit.

Namun dia hanya mengecup dan mengulum-ngulumnya saja, leherku juga sudah basah dengan ludahnya.

" Veraa... Ahh... Cantiknya kamu dik... "

" Sudah lama saya ingin njajaki bule seperti kamu, dan baru sekarang dapet... "

" Kamu gak ngecewain saya.. " celetuk dia disela jilatannya di leherku.

Aku terdiam mendengarnya, rupanya dia sudah lama mencari pelacur yang bule sepertiku dan mungkin dia bosan dengan yang lokal atau gadis Asia seperti kebanyakan. Pastilah sulit mencarinya karena tak banyak gadis blasteran yang mau menjajakan dirinya bahkan di ibukota ini sekalipun.

Dan jujur sejak aku bekerja nyambi di kafe-kafe sewaktu SMA dulu sudah banyak orang yang menawariku hal-hal seperti ini namun selalu aku tolak, aku tahu parasku yang bule ini pasti akan menjadi nilai jual yang tinggi bagi para lelaki hidung belang diluaran sana.

Apalagi waktu aku terjun ke dunia modeling profesional seperti sekarang dimana tawaran tersebut semakin masif berdatangan hingga kadang membuat aku kesal sendiri karena terus ditawar-tawar.

Dan asal tahu saja sudah bukan rahasia lagi jika teman-teman para modelku sudah punya 'Sugar Daddy' mereka masing-masing atau malah bergabung di prostitusi Online.

Respon kupegangi wajah pak Hendri lalu kudekatkan wajahku ke wajahnya.

" Uhh... Cium Vera pak... " kataku begitu saja sambil melebarkan tanganku dan memeluknya bak memeluk kekasihku.




Bapak tua yang entah Dimas dapatkan darimana ini segera mencium bibirku dengan mesra, kontolnya yang tegang itu telah tertempel di memekku dan tinggal dia dorong saja agar tubuh kami menyatu.

" Ahhh sayang.... Muah... " desahku membiarkan diri dipagut rakus olehnya sekalian aku menaikkan lagi gairah seksualku setelah tadi kembali mendapatkan Nipple Orgasm.




Mataku yang ditutup ini setidaknya membantuku mensugestikan diri bahwa aku sedang berciuman dengan pria tampan, bukan dengan pria tua seperti kenyataannya. Malah juga aku mengkhayalkan kalau Dimas sedang duduk di kamar ini melihat gadis cantik miliknya sedang dinikmati pria tua renta tepat di depannya.

" Ugghhh!!... " erangku merasakan kedutan di klitorisku yang masih berdenyut-denyut efek panas balsem tadi saat kubayangkan fantasi nakal itu.

Itu adalah fantasi yang hingga detik ini belum kesampaian kulakukan bersama Dimas karena aku terangsang sekali jika harus ngeseks dengan orang asing tepat di depannya yang ngocok menontoniku.

Perlahan dengan suntikan sugesti dariku juga mesra perlakuan yang pak Hendri lakukan aku pun berada dititik tertinggi gairahku lagi, dan rasa panas balsemnya jadi terasa sangat nikmat berdenyut-denyut di itil juga relung terdalam memekku.

Kini aku jadi tahu ungkapan "kamu pasti suka" yang Dimas dan Hendri ucapkan berulang kali seakan saling terkorelasi. Entah Dimas spesifik menjualku dengan orang yang memiliki Fetish tertentu atau ini hanya kebetulan semata aku mendapat pelanggan yang nyeleneh begini aku sama sekali tidak tahu, aku rasa aku perlu menanyakan soal ini kepadanya nanti.

Dan akhirnya dengan menggunakan kondom pak Hendri pun menggauliku juga.

Meski ukuran kontolnya sama sekali tak memuaskanku tapi sepanjang dia menyetubuhiku terasa jika dadaku sangat berdebar-debar. Tentu saja menyadari bahwa aku melakukan hubungan seks sebagai seorang pelacur bayaran untuk yang pertama kalinya!

Pria tua ini mengentotiku sangat Absurd dan benar-benar menikmati setiap hujamannya dengan rapalan-rapalan penuh nafsu.




Dia bercakap sendiri dalam bahasa Chinese mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan diatas tubuh mudaku, dan berhubung aku dulu tinggal di keluarga yang beretnis Tionghoa jadi aku mengerti apa yang dia racaukan itu.

Aku mendesah berusaha menyamakan intensitas yang dia mainkan agar kami mendapat klimaks berbarengan tapi sulit berhubung sodokannya amat Random juga tak beraturan.

Disaat nafasnya mulai memburu dan dia meleguh dengan lebih nyalak saat itulah aku pertajam sugestiku sendiri dan fokus akan orgasmeku, hingga akhirnya kami sama-sama mendapat klimaks kami berbarengan meski dia terasa lebih dulu berejakulasi.





Pak Hendri merapal dalam kata-kata kepuasannya, sementara aku mencengkram sekuatku punggungnya merasakan denyut kontolnya dibalik kondomnya itu.

Tak salah jika aku menggunakan kalimat maniak karena terasa dia mengentotiku hanya sekitar 2 menitan saja, itu terbukti dari 58 menitnya yang dia habiskan hanya untuk menikmati geliat sakit yang kubuat kemudian menggunakan sisanya untuk seks yang sebenarnya.

Aku mengatur nafasku lagi ketika pak Hendri mencabut kontolnya dari memekku.

" HUHH VERAA!!!.. "

" Saya puass, puas sekali!!... " leguhnya keras tak bisa menyembunyikan rasa puasnya terhadap diriku.

Aku tersenyum masih dalam tarikan nafasku yang berat.

" Liat sayang sperma saya banyak banget keluarnya gara-gara kamu cantik… " ujar dia lagi yang terasa seperti sedang mengayunkan sesuatu tepat di depan hidungku.




Dan sepertinya dia tengah memamerkan kondom penuh spermanya itu tepat di depan wajah cantikku yang masih tertutup penutup mata.

Secara insting tiba-tiba kubuka mulutku lalu kujulurkan lidahku.

" Hmpph?.. " lelaki yang seharusnya kupanggil om ini pun bingung melihat gelagatku.

Aku tak bersuara, aku sengaja hanya membuka mulutku berharap dia mengerti.

" Oh… Kamu mau telen ini?... " katanya akhirnya menangkap isyaratku.

Aku mengangguk dengan manja, kemudian dengan senang hati Hendri mulai mengarahkan kondom tersebut agar spermanya tumpah ke mulutku yang tengah terbuka lebar.

Dia lakukan dengan telanten, pelan-pelan dia dorong menggunakan jarinya membantu agar sperma tersebut jatuh ke mulutku.

Karena sifat sperma yang padat juga kental tentu membuatnya tak bisa seperti air yang tumpah begitu saja dari wadahnya begitu di tuang.

Dengan sabar aku menunggu ketika sperma itu turun dan tertampung di mulutku, entah apa perlu aku melakukan ini dalam posisiku sebagai seorang PSK sekarang.

Mungkin ini lebih ke kebiasaan saja karena aku merasa ada yang kurang jika tak merasakan langsung sperma dari cowok yang baru berhubungan badan denganku.




" Uhh… " aku sedikit kaget ketika air mani itu akhirnya jatuh di lidahku.

Hendri sedikit memeras pejunya yang ada di kondom itu seolah ingin seluruhnya benar-benar tertampung di mulutku.

Spermanya sudah tak hangat lagi juga tak sekental milik Dimas. Inilah alasan kenapa aku kurang suka ngeseks dengan orang-orang yang sudah berumur dan sejak dulu aku lebih suka mencari partner bercintaku yang masih berusia muda atau mereka yang sedang berada di puncak performanya.

Tentu bukan tanpa alasan aku mencari yang begitu karena konsen permainanku berbasis pada kenikmatan dan sensasi, cowok-cowok muda seperti anak sekolahan atau anak kuliahan terbukti selalu memiliki gairah seks yang tinggi juga sperma mereka terasa sangat segar tak hambar seperti sperma yang berada di lidahku sekarang.

Aku memamerkan sperma ini sebentar ke dia begitu selesai tertuang seluruhnya, kumainkan dengan lidahku meskipun aku tak bisa menggodanya dengan tatapan berhubung dia masih belum membuka penutup yang terus menutup mata cantikku ini.




Hendri tak bersuara kutebak pastilah sekarang dia sedang bengong, aku penasaran dan ingin melihat dengan mataku langsung seperti apa ekspresinya saat kumainkan spermanya begini dengan lidahku.

Setelah cukup memainkan spermanya, aku menutup mulutku dan dalam satu tegukan aku pun menelan habis spermanya, lalu membukanya kembali membuktikan padanya bahwa aku benar-benar menelannya habis!

Hendri akhirnya membuka penutup mataku. Wajahnya tepat berada di depan hidungku, dia mengelus pipiku dan aku hanya tersenyum saja mendapati wajah puasnya.

" Cantik saya puas, puas sama servis kamu… Kamu total banget sayang.. Muaaahh... " ujarnya menunjukkan kepuasannya itu dengan mencium dahiku mesra.

Aku mengangguk dan lagi-lagi tersenyum membalas pujiannya, dia mengecup pipiku kecil sebelum berdiri dan menuju kamar mandi.

Aku menyandarkan tubuhku mencoba memejamkan mata kemudian menarik nafas sejenak.




Rasanya sangat menguras tenaga, tak terasa saat kulihat jam sudah menunjukkan 11 lewat, ini sudah lewat tenggat waktu yang dijanjikan.

Padahal kupikir diawal tadi bahwa ini akan menjadi satu jam yang mudah namun tak terasa justru menjadi satu jam yang menegangkan.

Pak Hendri masuk ke toilet dan memakai lagi pakaiannya yang terlihat jika dia sudah bersiap-siap akan segera keluar duluan, sementara aku hanya bisa menatapnya dengan pandangan letihku masih belum bisa bergerak meski aku ingin cepat-cepat membasuh memekku ini dengan air untuk menghilangkan panas balsemnya yang masih terasa.




Sesekali dia tersenyum melihatku yang masih tergeletak dengan tatapan super senduku yang Dimas bilang merupakan tatapan tipe cewek yang enak sekali untuk diperkosa.

Beberapa menit kemudian Hendri pun telah siap keluar dari kamar, dia sudah berpakaian rapi lagi.

Dia menghampiri aku yang masih tergolek telanjang menarik nafas di atas ranjang ini lalu menyodorkan dua amplop tebal dan segepok uang Cash padaku!

" Ini yang di amplop buat manajer kamu, kamu bisa hitung sendiri jumlahnya pas sesuai kesepakatan 20 juta, gak termasuk DP… "

" Nah yang ini buat kamu, ini hadiah dari saya atas permainan kamu yang memuasin sekali, bahkan kamu ngasih saya bonus… " ujarnya menaruh uang tersebut di ujung ranjang persis di dekat kakiku.

Aku terdiam dan melongo, kutatap dia dengan wajah kagetku seakan tak percaya dengan nominal yang dia sebutkan tadi itu.




Aku masih dalam kepatunganku, kini kulihat ada dua amplop berisikan uang 10 juta di masing-masing amplopnya lalu segepok uang ratusan ribu yang tak kutahu jumlahnya tapi dia katakan itu adalah Tip untukku.

Dari apa yang dia katakan jika ini tak termasuk DP dan kamar hotelnya, artinya 20 juta ini uang bersih yang diterima Dimas, juga aku tak tahu berapa DP yang sudah dia panjar ke Dimas.

Aku tak bisa berkata-kata, ini gila dan seperti sulap!

Bukan-bukan, bukan berarti aku senang mendapat uang sebanyak ini, bukan. Aku hanya kaget bahwa ternyata ada cara mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu singkat.

Aku mungkin harus meng-Endorse beberapa produk dan terlibat dalam beberapa sesi foto untuk mendapatkan uang sebanyak yang kudapat hanya dalam kurun waktu satu jam saja!

Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan langsung mendapatkan uang segini mudahnya, aku pernah memperkirakannya hanya saja aku tak menyangka akan sebegini instannya, pantaslah banyak sekali cewek-cewek muda yang tergiur dan tergoda untuk terjun ke industri prostitusi ini karena kemudahan yang ditawarkan dalam mendapatkan pundi-pundi rupiah untuk menopang hidup.

Pak Hendri mendekat kearahku, dia lepaskan tali merah yang terus melilit tubuh putihku sepanjang permainan tadi.

Sambil melakukannya dia elus wajah dan meremas dadaku sebentar, dan setelah selesai disaat kukira dia akan memberikan Last Kiss sebelum kami berpisah tapi rupanya si pria tua kemudian malah menarik putingku dari belakang dengan kuat!




" Ahhh pakk.. sa..sakit.... " erangku seketika saja rasa sakitnya menjalar ke ubun-ubun kepala.

Entah kenapa lelaki ini sejak awal terlihat seperti orang psikopat saja jika sudah memainkan putingku seolah dia ingin terus menyiksanya hanya karena bentuknya yang panjang.

" Paaak... Ba..bapak mau apain puting Vera pak? Ja..jangan pak... " kembali aku memohon dalam ringisku ketika dia pilin kuat dengan gerakan memutar putingku ini.




" Tahan dik, saya gemas sekali dengan puting susumu yang merah muda ini... "

" Ahhh... Harusnya kamu saya sewa selama satu hari penuh... Saya suka sama kepasrahan kamu dik.. " lanjut dia yang membuatku ngeri.

Tentu pastilah dia akan menyiksaku dengan permainan-permainan anehnya selama seharian, apalagi tadi dia sempat berujar bahwa ingin menggunting putingku hingga putus saking gregetnya dia.

" Ja..jangan pak, sakit pak.. Ini bener-bener sa...Ohhh sakit pak... " gelengku memegang tangannya dengan kuat seperti memegang ayunan.




Tapi pak Hendri terus memencetnya tanpa ampun, bahkan dia tekan dengan kukunya hingga membuat aku meraung-raung sejadi-jadinya dan kelojotan dengan kaki menendang-nendang merasakan sakit luar biasanya!

Aku terkejang-kejang dalam duduk bersimpuhku, tanpa sadar aku kembali mendapatkan Nipple Orgasm ku seperti yang terjadi di permainan kami tadi, dan jika kuhitung aku mendapatkan orgasme murni dari puting ini tak hanya sekali melainkan tiga kali jika yang ini juga dihitung!




" AUUHHH PAAAKKK!!!!... "

Erangku panjang dan air mata pun menetes dari ujung mataku merasakan sakit yang teramat di dua putingku yang sedang dipelintir dengan tanpa ampun oleh pria tua ini.

Cairan Squirt ku langsung rembes terserap sprei dan menyisakan bekas basahnya saja. Melihatku yang kembali terkencing-kencing dan bergetar-getar hebat seperti kebiasaanku akhirnya membuat dia puas.




Dia lepaskan jepitan tangannya di putingku lalu keluarlah dahaga penuh nikmatnya itu jika sudah melihatku kesakitan seperti ini.

Reflek aku seketika menunduk dan melihat kearah putingku untuk memastikan jika putingku masih berada ditempatnya atau tidak.

Aku tersengal-sengal dengan nafas memburu sementara pak Hendri tersenyum menyaksikanku
kembali klenger akan perlakuannya.

" Ahhh nikmatnya badan kamu ini dikk... " celetuknya menjamah sekujur badanku.

Dan terakhir pak Hendri mengangkat daguku membuat posisi wajahku jadi terdongak menatapnya lalu dia menunduk dan menciumku penuh nafsu.




" Muahh... Muahhh!!... "

" Kalo gitu nanti kapan-kapan kita seneng-seneng lagi ya cantik… "

" See you... Muaaahh.... " tutup si pria tua akhirnya memberikan Last Kiss itu juga kemudian berlalu meninggalkanku yang seketika ambruk diatas ranjang dengan segepok uang yang ia tinggalkan.





..............................


Dimas sudah berdiri di depan lobi, wajahnya tampak kuatir dan rupanya dia sudah menungguku dari tadi.

Ini memang sudah berselang satu jam dari waktu yang dijanjikan, berhubung tadi selesainya ngaret dan aku juga mesti membersihkan diri sebelum turun. Apalagi si bandot tua itu malah sengajanya membuatku orgasme di akhir permainan dengan siksaan yang dia mainkan di putingku hingga membuatku terkencing-kencing kehabisan tenaga.

" Ver... Kok lama banget sayang? Aku kuatir loh.. " ujar Dimas langsung merangkul pinggangku dan memapahku yang kesulitan berjalan diatas High Heels ku karena lemas.

Aku tak memberi respon apa-apa kepadanya, aku berikan dia ekspresi kecutku saja agar dia tahu bahwa aku ini marah padanya.

Di mobil pun begitu, sepanjang perjalanan pulang aku diam dan dingin saja ketika dia mengajakku mengobrol. Barulah setelah tiba dikamar apartemenku aku langsung berikan amplop juga segepok uang Tip itu kepadanya.

" Puas kan lo jual tubuh gue?! ... "

" Hampir putus puting gue sama tuh orang tua tau gak?!.. " kataku menaruh semua uang tersebut ke tangannya.

Dimas hanya tegak memeluk tumpukan uang dan amplop tersebut terdiam melihatku yang begitu emosionalnya, sekali lagi dia pasti tak menyangka jika cewek sepertiku bisa semarah ini.

Saat aku berbalik dia berusaha meraih tanganku yang seketika kutepis. Aku tetap berlalu meninggalkannya dan menuju ke kamar mandi untuk menghilangkan kepenatanku ini.

Di dalam kamar mandi dinginnya air Shower langsung membasahi diriku, aku mendongakkan wajahku tepat dikucuran airnya sambil memejamkan mata merenung lagi tentang apa yang barusan kulakukan.

Aku menyesal namun menikmatinya, aku marah dengan Dimas tapi aku tak ingin meninggalkannya. Begitulah apa yang kurasakan sekarang, aku benci dengan diriku sendiri atas kenaifan dan sifat keragu-raguan yang selalu membuatku terjebak dalam perasaanku sendiri.

Perhatianku teralih ketika suara pintu kamar mandiku terbuka, kemudian kulihat Dimas masuk dan menghampiriku dibawah Shower.

" Ver.. " panggilnya begitu tahu aku langsung membalikkan badan tak ingin melihatnya.

Aku menghadap ke tembok membelakanginya terus menyabuni diriku sendiri, aku sedang malas melihat wajahnya dan Dimas berdiri tepat dibelakangku.

" Ngomong sesuatu Ver.. "

" Kamu beneran marah sama aku yang?.. " katanya justru menanyakan hal bodoh disaat seperti ini.

Tak perlu aku gubris karena kurasa dia tahu jawabnya.

" Ini gak seperti yang kamu pikirin Ver.. " lanjutnya kemudian memegang pinggulku dari belakang.

Kali ini aku segera berbalik badan dan menghadapnya, kulihat Dimas menatapku dengan wajah menyesalnya.

" Kenapa kamu setega ini Dim?.. "

" Apa aku segitu bersalahnya sampe kamu tega jual aku? Kamu mau bilang ini hukuman juga buat aku kan?.. "

" Kamu puas ngeliat aku jadi pelacur yang dibayar orang?!.. "

Kucurahkan semua kekecewaanku karena aku juga ingin tahu kenapa dia begitu teganya melakukan ini padaku.

" Itu uang tips, kamu ambil aja Ver.. "

" Ini bukan soal uang Dim!!.. " aku seketika tambah meradang mendengarnya malah bicara soal uang.

" Aku bisa nyari uang dengan cara aku sendiri!!… "

" Sekarang aku pengen tahu alasan kamu jadiin aku pelacur untuk apa? Belum habis juga kemarahan kamu sama aku padahal aku udah ngelakuin semuanya yang kamu mau!.. "

" Sumpah kamu jahat banget mas!!.. " tutupku panjang lebar ke dia yang seketika tertunduk.

Dimas terdiam, kucuran air Shower terus membasahi tubuh kami, dan tak lama dia menatapku dengan tatapan yang dalam.

" Ver, masih ada hal yang gak kamu tau soal aku... "

" Aku punya banyak hutang Ver… " jawabnya dengan nada lemah menatapku sama sekali tak seperti dia yang biasa.

Aku belum mengerti dan menunggu dia melanjutkan perkataannya namun dia tak langsung melanjutkan perkataannya. Aku tahu ini bisa saja Speak nya untuk kembali memperdayai sifatku yang polos.

" Asal kamu tahu Ver, selama ini aku berhutang kesana-sini cuma buat ngikutin maunya Nova.. "

" Tiap dia ngajak makan malam ditempat mewah aku turutin, juga pas dia minta dibeliin barang-barang mahal aku beliin Ver.. "

" Dan semua uang itu aku pinjem ke orang-orang supaya aku kelihatan elit di depan dia... " jelas Dimas yang membuatku melongo.

" Aku tahu gak seharusnya aku ngaku sebagai anak orang kaya dan gaya-gayaan kayak gini.. "

" Tapi aku udah terlanjur ngelakuinnya, dan sekarang aku udah gak punya cara buat ngadepin ini semua lagi.. "

" Dikejer-kejer rentenir itu gak enak Ver, bahkan mereka ngancem mau ngebunuh aku.. "

" Aku udah coba gali lobang-tutup lobang, juga aku coba jalan pintas dengan peruntungan di judi tapi yang ada aku malah makin buntung, aku stress Ver!!… "

" Aku nyesel sok-sok gini, sekarang aku cuma pengen hidup tenang, aku pengen gak ada pikiran ketika aku tidur dan bangun dari tidurku aku gak mau mikirin ini… " Dimas tertunduk dan wajahnya benar-benar menunjukkan semua penyesalannya itu.

Jujur aku sama sekali tahu soal ini, aku bisa melihat rasa bersalah yang terlukis di wajah gantengnya.

Tampaknya dalam kesempatan ini Dimas mencoba menumpahkan semua isi hatinya padaku, dia mencoba menceritakan semua permasalahannya yang mungkin selama ini hanya dia pendam seorang diri.

Rupanya inilah hal yang mendasarinya menggunakan sabu-sabu itu, dia benar-benar dibelit masalah yang sangat berat rupanya, perasaanku kembali slalom berputar arah.

" Iya aku akuin, aku emang marah sama kamu soal malem itu, tapi entah kenapa saat itu aku tiba-tiba kepikiran buat ngelakuin ini sama kamu Ver.. "

" Apalagi pas kamu bilang kamu siap ngelakuin apapun demi aku, dan rela jadi pelacur aku... "

" Aku langsung gelap mata Ver... "

Ungkap dia yang rupanya salah tanggap dengan perkataan "aku rela jadi pelacur kamu" yang kumaksud itu, tentu saja maksudku adalah pelacur pribadinya bukan arti harfiah yang dijajakan seperti apa yang dia artikan.

" Pliss kamu jangan anggap aku sengaja ngejebak kamu, karena aku bener-bener ngelakuinnya gitu aja.. "

" Aku minta maaf Ver... Aku bakal pake total uang 40 juta yang aku dapet dari hasil tadi buat kabur dari Jakarta sekarang, dan aku juga janji gak akan ganggu kamu lagi Ver… "

" Aku janji!!... "

" Maaf aku udah libatin kamu sama ini semua, aku gak mau bawa kamu ke urusan aku Ver, aku tahu kamu tulus sama aku… " ujarnya sepenuh hati sambil menatap mataku.

Aku terdiam hatiku terenyu, saat ini Dimas benar-benar menunjukkan rasa bersalahnya padaku, terlihat sekali dia mengucapkan itu seolah tak ingin membebani dirinya lagi dengan rasa bersalah. Ini yang menunjukkan bahwa sebenarnya dia orang yang baik, kupikir dia melakukan semuanya semata atas kemarahannya dulu hingga kepikiran menjadikanku pelacur hanya untuk mempermalukanku saja.

Kini aku tahu bahwa gengsinya sendirilah yang menjerumuskannya ke dalam jurang kegelapan itu, aku memang sering mendengar curhat Nova yang pamer kepada kami bahwa dia baru dibelikan Dimas HP baru, sepatu, dan tas bermerek yang harganya puluhan juta, yang tak dia tahu bahwa kekasihnya itu sampai berhutang demi memenuhi tuntutan mewahnya hanya untuk membuatnya senang. Dan jujur Dimas pun salah kenapa melakukan hal seberani itu.

" Besok aku bakal pergi dari Jakarta Ver.. Sekali lagi maafin aku… "

" Dan terakhir aku cuma mau bilang aku sayang kamu Ver... " usap dia ke pipiku kemudian tertunduk berbalik badan.

Seketika aku tersentak bayangan akan ingatan kelamku 3 tahun yang lalu dimana rasa takutku akan kalimat tersebut membuat badanku bergetar akan trauma yang kurasakan!

" Ka..kamu mau ninggalin aku Dim?... " ujarku yang membuat dia berhenti.

" Setelah apa yang kita lakuin kamu mau pergi gitu aja?.. " jawabku kemudian membalik tubuhnya agar kembali menatapku.

" Aku gak ada pilihan Ver… " jawab Dimas pilu.

" Aku bakal bantu kamu Dim.. Kalau cuma uang aku juga ada.. "

Dimas menggelengkan kepalanya.

" Jangan Ver, aku gak mau ngelibatin kamu lagi dalam urusan ini… Udah cukup aku ngebuat kamu kayak gini, bodohnya aku yang telat menyadari betapa baiknya kamu!!.. " kali ini Dimas memegang tanganku erat.

" Jadi kamu mau bener-bener mau ninggalin aku Dim?.. "

Dimas mengangguk.

" Tapi kamu bilang kamu gak bakal ninggalin aku, aku gak mau Dim! Ayok kita cari cara sama-sama buat nyelesein ini... "

" Pokoknya aku gak akan ninggalin kamu Dim, kalo kamu mau kabur, bawa aku juga!… " seketika aku langsung memeluknya erat tentu tak ingin kejadian serupa terulang.

Sekejap suasana menjadi hening, aku memeluknya sekuat tenaga, Dimas pun mendekapku di dada bidangnya tak kalah erat, guyuran Shower tak hanya membasahi tubuh atau mendinginkan kepala, tapi juga hati kami.

Aku tak ingin memori burukku terulang, aku benci perpisahan, aku benci kalimat "Goodbye" amat membencinya!

Aku berjuang selama bertahun-tahun ini untuk menyingkirkan ingatan buruk itu, dan kini aku seolah hanya akan mengulanginya lagi lalu apa artinya hidupku selama ini!

" Kenapa Ver??.. "

" Kenapa kamu ngelakuin sejauh dan setulus ini buat aku? Bukannya kamu benci sama aku? Bukannya kamu takut sama aku?.. " tanya Dimas mengelus rambut panjangku.

Aku hanya diam dan terus merasakan hangat dadanya.

" Aku udah perlakuin kamu seburuk ini Ver, aku mukul kamu, aku suruh kamu tidur di lantai, aku udah begitu semena-menanya sama kamu dan bahkan aku orderin kamu di forum-forum dewasa sebagai cewek bispak! Terus seka… "

" AKU GAK PEDULI!!.. " potongku padanya.

" Aku suka semua yang kamu lakuin ke aku, kamu mau pukul aku, kamu mau siksa aku, aku gak peduli Dim!.. "

" Aku cuma mau sama kamu... Itu aja!!.. "

" Dan sekarang kamu mau jadiin aku pelacur yang sesungguhnya pun aku bakal ngelakuinnya demi kamu Dim!!.. "

" Plis jangan tanya kenapa.. "

Dimas terhenyak, degup jantungnya berdegup cepat mendengar kejujuranku, kini aku sungguh rela melakukannya demi bisa terus bersama dirinya, tak peduli harus melanggar prinsipku sekalipun!

Juga kenyataan mengenai dirinya justru semakin membulatkan tekatku untuk terus bersamanya, keraguanku pupus mendengar semua curahan hatinya, aku lega Dimas tak sebrengsek yang kukira.

" Kamu cuma mau kita terus bareng-bareng kan Ver?.. " Dimas kini seolah mengerti apa maksudku, yang langsung kubalas dengan anggukan kuatku.

" Makasih Ver…"

" Makasih banget kamu sudi ada disaat aku lagi kayak gini, aku juga gak bakal ninggalin kamu apapun yang terjadi Ver, aku janji!…  "

Dimas merangkulku dengan kuat, seolah tak ingin melepasku!

Kata-katanya membuatku hampir menangis, dibawah Shower kamar mandiku aku akhirnya menemukan lagi sesuatu yang telah lama hilang dalam hidupku.

Aku hanya ingin terus bersama dengan Dimas, aku sudah terlanjur nyaman bersamanya tak hanya dalam seks, tapi aku merasa nyaman secara personal karena hanya dengan dia aku bisa menjadi diriku yang sebenarnya.

Perasaan inilah yang selalu membuatku memaafkan dan seakan menutup mata terhadap apapun kesalahan dan perlakuannya terhadapku.

Dan kini setelah kebenaran itu terungkap, aku jadi rela jika harus berakhir sebagai seorang pelacur bayaran demi dirinya! Aku tak perduli seberat apa masalah yang tengah menerpanya aku tak ingin meninggalkannya, akan kulakukan apapun untuk membantunya dan aku yakin kami bisa melalui ini.

..............................